Anda di halaman 1dari 37

HALAMAN JUDUL

LAPORAN HIBAH PENELITIAN PEMULA

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI UNTUK PEMBUATAN PANEL DINDING

Oleh : Sumiyanto, ST., MT. Wahyu Widiyanto, S.T., M.T. Sugeng Waluyo, ST, M.Sc

Dilaksanakan atas biaya DIPA Universitas Jenderal Soedirman Tahun Anggaran 2012, Nomor Kontrak : 1164.50/UN23.9/PN/2012 tanggal 1 Maret 2012

UNIVERSITAS JENDERAL SEODIRMAN LEMBAGA PENELITIAN FAKULTA SAINS DAN TEKNIK PURWOKERTO 2012

LEMBAR PENGESAHAN 1. a. Judul Penelitian b. Bidang Ilmu 2. a. Ketua Proyek b. Nama Lengkap c. Jenis Kelamin d. NIP e. Pangkat/Golongan f. Fakultas/Jurusan g. Universitas 3. Jumlah Peneliti 4. Lokasi Penelitian 5. Jangka Waktu Penelitian 6. Biaya yang Diperlukan 7. Sumber Dana : Pemanfaatan Abu Sekam Padi Untuk Pembuatan Panel Dinding. : Teknik Sipil : Sumiyanto, ST., MT. : Laki-laki : 19731117.200003.1.001 : Penata/IIIc : Fakultas Sains dan Teknik/Jurusan Teknik : Universitas Jenderal Soedirman : 32 (tiga) orang : Laboratorium Teknik Sipil : 4 (empat) bulan : Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh Juta Rupiah) : DIPA UNSOED 2011

Purwokerto, 29 Agustus 2012 Mengetahui, Fakultas Sains dan Teknik UNSOED Dekan, Ketua Proyek

Ir. Purnama Sukardi, Ph.D. NIP. 19561010 198410 1 0003

Sumiyanto, ST., MT. . NIP. 19731117 200003 1 003

Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman

Prof. Ir. Totok Agung D.H., M.P., Ph.D NIP: 19630923 198803 1 001

RESUME As an agricultural country, Indonesia is one of the largest rice producing country in the world. The impact of rice production is rice husks. At present rice husk widely used for combustion processes brick red. Combustion will produce a new form of waste rice husk ash. At present rice husk ash has not been widely used so its existence disturb the environment. However, based on several studies showed that rice husk ash has a high silica content, making it suitable to be processed into a building material by mixed cement. Demand for building materials in Indonesia is quite high, it is due to the number and high population growth. The high demand for housing has led to constantly develop alternative building materials instead of conventional building materials that have been more limited. Based on the reasons requirement, the rice husk ash tried to be developed as a wall of the house, with the process into a wall panel. Research utilization of rice husk ash as wall panels have an intention to overcome the problems of waste and simultaneously develop alternative building materials. In this study, the goal will be achieved is to get the right mix between cement, rice husk ash and water as a mixture of constituent wall panels. Compressive strength is a key indicator as a determinant of quality mixture. The results of this study to get the optimum mix between cement, rice husk ash and water is 1: 0.55: 0.45 (on condition SSD of husk ash), or 1: 0.39: 0.61, the condition of dry husk ash. The mixture was 50% cement levels with FAS 0.45. Compressive strength generated in the mixture is about 10 MPa.

Wall panels design with 3 cm thick and wire mesh reinforcement (tensile strenght 12 kN/m) generating the bending moment capacity of 0.241 kN.m. Based on the capacity of the wall panel structure matching is at a distance of 1 m columns.

RINGKASAN Sebagai negara agraris, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil padi terbesar didunia. Dampak dari besarnya produksi padi tersebut adalah limbah sekam yang dihasilkan juga tinggi. Saat ini sekam padi banyak dimanfaatkan untuk proses pembakaran batu bata merah. Hasil pembakaran tersebut akan menghasilkan limbah baru berupa abu sekam padi. Saat ini abu sekam padi belum banyak digunakan sehingga keberadaanya mengganggu lingkungan. Namun demikian, berdasarkan beberapa hasil penelitian

menunjukan bahwa abu sekam padi mempunyai kandungan silika yang tinggi, sehingga cocok untuk diolah menjadi sebagai bahan bangunan dengan cara dicampur semen. Kebutuhan akan bahan bangunan di Indonesia cukup tinggi, hal ini berkaitan dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tingginya kebutuhan akan perumahan ini mendorong untuk selalu mengembangkan bahan bangunan alternatif sebagai pengganti bahan bangunan konvensional yang sudah semakin terbatas. Berdasarkan alasan kebutuhan tersebut, maka abu sekam padi dicoba untuk dikembangkan sebagai bahan dinding rumah, dengan mengolahnya menjadi panel dinding. Penelitian pemanfaatan abu sekam padi sebagai panel dinding ini mempunyai maksud untuk mengatasi permasalahan limbah dan sekaligus mengembangkan bahan bangunan alternatif. Pada penelitian ini tujuan akan dicapai adalah mendapatkan campuran yang tepat antara semen, abu sekam dan air sebagai campuran penyusun panel dinding. Kuat tekan merupakan indikator utama sebagai penentu kualitas campuran. Hasil penelitian ini mendapatkan campuran yang optimun antara semen, abu sekam padi dan air adalah 1 : 0,55 : 0,45 (pada kondisi abu sekam SSD), atau 1 : 0,39 : 0,61, pada kondisi abu sekam kering. Pada campuran tersebut kadar semenya adalah 50% dengan FAS 0,45. Kuat tekan yang dihasilkan pada campuran tersebut adalah sekitar 10 MPa. Desain panel dinding tebal 3 cm dengan tulangan kawat jala dengan kuat tarik 12 kN/m menghasilkan kapasitas momen lentur sebesar 0,241 kN.m. Berdasarkan kapasitas tersebut struktur panel dinding yang cocok adalah dengan jarak kolom praktis 1 m. 4

PRAKATA Pengembangan abu sekam padi sebagai bahan baku pembuatan panel dinding merupakan upaya mengatasi permasalahan limbah dan sekaligus meningkatkan ketersediaan bahan bangunan yang semakin lama semakin terbatas. Pada tahap ini penelitian baru menyelesaikan permalahan campuran yang optimum dalam pembuatan panel dinding. Peneltian lanjutan terkait dengan kapasitas lentur dan sambungan masih memerlukan penelitian lanjutan. Namun demikian penelitian ini merupakan langkah awal dan akan diteruskan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan siap untuk diaplikasikan dilapangan. Selesainya laporan penelitian ini tidak lepas dari kontribusi beberapa pihak yang mendukung baik secara langung maupun tidak langsung, untuk itu ucapan terima kasih kapada: a. Pimpinan Lembaga Penelitian dan jajarannya sebagai pihak

pengelola hibah penelitian ini, b. Pimpinan FST dan semua pihak yang telah mendorong penelitian ini. c. Pengelola Laboratorium Teknik Sipil beserta staf yang memfasilitasi pengujian dalam penelitian ini. d. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu. Penelitian ini tentunya masih membutuhkan masukan dan saran dari semua pihak agar proses penelitian selanjutnya menjadi lebih baik.

Peneliti

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... 2 RESUME ............................................................................................................. 3 RINGKASAN ....................................................................................................... 4 PRAKATA............................................................................................................ 5 DAFTAR ISI......................................................................................................... 6 DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. 7 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 8 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 8 1.1 Perumusan Masalah......................................................................... 10 1.2 Tujuan .............................................................................................. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 12 BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 18 3.1 Pembuatan Benda Uji....................................................................... 18 3.2 Uji Tekan Benda Uji.......................................................................... 19 3.3 Pengujian Kuat Tarik Kawat Jala ...................................................... 20 3.4 Penentuan Tebal Panel .................................................................... 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 22 4.1 Pengujian Abu Sekam Padi .............................................................. 22 4.2 Perancangan Ulang.......................................................................... 23 4.3 Pembuatan Benda Uji Tekan............................................................ 24 4.4 Pengujian Benda Uji ......................................................................... 27 4.5 Pengujian Tarik Kawat Jala .............................................................. 30 4.6 Desain Konstruksi Penel Dinding...................................................... 30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 35 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 35 5.2 Saran ............................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 36 LAMPIRAN ........................................................................................................ 37

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Proses pembakaran batu bata merah dengan sekam padi: (a) proses pembakaran, (b) batu bata hasil pembakaran, (c) sekam padi, dan (d) limbah abu sekam padi. ................................ 9 Sketsa aplikasi panel beton abu sekam padi sebagai dinding rumah. ........................................................................................ 10 Sketsa penulangan dengan kawat jala pada panel beton abu sekam. ........................................................................................ 14 Skema lentur pada pelat dengan beban merata.......................... 15 Skema uji lentur pada balok. ....................................................... 16 Cetakan sampel uji tekan............................................................ 19 Alat uji tekan. ............................................................................. 20 Sampel uji tarik kawat jala........................................................... 20 Grafik gradasi abu sekam padi.................................................... 23 Adukan semen, abu sekam padi dan air. .................................... 25 Pencetakan sampel uji tekan. ..................................................... 25 Sampel dengan kadar semen 20% sebagian rusak ketika cetakan dibuka............................................................................ 26 (a) Sampel uji tekan yang siap untuk dilakukan perawatan (perendaman) dan (b) perawatan benda uji (perendaman). ........ 27 Pengaruh kadar semen terhadap berat satuan benda uji. ........... 28 Pengaruh kadar semen terhadap berat satuan benda uji. ........... 29 Skema mekanika lentur pada penel dinding................................ 31 Skema hasil desain panel dinding. .............................................. 34

Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemanfaatan abu sekam padi merupakan upaya memanfaatkan limbah dari pembakaran batu bata merah. Abu sekam padi merupakan material yang melimpah di Indonesia dan belum banyak dimanfaatkan. Sebagai negara agraris, Indonesia mampu menghasilan padi sekitar 64,4 juta ton pertahun (Anonim, 2010), sedangkan untuk Jawa Tengah produksinya sekitar 8,68 juta ton (Anonim, 2007). Pengolahan padi akan menghasilkan sekam sekitar 17% (Bantacut, 2006) atau sekitar 9,2 juta ton. Saat ini sebagian besar sekam padi dimanfaatkan untuk pembakaran batu bata dan menghasilkan limbah abu sekam padi sekitar 13% 29% (Hartono, dkk., 1986). Berdasarkan kondisi tersebut akan dihasilkan abu sekam padi yang cukup banyak setiap tahunnya (1,2 2,7 juta ton). Abu sekam padi belum dimanfaatkan sehingga akan menjadi limbah yang dapat

mengganggu lingkungan Gambar 1.1 Selain ketersediaanya yang melimpah, abu sekam padi merupakan material yang kandungan silika (SiO2) yang cukup besar yaitu sekitar 85% (Bantacut, 2006). Berdasarkan tingginya kandungan silika tersebut, abu sekam padi mempunyai potensi untuk material bahan bangunan terutama jika dicampur dengan semen portland, sehingga akan menjadi material yang padat dank keras. Pada sisi lain, kebutuhan akan bahan bangunan di Indonesia sangat tinggi sehingga inovasi dan pengembangan bahan bangunan alternatif sangat diperlukan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 adalah 218,8 juta jiwa (Anonim-2, 2008), dan diperkirakan pada tahun 2025 adalah sekitar 273,7 juta jiwa (Remi, 2007), atau dengan pertumbuhan sekitar 2,75 juta jiwa (1,3%) pertahun. Berdasarkan data tersebut, dapat diperkirakan kebutuhan rumah baru setiap tahunya adalah sekitar 1,38 juta unit.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 1.1 Proses pembakaran batu bata merah dengan sekam padi: (a) proses pembakaran, (b) batu bata hasil pembakaran, (c) sekam padi, dan (d) limbah abu sekam padi. Salah satu bagian rumah yang membutuhkan material cukup besar adalah dinding. Besarnya kebutuhan material ini memberikan peluang yang tinggi terhadap inovasi pengolahan abu sekam padi menjadi material dinding. Dengan memanfaatkan kandungan silikanya, maka pengolahan abu sekam padi cock dilakukan dengan mencampurkan seman portland sebagai bahan pengikat, sehingga akan menjadi material yang keras. Dengan sifatnya yang keras tersebut, maka dinding yang dibuat dari abu sekam tidak perlu tebal sehingga lebih tepat dibuat dalam bentuk panel dinding (papan). Untuk mengatasi sifatnya yang getas, maka panel tersebut perlu diperkuat dengan tulangan berupa kawat jala (wire mesh). Berdasarkan alur tesebut maka abu sekam padi sangat berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan panel dinding, dengan ilustrasi disajikan dalam Gambar 1.2 9

kolom praktis ring balk dinding panel

3,00

1,00

Gambar 1.2 Sketsa aplikasi panel beton abu sekam padi sebagai dinding rumah.

1.1 Perumusan Masalah Pemanfaatan abu sekam padi untuk panel dinding merupakan upaya memanfaatkan limbah yang sekaligus merupakan inovasi pengembangan bahan bangunan alternatif. Sebagai material dinding, penel ini harus mampu menahan beban horisontal sebesar 100 kg/m, dengan ketinggian beban 1 meter dari lantai. Permasalahan yang muncul adalah desain panel dinding yang mampu menahan beban tersebut. Akibat beban horisontal pada dinding akan menghasilkan momen lentur, dan panel ini harus mampu menahan. Permasalahan yang harus diselesaikan menentukan tebal panel yang ekonomis namun mampu menahan momen lentur tersebut, dengan faktor yang berpengaruh adalah: a. kuat tekan material mortar abu sekan padi, dan b. kuat tarik kawat jala. 10

Kuat tekan mortar abu sekam padi sangat dipengaruhi oleh komposisi penyusunnya (abu sekam padi, semen dan air), sehingga perlu dicari komposisi yang tepat untuk menghasilkan kuat tekan optimum. Sedangkan kuat tarik dapat langsung diketahui dari pengujian tarik. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan desain yang tepat untuk pembuatan panel dinding dari abu sekam padi. Parameter yang akan dicari untuk keperluan tersebut adalah: a) campuran yang tepat antara abu sekam padi, semen dan air, b) kuat tekan mortar abu sekam padi, dan c) tebal panel.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan abu sekam padi sebagai panel dinding dilakukan dengan mencampur abu sekam padi dengan semen portland. Disini semen portland berfungsi sebagai perekat agregat, dengan unsur utamanya adalah trikalsium aluminat (3CaO.Al2O2) dan dikalsium silikat (2CaO.SiO2) (Gambhir, 1986). Selain itu semen juga diperlukan sebagai bahan pengisi rongga antar agregat. Terkait dengan fungsi semen dalam beton, penggunaan semen yang terlalu banyak akan memudahkan pengerjaannya namun ini merupakan pemborosan yang tidak diikuti dengan peningkatan kuat tekannya (Murdock dan Brooke, 1979). Namun demikian penggunaan semen yang terlalu sedikit akan menyebabkan beton keropos dan kuat tekannya rendah, hal ini terkait dengan kesulitan saat pemadatan (Sumiyanto, 1997). Berdasarkan alasan tersebut, kadar semen yang tepat dalam beton perlu dicari sehingga mendapatkan mutu beton yang tepat. Semen merupakan bahan ikan yang dalam reaksinya memerlukan air yang jumlahnya hanyalah sekitar 25% berat semen (Murdock dan Brooke, 1979). Dalam kenyataanya air juga diperlukan sebagai bahan pengencer, sehingga kalau factor air semen (fas) kurang 0,35 akan sulit dipadatkan. Namun demikian penggunaan air yang terlalu banyak akan menyebabkan kuat tekan beton yang dihasilkan rendah walaupun akan mudah dikerjakan. Berdasarkan alasan tersebut perlu dicari kadar air yang tepat untuk mendapatkan mutu beton tertentu. Pada beton, kuat tekanya jauh lebih besar dari kuat tariknya, sehingga aplikasinya memerlukan tulangan tarik. Kualitas atau mutu beton (fc) ditentukan berdasarkan kuat tekanya, yang pengujiannya dilakukan dengan uji tekan pada beton silinder ataupun kubus. Mutu beton (f c) hasil pengujian dengan beban maksimum P dapat dituliskan seperti pada Persamaan 1 (Tjokrodimuljo, 1995). Material panel dinding dengan abu sekam padi tentunya mempunyai kerakteristik yang tidak jauh dari beton, dimana kuat tekanya akan lebih tinggi dari kuat tariknya. Kualitas material tentunya dapat ditentukan seperti pada beton, yaitu dengan melihat dari kuat tekanya. 12

f c'

P A

..( 1 )

dengan, fc P A = kuat tekan beton, (MPa), = beban maksimum saat pengujian, (MN), = las tampang benda uji, (m2).

Abu sekam padi sebagai bahan utama (pengisi) pada pembuatan panel dinding. Kadar silika abu sekam padi yang tinggi yaitu sekitar 86% (Bantacut , 2006). Penelitian lain menyebutkan kandungan silika pada abu sekam padi pada pembakaran adalah sekitar 500oC adalah sebesar 88,61% (Sabuni, 1995), suhu ini tidak jauh berbeda dengan pembakaran pada batu bata merah yaitu sekitar 600oC (Prahardian, 2008). Terkait dengan tingginya kandungan silica tersebut, abu sekam padi sangatlah potensial untuk dikembangkan sebagai bahan bangunan terutama untuk dicampur dengan semen Portland. Perbandingan yang tepat antara semen, abu sekam padi dan air akan menghasilkan mutu beton yang sesuai target dan ekonomis. Untuk mendapatkan perbandingan campuran yang tepat dapat dilakukan dengan percobaan campuran dengan variasi kadar semen dan kadar air (fas). Beton hasil percobaan campuran diuji tekannya, sehingga akan didapatkan dua hubungan yaitu: 1. hubungan antara mutu beton dan kadar semen, 2. hubungan antara mutu beton dan kadar air. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dinding harus diperhitungkan untuk mendukung beban hidup horizontal yang besarnya adalah 5 % 10% beban lantai. Beban ini akan menimbulkan momen lentur pada dinding, sehingga akan timbul tegangan desak dan tarik. Panel beton abu sekam padi mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi, namun kuat tariknya rendah. Untuk mengatasi tegangan tarik tersebut maka perlu dipasang tulangan yang berupa kawat jala (Gambar 2.1 ).

13

panel abu sekam Tulangan kawat jala

3 cm

Gambar 2.1 Sketsa penulangan dengan kawat jala pada panel beton abu sekam.

Perilaku lentur pada dinding panel beton abu sekam padi dapat dianalisis sebagai pelat lentur dua arah (Gambar 2.2 . Pendekatan analisis pelat lentur yang mendukung beban merata dapat dilakukan dengan pendekatan lentur satu arah (Szilard, 1974). Metode analisis tersebut diilustrasikan pada Gambar 4. Beban merata po pada pelat akan menghasilkan lendutan dipusat pelat pelat sebesar w. Lendutan tersebut harus sama dengan lendutan pada balok panjang Lx dengan lebar 1 satuan dengan beban merata sebesar px, dan juga pada balok dengan panjang Ly dengan lebar 1 satuan dengan beban marat py. Dalam analisis ini nilai px dan py merupakan beban ekuivalen yang menghasilkan lendutan sebesar w pada pelat lentur satu arah. Besarnya nilai p x dan py dihitung dengan Persamaan 2a dan 2b (Szilard, 1974).

14

Lx 1

Lx

px

Gambar 2.2 Skema lentur pada pelat dengan beban merata.

px

Ly
4

4 4

Lx L y

po

( 2a )

py

Lx
4

4 4

Lx L y

po

( 2b )

Pengujian lentur pelat dengan beban merata px, dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengujian balok dengan beban titik P (Gambar 2.3 ). Besarnya beban P merupakan ekuivalensi dari beban merata px yang menghasilkan momen sama. Besarnya beban P dapat dihitung dengan Persamaan 3a.

15

py

4.M B L

.. ( 3a)

dengan, P M B L = beban pengujian, (kg), = momen untuk beban merata px = lebar balok, (m), = Panjang balok (pelat uji lentur).

P t

Lx

Gambar 2.3 Skema uji lentur pada balok.

Momen (M) pada Persamaan 3a besarnya sama dengan momen akibat beban merata pada pelat lajur (px), dari Persamaan 2a atau 2b, sehingga Persamaan 3a dapat ditulis sebagai Persamaan 3b.

p .L x P x B 2L

. (3b)

Berdasarkan pengujian balok lentur tersebut maka akan didapatkan besarnya beban P maksimum (Pmax). Dari nilai tersebut maka besarnya momen dapat dihitung dengan Persamaan 4.

M max

1 Pmax .L 4

..( 4 )

16

dengan, Mmax P max L = momen maksimum pada balok, = beban maksimum pengujian, = panjang balok (jarak antar tumpuan).

Jika balok dianggap bahan dianggap isotropic, maka besarnya tegangan maksimum dapat ditulis dengan Persamaan 5.

mak

6.M max B.t 2

.( 5 )

dengan, mak M max B t = tegangan maksimum, = momen maksimum, = lebar balok, = tebal balok.

17

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan paremeter desai panel dinding, yaitu kuat tekan mortar abu sekam padi, kuat tarik kawat jala, dan tebal panel. Berdasarkan ketiga parameter tersebut metode penelitian dilakukan dalam tiga tahapan utama. 3.1 Pembuatan Benda Uji Pada awalnya, direncanakan campuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan kadar semen 10% sampai dengan 20% dan variasi FAS antara 0,35 sampai dengan 0,45. Desain awal ini menggunakan acuan perancangan adukan beton normal. Namun berdasarkan percobaan pendahuluan memberikan hasil bahwa kadar semen kurang dari 20% campuran belum dapat dicetak sehingga dilakukan revisi campuran yaitu dengan kadar semen 20% sampai dengan 60% dan FAS dari 0,35 sampai dengan 0,50. Hasil revisi rancangan adukan adalah seperti pada Tabel 4.1. Perancangan adukan dilakukan dengan asumsi abu sekam padi pada kondisi jenuh kering muka (SSD). Kenyataan abu sekam padi yang digunakan kondisinya tidak SSD, maka perlu dilakukan koreksi kadar air berdasarkan selisih kadar air SSD dan kadar air lapangan. Koreksi ini kadar air ini akan merubah banyaknya air yang diperlukan untuk campuran. Sampel uji tekan dirancang dengan bentuk kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Untuk keperluan tersebut, maka cetakan dibuat dengan ukuran tersebut. Pada penelitian ini cetakan dibuat dari kayu kasau (Gambar 3.1).

18

Gambar 3.1 Cetakan sampel uji tekan.

Tabel 3.1 Perancangan campuran (perbandingan berat)


DASAR DESAIN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kode C20.35 C20.40 C20.45 C20.50 C30.35 C30.40 C30.45 C30.50 C40.35 C40.40 C40.45 C40.50 C50.35 C50.40 C50.45 C50.50 C60.35 C60.40 C60.45 C60.50 Kadar Semen 0,20 0,20 0,20 0,20 0,30 0,30 0,30 0,30 0,40 0,40 0,40 0,40 0,50 0,50 0,50 0,50 0,60 0,60 0,60 0,60 FAS 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 PERBANDINGAN CAMPURAN SSD Abu Semen Air Sekam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3,65 3,60 3,55 3,50 1,98 1,93 1,88 1,83 1,15 1,10 1,05 1,00 0,65 0,60 0,55 0,50 0,32 0,27 0,22 0,17 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50

3.2 Uji Tekan Benda Uji Uji tekan pada sampel dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan mortar (Gambar 3.2 ) Berdasarkan hasil uji tekan akan didapatkan gaya maksimum untuk meruntuhkan sampel, sehingga akan dapat dihitung kuat tekanya. Data lain dari sapel yang perlu diambil adalah ukuran benda uji dan berat benda uji, sehingga akan dapat dihitung berat satuan benda uji.

19

Gambar 3.2 Alat uji tekan.

3.3 Pengujian Kuat Tarik Kawat Jala Pengujian kuat tarik kawat jala dilakukan dengan menggunakan universal testing machine (UTM). Benda uji untuk keperluan pengujian ini dibuat dari kawat jala yang ada dipasaran dengan ukuran lebar 5 cm (dua lapis) dan panjang 10 cm. Kuat tarik ditentukan berdasarkan gaya maksimum dari pengujian.

Gambar 3.3 Sampel uji tarik kawat jala

20

3.4 Penentuan Tebal Panel Tebal panel dihitung berdasarkan kapasitas panel dalam mendukung momen lentur. Momen yang digunakan dalam hitungan ini adalah momen dari beban horizontal sebesar 100kg/m yang bekerja pada dinding pada ketinggian 1 m dari lantai. Asumsi tumpuan ada dinding adalah sendi dan rol dengan bentang 3,00 m. Berdasarkan kondisi tersebut maka dihitung besarnya momen lentur yang bekerja pada dinding. Kapasitas lentur dari panel dihitung dengan mangacu pelat beton. Kapsitas lentur dihasilkan dari gaya kopel antara kuat tarik kawat jala dan kuat desak dari mortar abu sekam padi. Berdasarkan analisis hitungan ini akan didapatkan tebal panel yang tepat (memenuhi syarat teknis dan ekonomis).

21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengujian Abu Sekam Padi Berdasarkan pengujian bahan, abu sekam padi dapat dikatakan sebagai meterial yang ringan. Hasil pengujian menunjukan berat jenis abu sekam padi sebesar 1,92, yang berarti lebih rendah dari pasir dan tanah. Pengamatan dari berat satuanya menunjukan nilai yang sangat rendah yaitu 0,198 gr/cm 3 pada kondisi tidak dipadatkan dan 0,297 gr/cm3 pada kondisi dipadatkan. Nilai berat satuan tersebut didapatkan pada kondisi abu sekam dilapangan tanpa terkena air hujan yang mempunyai kadar air sebesar 17,54%. Perancangan adukan digunakan abu sekam pada kondisi jenuh kering muka (SSD). Hasil percobaan menunjukan bahwa dari kondisi lapangan diperlukan tambahan air sebesar 40,18% untuk menjadikan abu sekam padi menjadi SSD. Jika dilakukan perhitungan maka kadar air SSD adalah sebesar 64,77% dari kondidi keringnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa serapan abu sekam padi cukup besar. Berdasarkan uji gradasi (Gambar 4.1 )nampak bahwa abu sekam padi mempunyai butiran antara halus dan kasar dengan perbandingan 49% dan 51%. Jika dibandingkan dengan pasir, gradasi ini lebih halus kondisinya antara pasir dan lanau.

22

100 90 80

Percent Finer, %

70 60 50 40 30 20 10 0 1 0,1 0,01 0,001

Grain Diameter, mm

Gambar 4.1 Grafik gradasi abu sekam padi.

4.2 Perancangan Ulang Berdasarkan percobaan pendahuluan pada pembuatan benda uji tekan menunjukan bahwa kadar semen pada rancangan awal terlalu rendah. Hal ini diakibatkan oleh asumsi rancangan awal menggunakan beton normal, padahal abu sekam padi berat satuanya sangat rendah jika dibandingkan agregat beton normal. Berdasarkan hasil percobaan tersebut dilakukan perancangan ulang. Kadar semen hasil perancangan ulang diubah dari range 10% - 20%, menjadi 20% - 60%. Pada awalnya, perancangan campuran dilakukan dengan berat satuan campuran 2 gr/cm3. Nilai ini ternyata terlalu tinggi dibandingkan dengan berat satuan hasil percobaan yaitu sebesar 0,598 gr/cm3 untuk kadar semen 20%. Dengan data tersebut, maka dilakukan rancangan ulang dengan berat satuan desain yang dikoreksi menjadi 0,60 gr/cm3 untuk kadar semen 20% sampai dengan 1,20 gr/cm3 untuk kadar semen 60%. Campuran adukan dilakukan koreksi terhadap kadar air nyata dari abu sekam padi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi abu sekam padi SSD. Berdasarkan kadar air SSD abu sekam padi dan kadar air lapangan abu sekam padi maka dilakukan koreksi campuran adukan dan hasilnya disajikan dalam Tabel 4.1. 23

Tabel 4.1Tabel rancangan campuran


DASAR DESAIN PERBANDINGAN CAMPURAN (DALAM BERAT) Abu Sekam 2,60 2,57 2,53 2,50 1,41 1,38 1,34 1,31 0,82 0,78 0,75 0,71 0,46 0,43 0,39 0,36 0,23 0,19 0,15 0,12

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Kode C20.35 C20.40 C20.45 C20.50 C30.35 C30.40 C30.45 C30.50 C30.35 C30.40 C30.45 C30.50 C30.35 C30.40 C30.45 C30.50 C30.35 C30.40 C30.45 C30.50

Kadar Semen 0,20 0,20 0,20 0,20 0,30 0,30 0,30 0,30 0,40 0,40 0,40 0,40 0,50 0,50 0,50 0,50 0,60 0,60 0,60 0,60

FAS 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50 0,35 0,40 0,45 0,50

Semen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Air 1,40 1,43 1,47 1,50 0,92 0,95 0,99 1,03 0,68 0,72 0,75 0,79 0,54 0,57 0,61 0,64 0,44 0,48 0,51 0,55

4.3 Pembuatan Benda Uji Tekan Pembuatan sampel untuk uji tekan dilakukan dengan mencampurkan semen, abu sekam dan air sesuai dengan hasil rancangan. Rancangan campuran dilakukan dengan asumsi kondisi abu sekam padi SSD. Sedangkan material yang digunakan mempunyai kadar air sebesar 17,54%. Untuk mendapatkan kondisi SSD untuk abu sekam maka perlu dilakukan koreksi sehingga didapatkan kadar air sebsar 64,77%. Setelah kadar air dilakukan koreksi maka semua bahan dicampur dan diaduk sampai merata, dan selanjutnya siap dicetak (Gambar 4.2 ).

24

Gambar 4.2 Adukan semen, abu sekam padi dan air.

Pencetakan untuk uji tekan dilakukan dengan cetakan yang telah disiapkan. Ukuran cetakan berbentuk kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm yang dibuat dari kayu (Gambar 4.3 ). Pada saat pencetakan adukan perlu ditumbuk agar menjadi padat. Pada penelitian ini pemadatan masih

menggunakan metode manual. Untuk campuran dengan kadar semen dan FAS rendah akan memerlukan pemadatan yang lebih besar. Sedangkan untuk campuran dengan kadar semen besar dan FAS besar kondisi campuran cukup basah sehingga pemadatanya mudah.

Gambar 4.3 Pencetakan sampel uji tekan.

25

Sampel yang dibuat tanggal 17 Mei 2012 dbuka pada tanggal 18 Mei 2012, dengan umur 1 hari. Sampel tersebut merupakan sampel dengan kadar semen 20% (sampel no 1 sampai no 4). Setelah cetakan dibuka, nampak bahwa sampel no 3 dan no 4 utuh, namun sampel no 1 dan no 2 hancur (Gambar 4.4 ). Hal ini mengindikasikan kadar semen 20% kurang dari kebutuhan campuran. Untuk sampel lainya (kadar semen > 20%), semua sampel kondisinya utuh pada saat dibuka.

Gambar 4.4 Sampel dengan kadar semen 20% sebagian rusak ketika cetakan dibuka.

Sampel yang telah dicetak dibuka pada hari ke dua. Setelah sampel dibuka dari cetakan maka dilakukan perawatan dengan merendam dalam air sampai umurnya mencapai 28 hari untuk siap diuji (Gambar 4.5 ). Selama perendaman selalu dikontrol agar benda uji selalu terendam air sehingga proses hidrasi berjalan dengan sempurna. Dua hari sebelum pengujian benda uji diambil dari bak peremdaman untuk ditiriskan.

26

Gambar 4.5 (a) Sampel uji tekan yang siap untuk dilakukan perawatan (perendaman) dan (b) perawatan benda uji (perendaman).

4.4 Pengujian Benda Uji Abu sekam padi pada penelitian ini akan digunakan sebagai bahan utama penyusun panel dinding. Abu sekam ini akan dicampur dengan semen dan air, sehingga nantinya akan membentuk meterial keras seperti mortar. Karakteristik dari papan panel ini diharapkan akan menyerupai material beton atau mortar. Sifat mekanik yang akan digunakan dalam pengembangan panel dinding dari material ini adalah kuat tekannya. Berdasarkan maksud tersebut pembuatan benda uji dimaksudkan untuk mendapatkan campuran yang tepat dengan kuat tekan yang diharapkan yaitu minimal 50 kg/cm2. Pengujian utama benda uji adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekannya. Berdasarkan pengujian kuat tekan tersebut nantinya akan digunakan untuk menentukan komposisi yang tepat antara abu sekam pada, seman dan air yang digunakan untuk membuat campuran. Selain kuat tekan, dilakukan pengujian berat satuan benda uji untuk mendapatkan pengaruh komposisi campuran terhadap kekompakan dari benda uji. 4.4.1 Pengaruh Komposisi Campuran Terhadap Berat Satuan Berat satuan benda uji dianalisis berdasarkan data berat benda uji dan volumenya. Berat diukur dengan menimbang benda uji, sedangkan volume

27

dihitung berdasarkan dimensi benda uji yaitu lebar, panjang dan tingginya. Berat satuan dihitung berdasarkan perbandingan berat dengan volume benda uji. Berdasarkan hasil analisis data pengujian menunjukan bahwa berat satuan benda uji sebanding dengan besarnya kadar semen (Gambar 4.6 ). Hal ini terkait dengan berat satuan abu sekam padi yang rendah jika dibandingkan dengan semen, sehingga penambahan semen akan meningkatkan berat benda uji. Peningkatan berat benda uji tersebut tentunya akan meningkatkan berat satuannya. Pengaruh FAS pada berat satuan kurang begitu berarti. Hal ini nampak dari Gambar 4.7 , dimana titik-titik data yang dihasilkan pada FAS yang berbeda mengumpul untuk kadar semen yang sama. Hal ini menunjukan bahwa FAS tidak banyak berpengaruh pada kekompakan benda uji dan yang lebih berpengaruh adalah kadar semen.
2,0 1,8 Berat Satuan (ton/m3) 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 Kadar Semen (%) 0,5 0,6 0,7

Gambar 4.6 Pengaruh kadar semen terhadap berat satuan benda uji.

4.4.2 Pengaruh FAS pada Kuat Tekan Benda Uji Hasil pengujian kuat tekan menunjukan bahwa peningkatan FAS akan berpengaruh pada peningkatan kuat tekan benda uji untuk benda uji dengan kadar semen rendah (kurang dari 40%). Penambahan pada benda uji berarti jumlah air yang digunakan dalam campuran lebih besar. Kondisi ini menunjukan 28

pada kadar semen rendah (kurang dari 40%), jumlah air yang digunakan terlalu sedikit (campuran kering). Penambahan FAS pada kondisi ini punya konsekuensi menambah air akan meningkatkan kuat tekan. Kondisi pada kadar semen rendah (kurang dari 40%), kuat tekan yang didapatkan sangat rendah (kurang dari 30 kg/cm2) sehingga campuran dengan kadar semen kurang dari 40% tidak akan dikaji lebih lanjut. Pada kadar semen tinggi (lebih dari 50%), peningkatan FAS akan meningkatkan kuat tekan namun setelah melewati kondisi optimum akan turun kembali. Untuk campuran dengan kadar semen 50%, nilai optimum didapatkan pada FAS = 0,45, sedangkan untuk kadar semen 60% nilai optimum pada FAS = 0,40. Berdasarkan data kuat tekan dari kedua kadar semen ini nilai cukup besar, sehingga akan dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan campuran optimumnya.
250

200 Kuat Tekan (kg/cm2)

150

Kadar semen = 60%


100

Kadar semen = 50%


50

0 0,30 0,35 0,40 0,45 FAS 0,50

Kadar semen = 40% Kadar semen = 30% Kadar semen = 20%


0,55 0,60

Gambar 4.7 Pengaruh kadar semen terhadap berat satuan benda uji.

Target kuat tekan dari campuran yang diharapkan adalah sebesar 50 kg/cm2. Nilai tersebut dapat dipenuhi untuk semua semua kondisi FAS pada kadar semen 60%, dengan kuat tekan 100 kg/cm2 200 kg/cm2. Target kuat 29

tekan juga dapat dipenuhi untuk campuran dengan kadar semen 50%, dengan FAS antara 0,45 sampai 0,50. Dengan mempertimbangkan sisi ekonomis maka dipilih kadar semen yang lebih rendah, sehingga pilihan jatuh pada kadar semen 50%. Berdasarkan data kuat tekan pada kadar semen 50%, selanjutnya dipilih FAS yang lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil pengujian pada FAS = 0,45 kuat tekan akan mencapai maksimum, sehingga dipilih FAS sebesar 0,45. Berdasar hasil evaluasi tersebut maka campuran yang diusulkan adalah kadar semen 50% dan FAS 0,45. Berdasarkan evaluasi tersebut ditentukan campuran yang optimum adalah dengan FAS = 0,45 dan kadar semen 50%, dengan kondisi abu sekam SSD. Perbandingan campuran pada kondisi abu sekam SSD antara semen, abu sekam dan air dalam berat adalah 1 : 0,55 : 0,45. Jika kondisi abu sekam yang digunakan pada kondisi kering, perbandingan antara abu sekam, semen dan air menjadi 1 : 0,39 : 0,61. 4.5 Pengujian Tarik Kawat Jala Kawat jala akan digunakan sebagai tulangan pada pembuatan panel dinding abu sekam padi ini. Karakteristik papan panel yang mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya rendah akan memerlukan tulangan jika harus mendukung momen. Dengan maksud sebagai tulangan tarik maka kawat jala perlu dilakukan uji tarik untuk mendapatkan nilai kuat tariknya. Kawat jala yang digunakan adalah kawat jala yang ada dipasaran dengan spasi 1,5 cm dan diameter kawat adalah 0,6 mm. Pengujian dilakukan dengan sampel ukuran lebar 10 cm (dilipat menjadi 5 cm). Hasil pengujian kuat tarik mengasilkan kuat tarik sebesar 1,2 kN untuk lebar kawat jalan 10 cm atau sebesar 12 kN/m. Berdasarkan data kuat tarik tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai dasar analisis penulangan panel diding abu sekam padi. 4.6 Desain Konstruksi Penel Dinding Desain pada prinsipnya membandingkan antara kapasitas dan beban yang bekerja. Pada desain panel dinding ini beban yang bekerja merupakan beban hidup horisontal sebesar 100 kg/m, dengan posisi 1 m dari lantai. Berdasarkan beban yang bekerja tersebut maka akan timbul momen lentur pada 30

dinding, sehingga dinding harus didesain mampu mendukung momen tersebut. Sedangkan kapasitas dalam menahan momen lentur didapatkan dari momen kopel dari kapasitas tarik tulangan dan desak pada panel. 4.6.1 Kapasitas Momen Lentur Analisis kapasitas lentur pada panel dinding dilakukan dengan

menghitung momen kopel dari kapasitas tarik tulangan dan desak pada panel dinding. Penentuan kapasitas momen panel dinding ini didasarkan pada beberapa asumsi berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan. Asumsi-asumsi tersebut antara lain: a. Tebal panel dining adalah 3 cm. b. Kuat tekan panel abu sekam padi adalah 5 MPa. c. Tulangan yang dipakai adalah kawat jala denga kuat tarik 12 kN/m. Kapasitas lentur panel dihitung menggunakan prinsip momen kopel antara tegangan desak pada panel dan tarik pada tulangan (kawat jala). Skema hitungan disajikan dalam skema pada Gambar 4.8 .

0,85.fc

D t

c z

Gambar 4.8 Skema mekanika lentur pada penel dinding.

31

Tahapan hitungan kapasitas momen lentur panel dinding adalah sebagai berikut ini. a. Kapasitas tarik (T) ditentukan berdasarkan kuat tarik kawat jala. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan kuat tarik kawat jala adalah 12 kN/m. Untuk panel dinding dengan lebar 1 meter, maka kapasitas tariknya adalah 12 kN. b. Kapasitas desak (D) dihitung berdasarkan keseimbangan gaya

horisontal, dimana T = D. Dengan demikian maka besarnya kapasitas desak (D) sama dengan 12 kN.Kedalaman bagian desak dihitung dengan menggunakan skema pada beton, dimana tegangan desak dianggap merata sedalam c. Tegangan desak rata-rata adalah 0,85 kali kuat desaknya. Selanjutnya nilai c dihitung dengan persamaan c=
,..

dan besarnya nilai c adalah 0,003 m atau 0,3 cm.

a. Selanjunta dengan data nilai c dihitung nilai z yang merupakan jarak antara T dan D, dengan selimut tulangan kawat jala (s) sebesar 0,5 cm. Nilai z dihitung dengan persamaan z = t s 0,5.c. Hasil hitungan nilai z adalah sebesar 0,024 m atau 2,4 cm. b. Kapasitas momen (Mn) dihitung dengan mengalikan nilai D dan z, atau T dan z. Hasil hitungan kapasitas momen adalah sebesar 0,241 kN.m.

