http://www.anneahira.com/aliran-aliran-filsafat-pendidikan.htm
Ilustrasi aliran aliran filsafat pendidikan [klik untuk memperbesar]
Mungkin banyak di antara kita yang tidak mengetahui aliran-aliran filsafat, apalagi aliran-aliran filsafat pendidikan. Nah, dalam kesempatan kali ini, Anda akan diajak untuk sedikit mempelajari filsafat, terutama yang termasuk ke dalam aliran aliran filsafat pendidikan. Apa itu aliran aliran filsafat pendidikan dan apa saja yang dibahas di dalamnya? Berikut akan dijabarkan semuanya. Manusia lahir di dunia dalam keadaan hampa pengalaman, kecuali selama di dalam rahim. Perlahan tetapi pasti, ia mulai memiliki bangunan pengalaman yang diperolehnya dari berbagai sumber. Salah satunya, sekolah. Di sanalah, upaya mewariskan dan mentransformasi pengetahuan serta nilai kehidupan dilembagakan secara resmi. Dari realitas tersebut, tampaklah bahwa institusi pendidikan pun terikat ideologi tertentu, cerminan filsafat yang melandasinya. Karena berawal dari pemikiran manusia, aliran aliran filsafat pendidikan pun beraneka ragam. Bisa dikatakan bahwa filsafat pendidikan merupakan filsafat terapan. Ia lahir untuk mencari jawab atas kebijakan dan tujuan pendidikan, teori kurikulum, dan proses perkembangan manusia melalui pendidikan. Beberapa aliran filsafat pendidikan yang utama adalah sebagai berikut.
Merumuskan sifat hakiki manusia sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Merumuskan secara tegas hakikat pendidikan. Merumuskan secara tegas hubungan antara, filsafat, agama, kebudayaan, dan filsafat pendidikan. Merumuskan sistem norma atau moral pendidikan, yang merupakan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Merumuskan hubungan antara filsafat, teori pendidikan, dan filsafat pendidikan. Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, filsafat negara, dan politik pendidikan.
2. 3. 4.
5.
Fungsi spekulatif; yaitu filsafat pendidikan berusaha memahami persoalanpersoalan pendidikan dan hubungannya dengan berbagai faktor yang memengaruhi. Fungsi normatif; yaitu filsafat pendidikan sebagai pedoman pendidikan. Fungsi kritik; yaitu filsafat pendidikan harus mampu menganalisis dan menafsirkan data-data terkait pendidikan. Fungsi teori bagi praktik; yaitu bahwa seluruh ide, analisis, konsepsi, dan kesimpulan dalam filsafat pendidikan memiliki fungsi teoretis yang menjadi dasar praktik pendidikan. Fungsi intergratif; yaitu filsafat pendidikan sebagai pemandu untuk seluruh nilai dan asas normatif pendidikan.
Aliran aliran filsafat pendidikan intelektualisme berpendapat bahwa setiap manusia adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, menurut aliran ini, sekolah menjadi sarana penting untuk mengajarkan cara menalar dan menyalurkan kebijaksanaan yang tahan lama dari masa silam. Dengan begitu, wewenang intelektual tertinggi di sekolah terletak pada kecerdasan intelektual, bahwa kebenaran bisa dipahami melalui proses penalaran. Sayangnya, pembelajaran ditekankan hanya pada aspek kognitif, melebihi aspek afektif dan sosial. Paham intelektualisme masa lalu tersirat dari karya Plato dan Aristoteles. Sementara itu di masa modern yang sekuler, terlihat dari karya Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Intelektualisme yang religius tertuang dalam karya William McGucken dan John Donahue.
Sistem sekolah formal yang ada sekarang harus dihapuskan, lalu diganti dengan pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri. Artinya, akses yang bebas dan universal untuk memperoleh bahan atau materi pendidikan harus tersedia. Selain itu, kesempatan belajar mandiri harus tercipta bagi siapa saja, tanpa sistem pengajaran wajib. Dari uraian tersebut, tampak jelas bahwa anarkisme menekankan pilihan bebas dan penentuan nasib sendiri, dalam sebuah latar belakang sosial yang sehat dan humanis. Siswa berhak menentukan sendiri metode belajar yang sesuai dengan tujuan dan rancangan pembelajarannya. Selain itu, pembelajaran tak hanya bersifat kognitif atau afektif semata, namun menyeluruh secara total. Ivan Illich dan Paul Goodman adalah pencetus aliran anarkisme pendidikan. Beberapa aliran filsafat pendidikan yang diuraikan memang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, yang terbaik adalah berusaha menciptakan sistem yang humanis dan membebaskan, tanpa kehilangan akar hakiki manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan yang bijak menyikapi perubahan zaman.