Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Laboratorium adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, pengujian serta penentuan jenis penyakit. Pengguna baik itu klinisi maupun pasien, mengharapkan hasil pemeriksaan laboratorium benar-benar terjamin mutunya. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan. (Snehlatha, 1998). Laboratorium adalah ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran, atau pembuatan obat-obatan dan bahan-bahan kimia. (Oxford English Dictionary). Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U", memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponenkomponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar

injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman (balustrade). Cahaya merupakan hal penting bagi manusia dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Tanpa cahaya maka manusia akan kesulitan melakukan pekerjaannya. Berdasarkan sumbernya, cahaya dibagi menjadi dua macam, cahaya alami dan

cahaya buatan. Cahaya alami merupakan sumber cahaya utama bagi kehidupan manusia. Sedangkan cahaya buatan merupakan cahaya yang dibuat oleh manusia untuk melakukan kegiatannya saat cahaya alami tidak dapat digunakan, yaitu pada kondisi malam hari dan pada ruangan tertutup. Bila cahaya digunakan sesuai kebutuhan maka akan sangat membantu kegiatan manusia. Kekurangan pada jenis pencahayaan alami yaitu iluminansi tidak merata di dalam ruangan dan ruangan tidak bisa digunakan pada malam hari. Sedangkan kekurangan pada pencahayaan buatan yaitu membutuhkan tenaga listrik untuk menyalakan lampu. Solusi yg ditawarkan oleh penulis yaitu dengan menggunakan pencahayaan gabungan, maka pada siang hari daerah yang dekat dengan jendela tidak membutuhkan banyak lampu, dan lampu hanya digunakan di daerah yang jauh dengan jendela. Sedangkan pada malam hari ruangan tetap dapat digunakan dengan menggunakan lampu. Jadi, praktikan ingin melakukan pengukuran berkaitan dengan pencahayan di lingkungan kerja yang akan dilakukan di 2 lokasi yaitu Laboratorium Terpadu FKM Unhas dan Sarana Tangga Barat serta Tangga Timur FKM Unhas.

1.2. Tujuan Praktikum

1.3. Prinsip Kerja Pada umumnya Luxmeter (dalam keadaan on) diletakkan pada bidang datar setinggi setengah badan pekerja (85cm diatas lantai) dan jika pada tangga

luxmeter diletakkan dilantai/anak tangga, kemudian photocell diarahkan menghadap sumber cahaya agar dapat menangkap cahaya yang masuk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Depkes RI (1992) dalam Santoso, A (2006) mendefinisikan pencahayaan sebagai jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Menurut Kepmenkes RI No

1204/Menkes/SK/X/2004, pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif Kuantitas dari cahaya yang jatuh pada permukaan bidang kerja disebut iluminasi, yang mana mempunyai satuan lux. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat cahaya disebut luxmeter. Kuantitas cahaya sangat penting diketahui karena untuk melihat benda yang kecil secara detail kita membutuhkan cahaya yang lebih terang.

2.1. Sumber Pencahayaan Berdasarkan sumbernya penerangan dibedakan menjadi dua yaitu, penerangan alamiah dan penerangan buatan. 1. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi menurut jam, musim dan tempat. Pencahayaan yang bersumber dari matahari

dirasa kurang efektif dibanding dengan pencahayaan buatan, hal ini disebabkan karena matahari tidak dapat memberikan intensitas cahaya yang tetap. Pada penggunaan pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang besar, dinding kaca dan dinding yang banyak dilobangi, sehingga pembiayaan bangunan menjadi mahal. Keuntungan dari penggunaan sumber cahaya matahari adalah pengurangan terhadap energi listrik. Pencahayaan sebaiknya lebih mengutamakan pencahayaan alamiah dengan merencanakan cukup jendela pada bangunan yang ada. Kalau karena alasan teknis penggunaan pencahayaan alamiah tidak dimungkinkan, barulah pencahayaan buatan dimanfaatkan dan inipun harus dilakukan dengan tepat Untuk memenuhi intensitas cahaya yang diinginkan sumber cahaya alami dan buatan dapat digunakan secara bersamaan sehingga menjadi lebih efektif.

2. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayan alami tidak memadai atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami dapat dipergunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan. b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.

c. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang yang dapat mengganggu pekerjaan.

Tujuan pencahayaan di industri adalah tersedianya lingkungan kerja yang aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaan. Untuk upaya tersebut maka pencahayaan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan dengan faktorfaktor penunjang pencahayaan diantaranya atap, kaca, jendela dan dinding agar tingkat pencahayaan yang dibutuhkan tercapai (Padmanaba, 2006).

