Anda di halaman 1dari 17

Tugas 1 Makalah PERPINDAHAN PANAS

OLEH : MAIFA DIAPATI JANNA 0922090008

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNILOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN

Manusia

juga

menghasilkan

kalor

atau panas, sama halnya dengan

peralatan mekanis seperti mesin atau peralatan eletronika. Panas yang dihasilkan adalah berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukannya. Jika panas yang dihasilkan berlebih karena proses aktivitas yang terus menerus maka harus segera didinginkan. Bila ini terjadi pada peralatan mekanis maka pendinginan dapat dilakukan dengan cara pemberian fan atau kipas untuk mengeluarkan panas dengan segera jika tidak maka akan rusaklah peralatan mekanik tersebut. Jika panas yang berlebih terjadi pada tubuh manusia maka hal ini akan mengganggu kenyamanan kita dalam beraktivitas, keseimbangan suhu pada manusia harus dipertahankan atau dikendalikan agar kenyamanan suhu dapat tercapai. Tubuh manusia mempunyai mekanisme alam untuk mempertahankan keseimbangan suhu tersebut, mekanisme itu adalah berkeringat atau menggigil. Bila laju perpindahan panas tubuh terlalu lambat maka tubuh akan memberi peringatan kepada kita melalui keringat yang berlebih sedangkan bila perpindahan panas terlalu cepat maka yang terjadi adalah menggigil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalor
Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu bahan. Kalor hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu tempat ke yang lain. Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan temperature sedangkan energi dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya.Kalor merupakan salah satu

bentuk energi dan kalor merupakan transfer energi dari satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan temperatur (Masytitah dan Haryanto 2006). Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu. Bila sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang lebih panas, demikian pula halnya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih dingin (Kern 1950). Perpindahan suhu tersebut disebut driving force yang memungkinkan panas berpindah. Tanpa adanya perbedaan suhu tidak mungkin terjadi perpindahan panas. Panas mengalir dari bahan yang lebih panas ke bahan yang lebih dingin. Proses pengeluaran panas akan banyak dijumpai dalam proses pendinginan produk pangan (Winarno 2007). Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Berdasarkan hasil percobaan yang sering dilakukan dapat diketahui bahwa besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis) dan perubahan suhu sehingga secara matematis dapat dirumuskan : Q = m.c.(t2 t1) Dimana :

Q adalah kalor yang dibutuhkan (J) m adalah massa benda (kg) c adalah kalor jenis (J/kg 0C) (t2-t1) adalah perubahan suhu (C) Pemindahan panas merupakan gabungan ilmu teknik fisik dan kimia, dan bila diterapkan pada bahan pangan akan banyak mempengaruhi mutu bahan pangan dan makanan yang dihasilkan. Aplikasi pemberian panas ke dalam bahan pangan, dapat diatur supaya prosesnya dapat dikehendaki sebaik mungkin (Tanaka 1980).

2.2 Perpindahan Panas

Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih tinggi ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hukum percampuran panas juga terjadi karena panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas dapat terjadi dalam bentuk pertukaran panas dengan luar sistem.Jadi pemberian atau pengurangan panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa zat suatu benda secara lokal, melainkan panas itu merambat ke atau dari bagian lain benda atau tempat lain. Peristiwa ini disebut perpindahan panas, transfer panas merupakan bentuk mendasar dari interaksi atmosfer dan hidrosfer. Dimana seluruh gejalagejala alam yang terjadi didalam interaksi atmosfer dan hidrosfer merupakan fenomena dari dampak adanya transfer panas antara dua karakteristik alam. Menurut penyelidikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam beberapa golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-partikel zat yang mengalir. Beberapa cara yang digunakan oleh tubuh untuk memindahkan panas tubuh ke udara sekitarnya adalah :

a. Konduksi (Conduction), Perpindahan panas melalui kontak langsung antara permukaan Contoh, Ketika tangan kita kedinginan kita akan merasa nyaman memegang gelas panas atau pada saat panas kita berbaring diatas lantai yang sejuk. b. Konveksi (Convection), Perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida dalam hal ini adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan bergantung pada aliran udara yang melintasi tubuh manusia. Contoh, Kita akan merasa nyaman bila terkena hembusan angin pada saat kita berkeringat. c. Radiasi (Radiation), perpindahan panas berdasarkan gelombang

eletromagnetik, tubuh manusia mendapat panas dari pancaran panas yang lebih tinggi dan tubuh manusia dapat akan memancarkan panasnya secara radiasi ke setiap objek yang mempunyai suhu lebih dingin dari manusia, Contoh, Kita akan merasa lebih panas berada di bawah atap seng saat matahari terik, hal ini disebabkan suhu seng jauh diatas suhu tubuh manusia sehingga akan memancarkan panasnya ke tubuh kita melalui rambatan panas. d. Penguapan ( Evaporation), perpindahan panas karena perbedaan lapisan udara (steck effect) yaitu lapisan udara panas akan terdorong naik oleh lapisan udara dingin.

Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah melalui pancaran yang merupakan juga satu cara perindahan panas. Umumnya perindahan panas berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini. Perpindahan panas melalui cara pertama disebut perpindahan panas melalui konduksi. Cara kedua, perpindahan panas melalui konveksi dan cara ketiga melalui radiasi. Di sini kita menyelidiki peristiwa berlangsungnya perindahan panas itu. Kalau kita menganggap perindahan panas berlangsung secara mengalir analogi dengan aliran listrik atau aliran fluida, maka aliran panas ini kita namakan arus panas. Kita definisikan arus panas ini sebagai jumlah tenaga panas per satuan

waktu atau daya panas melalui penampang tegak lurus kepada arah arus. Oleh sebab itu arus panas rata-rata adalah

dengan

sebagai waktu perpindahan panas yang dipandang. Karena arus panas

dapat berubah-ubah menurut waktu, maka arus panas pada setiap saat adalah

Perindahan panas dapat kita ketahui melalui perubahan temperatur. Oleh karenanya perlu ditentukan hubungan antara arus panas dan perubahan atau perbedaan temperatur. Bagi kalorimeter yang mengalami pertukaran panas dengan luar sistem, akibat perpindahan panas, Newton memberikan suatu koreksi yang dikenal sebagai hukum pendinginan atau pemanasan Newton.

2.3 Hukum pendinginginan atau pemanasan newton Perubahan temperatur akibat pertukaran panas seperti pada kalorimeter menurut Newton pada tahun 1701, adalah berbanding lurus dengan waktu. Bila temperatur sistem lebih tinggi daripada tempeatur sekitarnya, maka akan terjadi pendinginan pada sistem atau penurunan temperatur dan demikian pun sebaliknya. Perbandingan ini dapat dijadikan persamaan dengan membubuhi suatu faktor konstanta k, sehingga

dengan t dan ts. masing-masing merupakan temperatur sistem dan temperatur sekitarnya. Tanda negatif menunjukkan terjadinya penurunan temperatur bila t > ts. Karena perubahan temperatur ini dapat berbeda menurut waktu, maka perubahan temperatur setiap saat adalah

atau dapat juga ditulis:

sehingga setelah diintegrasikan diperoleh temperatur sistem setelah waktu sebesar

jika temperatur pada waktu =0 adalah to maka konstanta integrasi C dapat ditentukan, sehingga diperoleh

Atau

Apabila perbedaan temperatur sistem dan sekitarnya kecil maka dengan sendirinya perubahan temperatur pada sistem adalah kecil juga karena perubahan temperatur maksimum dari sistem adalah menyamai temperatur sekitarnya. Oleh sebab itu dalam hal ini nampak dari (2.8) bahwa k ' akan kecil juga harganya. Untuk k ' 1 dapat diadakan pendekatan dari (2.8) dengan menguraikan dulu ke dalam deret { }

Dengan mengabaikan faktor k menjadi

dengan pangkat dua dan lebih, pendekatan ini

atau perubahan temperatur sistem selama waktu

adalah kira-kira

Bagi to > ts terjadi pendinginan yakni penurunan temperatur sistem dan bagi to <ts terjadi pemanasan atau kenaikan temperatur. Jadi untuk perbedaan temperatur sistem dan sekitarnya yang kecil hubungan( 2.3) dapat dipergunakan

sebagai suku koreksi. Suhu koreksi ini dapat dipergunakan misalnya untuk koreksi temperatur pada kalorimeter.

2.4 Cara Perpindahan Panas A. Konduksi Konduksi adalah perpindahan kalor melalui satu jenis zat sehingga konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah (Dewitt 2002). Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Konduktivitas termal untuk beberapa bahan : Bahan Aluminium Tembaga Emas Besi Timbal Perak k (W/m.Co) 238 397 314 79,5 34,7 427 Bahan Asbestos Concrete Gelas Karet Air Kayu Udara k (W/m.Co) 0,08 0,8 0,8 0,2 0,6 0,08 0,0234

Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskan dalam selang waktu tertenu, ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada batang logam tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari bagian logam yang bersuhu tinggi ke bagian logam yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor pada logam yang tidak diikuti perpindahan massa ini disebut dengan perpindahan kalor secara konduksi. Jadi konduksi adalah

perpindahan kalor melalui zat perantara dan selama terjadi perpindahan kalor, tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya. Perpindahan kalor di dalam zat padat dapat dijelaskan dengan teori atom. Atom atom dalam zat padat yang dipanaskan akan bergetar dengan kuat. Atom atom yang bergetar akan memindahkan sebagian energinya kepada atom atom tetangga terdekat yang ditumbuknya. Kemudian atom tetangga yang ditumbuk dan mendapatkan kalor ini akan ikut bergetar dan menumbuk atom tetangga lainnya, demikian seterusnya sehingga terjadi perpindahan kalor dalam zat padat. Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan suhu antar dua tempat pada benda tersebut. Kalor akan berpindah dari tempat bersuhu tinggi ke tempat bersuhu rendah. Jika suhu kedua tempat tersebut menjadi sama, maka rambatan kalor pun akan terhenti Berdasarkan kemampuan suatu zat menghantarkan kalor secara konduksi, zat dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang dapat menghantarkan kalor dengan baik, sedangkan isolator adalah kebalikannya, yaitu zata yang sukar menghantarkan kalor. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa perpindahan kalor secara konduksi bergantung pada jenis logam, luas penampang penghantar kalor, perbedaan suhu antar ujung-ujung logam, serta panjang penghantar yang dilalui oleh kalor tersebut. Bersarnya perpindahan kalor secara konduksi tiap satu satuan waktu dinyatakan dengan persamaan

B. Konveksi Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan dikatakan dikarenakan perpindahan perbedaan kalor secara konveksi. disebut Bila perpindahannya alami (natural

kerapatan

konveksi

convection) dan bila didorong, misal dengan fan atau pompa disebut konveksi paksa (forced convection).

Besarnya konveksi tergantung pada : a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A). b. Perbedaan suhu antara permukaan b c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada : 1. viscositas fluida 2. kecepatan fluida 3. perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida 4. kapasitas panas fluida 5. rapat massa fluida 6. bentuk permukaan kontak Konveksi : H = h x A x T

Proses perpindahan kalor secara aliran atau konveksi merupakan satu fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus dibawa ke suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor akhirnya tersebar pada seluruh zat (Dewitt 2002). Perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik.

Gerakan

fluida

melibatkan

kecepatan

yang

seterusnya

akan

menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang mempunyai energi termal yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah. Masa fluida menjadi berkurang karena fluida menerima energi kalor (Winanno 2007). Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini akan berlangsung berulangulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil termal akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor (Dewitt 2002).

C. Radiasi Radiasi adalah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan ka1or. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Hakekatnya proses perpindahan ka1or radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi ka1or tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula energi kalor yang disinarkan.

Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian da1am bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi. Apabila sejumlah energi ka1or menimpa suatu permukaan, sebahagian akan dipantulkan, sebahagian akan diserap ke da1am bahan, dan sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi da1am mempelajari perpindahan ka1or radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan (Fust 1980). Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna adalah jasad hitam. Disamping itu, sama seperti cahaya lampu, adakalanya tidak semua sinar mengenai permukaan yang dituju. Jadi dalam masalah ini kita mengena1 satu faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk. Maka jumlah kalor yang diterima dari satu sumber akan berbanding

langsung sebahagiannya terhadap faktor bentuk ini. Lebih dari itu sifat termal permukaan bahan juga penting. Berbeda dengan proses konveksi, medan a1iran fluida disekeliling permukaan tidak penting, yang penting ialah sifat termal saja. Dengan demikian, untuk memahami proses radiasi dari satu permukaan kita perlu memahami juga keadaan fisik permukaan bahan yang terlibat dengan proses radiasi yang berlaku (Dewitt 2002). Proses perpindahan kalor sering terjadi secara serentak. Misa1nya sekeping plat yang dicat hitam kemudian dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap sebahagian energi matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu. Oleh karena suhu permukaan atas naik maka kalor akan berkonduksi dari permukaan atas ke permukaan bawah.. Permukaan bagian atas kini mempunyai suhu yang lebih tinggi dari suhu udara sekeliling, maka jumlah kalor akan disebarkan secara konveksi. Tetapi energi kalor juga disebarkan secara radiasi. Dalam hal ini dua hal terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada kalor yang dipindahkan ke sekeliling (Kern 1950). Berdasarkan kepada keadaan terma permukaan, bahan yang di pindahkan dan dipantulkan ini dapat berbeda. Proses radiasi tidak melibatkan

perbedaan suhu. Keterlibatan suhu hanya terjadi jika terdapat dua permukaan yang mempunyai suhu yang berbeda. Dalam hal ini, setiap permukaan akan menyinarkan energi kalor secara radiasi jika permukaan itu bersuhu T dalamunit suhu mutlak. Lazimnya jika terdapat satu permukaan lain yang saling berhadapan, dan jika permukaan pertama mempunyai suhu T1 mutlak sedangkan permukaan kedua mempunyai suhu T2 mutlak, maka permukaan tadi akan saling memindahkan kalor (Fust 1980).
Pada proses radiasi, energi termis diubah menjadi energi radiasi. Energi ini termuat dalam gelombang elektromagnetik, khususnya daerah infrared yang memiliki panjang gelombang 700 nm - 100 m. Saat gelombang elektromagnetik tersebut berinteraksi dengan materi energi radiasi berubah menjadi energi termal. Untuk benda hitam, radiasi termal yang dipancarkan per satuan waktu per satuan luas pada temperatur T kelvin adalah : E = e T4. Dimana: : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4. e : emitansi (0 e 1)

D. Evaporasi Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: 1. evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan 2. evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.

Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu (1) pemberian panas ke dalam cairan, (2) pembentukan gelembung-gelembung

(bubbles)

akibat

uap,

(3)

pemisahan

uap

dari

cairan,

dan

(4)

mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai

perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999). Evaporasi vs pengeringan Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair kadang-kadang zat cair yang sangat vuskos dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif banyak, sedangkan pada pengeringan sedikit.

BAB III KESIMPULAN

Transfer panas merupakan bentuk mendasar dari interaksi atmosfer dan hidrosfer. Dimana seluruh gejala-gejala alam yang terjadi didalam interaksi atmosfer dan hidrosfer merupakan fenomena dari dampak adanya transfer panas antara dua karakteristik alam. Menurut penyelidikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam beberapa golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-partikel zat yang mengalir. Beberapa cara yang digunakan oleh tubuh untuk memindahkan panas tubuh ke udara sekitarnya adalah : a. Konduksi (Conduction), Perpindahan panas melalui kontak langsung antara permukaan b. Konveksi (Convection), Perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida dalam hal ini adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan bergantung pada aliran udara yang melintasi tubuh manusia. c. Radiasi (Radiation), perpindahan panas berdasrkan gelombang

eletromagnetik, tubuh manusia mendapat panas dari pancaran panas yang lebih tinggi dan tubuh manusia dapat akan memancarkan panasnya secara radiasi ke setiap objek yang mempunyai suhu lebih dingin dari manusia, d. Penguapan ( Evaporation), perpindahan panas karena perbedaan lapisan udara (steck effect) yaitu lapisan udara panas akan terdorong naik oleh lapisan udara dingin.

DAFTAR PUSTAKA

Buchori, Lukman.2012.Perpindahan Panas.pdf/16 Maret 2012 Perpindahan Panas.pdf/16 Maret 2012 Sulastri,Suhana.2012,Pindah Panas Konveksi Pada Berbagai Jenis Bahan Cair./19 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai