Anda di halaman 1dari 22

GUILLAND-BARRE SYNDROME ( GBS )

Disusun oleh : IDA AYU PRAMA YANTHI ( 08700084 ) DEWA AYU RATNA MAHAPRAWITASARI ( 08700159 )

PEMBIMBING : Dr. UTOYO SUNARYO Sp.S

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA RSUD Dr. MOH. SALEH KOTA PROBOLINGGO TAHUN AKADEMIK 2012-2013

S.M.F ILMU PENYAKIT SARAF FK UWKS/ RSUD DR. M SALEH PROBOLINGGO

Nama Dokter Muda : Ida Ayu Prama Yanthi ( 08700084 ) Dewa Ayu Ratna Mahaprawitasari (08700159)

Dokter penguji/Pembimbing : Dr. Utoyo Sunaryo, Sp.S

DOKUMEN MEDIK UNTUK DOKTER MUDA

IDENTITAS PENDERITA Nama pasien Jenis kelamin Umur Alamat Agama Status marital Pekerjaan : : : : : : : mujaroh laki-laki 14 thn Probolinggo Islam belum pelajar

SUBJEKTIF (S)

DATA DASAR AUTO/HETEROANAMNESA Keluhan utama : lemah semua tangan kaki

Riwayat penyakit sekarang : Lemah semua tangan dan kaki sejak 2 hari yang lalu secara, kiri dan kanan bersamaan, lemah dimulai dari kaki kemudian tangan ikut melemah, tetap bisa berjalan tapi terjatuh, lemah semakin parah, tanpa disertai nyeri otot, kepekaan rasa nyeri berkurang, disertai rasa kesemutan, kesadaran baik. Didahului panas, batuk-pilek dan diare bersamaan 5 hari sebelum lemah kaki dn tangan, suhu tubuh sudah menurun, dan frekuensi dan keparahan diare tidak terlalu 1/ 2 kali sehari tanpa disertai bau. Sekarang disertai sesak dan susah menelan dan tersedak, tanpa disertai kelumpuhan wajah, tanpa mual muntah, tanpa kejang, dan tanpa gangguan BAK BAB.

Riwayat penyakit dahulu Tidak pernah sakit seperti ini, dan sebelumnya aktiv tidak sakit-sakitan Riwayat tumbuh kembang : Normal Riwayat imunisasi lengkap

Riwayat penyakit keluarga : Keluarga tidak ada yang seperti ini

Riwayat pengobatan : Paracetamol untuk panas, sedangkan diare dan batuk pilek tidak, tidak pernah melakukan pemeriksaan ke dokter ataupun rumah sakit sebelumnya maupun untuk penyakit ini, dan tidak ada riwayat alergi obat, sedang tidak melakukan imunisasi tambahan dan tanpa riwayat rawat inap RS ataupun operasi.

Riwayat psikososial : Tidak rajin olahraga namun aktif di sekolah, lingkungan tempat tinggal kumuh, jarang mencuci tangan sebelum makan, makan masakan rumah jarang jajan sembarangan serta tidak melakukan perjalanan ke luar kota sebelum keluhan muncul.

IDENTITAS Nama pasien Jenis kelamin Umur Alamat Agama Status marital Pekerjaan : mujaroh : laki-laki : 14 thn : probolinggo : islam :: pelajar

KELUHAN UTAMA: lemas semua tangan dan kaki

RPS Keluhan utama

Mulai kapan? Dari kemarin dulu, 2 hari yang lalu mengapa: untuk mengetahui berapa lama dan seberapa jauh perjalanan penyakitnya untuk tau Akut atau kronik, dan GBS merupakan paralisa subakut, dimana kelumpuhan progresif dan sangat cepat.

Lemah bersaman di kiri dan kanan? iya kiri dan kanan bersamaan mengapa : Pada Guilland-Barre syndrome sebagian besar kasus mengalami kelemahan ekstremitas simetri atau bilateral namun tak menutup kemungkinan jarang terjadi kelemahan asimetri.

Di mulai dr bawah atau keempat-empatnya? Di mulai dari kaki dulu, lalu sekarang tangan juga ikut lemah mengapa : pada GBS mengalami lemah/ lumpuh dapat ringan maupun berat terbatas pada 2 alat gerak atau keempat anggota gerak (Ascending paralysis). Sekaligus untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit serta penangan selanjutnya. bermula dari proksimal anggota gerak, lemah pada kaki menjalar kaki tangan badan wajahbahkan otot pernafasan dan otot bagian dalam otot faring. masing- masing pasien GBS memiliki tingkat keparahan lumpuh berbeda-beda.

Lemahnya seperti apa? Atau sampai tidak bisa berjalan? Bisa berjalan, Cuma lemah ga kuat, mau jatuh mengapa : untuk mengetahui apakah ini merupakan kelumpuhan anggota gerak atau masih dalam batas lemah. Pada GBS merupakan kelemahan anggota gerak dengan tingkat berat lemahnya berbeda-beda tiap individu. disamping itu pada GBS kelemahan progresif dan cepat. maka differential diagnosis miestina gravis dapat disingkirkan karena pada MG khasnya kelemahan otot terjadi setelah beraktivitas dan lbh ringan setelah beristirahat.

Sekarang dari pertama kali lemah, apa tambah parah? Iya, lumpuhnya tambah parah mengapa : GBS merupakan paralisa akut, dimana kelumpuhan progresif dan sangat cepat Langsung lemah? Ada nyeri? iya lemah, ga ada nyeri mengapa : untuk mengetahui sebab kelumpuhan. pertanyan nyeri untuk mengarahkan diagnosis dan menepis differential diagnosis. pada GBS lemahnya ekstremitas tidak disertai nyeri. pada polio kelemahan otot disertai nyeri otot, ataupun pegal.

Sebelumnya apa ada jatuh? ngga ada, tiba-tiba saja lemahnya mengapa : meyakinkan penyebabnya bukan trauma

Mati rasa? Sedikit, kayak beda merasakannya mengapa : GBS mengenai sistem saraf tepi, sistem konduksi terhalang terutama motorik. selain itu serabut saraf besar lebih terkena yaitu penghantar rangsang raba, getar dan posisi dibanding serabut saraf kecil penghantar suhu. jadi GBS mengalami penurunan sensitivitas nyeri dan beberapa sensitivitas terhadap suhu klo cubit terasa sakit? masih bisa terasa sakit mengapa : Meyakinkan seberapa parah mati rasa tadi Apa ada rasa kesemutan?Ada mengapa : GBS kadang disertai kesemutan dan rasa seperti terbakar dengan lokasi berbeda dan waktu bervariasi. Ada rasa panas? tidak mengapa :sda

Keluhan penyerta

GBS atau Guilland-Barre syndrome merupakan penyakit imunologi yang menyerang sistem saraf tepi GBS merupakan paralisa sub-akut, dimana kelumpuhan progresif dan sangat cepat. GBS didahului infeksi serologis sebagai faktor pencetusnya kelumpuhan, maka dari itu sebelum nya didahului demam dan penyakit infeksi lainnya seperti flu, batuk, pilek, ispa, diare, tifus bisa juga herpes. maka perlu menanyakan keluhan penyerta untuk mengetahui kemungkinan faktor pencetus reaksi imunologinya.

Sebelumnya di dahului dengan panas? Iya, panas dulu 5 hari lalu Sekarang masih panas? Summer Sebelumnya ada batuk pilek? iya kapan batuk pileknya? bersamaan dengan panas? iya, bersamaan 5 hari yang lalu Apa ada diare? iya, 5 hari yang lalu jg tapi tidak terlalu mencret

Sehari berapa kali? sehari bisa 1-2 kali sehari Untuk diarenya apa adiknya ibu sudah kasi oralit ato minum yang cukup? tidak juga, klo oralit tidak Pertanyaan mengenai diare tersebut sekaligus untuk menyingkirkan dd paralisis hipokalemi ato dehidrasi.

Dari panas batuk pilek dan diare, ibu sudah ber obat? paracetamol, rada turun Untuk mengetahui terapi yang telah diberikan serta indikasi perawatan pasien. Selain itu mengurangi resiko interaksi obat .

sekarang ada sesak? iya sekarang rada sesak, dadanya rasanya ga enak makin beratnya lumpuh, terutama adanya kelumpuhan pada otot wajah dan kelumpuhan otot pernafasan dan gangguan menelan maka prognosisnya makin buruk. jadi, pertanyaan ini untuk mengetahui penangannya lebih lanjut.

berarti sekarang lemah kaki adiknya sampai tangan dan disertai sesak? iya apa adik susah menelan? iya, nelan sulit mo keselek klo muka adiknya apa ada merasa lupuh? lumpuh sebelah ato keduanya? tidak pertanyaan tersebut slain untuk mengetahui tingkat keparahan GBS pada MG terutama terdapat kelumpuhan otot okuler sehingga ptosis. disamping untuk mengetahui tingkat keparahan GBS.