2.2. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan membantu menciptakan liungkungan kerja yang menyenangkan. Penerangan yang baik akan

meningkatkan daya kerja, mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja, mengurangi kelelahan mata dan penurunan daya penglihatan sehingga kesehatan dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan (Adrianur, 1983). Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Sumamur, 1996). Penerangan yang tidak memadai pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat terasa pada mata yaitu

terjadinya kelelahan otot mata (kelelahan visual) dan kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja (Padmanaba, 2006). Kelelahan visual timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras. Kelelahan saraf mata terjadi pada kegiatan-kegiatan yang perlu persepsi, kosentrasi dan pengendalian motorik. Keadaan kelelahan ditandai dengan perpanjangan waktu reaksi, perlambatan gerak dan gangguan psikologis. Kelelahan ini erat bertalian dengan penurunan produktivitas kerja (Sumamur, 1989).

2.3. Standar Pencahayaan Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan untuk di Indonesia secara garis besar hampir sama dengan standar internasional. Secara ringkas tingkat pencahayaan penerangan yang dimaksudkan dapat dijelaskan sebagai berikut : Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus mempunyai tingkat pencahayaan paling sedikit 20 lux. Untuk penerangan

pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar dan besar paling sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 50 lux. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara pintas paling sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 100 lux. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil agak teliti paling sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 200 lux. Penerangan untuk pekerjaan yang lebih teliti dan barangbarang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 300 lux. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama harus mempunyai tingkat pencahayaan paling sedikit 500-1000 lux. Penerangan yang cukup pekerjaanpekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus mempunyai tingkat pencahayaan paling sedikit 2000 lux.

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah 1. Luxmeter 2. Stopwatch.

3.2 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 10.30 WITA di Laboratorium Terpadu dan di Tangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pada tanggal 30 April 2013.

3.3 Prosedur Kerja A. Perlakuan 1 (Di Laboratorium FKM Unhas saat lampu dinyalakan) 1) Lampu dinyalakan dan buka tirai jendela dan ditunggu selama 5 menit sebelum pengukuran dimulai. 2) Kemudian, sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan di dalam ruangan. Luxmeter disetel ke X10 Lux atau 200 800 3) Ruangan dibagi atas 4 titik berdasarkan sudut tiap ruangan dan 1 titik pada meja kerja. Pengukuran dilakukan pada setiap sudut bidang tersebut secara bergantian.

4) Luxmeter diletakkan di salah satu sudut ruangan, dan didiamkan selama 3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di sudut ruangan. 5) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga titik terakhir (Titik ke-5) B. Perlakuan 2 (Di Laboratorium FKM Unhas saat lampu dipadamkan) 1) Lampu dipadamkan dan tutup tirai jendela. 2) Kemudian, sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan di dalam ruangan. Luxmeter disetel ke X10 Lux atau 200 800 3) Ruangan dibagi atas 4 titik berdasarkan sudut tiap ruangan dan 1 titik pada meja kerja. Pengukuran dilakukan pada setiap sudut bidang tersebut secara bergantian. 4) Luxmeter diletakkan di salah satu sudut ruangan, dan didiamkan selama 3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di sudut ruangan. 5) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga titik terakhir (Titik ke-5) C. Perlakuan 3 (Di Tangga Barat dan Timur FKM Unhas) 1) Sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan di Tangga Barat FKM Unhas. Luxmeter disetel ke X10 Lux atau 200 800

2) Tangga Barat dan Timur FKM Unhas masing-masing terdiri dari 4 Anak Tangga. Pengukuran di lakukan pada setiap anak tangga FKM Unhas tersebut secara bergantian. 3) Luxmeter diletakkan di salah satu anak tangga, dan didiamkan selama 3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di anak tangga. 4) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga titik terakhir (Titik ke-4). 5) Lanjutkan pengukuran intensitas cahaya pada Tangga Timur FKM Unhas dengan mengikuti prosedur kerja Tangga Barat FKM Unhas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin dengan menggunakan alat Luxmeter maka diperoleh hasil Pengukuran Intersitas Cahaya lingkungan kerja di

Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Intensitas Cahaya di Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin Perlakuan 1 (Saat Lampu Dinyalakan) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Total 740 lux 480 lux 110 lux 200 lux 300 lux 1830 lux Perlakuan 2 (Saat Lampu Dipadamkan) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Total 60 lux 80 lux 20 lux 20 lux 30 lux 210 lux

Sumber : Data Primer, 2013 Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 1 sebesar 740 lux, dimana diketahui bahwa titik 1 pada laboratorium sangat dekat dengan sumber pencahayaan alami yang berasal dari jendela lab. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan buatan.

Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 2 sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan.

1. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum saat lampu dinyalakan. Intensitas Penerangan Umum =
() 1830 5

= 366 lux

2. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum saat lampu dipadamkan. Intensitas Penerangan Umum =
() 210 5

= 42 lux

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Tangga Barat dan Timur FKM Universitas Hasanuddin, dengan menggunakan alat Luxmeter maka

diperoleh hasil Pengukuran Intensitas Cahaya di Tangga Barat dan Timur FKM Universitas Hasanuddin sebagai berikut : Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Intensitas Cahaya di Tangga FKM Universitas Hasanuddin Tangga No. Timur 1 2 3 4 Total 40 lux 40 lux 80 lux 80 lux 240 lux Barat 30 lux 110 lux 70 lux 220 lux 430 lux

Sumber : Data Primer, 2013

Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Timur yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 80 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada tangga timur FKM Unhas berada. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan buatan. Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Barat yaitu pada titik 2 sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Tangga Barat yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan.

3. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum di Tangga Timur FKM Unhas. Intensitas Penerangan Umum =
() 240 5

= 48 lux

4. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum di Tangga Barat FKM Unhas. Intensitas Penerangan Umum =
() 430 5

= 86 lux

4.2.Pembahasan Pada pengukuran intensitas pencahayaan lingkungan kerja di laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin dengan menggunakan alat Luxmeter. Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya

menggunakan format digital. Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya akan menyinari sel foto

sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkanpun semakin besar. Pada pengukuran intensitas pencahayaan dengan menggunakan alat luxmeter. Pengukuran dilakukan di dua tempat yaitu di dalam Laboratorium Terpadu FKM Unhas dan di tangga FKM Unhas yang berada di barat dan di timur. Tujuannya yaitu untuk .......... Pada pengukuran intensitas

pencahayaan di Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hanuddin, luxmeter diletakkan di setiap titik ruangan (5 titik). Pengukuran untuk setiap titik dilakukan selama 3 menit untuk mendapatkan hasil pengukuran intensitas pencahayaan. Waktu yang ideal untuk mendapatkan hasi pengukuran intensitas pencahayaan yang akurat yaitu 5 menit untuk setiap sudut untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Namun, karena waktu yang terbatas maka dilakukan selama 3 menit untuk setiap sudut. Pada pengukuran intensitas pencahayaan di laboratorium terpadu FKM Unhas dilakukan sebanyak 2 Perlakukan yang berbeda. Perlakukan pertama yaitu untuk mengetahui intensitas pencahayaan alami dan buatan, maka hal yang dilakukan adalah menyalakan lampu dan membuka tirai jendela. Perlakuan kedua yaitu untuk mengetahui intensitas pencahayaan alami, maka hal yang dilakukan adalah memadamkan lampu dan menutup semua tirai jendela. Pada pengukuran di tangga FKM Unhas hanya dilakukan 1 Perlakukan karena hanya untuk mengetahui intensitas pencahayaan alaminya, maka hal yang dilakukan, hanya meletakkan

luxmeter pada lantai anak tangga dan didiamkan selama 3 menit untuk mendapatkan hasil. Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 1 sebesar 740 lux, dimana diketahui bahwa titik 1 pada laboratorium sangat dekat dengan sumber pencahayaan alami yang berasal dari jendela lab. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan buatan. Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 2 sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan. Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Timur yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 80 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada tangga timur FKM Unhas berada. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan buatan. Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Barat yaitu pada titik 2 sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Tangga Barat yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan.

Berdasarkan hasil penghitungan intensitas penerangan umum di Laboratorium Terpadu FKM Unhas didapatkan bahwa Intensitas Penerangan Umum saat lampu dinyalakan yaitu 366 lux. Dan Intensitas Penerangan Umum saat lampu dipadamkan yaitu 42 lux. Berdasarkan Standar penerangan di Indonesia yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja dibandingkan dengan hasil pengukuran di Laboratorium Terpadu FKM Unhas pada Pencahayaan maksimum sebesar 366 lux yang berarti sangat kurang memenuhi standar kesehatan. Berdasarkan hasil penghitungan intensitas penerangan umum di Tangga FKM Unhas didapatkan bahwa Intensitas Penerangan Umum Tangga Timur yaitu 48 lux. Dan Intensitas Penerangan Umum Tangga Barat yaitu 86 lux. Berdasarkan Standar penerangan di Indonesia yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja dibandingkan dengan hasil pengukuran di Tangga FKM Unhas pada Pencahayaan Tangga Timur sebesar 48 lux yang berarti sangat kurang memenuhi standar kesehatan. Sedangkan Pencahayaan Tangga Barat sebesar 86 lux yang berarti telah memenuhi standar kesehatan. Semakin kasar objek dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan, maka semakin kurang intensitas cahaya yang dibutuhkan, begitupun

sebaliknya, semakin halus objek yang akan diteliti, maka semakin tinggi intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai