Anda di halaman 1dari 17

8

BAB II
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Minat Belajar Aqidah Akhlak


1. Pengertian Minat
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia mempunyai kecenderungan
untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada di sekitar lingkungan hidupnya.
Apabila sesuatu itu dapat memberikan kesenangan pada dirinya maka
kemungkinan ia akan berminat pada sesuatu tersebut. Minat akan timbul bila
seseorang tertarik dan merasa terpenuhi kebutuhannya serta merasakan hal
tersebut sangat berarti baginya.
Minat menurut bahasa ialah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu.1 Dalam ensiklopedia umum disebutkan bahwa minat adalah
kecenderungan bertingkah laku yang terarah pada obyek kegiatan atau
pengalaman tertentu.2 Yang sejalan dengan pandapat di atas adalah pengertian
yang dikemukakan oleh WJS Poerwadarmanita dalam kamus umum Bahasa
Indonesia yaitu minat adalah perkataan atau ungkapan, kesukaan (kecenderungan
hati) kepada sesuatu.3
Sedangkan minat menurut istilah, seperti yang dikemukakan oleh beberapa
ahli psikologi, diantaranya sebagai berikut:
Menurut Crow & Crow, dalam bukunya Educational Psychology, hlm. 28,
bahwa minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk
cenderung atau merasa tertarik kepada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa
pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.4
Dalam buku Abdul Rahman Abror, Bigot mengemukakan bahwa minat
mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Dari pengertian
ini, minat dianggap sebagai respon yang sadar karena diawali dengan kognisi atau
1 Departemen P dan K, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 583.
2 Hasan Shadiliy, Ensiklopedia Umum, (Jakarta: Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1983), h. 2552.
3 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1984), h. 650.
4 Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,
1993), Cet. 4, h. 112.

8
9

pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju tersebut. Kemudian


disertai adanya emosi perasaan senang yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
kemauan atau hasrat untuk melakukan suatu kegiatan.
Minat juga dapat diartikan sebagai kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.5 Dalam suatu kegiatan, faktor
minat memainkan peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhannya.
Dengan adanya minat, akan nampak kecenderungan individu untuk memusatkan
perhatiannya kepada suatu obyek. Jika seseorang melakukan kegiatan tanpa minat
yang tinggi maka sulit diharapkan perolehan hasil yang maksimal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang disampaikan oleh Peter Salim dan Yenny Salim bahwa
minat merupakan kemampuan yang terdapat dalam hati atas sesuatu, gairah,
keinginan, sesuatu yang dilakukan penuh dengan minat akan menghasilkan
sesuatu yang baik.6
Minat adalah rasa ketertarikan terhadap sesuatu yang pernah diketahui
sebelumnya, hal yang menimbulkan ketertarikan itu tidak hanya menyenangkan
atau memberi kepuasan bagi seseorang tetapi terkadang juga menakutkan. Drs.
Slameto mengatakan bahwa ciri seseorang yang mempunyai minat adalah sebagai
berikut7 :
a. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada yang
lain.
b. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasinya dalam suatu
aktifitas.
c. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut

Dalam kehidupan ini kita akan selalu berkomunikasi atau berhubungan

5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), cet.
9, h. 136.
6 Depdikbud RI, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 583.
7 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Adi
Mahasatya, 2003), cet. 4, h. 180.

9
10

dengan orang lain, benda situasi dan aktifitas-aktifitas yang terdapat disekitar kita.
Dalam berhubungan tersebut kita mungkin bersikap menerima, membiarkan atau
menolaknya. Apabila kita menaruh minat, itu berarti kita menyambut atau
bersikap positif dalam berhubungan dengan objek atau lingkungan tersebut.
Dengan demikian maka akan cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan
tindakan lebih lanjut. Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang,
aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai
perasaan senang.8
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
suatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan individu terutama
perasaan senang terhadap sesuatu yang dianggapnya berharga atau sesuai dengan
kebutuhan dan memberi kepuasan padanya. Sesuatu yang dianggap berharga
tersebut dapat berupa aktifitas, orang, pengalaman, atau benda yang dapat
dijadikan sebagai stimulus atau rangsangan yang memerlukan respon terarah.

2. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut bahasa ialah berusaha memperoleh kepandaian
ilmu, berusaha agar terampil mengerjakan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
belajar diartikan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.9 Sedangkan dalam
Ensiklopedia Indonesia belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi
pada pada tingkah laku potensial yang secara relatif tetap dianggap sebagai hasil
pengamatan dan latihan.10
Setiap usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kepandaian
ilmu disebut belajar. Kegiatan ini meliputi semua kegiatan dalam seluruh aspek
kehidupan tanpa membedakan formalitas kependidikan sehingga proses belajar
8 Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), h.10
9 Badudin Zaim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994), h. 9.
10 Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1980), h.
434.

10
11

tidak hanya terjadi disekolah saja melainkan juga terjadi dalam kehidupan sehari-
hari.
Pengertian belajar menurut istilah adalah seperti yang dikemukakan para
ahli diantaranya seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto Psikologi Pendidikan,
bahwa Morgan dalam bukunya Introduction to Pshycology mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
hasil latihan dan pengalaman.11 Adapun pengertian belajar yang dikemukakan para
ahli pendidikan adalah:
Drs. Slameto mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan. Sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.12
Hilgard dan Bower mengemukakan, belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pemabawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.13
Menurut Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), belajar didefinisikan sebagai
perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Paling sedikit ada lima
macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor
penyebab dasar dalam belajar:
Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan
perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu
stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu
pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi.
Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami

11 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997),


h. 61.
12 Slameto, Belajar dan Faktor –faktor ya.g mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 2
13 Abdul Rahman Shaleh, dkk, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: Kencana, 2003), h. 209-210.

11
12

bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi.
Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan
satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami. Kita
melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar
stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku
memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar
pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant.
Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan
kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan
memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar
menyelami pengertian.14
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan
perubahan dalam tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik
fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Jadi,
berdasarkan deskripsi di atas, belajar dapat dirumuskan sebagai proses siswa
membangun gagasan atau pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi
sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui
pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran unsur
pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, maupun Aliyah. Mata
pelajaran ini digunakan untuk mengarahkan pada kemampuan meyakini nilai-nilai
keimanan dan nilai-nilai akhlak. Diharapkan pemahaman dan penghayatan
tersebut dapat diejawantahkan dalam sikap dan perilaku yang memancarkan iman

14 http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/akuntansi/

12
13

dan taqwa kepada Allah SWT.


Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru dapat memilih salah
satu pendekatan atau menggabungkan beberapa pendekatan mengajar yang ada.
atas dasar pendekatan-pendekatan tersebut, guru dapat menentukan metode
pengajaran yang dianggap tepat dan efektif. Sesuai dengan struktur kurikulum
Aqidah Akhlak yang dipelajari di kelas 2 (dua) Madrasah Tsanawiyah, metode-
metode yang dipergunakan antara lain :
Pertama, metode ceramah, yaitu metode didalam pendidikan dimana cara
menyampaikan pengertian-pengertian kepada siswa dengan jalan penerangan dan
penuturan secara lisan. Kedua, metode tanya jawab, yaitu penyampaian pelajaran
dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab. Ketiga ,metode
demonstrasi, yaitu suatu metode mengajar dimana seorang guru atau siswa sendiri
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses melakukan sesuatu.
Melalui metodologi tersebut, guru didorong untuk merencanakan
sedemikan rupa bimbingan dan belajar, ia menghendaki mungkinnya tiap-tiap
siswa untuk mengembangkan minatnya terhadap apa yang dipelajarinya selama ia
melanjutkan studinya. Rasa antusias dari guru dan perhatiannya terhadap isi
pelajaran adalah sangat bernilai dalam arti membangkitkan dan mempertahankan
suatu tingkat kesungguhan yang merata pada siswanya dalam menguasai bahan
pelajaran.
Penguasaan secara sempurna pada suatu mata pelajaran atau keterampilan
dapat menumbuhkan minat yang sangat besar yang harus diberikan, tetapi kadang-
kadang aspek yang tidak menarik dan tidak menyenangkan dari pekerjaan sekolah
dapat dipindahkan sebagai suatu hal yang menarik perhatian apabila dikemukakan
dalam kegiatan yang penuh usaha.
Setelah minat dibangkitkan untuk suatu mata pelajaran, hal ini
memungkinkan peningkatan cara berfikir siswa dalam mata pelajaran tersbut.
Sehingga dapat dikuasainya hasil belajar dan dapat menambah minat belajar
siswa, hal ini diteruskan sepanjang kehidupannya.

3. Macam - Macam Minat Belajar


Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain

13
14

berdasarkan timbulnya minat dan berdasarkan arahnya minat.15


a. Berdasarkan timbulnya,minat dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
1) Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis
atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan
enak atau nyaman, kebebasan beraktifitas dan seks.
2) Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat
ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya
minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau
lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan
pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu
untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari
lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga
dirinya.
b. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1) Minat intrinstik adalah minat yang langsung
berhubungan dengan aktifitas itu sendiri, ini
merupakan minat yang lebih mendasar.
Misalnya seseorang belajar karena memang
perlu ilmu pengetahuan atau karena memang
senang membaca, bukan karena ingin
mendapatkan pujian atau penghargaan.
2) Minat ekstrinstik adalah minat yang
berhubungan dengan tujuan akhir dari
kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah
tercapai ada kemungkinan minat tersebut
hilang, misalnya seseorang yang belajar
dengan tujuan agar menjadi juara kelas.

15 Abdul Rahman Shaleh, dkk, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h.
265-268.

14
15

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar


Cukup banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat
terhadap sesuatu, diantaranya adalah usaha dan kelelahan. Bukan menjadi hal
yang tidak mungkin karena dengan adanya usaha seseorang menjadi berminat
terhadap sesuatu. Rasa kelelahan terhadap sesuatu juga dapat mempengaruhi
minat, tetapi kelelahan yang bersifatnya semu. Kelelahan yang semu diakibatkan
oleh tidak ada atau hilangnya minat terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
individu itu sendiri. Misalnya, siswa membaca buku pelajaran secara terus
menerus hingga mengakibatkan ia kelelahan dan timbullah keinginan untuk
menghentikan membacanya. Tetapi, jika ia mengalihkan dari buku tersebut
kepada buku lain yang menarik minatnya, maka ia bisa terus membacanya sampai
berjam-jam lamanya tanpa merasa lelah. Jadi, rasa lelah yang nampaknya
meyertai belajar seringkali tidak lebih dari kebosanan belaka disertai keinginan
untuk melakukan kegiatan lain yang menarik minatnya.16
Namun, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari dalam diri (faktor
internal) maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor internal
meliputi; niat, rajin, motivasi, dan perhatian. Faktor eksternal meliputi; keluarga,
guru dan fasilitas sekolah, teman sepergaulan, mass media.17 Penjelasan secara
rinci sebagai berikut:
a. Faktor Internal:
1) Niat, niat merupakan titik sentral yang pokok dari segala bentuk
perbuatan seseorang.
2) Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan memperoleh
sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut ilmu
tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan ketekunan
yang intensif pada diri orang tersebut.
3) Motivasi, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
minat seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam diri

16 Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan Islam, h. 113-114.


17 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Bandung: Jemmars, 1981), h. 57

15
16

seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.


4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat
merupakan sebab akibat dari perhatian, karena perhatian itu merupakan
pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu obyek yang akan
menimbulkan perasaan suka.
5) Sikap terhadap Guru dan Pelajaran, sikap positif dan perasaan senang
terhadap guru dan pelajaran tertentu akan membangkitkan dan
mengembangkan minat siswa, sebaliknya sikap memandang mata
pelajaran terlalu sulit atau mudah akan memperlemah minat belajar
siswa.
b. Faktor Eksternal:
1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga
khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik, bagi
perkembangan minat anak.
2) Guru dan Fasilitas Sekolah, faktor guru merupakan faktor yang penting
pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan pelajaran di kelas
dan penguasaan materi pelajaran yang tidak membuat siswa malas,
akan mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana dan
fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas,
laboratorium yang tidak lengkap dapat mempengaruhi minat siswa
begitu juga sebaliknya.
3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang
senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok
yang diminati, teman pergaulan yang ada di sekelilingnya berpengaruh
terhadap minat belajar anak. Sebaliknya bila teman bergaulnya tidak
ada yang bersekolah atau malas sekolah maka minat belajar anak akan
berkurang atau malas.
4) Mass media, kemajuan teknologi seperti, VCD, Telepon, HP, Televisi
dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah, dan surat kabar,
semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Jika siswa
menggunakan media tersebut untuk membantu proses belajar mengajar

16
17

maka akan berkembang, tetapi bila waktu belajarnya dipakai untuk


menonton TV atau digunakan untuk yang lain yang tidak semestinya
tentunya akan berdampak negatif.

B. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak


1. Pengertian Prestasi Belajar
Semua manusia yang hidup didunia ini terlahir dalam keadaan tidak
memiliki ilmu pengetahuan apapun, sebagaimana Allah Swt berfirman :

ª!$ # u r N ä 3 y _ t ÷ z r& . `ÏiB È b q ä Ü ç/ ö N ä 3 ÏF È y g ¨B é & Ÿw š

c q ß J n = ÷ è s ? $ \«ø ‹ x © Ÿ @ y è y _ u r ãN ä 3 s 9 y ìô J¡¡9 $ # t  È | Á ö / F { $ # u r

n o y ‰ Ï« ø ù F { $ # u r ö N ä 3 ª= y è s 9 š cr㍠ä 3 ô ± s ? « Ð Ñ È

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (an-
Nahl : 78)

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa manusia yang lahir di dunia ini
tidak ada yang memiliki ilmu pengetahuan, akan tetapi Allah memberi bekal
dengan alat indera yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati yang dapat
dijadikan sebagai sarana dalam mencari ilmu pengetahuan. Dengan adanya bekal
yang diberikan Allah tersebut manusia akan mempunyai kecenderungan untuk
belajar. Belajar tidak hanya dapat dilakukan pada lembaga formal saja akan tetapi
belajar dapat dilakukan dimana, kapan, dan oleh siapa saja. Untuk mencapai
tujuan yang diharapkan maka proses belajar harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Dengan demikian dapat diharapkan akan membawa perubahan atau
peningkatan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui
keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan
bahwa ia telah berhasil dalam belajar.
Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu "Prestatie", kemudian
dalam Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti "hasil usaha".18

18 Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional, Prinsip, Teknik dan Prosedur, (Bandung: Remaja

17
18

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa, "Prestasi adalah


hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan". Sedangkan Hadari
Nawawi berpendapat bahwa, prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa
yang dinyatakan dalam bentuk skor yang akan diperoleh dari hasil tes mengenai
jumlah materi pelajaran tertentu.19
Syaiful Djamarah, mengartikan prestasi sebagai hasil dari suatu kegiatan
yang telah dilakukan dan diciptakan baik secara individual maupun kelompok.
Sedangkan menurut Nasrun Harahap dan kawan-kawan, sebagaimana dikutip oleh
Syaiful Bahri mengatakan bahwa belajar adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai yang terdapat dalam
kurikulum.20
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut, jelas perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan. Namun
intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk dapat dipahami
bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti proses
pendidikan yang dilakukan tanpa adanya paksaan dari orang lain.
Sedangkan yang dimaksud prestasi belajar menurut S. Nasution adalah
suatu perubahan individu belajar, perubahan tidak hanya mengenai pengetahuan
tetapi juga membentuk kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar.21
Dalam proses belajar siswa, bukan hanya merupakan penguasaan pengetahuan
atau berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatih tetapi juga meliputi
perubahan tingkah laku yang dialami siswa.
W.S Winkel juga menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar
yang diraih oleh seseorang selama dan sesudah ia mengalami proses belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil sari suatu proses belajar. Di dalam prestasi hasil

Rosda Karya, 1990), h. 2.


19 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: CV. Mas Agung, 1999), cet. 3, h.
15.
20 Syaiful Bahri Jamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1991), h.19.
21 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 25.

18
19

belajar menampakkan diri. Jadi selama potensi internal tidak diwujudkan dalam
suatu bentuk perilaku, sulitlah diperoleh kepastian tentang apa yang yang telah
dipelajari.22
Prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauh mana anak terhadap
materi yang diterima. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai
siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah.23 Prestasi belajar juga bisa diartikan sebagai hasil dari pengukuran serta
penilaian usaha belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa dapat diartikan
sebagai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari
hasil tes belajar, yang dinyatakan dalam bentuk nilai setelah ia mengikuti kegiatan
belajar. Biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat
dan terdapat dalam setiap periode tertentu, sebagaimana pendapat Drs. Sutratinah
Tirtonegoro dalam bukunya yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan
atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Berhasil atau tidaknya
belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga golongan antara lain :
a. Faktor internal (dalam diri individu), yakni keadaan atau kondisi jasmani
dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Sementara itu dari faktor individual siswa ada dua aspek yang patut
dipertimbangkan, yaitu: 1) aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan 2) aspek
psikologis (bersifat rohaniah). Aspek fisiologis berkaitan dengan kondisi umum
22 W. S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Grasindo, 1996), h. 52.
23 http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/akuntansi/

19
20

jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Aspek psikologis berhubungan dengan; 1)
tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat
siswa, 5) motivasi siswa.24
Faktor individual siswa yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar
adalah cara belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,
psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta
organ yang tubuh lain untuk memperoleh tenaga kembali. Hal lain yang harus
diperhatikan juga adalah teknik-teknik belajar. Bagaimana cara membaca,
mencatat, menggarisbawahi, membuat ringkasan atau kesimpulan, apa yang harus
dicatat dan sebagainya.25
Sedangkan dari faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni:
1) faktor lingkungan sosial dan 2) faktor lingkungan non sosial. Lingkungan yang
dapat dikategorikan sebagai lingkungan sosial adalah lingkungan sekolah, seperti
guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Yang termasuk lingkungan
sosial juga adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di
sekitar perkampungan siswa tersebut. Dan lingkungan sosial yang paling besar
pengaruhnya adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Adapun yang
termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan siswa. Kesemua faktor itu dipandang turut
menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa.26

C. Hubungan Minat Belajar Aqidah Akhlak Dengan Prestasi Belajar


Berdasarkan kerangka teoritis mengenai minat dan belajar, maka diketahui
bahwa minat dapat mempengaruhi prestasi belajar. Belajar akan lebih berhasil bila
sesuai dengan minat dan apabila belajar tidak sesuai dengan minat maka akan

24 Muhibbin Syah, Psikologis Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. 1, h. 130-132.


25 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. 1, h. 57-58.
26 Muhibbin Syah, Psikologis Belajar, h. 138-139.

20
21

kurang berhasil.
Dalam melakukan segala kegiatan individu akan sangat dipengaruhi oleh
minatnya terhadap kegiatan tersebut, dengan adanya minat yang cukup besar akan
mendorong seseorang untuk mencurahkan perhatiannya, hal tersebut akan
meningkatkan pula seluruh fungsi jiwanya untuk dipusatkan pada kegiatan yang
sedang dilakukannya. Demikian pula halnya dengan kegiatan belajar, maka ia
akan merasa bahwa belajar itu merupakan hal yang sangat penting bagi dirinya,
sehingga ia berusaha memusatkan seluruh perhatiannya kepada hal-hal yang
berhubungan dengan kegaitan belajar dan dengan senang hati ia akan
melakukannya.
Untuk mengetahui kuatnya minat belajar seseorang ini dapat ditempuh
dengan mengungkapkan seberapa kuat keterikatan seseorang terhadap objek.
Keterikatan ini dapat berupa perhatian, ketertarikan dan keinginan yang kuat
untuk melakukannya yang disebabkan oleh tujuan tertentu. Semakin kuatnya
ketertarikan itu maka semakin tingginya minat yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
Dengan ketertarikan yang kuat ini maka prestasi belajar siswa akan
meningkat. Logikanya adalah dengan semangat (spirit) yang dimiliki maka
seseorang akan sangat mungkin berprestasi tinggi. Motivasi ini akan sangat baik
bila kemudian diarahkan kepada keinginan untuk memperdalam ajaran agama.
Dalam praktik kehidupan manusia sangat mungkin seseorang menjadi sangat
dekat dengan Sang Kholiq, karena pada setiap diri manusia terdapat entitas
spiritual. Entitas spiritual ini berada di qolbun. Seperti kata Imam Al Ghazali
bahwa qolbu memiliki insting yang disebut dengan al nur al-ilahiy (cahaya
ketuhanan) dan al bashirah al bathinah (mata batin) yang memancarkan
keimanan dan keyakinan. Al Zamakhsyari juga menegaskan bahwa qolbu itu
diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan fithrah asalnya dan berkecenderungan
menerima kebenaran dari-Nya. Oleh karena natur inilah maka qalbu disebut juga
dengan fitrah ilahiyah atau fitrah rabbaniyah-nuraniyah.27

27Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press &
Yayasan PEP-EX 8, 2003), h. 162.

21
22

Jadi, minat seseorang untuk mempelajari Aqidah Akhlak sangat dekat


kemungkinannya dengan kecenderungan mempelajari ajaran agama Islam secara
benar. Mengingat aqidah adalah aspek yang sangat penting dalam agama Islam,
yang penekanannya terhadap hubungan manusia dengan Allah. Sedangkan akhlak
adalah aspek yang penekanannya lebih kepada hubungan kepada sesama manusia.
Dengan adanya minat, maka prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak sangat
mungkin terangkat naik. Karena minat seseorang menjadi tertarik dan dengan
sukacita melakukan sesuatu yang diminatinya itu.
Seperti dikatakan Aminuddin Rasyad bahwa dalam diri setiap peserta didik
selalu memiliki dua motif atau dorongan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukannya. Kedua motif tersebut adalah (1) motif yang sudah ada dalam
setiap diri manusia yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari
luar yang sering disebut dengan motif intrinsik. (2) motif yang berasal dari luar
diri karena pengaruh situasi, pengaruh setelah melihat teman giat belajar, karena
diminta oleh seseorang (bisa jadi orang tua atau pihak lain), motif ini sering
disebut dengan motif ekstrinsik. 28
Dengan demikian, minat belajar apapun termasuk minat belajar Aqidah
Akhlak memiliki hubungan langsung dengan motif yang dimiliki oleh seseorang.
Selanjutnya minat belajar akan secara langsung berhubungan kepada prestasi
belajar yang ditunjukkan seseorang. Tinggal minatnya yang ada apakah berada
pada minat yang tinggi atau sebaliknya minat yang rendah. Namun demikian
setiap minat akan berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang baik rendah
maupun tinggi.

D. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa selalu terkait dengan berbagai faktor, di antaranya
adalah kecerdasan (intelligence), bakat (aptitude), motivasi (motivation),
ketersediaan sarana belajar, lingkungan belajar (environment), minat, dan lain-
lain. Prestasi belajar siswa tidak diperoleh secara tunggal yaitu faktor yang berasal
seluruhnya dari internal saja atau eksternal saja. Artinya bahwa baik faktor
internal dan eksternal keduanya memiliki peran yang signifikan dalam

28 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, h. 90.

22
23

membentuk performansi prestasi seseorang.


Jika dalam mewujudkan prestasi belajar hanya dikendalikan oleh satu
faktor saja, sungguh sangat banyak orang yang sukses dalam belajar dengan
prestasi yang meyakinkan. Bisa jadi sangat mudah melakukan treatment terhadap
siswa karena faktor yang difokuskan hanya bersifat tunggal (single factor). Begitu
banyaknya faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar seseorang, disebabkan
oleh aspek belajar itu sendiri melibatkan banyak komponen yang terkait di
dalamnya.
Dalam kajian mengenai sistem pembelajaran diketahui ada; masukan
(input) – proses (process) – dan luaran (out put). Pada input ada sub komponen
siswa. Siswa sebagai subyek belajar ditempatkan sebagai input karena memang
memiliki posisi strategis dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam setiap individu
belajar dipastikan memiliki bawaan (attitude), intelegensi (intelligence), kebiasaan
(habit) dan lain-lain. Semua itu terbawa ke dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di sekolah.
Sementara itu di dalam proses belajar tentunya berkaitan dengan
metodologi pembelajaran yang diterapkan, baik strategi maupun teknik yang
dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan (learning objectives). Di dalamnya
juga berkaitan dengan lingkungan psiko-fisik yang berada di sekitar anak didik.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka proses belajar mengajar
dijalankan. Anak didik akan digembleng melalui “black box” tersebut sehingga
jika telah menyelesaikan pendidikan atau minimal mendekati keterampilan dan
kecakapan yang memadai.
Komponen berikutnya adalah luaran (out put) yang merupakan capaian
akhir dari pelaksanaan pembelajaran. Luaran pendidikan secara realistik adalah
lulusan, sedangkan secara substansi adalah kualitas yang dihasilkan. Tingkat
kematangan, pencapaian kecakapan, dan perolehan keterampilan yang dimiliki
anak akan menjadi ukuran untuk menilai kualitas luaran pendidikan. Mengukur
kualitas di sini bukan hanya dititik beratkan pada domain berpengetahuan
(cognitive) saja namun harus lebih jauh dari itu meliputi domain afektif (terampil
feeling), psichomotoric (terampil unjuk performansi), emotional (kecerdasan

23
24

emosi), spiritual (kecerdasan spiritual) dan adversity (kecerdasan


adversitas/ketahan malangan).
Menyelenggarakan aktivitas pembelajaran tentu harus dirancang dengan
sebaik-baiknya oleh lembaga pendidikan. Institusi (lembaga) pendidikan yang
baik adalah lembaga yang mampu memberikan kepuasaan belajar bagi siswanya
sehingga secara kualitatif memiliki orientasi produktif, terampil dan kreatif. Minat
belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal yang ada di
sekelilingnya. Minat belajar yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap
pencapaian akhir (luaran) sekolah baik secara individu maupun institusi.
Dengan demikian memberikan persepsi positif dalam belajar dan
menumbuhkan minat yang positif, merupakan kewajiban bagi setiap guru dan
warga sekolah lainnya. Karena diyakini secara pasti bahwa minat belajar diduga
memiliki hubungan yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar.

E. Perumusan Hipotesis
Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, penulis mengajukan
hipotesis yang nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesis tersebut adalah :
Ho = Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar Aqidah
Akhlak dengan prestasi belajar siswa.
Ha = Ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar Aqidah Akhlak
dengan prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan prestasi belajar siswa.

24

Anda mungkin juga menyukai