Sekarang kesadarannya? baik, tapi mudah jatuh mengapa : GBS tidak mengalami penurunan kesadaran. kasus kelumpuhan dengan penurunan kesadaran pada cedera kepala, stroke hemoragik, dan keracunan.

apa ada mual muntah? tidak Sebelumnya pernah kejang? Tidak

sekarang ada gangguan buang air kecil atau pada saat buang air besar? tidak pada GBS jarang ditemukan gangguan bak dan bab, namun pada kelumpuhan yang disebabkan cedera batang otak terjadi penurunan fungsi urin, bab dan fungsi sex. Lebih tepatnya GBS yang merupakan paralysis flaksida memang jarang mengalami gangguan tersebut. Paralisis spastika sebagian besar disertai gangguan miksi dan defekasi.

Apa sebelumnya ada liburan ke luar kota? Tidak ada mengetahui apakah sempat singgah ke daerah endemik. seperti pada penyakit polio.

RPD Apa dulu pernah sakit seperti ini? Tidak pernah Apa dulu adiknya sakit-sakitan ato aktif di sekolah? aktif di sekolah, baru ini panas 5 hari trus lumpuh Untuk mengetahui kemungkinan berulangnya penyakit dan kesehatan sebelumnya atau ketahan tubuh si anak.

RPK Apa di keluarga ada yang pernah sakit seperti ini? Tidak ada Kemungkinan penyakit herediter dan keturunan. GBS kemungkinan tidak berkaitan dengan herediter. Contoh penyakit herediter MD, dan paralitik periodic hipokalemi (autosomal dominan). Pertanyaan ini dapat mengetahui peran serta keluarga dalam merawat anggota keluaga yang menderita lumpuh.

RIWAYAT PENGOBATAN

Apa sudah sempat minum obat? Sudah, minum obat paracetamol, panasnya turun sementara Berarti sebelumnya belum pernah ke dokter? belum dan belum pernah dirawat di rumah sakit ya? iya

Sewaktu lahir imunisasi lengkap? Iya imunisasi lengkap Baru-baru ini apa ada mlakukan imunisasi tambahan? tidak Apa ada alergi obat? Tidak ada

Selain untuk mengetahui riwayat pengobatan juga dapat mengetahui sumber pencetus infeksi yang kemudian terjadi reaksi imunologi. Pada riwayat obat juga wajib untuk mengetahui apa ada alergi obat.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Bagaimana keadaan lingkungan sekitar rumah? Kumuh Apa ada tetangga sakit seperti ini? Tidak Untuk mengetahui kemungkinan penyakit menular.

RIWAYAT KEBIASAAN

Apa suka olahraga? Tidak terlalu suka Apa pada saat akan makan rajin cuci tangan? Kadang mencuci tangan, kadang tidak Apa di sekolah adik aktif? Aktif Sebelumnya makannya apa? makannya kuat? makan biasa yang dimasak Slain menyingkirkan kemungkinan penyakit menular Riwayat kebiasaan makan menepis kemungkinan paralisis yang disebabkan keracunan makanan karena botulism.

Diagnosis mengarah ke GUILLAND-BARRE SYNDROME

GUILLAND-BARRE SYNDROME

Sindroma Guillain Barre (SGB) atau radang polineuropati demyelinasi akut (Poli radikulo neuropati inflamasi akut atau PIA) adalah suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai radiks spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis, yang biasanya timbul setelah suatu infeksi. Manifestasi klinis utama dari SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe lower motor neuron dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka. Sindroma Guillain Barre mempunyai banyak sinonim, antara lain : polineuritis akut pasca infeksi, polineuritis akut toksik, polineuritis febril, poliradikulopati dan acute ascending paralysis. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia pada setiap musim, menyerang semua umur. SGB merupakan suatu penyakit autoimun, dimana proses imunologis tersebut langsung mengenai sistem saraf perifer. Mikroorganisme penyebab belum pernah ditemukan pada penderita penyakit ini dan pada pemeriksaan patologis tidak ditemukan tanda-tanda radang. Periode laten antara infeksi dan gejala polineuritis memberi dugaan bahwa kemungkinan kelainan yang terdapat disebabkan oleh suatu respons terhadap reaksi alergi saraf perifer. Pada banyak kasus, infeksi sebelumnya tidak ditemukan, kadang-kadang kecuali saraf perifer dan serabut spinal ventral dan dorsal, terdapat juga gangguan medula spinalis dan medula oblongata. Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk SGB. Pengobatan secara simtomatis dan perawatan yang baik dapat memperbaiki prognosisnya. INSIDENS Belum diketahui angka kejadian penyakit ini di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini di seluruh dunia berkisar antara 1-1,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Penyakit ini menyerang semua umur, tersering dikenai umur dewasa muda. Insidensi lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan 2 : 1, dan lebih banyak terjadi pada usia muda (umur 4-10 tahun). Umur termuda yang dilaporkan adalah 3 bulan dan tertua adalah 95 tahun, dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyakit ini dengan suatu musim tertentu. ETIOLOGI GBS atau Guillain Barre Syndrome adalah penyakit langka yang menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun. GBS mengambil nama dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain dan Barre, yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis. Penyakit ini menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya. Dahulu sindrom ini diduga disebabkan oleh infeksi virus, tetapi akhir-akhir ini terungkap bahwa ternyata virus bukan sebagian penyebab. Teori yang dianut sekarang ialah

suatu kelainan imunobiologik, baik secara primary immune response maupun immune mediated process. Pada umumnya sindrom ini sering didahului oleh influenza atau infeksi saluran nafas bagian atas atau saluran pencernaan. Penyebab infeksi pada umumnya virus dari kelompok herpes. Sindrom ini dapat pula didahului oleh vaksinasi, infeksi bakteri, gangguan endokrin, tindakan operasi, anestesi dan sebagainya. PATOGENESIS Akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang mendahului SGB akan timbul autoantibodi atau imunitas seluler terhadap jaringan sistim saraf-saraf perifer. Infeksi-infeksi meningokokus, infeksi virus, sifilis ataupun trauma pada medula spinalis, dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan selaput araknoid. Di negara-negara tropik penyebabnya adalah infeksi tuberkulosis. Pada tempat-tempat tertentu perlekatan pasca infeksi itu dapat menjirat radiks ventralis (sekaligus radiks dorsalis). Karena tidak segenap radiks ventralis terkena jiratan, namun kebanyakan pada yang berkelompokan saja, maka radiks-radiks yang diinstrumensia servikalis dan lumbosakralis saja yang paling umum dilanda proses perlekatan pasca infeksi. Oleh karena itu kelumpuhan LMN paling sering dijumpai pada otot-otot anggota gerak, kelompok otot-otot di sekitar persendian bahu dan pinggul. Kelumpuhan tersebut bergandengan dengan adanya defisit sensorik pada kedua tungkai atau otot-otot anggota gerak. Secara patologis ditemukan degenerasi mielin dengan edema yang dapat atau tanpa disertai infiltrasi sel. Infiltrasi terdiri atas sel mononuklear. Sel-sel infiltrat terutama terdiri dari sel limfosit berukuran kecil, sedang dan tampak pula, makrofag, serta sel polimorfonuklear pada permulaan penyakit.Setelah itu muncul sel plasma dan sel mast. Serabut saraf mengalami degenerasi segmental dan aksonal. Lesi ini bisa terbatas pada segmen proksimal dan radiks spinalis atau tersebar sepanjang saraf perifer. Predileksi pada radiks spinalis diduga karena kurang efektifnya permeabilitas antara darah dan saraf pada daerah tersebut.

GAMBARAN KLINIS Penyakit infeksi dan keadaan prodromal : Pada 60-70 % penderita gejala klinis SGB didahului oleh infeksi ringan saluran nafas atau saluran pencernaan, 1-3 minggu sebelumnya (2). Sisanya oleh keadaan seperti berikut : setelah suatu pembedahan, infeksi virus lain atau eksantema pada kulit, infeksi bakteria, infeksi jamur, penyakit limfoma dan setelah vaksinasi influensa (1,4).

Masa laten : Waktu antara terjadi infeksi atau keadaan prodromal yang mendahuluinya dan saat timbulnya gejala neurologis. Lamanya masa laten ini berkisar antara satu sampai 28 hari, rata-rata 9 hari. Pada masa laten ini belum ada gejala klinis yang timbul.

Keluhan utama : Keluhan utama penderita adalah prestasi pada ujung-ujung ekstremitas, kelumpuhan ekstremitas atau keduanya. Kelumpuhan bisa pada kedua ekstremitas bawah saja atau terjadi serentak pada keempat anggota gerak. Sifat-sifat GBS:

Bisa terjangkit di semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa jarang ditemukan pada manula Lebih sering ditemukan pada kaum pria Bukan penyakit turunan tidak dapat menular lewat kelahiran, terinfeksi atau terjangkit dari orang lain yang mengidap GBS

Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau tenggorokan. Gejala Klinis : 1.Kelumpuhan Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe lower motor neurone. Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai dari kedua ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak atas dan saraf kranialis. Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai secara serentak, kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis. Kelumpuhan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia. Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih berat dari bagian distal, tapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal lebih berat dari bagian proksimal (2,4). 2.Gangguan sensibilitas Parestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka juga bisa dikenai dengan distribusi sirkumoral (3). Defisit sensoris objektif biasanya minimal dan sering dengan distribusi seperti pola kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering dikenal dari pada sensibilitas proprioseptif. Rasa nyeri otot sering ditemui seperti rasa nyeri setelah suatu aktifitas fisik (1,4).

3.Saraf Kranialis Saraf kranialis yang paling sering dikenal adalah N.VII. Kelumpuhan otot-otot muka sering dimulai pada satu sisi tapi kemudian segera menjadi bilateral, sehingga bisa ditemukan berat antara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali N.I dan N.VIII. Diplopia bisa terjadi akibat terkenanya N.IV atau N.III. Bila N.IX dan N.X terkena akan menyebabkan gangguan berupa sukar menelan, disfonia dan pada kasus yang berat menyebabkan kegagalan pernafasan karena paralisis n. laringeus (4). 4.Gangguan fungsi otonom Gangguan fungsi otonom dijumpai pada 25 % penderita SGB9 (4). Gangguan tersebut berupa sinus takikardi atau lebih jarang sinus bradikardi, muka jadi merah (facial flushing), hipertensi atau hipotensi yang berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodic profuse diaphoresis. Retensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai (1,4). Gangguan otonom ini jarang yang menetap lebih dari satu atau dua minggu. 5.Kegagalan pernafasan Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik. Kegagalan pernafasan ini disebabkan oleh paralisis diafragma dan kelumpuhan otot-otot pernafasan, yang dijumpai pada 10-33 persen penderita (1,4). 6.Papiledema Kadang-kadang dijumpai papiledema, penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Diduga karena peninggian kadar protein dalam cairan otot yang menyebabkan penyumbatan villi arachoidales sehingga absorbsi cairan otak berkurang (4).

Perjalanan penyakit : Perjalan penyakit ini terdiri dari 3 fase, seperti pada gambar 1. Fase progresif dimulai dari onset penyakit, dimana selama fase ini kelumpuhan bertambah berat sampai mencapai maksimal. Fase ini berlangsung beberapa dari sampai 4 minggu, jarang yang melebihi 8 minggu (3,4). Segera setelah fase progresif diikuti oleh fase plateau, dimana kelumpuhan telah mencapai maksimal dan menetap. Fase ini bisa pendek selama 2 hari, paling sering selama 3 minggu, tapi jarang yang melebihi 7 minggu (3). Fase rekonvalesen ditandai oleh timbulnya perbaikan kelumpuhan ektremitas yang berlangsung selama beberapa bulan. Seluruh perjalanan penyakit SGB ini berlangsung dalam waktu yang kurang dari 6 bulan.

Gambar 1. Perjalanan alamiah SGB skala waktu dan beratnya kelumpuhan bervariasi antara berbagai penderita SGB (3).

1.Variasi klinis Di samping penyakit SGB yang klasik seperti di atas, kita temui berbagai variasi klinis seperti yang dikemukakan oleh panitia ad hoc dari The National Institute of Neurological and Communicate Disorders and Stroke (NINCDS) pada tahun 1981 adalah sebagai berikut : Sindroma Miller-Fisher Defisit sensoris kranialis. Pandisautonomia murni Chronic acquired demyyelinative neuropathy.

2.Pemeriksaan laboratorium Gambaran laboratorium yang menonjol adalah peninggian kadar protein dalam cairan otak : > 0,5 mg% tanpa diikuti oleh peninggian jumlah sel dalam cairan otak, hal ini disebut disosiasi sito-albuminik. Peninggian kadar protein dalam cairan otak ini dimulai pada minggu 1-2 dari onset penyakit dan mencapai puncaknya setelah 3-6 minggu (2,4,11). Jumlah sel mononuklear < 10 sel/mm3. Walaupun demikian pada sebagian kecil penderita tidak ditemukan peninggian kadar protein dalam cairan otak. Imunoglobulin serum bisa meningkat. Bisa timbul hiponatremia pada beberapa penderita yang disebabkan oleh SIADH (Sindroma Inapproriate Antidiuretik Hormone). 3.Pemeriksaan elektrofisiologi (EMG) Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosis SGB adalah (11) : Kecepatan hantaran saraf motorik dan sensorik melambat Distal motor retensi memanjang.

Kecepatan hantaran gelombang-f melambat, menunjukkan perlambatan pada segmen proksimal dan radiks saraf. Di samping itu untuk mendukung diagnosis pemeriksaan elektrofisiologis juga berguna untuk menentukan prognosis penyakit : bila ditemukan potensial denervasi menunjukkan bahwa penyembuhan penyakit lebih lama dan tidak sembuh sempurna (12).

DIAGNOSIS Diagnosis SGB berdasarkan gambaran klinis yang spesifik, disosiasi sitoalbuminik dan kelainan elektrofisiologis. Kriteria diagnosis yang luas dipakai adalah kriteria diagnosis dari NINCDS tahun 1981 (11). tabel 1. Garis besar kriteria diagnosis SGB Gambaran yang diperlukan untuk diagnosis Kelemahan motorik yang progresis Arefleksi atau hipofleksia Gambaran yang mendukung diagnosis Gambaran klinis Progresif cepat Relatif simetris Keluhan gejala sensoris yang ringan Dikenainya saraf otak Penyembuhan dimulai setelah 4 minggu fase progresif berakhir Gangguan otonom Afebril pada saat onset Gambaran cairan otak Peninggian kadar protein setelah satu minggu onset Jumlah sel mononuklear cairan otak < 10 sel/mm3 Gambaran EMG Terdapat perlambatan atau blok hantaran saraf Gambaran yang meragukan diagnosis Kelumpuhan asimetris yang menetap Gangguan kandung kemih dan defikasi yang menetap Gangguan kandung kemih dan defikasi pada onset Jumlah sel mononuklear dalam cairan otak > 50 sel mm3 Terdapat leukosit PMN dalam cairan otak Gangguan sensibilitas berbatas tegas Gambaran yang menyingkirkan diagnosis Terdapat sangkaan adanya riwayat, gambaran klinis atau laboratorium dari : Pemakaian uap n-heksan Porfiria intermitten akut Infeksi difteri Neuropati karena keracunan timah hitam Poliomielitis, botulisme, histeri atau neuropati toksik

DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding dari SGB adalah polimielitis, botulisme, hysterical paralysis, neuropati toksik (misalnya karena nitrofurantoin, dapsone, organofosfat), diphtheric paralysis, porfiria intermitten akut, neuropati karena timbal, mielitis akut (2,4,11).

PROGNOSIS Dahulu sebelum adanya ventilasi buatan lebih kurang 20 % penderita meninggal oleh karena kegagalan pernafasan. Sekarang ini kematian berkisar antara 2-10 % (1,3,6), dengan penyebab kematian oleh karena kegagalan pernafasan, gangguan fungsi otonom, infeksi paru dan emboli paru. Sebagian besar penderita (60-80 %) sembuh secara sempurna dalam waktu enam bulan. Sebagian kecil (7-22 %) sembuh dalam waktu 12 bulan dengan kelainan motorik ringan dan atrofi otot-otot kecil di tangan dan kaki (2,3). Kira-kira 3-5 % penderita mengalami relaps (2). Pasien yang berhasil sembuh dari SGB tetap menyisakan kelemahan fungsi tubuh karena sel saraf merupakan jaringan yang tidak bisa kembali dengan sendirinya ketika mengalami kerusakan. Untuk dapat menggerakkan anggota tubuhnya kembali, seperti berjalan, makan, berbicara, atau menulis, pasien harus melakukan terapi dan latihan secara teratur. Dalam jangka waktu satu tahun atau lebih, 80% penderita SGB dapat kembali normal. Pasien harus tetap waspada karena hanya 80% pasien yang dapat sembuh total, tergantung parahnya pasien bisa berjalan dalam waktu hitungan minggu atau tahun. Namun statistic membuktikan bahwa rata-rata pasien akan membaik dalam waktu 3 sampai 6 bulan. Pasien parah akan menyisakan cacat dibagian yang terserang paling parah, perlu terapi yang cukup lama untuk mengembalikan fungsi-fungsi otot yang layu akibat GBS. Bisanya memakan waktu maksimal 4 tahun.

TERAPI Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama secara simptomatis. Tujuan utama pengobatan adalah perawatan yang baik dan memperbaiki prognosisnya. 1.Perawatan umum dan fisioterapi (1,4,13) Perawatan yang baik sangat penting dan terutama ditujukan pada perawatan kulit, kandung kemih. Saluran pencernaan, mulut, faring dan trakhea. Infeksi paru dan saluran kencing harus segera diobati.

Respirasi diawasi secara ketat, terhadap perubahan kapasitas vital dan gas darah yang menunjukkan permulaan kegagalan pernafasan. Setiap ada tanda kegagalan pernafasan maka penderita harus segera dibantu dengan pernafasan buatan. Jika pernafasan buatan diperlukan untuk waktu yang lama maka trakheotomi harus dikerjakan. Fisioterapi yang teratur dan baik juga penting. Fisioterapi dada secara teratur untuk mencegah retensi sputum dan kolaps paru. Gerakan pasti pada kaki yang lumpuh mencegah deep voin thrombosis spint mungkin diperlukan untuk mempertahakan posisi anggota gerak yang lumpuh, dan kekakuan sendi dicegah dengan gerakan pasif. Segera setelah penyembuhan mulai (fase rekonvalesen) maka fisioterapi aktif dimulai untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot. Disfungsi otonom harus dicari dengan pengawasan teratur dari irama jantung dan tekanan darah. Bila ada nyeri otot dapat dapat diberikan analgetik.

2.Pertukaran plasma Pertukaran plasma (plasma exchange) bermanfaat bila dikerjakan dalam waktu 3 minggu pertama dari onset penyakit. Jumlah plasma yang dikeluarkan per exchange adalah 40-50 ml/kg. Dalam waktu 7-14 hari dilakukan tiga sampai lima kali exchange.

3.Kortikosteroid Walaupun telah melewati empat dekade pemakaian kortikosteroid pada SGB masih diragukan manfaatnya. Namun demikian ada yang berpendapat bahwa pemakaian kortikosteroid pada fase dini penyakit mungkin bermanfaat.

Tips perawatan diri Karena penyebab pasti GBS tidak dapat menunjuk, tidak ada cara yang diketahui untuk mencegahnya. Namun, penting untuk segera mencari perawatan medis untuk setiap gejala kelemahan otot dan hilangnya refleks. Perawatan dini meningkatkan prospek untuk pemulihan.

Program Rehabilitasi Medik 1. Fisioterapi Alih baring (positioning) dan peregangan otot untuk mencegah kekakuan juga untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus. ROM Exercise (latihan lingkup gerak sendi) secara pasif dan aktif untuk alat gerak atas dan bawah.

Latihan pernafasan dalam Latihan penguatan dengan tahanan terhadap kelompok otot-otot besar. Ambulasi dimulai dengan berdiri dan berjalan dengan menggunakan parallel bar.

2. Terapi Okupasi Cara tidur yang benar yaitu dengan mengganjal kedua anggota gerak bawah untuk mencegah terjadinya droop foot. Mencegah penggunaan otot persendian berlebihan sehingga dapat menimbulkan kelelahan. 3. Ortotik Prostetik Alat bantu gerak sementara termasuk alat pembungkus kaki dengan elastik bandage untuk mentokong dorsofleksi kaki, kepala lutut dipakai splint temporer, kemudian a light spring wire brace untuk droop foot jika diperlukan. 4. Psikososial Memberitahukan keluarga tentang prognosis penyakit dan mengajak keluarga untuk menjalankan program terapi bersama tim medis untuk mencapai hasil maksimal. Meningkatkan gizi penderita dan menghindarkan infeksi. Melakukan evaluasi psikologis secara teratur terhadap penderita.

Program Rehabilitasi Medik Yang Intensif dan Benar Pada Sindrom Guillain Barre A. Stadium Akut

Pada stadium ini penderita menunjukan kelemahan otot yang komplit atau sedang berjalan. Sasaran rehabilitasi medis adalah : Memelihara luas gerak sendi (mencegah kontraktur)

1. Pasif atau aktif assistif (tergantung kekuatan otot) 2. Tidak boleh sampai lelah. 3. Latihan dikerjakan hati-hati jangan sampai terjadi peregangan yang berlebihan karena akan mencederai otot yang dilatih. 4. Restling splint dapat diprogramkan untuk tangan (untuk dapat mempertahankan posisi pergelangan tangan pada posisi fungsional) dan unutk kaki ( mencegah kontraktur tendo achilles).

Mencegah terjadinya ulkus dekubitus

1. Ubah posisi penderita tiap 2 jam 2. Hindari penekanan pada daerah yang mudah mengalami iskemik misalnya dengan memberi bantalan yang lembut.

Memelihara Fungsi Pernafasan Memberi Dukungan Psikologis.

B.

Stadium Sub Akut

Pada fase ini ada perbaikan umumnya setelah 1 sampai 2 bulan. Program rehabilitasi medik: Pelatihan luas gerak sendi jangan sampai terjadi over stretching Latihan penguatan otot disesuaikan dengan kemajuan motorik Gait training

a. Latihan berdiri hanya boleh dilakukan jika kekuatan otot betis mencapai lebih dari 3. b. Latihan jalan hanya dapat dimulai jiak otot gluteus, hamstring dan quadriceps kekuatannya sudah lebih dari 3. c. Jika kekuatan otot masih 2, latihan jalan dapat dilakukan dalam air (hidroterapi) d. Latihan ADL (Activity of Daily Living) Penderita hanya boleh makan sendiri jika kekuatan otot anggota gerak atas lebih dari 3, kadang diperlukan splint untuk pergelangan tangan dan kaki. Kegiatan yang menyebabkan kerja berlebih harus dihindari.

C.

Stadium Kronis

Jika penderita tidak menunjukan perbaikan motorik setelah lebih dari 6 bulan berarti terdapat kerusakan akson yang luas sampai menunggu kesembuhan selanjutnya, program pencegahan imobilisasi lama harus dilakukan sebaik-baiknya.

Pencegahan Komplikasi Pada Imobilisasi yang Lama

Kelemahan Otot dan Atrofi Otot

Pencegahannya: - Pemanasan atau diatermi listrik - Latihan penguatan

Ulkus Dekubitus

Pencegahannya: - Posisi baring yang benar - Mengubah posisi baru tiap 2 jam - Nutrisi yang baik - Massage dan pemberian talk - Tempat tidur air - Pemeliharaan tetap kering dan bersih

Gangguan Metabolik (Konstipasi)

Pencegahannya: Makanan tinggi serat Minum yang banyak Mobilisasi Massage daerah abdomen Mengedan

Rektal toucher Beri pencahar/klisma Kontraktur

Pasif atau aktif ROM Exercise membantu mencegah kontraktur jaringan lunak dan dilakukan 2 kali sehari. Jika terjadi kontraktur dapat dibantu dengan memberi tekanan ringan dan stretching.

Gangguan Fungsi Kardiovaskular dan Pulmo

Pencegahan pada hipotensi ortostatik yaitu dengan elevasi kaki, jangan berdiri mendadak, latihan gerak kaki dan tungkai, ubah posisi tiap 2 jam termasuk ke posisi gerak untuk menghindari terjadinya hipostatik pneumonia.

Batu Saluran Kemih

Dapat dicegah mobilisasi atau ambulansi segera, banyak minum, diet rendah kalsium, pemeriksaan urin rutin.

Deteriorasi Psikologis (Kemunduran Fungsi-Fungsi Psikologis)

Dicegah dengan sesegera mungkin dilakukan aktivitas yang mampu dilakukan dan dorongan keluarga serta lingkungan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1.Hadinoto, S, 1996, Sindroma Guillain Barre, dalam : Simposium Gangguan Gerak, hal 173179, Badan Penerbit FK UNDIP, Semarang. 2.Harsono, 1996, Sindroma Guillain Barre, dalam : Neurologi Klinis, edisi I : hal 307-310, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 3.Mardjono M, 1989, Patofisiologi Susunan Neuromuskular, dalam : Neurologi Klinis Dasar, edisi V : hal 41-43, PT Dian Rakyat, Jakarta. 4.Sidharta, P, 1992, Lesu-Letih-Lemah, dalam : Neurologi Klinis dalam praktek Umum : ha; 160-162, PT Dian Rakyat, Jakarta. 5.Staf Pengajar IKA FKUI, 1985, Sindroma Guillain Barre, dalam : Ilmu Kesehatan Anak, Jilid II : ha; 883-885, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai