BAB II
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
8
9
5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), cet.
9, h. 136.
6 Depdikbud RI, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 583.
7 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Adi
Mahasatya, 2003), cet. 4, h. 180.
9
10
dengan orang lain, benda situasi dan aktifitas-aktifitas yang terdapat disekitar kita.
Dalam berhubungan tersebut kita mungkin bersikap menerima, membiarkan atau
menolaknya. Apabila kita menaruh minat, itu berarti kita menyambut atau
bersikap positif dalam berhubungan dengan objek atau lingkungan tersebut.
Dengan demikian maka akan cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan
tindakan lebih lanjut. Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang,
aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai
perasaan senang.8
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
suatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan individu terutama
perasaan senang terhadap sesuatu yang dianggapnya berharga atau sesuai dengan
kebutuhan dan memberi kepuasan padanya. Sesuatu yang dianggap berharga
tersebut dapat berupa aktifitas, orang, pengalaman, atau benda yang dapat
dijadikan sebagai stimulus atau rangsangan yang memerlukan respon terarah.
2. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut bahasa ialah berusaha memperoleh kepandaian
ilmu, berusaha agar terampil mengerjakan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
belajar diartikan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.9 Sedangkan dalam
Ensiklopedia Indonesia belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi
pada pada tingkah laku potensial yang secara relatif tetap dianggap sebagai hasil
pengamatan dan latihan.10
Setiap usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kepandaian
ilmu disebut belajar. Kegiatan ini meliputi semua kegiatan dalam seluruh aspek
kehidupan tanpa membedakan formalitas kependidikan sehingga proses belajar
8 Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), h.10
9 Badudin Zaim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994), h. 9.
10 Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1980), h.
434.
10
11
tidak hanya terjadi disekolah saja melainkan juga terjadi dalam kehidupan sehari-
hari.
Pengertian belajar menurut istilah adalah seperti yang dikemukakan para
ahli diantaranya seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto Psikologi Pendidikan,
bahwa Morgan dalam bukunya Introduction to Pshycology mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
hasil latihan dan pengalaman.11 Adapun pengertian belajar yang dikemukakan para
ahli pendidikan adalah:
Drs. Slameto mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan. Sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.12
Hilgard dan Bower mengemukakan, belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pemabawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.13
Menurut Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), belajar didefinisikan sebagai
perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Paling sedikit ada lima
macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor
penyebab dasar dalam belajar:
Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan
perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu
stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu
pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi.
Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami
11
12
bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi.
Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan
satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami. Kita
melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar
stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku
memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar
pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant.
Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan
kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan
memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar
menyelami pengertian.14
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan
perubahan dalam tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik
fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Jadi,
berdasarkan deskripsi di atas, belajar dapat dirumuskan sebagai proses siswa
membangun gagasan atau pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi
sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui
pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran unsur
pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, maupun Aliyah. Mata
pelajaran ini digunakan untuk mengarahkan pada kemampuan meyakini nilai-nilai
keimanan dan nilai-nilai akhlak. Diharapkan pemahaman dan penghayatan
tersebut dapat diejawantahkan dalam sikap dan perilaku yang memancarkan iman
14 http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/akuntansi/
12
13
13
14
15 Abdul Rahman Shaleh, dkk, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h.
265-268.
14
15
15
16
16
17
c q ß J n = ÷ è s ? $ \«ø x © @ y è y _ u r ãN ä 3 s 9 y ìô J¡¡9 $ # t È | Á ö / F { $ # u r
n o y Ï« ø ù F { $ # u r ö N ä 3 ª= y è s 9 crã ä 3 ô ± s ? « Ð Ñ È
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa manusia yang lahir di dunia ini
tidak ada yang memiliki ilmu pengetahuan, akan tetapi Allah memberi bekal
dengan alat indera yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati yang dapat
dijadikan sebagai sarana dalam mencari ilmu pengetahuan. Dengan adanya bekal
yang diberikan Allah tersebut manusia akan mempunyai kecenderungan untuk
belajar. Belajar tidak hanya dapat dilakukan pada lembaga formal saja akan tetapi
belajar dapat dilakukan dimana, kapan, dan oleh siapa saja. Untuk mencapai
tujuan yang diharapkan maka proses belajar harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Dengan demikian dapat diharapkan akan membawa perubahan atau
peningkatan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui
keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan
bahwa ia telah berhasil dalam belajar.
Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu "Prestatie", kemudian
dalam Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti "hasil usaha".18
18 Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional, Prinsip, Teknik dan Prosedur, (Bandung: Remaja
17
18
18
19
belajar menampakkan diri. Jadi selama potensi internal tidak diwujudkan dalam
suatu bentuk perilaku, sulitlah diperoleh kepastian tentang apa yang yang telah
dipelajari.22
Prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauh mana anak terhadap
materi yang diterima. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai
siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah.23 Prestasi belajar juga bisa diartikan sebagai hasil dari pengukuran serta
penilaian usaha belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa dapat diartikan
sebagai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari
hasil tes belajar, yang dinyatakan dalam bentuk nilai setelah ia mengikuti kegiatan
belajar. Biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat
dan terdapat dalam setiap periode tertentu, sebagaimana pendapat Drs. Sutratinah
Tirtonegoro dalam bukunya yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
Sementara itu dari faktor individual siswa ada dua aspek yang patut
dipertimbangkan, yaitu: 1) aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan 2) aspek
psikologis (bersifat rohaniah). Aspek fisiologis berkaitan dengan kondisi umum
22 W. S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Grasindo, 1996), h. 52.
23 http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/akuntansi/
19
20
jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Aspek psikologis berhubungan dengan; 1)
tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat
siswa, 5) motivasi siswa.24
Faktor individual siswa yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar
adalah cara belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,
psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta
organ yang tubuh lain untuk memperoleh tenaga kembali. Hal lain yang harus
diperhatikan juga adalah teknik-teknik belajar. Bagaimana cara membaca,
mencatat, menggarisbawahi, membuat ringkasan atau kesimpulan, apa yang harus
dicatat dan sebagainya.25
Sedangkan dari faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni:
1) faktor lingkungan sosial dan 2) faktor lingkungan non sosial. Lingkungan yang
dapat dikategorikan sebagai lingkungan sosial adalah lingkungan sekolah, seperti
guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Yang termasuk lingkungan
sosial juga adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di
sekitar perkampungan siswa tersebut. Dan lingkungan sosial yang paling besar
pengaruhnya adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Adapun yang
termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan siswa. Kesemua faktor itu dipandang turut
menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa.26
20
21
kurang berhasil.
Dalam melakukan segala kegiatan individu akan sangat dipengaruhi oleh
minatnya terhadap kegiatan tersebut, dengan adanya minat yang cukup besar akan
mendorong seseorang untuk mencurahkan perhatiannya, hal tersebut akan
meningkatkan pula seluruh fungsi jiwanya untuk dipusatkan pada kegiatan yang
sedang dilakukannya. Demikian pula halnya dengan kegiatan belajar, maka ia
akan merasa bahwa belajar itu merupakan hal yang sangat penting bagi dirinya,
sehingga ia berusaha memusatkan seluruh perhatiannya kepada hal-hal yang
berhubungan dengan kegaitan belajar dan dengan senang hati ia akan
melakukannya.
Untuk mengetahui kuatnya minat belajar seseorang ini dapat ditempuh
dengan mengungkapkan seberapa kuat keterikatan seseorang terhadap objek.
Keterikatan ini dapat berupa perhatian, ketertarikan dan keinginan yang kuat
untuk melakukannya yang disebabkan oleh tujuan tertentu. Semakin kuatnya
ketertarikan itu maka semakin tingginya minat yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
Dengan ketertarikan yang kuat ini maka prestasi belajar siswa akan
meningkat. Logikanya adalah dengan semangat (spirit) yang dimiliki maka
seseorang akan sangat mungkin berprestasi tinggi. Motivasi ini akan sangat baik
bila kemudian diarahkan kepada keinginan untuk memperdalam ajaran agama.
Dalam praktik kehidupan manusia sangat mungkin seseorang menjadi sangat
dekat dengan Sang Kholiq, karena pada setiap diri manusia terdapat entitas
spiritual. Entitas spiritual ini berada di qolbun. Seperti kata Imam Al Ghazali
bahwa qolbu memiliki insting yang disebut dengan al nur al-ilahiy (cahaya
ketuhanan) dan al bashirah al bathinah (mata batin) yang memancarkan
keimanan dan keyakinan. Al Zamakhsyari juga menegaskan bahwa qolbu itu
diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan fithrah asalnya dan berkecenderungan
menerima kebenaran dari-Nya. Oleh karena natur inilah maka qalbu disebut juga
dengan fitrah ilahiyah atau fitrah rabbaniyah-nuraniyah.27
27Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press &
Yayasan PEP-EX 8, 2003), h. 162.
21
22
D. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa selalu terkait dengan berbagai faktor, di antaranya
adalah kecerdasan (intelligence), bakat (aptitude), motivasi (motivation),
ketersediaan sarana belajar, lingkungan belajar (environment), minat, dan lain-
lain. Prestasi belajar siswa tidak diperoleh secara tunggal yaitu faktor yang berasal
seluruhnya dari internal saja atau eksternal saja. Artinya bahwa baik faktor
internal dan eksternal keduanya memiliki peran yang signifikan dalam
22
23
23
24
E. Perumusan Hipotesis
Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, penulis mengajukan
hipotesis yang nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesis tersebut adalah :
Ho = Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar Aqidah
Akhlak dengan prestasi belajar siswa.
Ha = Ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar Aqidah Akhlak
dengan prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan prestasi belajar siswa.
24