4.6.2 Analisis Momen pada Dinding Pada umumnya dinding rumah berukuran 3 m x 3 m. Ukuran tersebut didasarkan pada jarak antar kolom praktis yaitu 3 meter dan tinggi dinding 3 m. Asumsi panel dinding dicetak dengan ukuran 1 m x 3 m, sehingga ada dua kemungkinan pemasangan yaitu vertikal dan horisontal. Pada pemasangan vertikal maka skema lentur yang terjadi adalah seperti pada balok vertikal panjang 3 mater dengan beban titik sebesar 100 kg dan dengan posisi beban 1 meter dari bawah. Sedangkan jika dipasang horisontal maka skema lentur akan seperti balok panjang 3 meter dengan beban merata dengan beban 100 kg/m. Hitungan momen pada kedua tipe pemasangan adalah sebagai berikut:

32

a. Pemasangan panel vertikal menghasilkan momen lentur maksimum sebesar 0,67 kN.m, b. Pemasangan panel horisontal menghasilkan momen lentur

maksimum sebesar 1,12 kN.m. Berdasarkan kedua tipe pemasangan tersebut maka pemasangan vertikal akan lebih efetktif, karena menghasilkan momen lebih kecil. Namun demikian, momen yang dihasilkan masih jauh lebih besar dari kapasitasnya, sehingga desain dengan ukuran dinding 3 m x 3 m belum bisa digunakan. Modifikasi perlu dilakukan dengan memperkecil jarak antar kolom praktis. Dicoba jarak antar kolom praktis 2 m dan tinggi balok juga 2 meter. Pada kondisi ini momen yang dihasilkan baik pada pemasangan vertikal maupun horisontal sama yaitu 0,5 kN.m. Besarnya momen yang terjadi masih lebih besar dari pada kapasitasnya, sehingga tipe ini juga belum bisa digunakan. Modifikasi dilakukan lagi dengan jarak antar kolom praktis 1 m dan tinggi balok 3 m. Pada tipe ini panel dengan ukuran 1 m x 3 m dijepit dengan kolom praktis dan balok. Momen lentur maksimum yang terjadi pada bentang 1 meter, yang besarnya adalah 0,125 kN.m. Besarnya momen lentur ini lebih kecil dari kapasitanya, sehingga layak untuk digunakan sebagai dinding.

33

kolom praktis ring balk dinding panel

1,00

Gambar 4.9 Skema hasil desain panel dinding.

34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil kajian yang tekah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: a. Campuran antara semen, abu sekam dan air yang paling optmimum adalah 1 : 0,55 : 0,45 (pada kondisi abu sekam SSD), atau 1 : 0,39 : 0,61, pada kondisi abu sekam kering. Pada campuran tersebut kadar semenya adalah 50% dengan FAS 0,45. a. Kuat tekan pada campuran optimum adalah sekitar 10 MPa, dan untuk keperluan perancangan diambil nilai 5 MPa. b. Tebal papan panel yang diusulkan adalah 3 cm dengan tulangan kawat jala dengan kuat tarik 12 kN/m. Posisi tulangan pada kedalaman 0,5 cm. Kapasitas momen yang dihasilkan adalah 0,241 kN.m. c. Untuk dapat menahan momen yang bekerja, pemasangan panel dinding dengan tebal 3 cm, dilakukan dengan kolom praktis pada jarak 1 m

5.2 Saran Penelitian ini dilakukan untuk membuat desain awal. Pada penelitian ini kapasitas lentur dikaji dengan skema mekanik dengan analogi pada beton. Pengujian lentur pada benda uji berupa panel dinding perlu dilakukan untuk verifikasi dan koreksi jika diperlukan. Momen lentur dianalisis dengan mengabaikan kondisi jepitan pada kolom praktis. Penelitian masih perlu dilakukan untuk meneliti faktor jepitan tersebut.

35

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Tetap tahun 2009 dan Angka Ramalan II Tahun 2010), Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik No. 43/07/XIII 1 juli 2010, http://www.bps.go.id/brs_file/aram01jul10.pdf, 4 juli 2010 jam 18.20 WIB. Anonim, 2007, Sumber Daya Alam Jawa Tengah, http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=vie w&id=3522&Itemid=1946 akses tanggal 26 Maret 2008 jam 13:07 WIB.

Anonim, 2008, Jumlah Penduduk menurut ProvinsiJumlah Penduduk menurut Provinsi, http://www.datastatistikindonesia.com/component/option,com_tabel/kat,1/Itemid,165/, akses tanggal 26 Maret 2008 jam 13:45 WIB Bantacut, T, 2006, Teknologi Pengolahan Padi Terintegrasi Berwawasan Lingkungan, Lokakarya Nasional Peningkatan Dayasaing Beras Melalui Perbaikan Kualitas Gedung Pertemuan Oryza Bulog, Jakarta, 13 September 2006. Gambhir, M.L., 1986, Concrete Technology, Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Hartono, Y.M.V., Wirdad, B dan Suparta, 1986, Pembuatan Sic Dari Sekam Padi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Keramik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bandung. Murdock, L.J. and Brooke, K.M., 1979, Concrete Material and Practice, Edward Arnold, New York. Prahardian, G., 2008, Perbandingan Warna Hasil Pembakaran Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Merah Pejal Asal Sokaraja, Jurusan Teknik Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto. Remi, S.S., 2007, Implikasi Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2025 Terhadap Pembangunan Berkelanjutan Bidang Ekon, http://pustaka.bkkbn.go.id/index.php?option=com_content&task=view& id=95&Itemid=9 diakses pada tanggal 26 Maret 2009 jam13.10 Sabuni, E., 1995, Reaserch into Potentialities of Rice Husk ash Cement for Aplication in Rural Tanzania, Faculty of Engineering, Delf University of Technology. Sumiyanto, 1997, Rasio Agregat Semen Terhadap Kuat Tekan Beton, JTS FT UGM, Yogyakarta Szilard, R., 1974, Teori dan Analisis Pelat Metode Klasik dan Numerik, alih bahasa oleh Ir. Wira, MSCE, Penerbit Erlangga, Jakarta. Tjokrodimuljo, K., 1995, Teknologi Beton, JTS FT UGM, Yogyakarta.

36

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil pengujian kadar air abu sekam padi.

1 2 3 4 5 6 7 8

Can no. Mass of can Mass of wet soil + can Mass of dry soil + can Mass of moisture Mass of dry soil Water content, w Average water content, w M1 gram M2 gram M3 gram (M2-M3) gram (M3-M1) gram [(M2-M3)/(M3-M1)]x100%

1 4,6 11,80 10,7 1,1 6,1 18,03 17,54

2 9,1 19,4 17,90 1,5 8,8 17,05

Lampiran 2 Hasil pengujian gradasi abu sekam padi


100 90 80

Percent Finer, %

70 60 50 40 30 20 10 0 1 0,1 0,01 0,001

Grain Diameter, mm

37

Anda mungkin juga menyukai