Anda di halaman 1dari 11

Keterlibatan Laki-Laki dalam Persiapan Persalinan dan Tanggap terhadap Komplikasi untuk Rujukan Persalinan Darurat di Perdesaan di Uganda

LATAR BELAKANG Abstrak Latar Belakang: Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam kesehatan kandungan. Sebuah paket persiapan (persalinan) kelahiran mempromosikan persiapan aktif dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk mencari perawatan kesehatan dalam kasus seperti komplikasi. Tujuannya adalah untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan persiapan persalinan (kelahiran) dan tanggap terhadap komplikasi seperti tingkat partisipasi laki-laki dalam rencana persalinan (kelahiran) seperti rujukan darurt obstetri di Uganda pedesaan. Metode: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang dilakukan di rumah sakit bersalin daerah Kabale antara 140 wanita yang terdaftar sebaga rujukan darurat obtetric di antenatal, persalinan atau periode setelah melahirkan. Data yang dikumpulkan adalah sosio-demografi dan persiapan bersalin (kelahiran) dan apa peran pasangan yang terlibat selama pengembangan rencana persalinan (kelahiran). Setiap wanita yang menghadiri pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, menerima pendidikan kesehatan mengenai kehamilan dan tanda bahaya persalinan, uang tabungan untuk keadaan darurat, membuat rencana di mana untuk menyampaikan dari dan dibuat persiapan untuk pendamping persalinan (kelahiran), persepsi rencana kelahiran. Analisis multivariat regresi Logistik dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang secara independen terkait dengan memiliki rencana persalinan. Hasil: Rata-rata usia adalah 26,8 6,6 tahun, sedangkan usia rata-rata dari pasangan adalah 32,8 8,3 tahun. Lebih dari 100 (73,8%) perempuan dan 75 (55,2%) dari pasangan mereka tidak memiliki pendidikan formal atau hanya tingkat dasar pendidikan masing-masing. Pada analisis peubah ganda, primigravida dibandingkan dengan multigravidae, OR 1,8 95% CI (1,0-3,0), tingkat pendidikan pasangan yang sekunder atau lebih tinggi dibandingkan tingkat dasar atau tidak, OR 3,8 95% CI (1,2-11,0), pekerjaan formal versus resmi pendudukan pasangan, OR 1,6 95% CI (1,1-2,5), adanya komplikasi kehamilan OR 1,4 CI 95% (1,1-2,0) dan antisipasi cara pemilihan caesar dibandingkan persalinan normal, OR 1,6 95% CI (1,0-2,4) yang dihubungkan dengan kepunyaan rencana persalinan (kelahiran). Kesimpulan: wanita individu, keluarga dan masyarakat perlu diberdayakan untuk memberikan kontribusi positif untuki membuat kehamilan lebih aman dengan membuat rencana persalinan.

pengantar Kematian ibu masih merupakan tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia, dan rasio kematian maternal sedunia 342, 900/100, 000 kelahiran hidup per tahun masih belum dikatakan tinggi [1]. Sebuah beban yang amat tinggi dari kematian ibu ini ditanggung oleh negara-negara berkembang seperti Uganda, dengan rasio kematian ibu 432 per 100.000 kelahiran hidup [2]. Kematian ini dikarenakan kehamilan, melahirkan atau komplikasi-komplikasi setelah melahirkan. Sebuah kunci strategi yang dapat

mengurangi jumlah kematian perempuan karena komplikasi setelah kelahiran adalah dengan membuat rencana persalinan (kelahiran) yang terdiri dari persiapan persalinan (kelahiran) dan tanggap terhadap komplikasi untuk wanita hamil, pasangan mereka dan keluarga mereka [3]. Persiapan persalinan (kelahiran) dan tanggap terhadap komplikasi adalah sebuah paket komprehensif yang bertujuan mempromosikan akses yang tepat untuk kemampuan (keterampilan)ibu dan layanan neonatal. Paket kesiapan kelahiran mempromosikan persiapan keaktifan dan cara pengambilan keputusan oleh wanita hamil dan keluarga mereka [3]. Hal ini berasal dari fakta bahwa setiap wanita hamil menghadapi resiko secara tiba-tiba dan tak terduga untuk mengalami komplikasi yang bisa berakhir dengan kematian atau cedera pada dirinya sendiri atau bayinya [4]. Elemen-elemen kunci dari paket rencana persalinan meliputi pengenalan tanda-tanda bahaya, sebuah rencana untuk penolong persalinan, sebuah rencana untuk tempat persalinan, dan menyimpan uang untuk transportasi atau biaya lainnya dalam hal kebutuhan yang biasanya muncul [4]. Selain itu, untuk persiapan persalinan, seorang pendonor darah potensial dan pembuat keputusan (dalam kasus darurat) harus diidentifikasikan [5]. Hal ini karena komplikasi seperti perdarahan yang tidak terduga dan sangat fatal jika pengobatan yang tepat waktu (perlakuan yang sesuai) tidak diperoleh. Hal ini membuat paket ini adalah sebuah strategi yang sangat penting di negara berkembang, di mana pelayanan kebidanan (kandungan) rendah (miskin). Para rujukan persalinan adalah wanita yang status rendah dan berkontribusi signifikan terhadap kematian ibu, dan neonatal morbidity dan kematian [5]. Di sub-Sahara Afrika, kehamilan dan persalinan berlanjut dipandang sebagai semata-mata adalah isu-isu (masalah) wanita [4]. seorang pendamping laki-laki pada perawatan antenatal (sebelum kelahiran) jarang dan di banyak masyarakat, tidak terpikirkan untuk menemukan pendamping laki-laki menyertai seorang wanita ke ruang kerja (ruang persalinan) selama persalinan [6] Bagaimanapun, pria memiliki kekuatan sosial dan ekonomi, tanpa terkecuali di Afrika dan memiliki kontrol yang luar biasa atas pasangan mereka. Mereka memutuskan waktu dan kondisi hubungan seksual, ukuran keluarga, dan apakah mereka akan memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia [7]. Oleh karena itu, situasi ini membuat keterlibatan pasangan laki-laki penting jika peningkatan kesehatan ibu dan pengurangan morbiditas dan mortalitas ibu akan direalisasikan. Strategi-strategi untuk melibatkan laki-laki dalam pelayanan kesehatan ibu harus bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya obstetri(kandungan) kondisi, dan melibatkan mereka dalam persiapan persalinan (kelahiran) dan tanggap terhadap komplikasi [4]. Keterlibatan pria akan memungkinkan pria untuk mendukung pasangan mereka untuk memanfaatkan layanan persalinan darurat lebih awal dan pasangan akan cukup mempersiapkan kelahiran dan mepersiapkan diri mereka sendiri terhadap komplikasi. Hal ini akan mengakibatkan penurunan semua tiga fase penundaan[8] dan dengan demikian dampak positif persalinan (kelahiran) muncul (berhasil). Kabupaten Kabale adalah sebuah pedesaan berdataran tinggi di barat daya Uganda, sekitar 560 km dari ibu kota, Kampala. Topografinya adalah jalur utama untuk menghubungkan dengan daerah lainnya dan sulit diperbaiki bukit-bukit dengan lembah yang dalam. Tiga kabupaten Rubanda, Rukiga dan Ndorwa, bersama-sama dengan Kabale Kota dari Kabale Kabupaten yang tahun 2002 sensus nasional memperkirakan populasi 471.800, dan tingkat pertumbuhan tahunan populasi 3%. Rumah Sakit Daerah Kabale adalah rumah sakit umum, yang didanai oleh Departemen Kesehatan Uganda, dengan kapasitas

tempat tidur mencapai 200. Penelitian dilakukan di unit kebidanan rumah sakit Kabale,yang berfungsi sebagai pusat rujukan utama untuk orang lainnya dan rumah sakit-rumah sakit swasta di kabupaten Kabale, barat daya Uganda. Selain menyediakan layanan persalinan (kebidanan) darurat bagi perempuan yang dirujuk dari pusat lainnya, rumah sakit juga menyediakan perawatan antenatal (sebelum kelahiran) dan layanan persalinan untuk perempuan berisiko kehamilan rendah dan tinggi. Walaupun pasien tidak diharapkan untuk membayar layanan mereka, dalam situasi darurat, mereka dapat memanfaatkan sarana sumber daya yang ada, dan sering harus membeli serba serbi dan pengobatan mereka sendiri. Satu konsultan dokter kandungan, 2 pendaftar dan 12 bidan di unit kebidanan rumah sakit selama ulasan periode. Penelitian ini bertujuan adalah untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan persiapan persalinan (kelahiran) dan tanggap terhadap komplikasi dengan tingkat partisipasi laki-laki dalam rencana persalinan (kelahiran) dan pencarian layanan kesehatan untuk rujukan obstetrik darurat di Uganda pedesaan. METHODS Desain study Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang dilakukan di bangsal persalinan rumah sakit daerah Kabale dari Juli hingga Oktober tahun 2010. Kriteria yang tercakup dalam study ini telah diakui oleh pihak rumah sakit sebagai rujukan darurat sebelum proses persalinan, selama persalinan atau pasca persalinan dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam studi ini. Responden diamati sampai dia keluar dari rumah sakit atau bahkan meninggal dunia. Asisten penelitian yang merupakan petugas kesehatan yang ada di bangsal persalinan merekrut para responden. Sebagai pewawancara yang memakai kuesioner yang telah dibuat, data dikumpulkan dari antara 140 wanita antara lain i) variabel sosial kependudukan meliputi umur, tingkat pendidikan, status perkawinan (belum kawin atau kawin) dan status pekerjaan ; ii) Riwayat kesehatan seperti pemeriksaan sebelum persalinan(selama hamil), riwayat persalinan, alasan rujukan, komplikasi kandungan dan perawatan yang diterima serta cara persalinan yang tercatat; iii)Persiapan persalinan, bedasarkan banyaknya persiapan yang telah dibuat oleh wanita, termasuk membeli perlengkapan persalinan, menabung untuk persalinan, perencanaan dalam hal transportasi yang akan digunakan saat persalinan dan membuat rencana darurat atau mencari orang yang akan menjaga rumah selama persalinan di rumah sakit. (Beberapa wanita yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, menerima pendidikan kesehatan pada kehamilan dan tanda bahaya persalinan, menabung untuk keadaan darurat, membuat rencana di mana tempat untuk persalinannya dan membuat persiapan siapa yang akan mendampingi selama pesalinan, dan pertimbangan-prtimbangan yang diperlukan untuk persalinan); iv)Dikumpulkan pula data tambahan dan peran dari pasangan (suami) yang terlibant dalam perencanaan persalinan. Dari tinjauan terhadap catatan medis, data dikumpulkan yaitu komplikasi kandungan, alasan rujukan, perawatan yang diperoleh saat rujukan dan menunjuk pada tempat dan adanya sebuah rencana persalinan. Data dianalisis menggunakan software STATA (Release 9) untuk menyajikan frekuensi dan persentase untuk variabel kategorik dan rata-rata serta standar deviasi untuk variabel numerik. Pada analysis dua

variabel, karakteristik dari responden yang memiliki rencana persalinan dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki rencana persalinan, dengan menggunakan uji Pearsons chi-square untuk data kategorik dan uji T-Student untuk data numerik. Analisis Regresi Logistik dengan Peubah Ganda digunakan untuk menganalisis faktor yang secara independent berhubungan dengan ada tidaknya rencana kelahiran, ketika menaksir interaksi dan kolinieritas. Dalam pemilihan model dengan stepwise untuk analisis regresi, semua variabel klinis penting dengan p-value kurang dari sama dengan 0,2 suatu variabel dianggap signifikan dalam analisis dua peubah. Perijinan secara etis diperoleh dari Rumah Sakit Daerah Kabale. Responden diwawancarai setelah diberitahukan bahwa penelitian ini sudah mendapat ijin, dan pada saat mereka telah sembuh dari komplikasi kandungan akut yang membutuhkan ijin dari mereka juga. Hasil Selama masa penelitian, 140 wanita direkrut dari 158 peserta yang memenuhi syarat, 12 tidak terlalu setuju dan 6 menolak untuk berpartisipasi. Tabel 1 menunjukkan karakteristik sosial-demografi dan indikasi untuk rujukan pada 140 perempuan. Usia rata-rata adalah 26,8 6,6 tahun, sedangkan usia rata-rata dari pasangan adalah 32,8 8,3 tahun. Lebih dari 100 (73,8%) perempuan dan 75 (55,2%) dari asangan mereka tidak memiliki pendidikan formal atau hanya tingkat pendidikan dasar masing-masing, dan 114 (81,8%) berada pada hubungan perkawinan. Tabel 2 menunjukkan indikasi untuk rujukan pada kandungangan saat keadaan darurat. Dari 140 wanita yang terdata sebagai pasien rujukan, indikasi untuk kendala untuk ijin persalinan ada 63 (45,0%) dan jkeadaan bahaya bagi janin untuk 15 perempuan (10,5%) dan 7 (5,0%) untuk uterus pecah. Tabel 3 menunjukkan. 62 perempuan (44,3%) membuat tabungan untuk segala kemungkinan seperti komplikasi kehamilan, 60 (42,9%) adalah didampingi oleh suami ke klinik persalinan, sedangkan 65 (43,4%) didampingi suami di bangsal persalinan. Tabel 4 menunjukkan faktor yang berkaitan dengan memiliki Rencana kelahiran. Pada analisis satu variabel, kelompok usia remaja dibandingkan wanita yang lebih tua (Odds ratio (OR) 1,04 (95% batas kepercayaan (CI) 1,0-1,17), kehamilan yang pertama dibandingkan untuk kehamilan yang kedua dan seterusnya, OR 1,3 (95% CI 1,1-1,6), pendidikan menengah tingkat atau lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan primer atau tidak memiliki tingkat pendidikan (OR 2,2 95% CI (1,3-3,6), pekerjaan resmi dibandingkan pekerjaan informal, OR 1,5 (95% CI (1.1- 2.0)) dan usia pasangan di atas 25 tahun dibandingkan dengan 24 tahun atau lebih muda (OR 1,1 95% CI (1,0-1,2), Tingkat pendidikan pasangan menengah atau lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan dasar atau tidak, OR 2,0 95% CI (1,3-3,2), dan pekerjaan formal terhadap pekerjaan informal pasangan, OR 1,5 95% CI (1,1-2,0) dikaitkan dengan memiliki rencana kelahiran. Pada analisis multivariabel, kehamilan yang pertama dibandingkan untuk kehamilan yang kedua dan seterusnya, OR 1,8 95% CI (1,0-3,0), Tingkat pendidikan pasangan,menengah atau lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan dasar atau tidak, OR 3,8 95% CI (1,2-11,0), pekerjaan formali terhadap pekerjaan informal pasangan, OR 1,6 95% CI (1,1-2,5), adanya komplikasi kehamilan OR 1,4 95% CI (1,1-2,0) dan modus diantisipasi dengan cara kelahiran ,melalui operasi caesar dibandingkan persalinan pervaginam, OR 1,6 95% CI (1,0-2,4) dikaitkan dengan memiliki Rencana kelahiran.

Tabel 1. Tabel karakteristik sosial-demografi (N=140) *karakteristik *umur *paritas *usia kehamilan *usia pasangan tingkat pendidikan tidak ada SD SMP SMA status perkawinan sendiri kawin tingkat pasangan tidak ada SD SMP SMA pekerjaan formal 20(14.1) pendidikan 25(18.2) 114(81.8) 24(17.7) 78(56.1) 30(21.6) 7(5) rerata standar deviasi 2.86.6 3.32.3 38.13.4 32.88.3

8(5.9) 67(49.3) 45(33.1) 20(12)

informal atau tidak bekerja 121(85.9) catatan: * rerata standar deviasi

DISCUSSION Pelayanan antenatal memberi kesempatan untuk menginformasikan dan mendidik ibu hamil mengenai kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi baru lahir. Sehingga memungkinkan ibu hamil memperoleh informasi mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan atau melahirkan. Hal ini mengantisipasikan bahwa dari pelayanan antenatal, ibu hamil dibantu untuk membangun perencanaan kelahiran yang menjamin kesiapan persalinan dan komplikasinya dalam kehamilan atau komplikasi kelahiran [3,4]. Perencanaan kehamilan diharapkan dapat membantu ibu membuat keputusan yang berkontribusi pada kehamilannya yang semakin sehat. Penelitian kami menunjukkan bahwa paritas, umur pasangan, tingkat pendidikan, pekerjaan pasangan, pernah/tidak mengalami komplikasi kehamilan, dan antisipasi komplikasi kehamilan berkaitan dengan kepemilikan perencanaan kehamilan bagi pasangan. Wanita berpendidikan memiliki kehamilan yang lebih sehat dibanding wanita yang tidak berpendidikan, kemungkinan karena wanita berpendidikan lebih banyak mendapatkan informasi, sehingga dapat membuat pilihan-pilihan dengan lebih bijak, lebih mampu mengembangkan dan menerapkan rencana kehamilan, dan lebih memiliki kemampuan sosial dan financial untuk mengambil keputusan penting jika terjadi keadaan darurat pada kandungannya [2]. Informasi, pendidikan , dan konseling memainkan peran penting dalam pencegahan kematian ibu. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat ibu hamil (dan pasangannya) menyadari urutan-urutan kejadian dari kondisi terkini yang merupakan tanda-tanda bahaya, mulai dari keterlambatan mendapatkan pelayanan sampai keterlambatan menerima pelayanan yang mendesak. Program melek kesehatan yang tepat dan komunikasi perubahan perilaku, seperti penerapan rencana kehamilan, bisa menghindari urutan ini. Pengelolaan kehamilan yang optimal, waktu saat persalinan, dan persalinan dapat menjamin kelangsungan hidup ibu hamil dengan memastikan bahwa ibu hamil (termasuk ibu yang bekerja dan bayi mereka yang baru lahir) memiliki akses campur tangan untuk menyelamatkan hidup dengan mengontrol kandungan dan komplikasi setelah melahirkannya. [9,10]. Jika perawatan kesehatan ini tidak tersedia di di tempat Si Ibu, maka Ibu di rujuk ke fasilitas kesehatan lain dimana pelayanan kesehatan dapat diperoleh. Proses ini pasti akan mengarah pada keterlambatan penerimaan pelayanan kesehatan yang tepat dan mendesak. Keterlambatan dapat berakibat dari kesalahan menyadari pentingnya keselamatan Ibu, tidak tersedianya transportasi, tidak adanya ongkos transportasi, maupun tidak adanya seseorang yang dapat menemani Si Ibu. Setelah diimplementasikan, rencana persalinan sangat penting dalam mengantisipasi keterlambatan pertama dan kedua dalam penerimaan pelayaan kehamilan yang tepat dan komplikasi persalinan. Temuan kami yang sudah disetujui oleh pihak lain bahwa banyak pasien yang baru diakui (dilayani) ketika mereka sudah mengalami komplikasi yang berbahaya. Ini adalah cerminan dari kualitas pelayanan antenatal pada unit yang kurang memadai (dimana seharusnya dapat dideteksi lebih dini), kualitas dari pelayanan kebidanan di unit rujukan dan efisiensi system rujukan. Keterlambatan akses pelayanan untuk rujukan mungkin disebabkan oleh jauhnya jarak ke Rumah sakit, karena terletak di Kabupaten terpencil, berbukit-bukit, dan rumah-rumahnya tidak dapat diakses kendaraan bermotor. Temuan menunjukkan bahwa banyak tempat rujukan berada pada kondisi kritis at admission suggests possible delays .. to refer. , keterlambatan mencapai rumah sakit rujukan atau kualitas pelayanan kesehatan yang buruk dari tempat rujukan. Memang! Keterlambatan diagnose dan kesalahan

diagnose bertanggung jawab untuk banyak kematian dan sudah merupakan hal yang umum di rujukan persalinan darurat. Kesadaran akan tanda-tanda bahaya dari komplikasi persalinan adalah langkah awal yang penting untuk menerima tindakan yang tepat berdasarkan rujukan kebidanan dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Penelitian terdahulu menilai bahwa kesempatan dan penerapan rencana persalinan pada ibu hamil seringkali terlewatkan. Penelitian dari Nigeria menunjukkan bahwa 61% Ibu hamil belajar membuat persiapan persalinan yang memadai, hanya 4.8% yang siap jika terjadi komplikasi/keadaan darurat, (Study di Nigeria) merekomendasikan bahwa tekanan yang lebih besar harusnya ditempatkan pada pelajaran mengenai keadaan darurat/kesiap-siagaan jika terjadi komplikasi selama pelayanan antenatal. Sebuah studi di Kenya [16], menunjukkan bahwa 87.3% dari responden sadar mengenai tanggal dugaan persalinan mereka. 84,3% telah menyiapkan dana transportasi ke rumah sakit, 62.9% telah menyiapkan dana jika terjadi kondisi darurat, 67% telah mengetahui minimal satu tanda bahaya dalam kehamilan, sedangkan hanya 6.9% yang mengetahui 3 atau lebih tanda bahaya dalam kehamilan. Selama pelayanan antenatal, hanya 60 orang (42.9%) ibu yang melaporkan bahwa mereka ditemani oleh pasangan ketika melakukan control, sisanya 58 orang(41.4%) tinggal dirumah sembari menjaga rumah dan anak-anak. 35 orang ibu (25%) melaporkan bahwa pasangan mereka membantu dalam urusan rumah tangga selama masa kehamilan (antenatal period). Selama waktu persalinan, 96 orang ibu (68.6%) mengaku ditemani oleh pasangannya. Rupanya, wanita yang memiliki rencana persalinan mungkin lebih banyak ditemani oleh pasangannya ke fasilitas-fasilitas kesehatan selama control dan melihat ruang persalinan sebelum melahirkan. Mereka juga melaporkan bahwa mereka mendapatkan lebih banyak dukungan (support) dalam mengurus anak-anak atau membantu urusan rumah tangga. Temuan kami ternyata sama dengan studi yang diadakan di Uganda Utara [17] yang menemukan bahwa beberapa pria terlibat aktif dalam persiapan kelahiran dan siap-siaga jika terjadi komplikasi ketika pasangan mereka sedang hamil atau dalam masa akan melahirkan. Penelitian di Uganda Utara [17], pria yang lebih berpengetahuan tentang pelayanan ANC, memperoleh informasi kesehatan dari pekerja kesehatan dan beberapa pasangan mendapatkan informasi ketika mereka menemani pasangannya cek atau control kehamilan. Temuan ini memperkuat bahwa ketersediaan informasi untuk suami (male partners) yang istrinya sedang hamil dan mendatangi pelayanan kesehatan antenatal dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipasi mereka. Keterlibatan pria setelah melahirkan memberikan hal yang positif bagi ibu dan bayi, termasuk kunjungan pelayanan sehabis melahirkan, penghentian konsumsi alcohol dan merokok, partisipasi dan strategi pengurangan kebiasaan yang beresiko tinggi untuk mencegah tranmisi HIV secara vertical dan kesiap-siagaan dalam hal komplikasi persalinan (7,8,18-22]. Sayangnya, pada banyak penelitian, keterlibatan suami (male partner) pada kesehatan bayi dan ibu masih rendah di banyak Negara sub-Sahara Afrika. Menurut penilaian kami, kami mengakui beberapa batasan: studi ini berdasarkan rumah sakit diantara beberapa pasien rujukan, yang hasilnya tidak bisa digeneralisasi untuk keseluruhan komunitasnya. Kedua, pertanyaan mengenai rencana persalinan ditanyakan setelah proses persalinan, yang mungkin menyebabkan bias. Idealnya, pertanyaan itu ditanyakan sebelum proses persalinan. Ketiga, ada/tidaknya komplikasi persalinan mempengaruhi acquisition dan ketersediaan rencana persalinan. Memang, beberapa wanita mungkin mengingat dan memilah informasi mengenai rencana

persalinan secara selektif, tergantung dari pengalaman melahirkan atau kehamilannya. Keempat, informasi mengenai peran pasangan dalam kesiap-siagaan persalinan dan komplikasinya ditanyakan setelah melahirkan dan setelah komplikasi persalinan telah terjadi. Akan tetapi, ini adalah tujuan penelitian , yang menilai peran serta pasangan dalam rencana persalinan dan kesiapan jika terjadi komplikasi. Tidak ada jalan yang dapat memverifikasi bahwa respon yang diberikan bukanlah respon yang diinginkan secara sosial, terlebih jika mempertimbangkan bahwa wawancara dilakukan di fasilitas kesehatan. Meskipun dengan beberapa keterbatasan, kami percaya bahwa penelitian ini menyediakan informasi yang relevan untuk kesiap-siagaan persalinan dan komplikasinya untuk wanita di daerah pedesaan dan mengidentifikasi kehilangan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan darurat. Pemeriksaan sebelum persalinan membuka peluang untuk memperoleh informasi, pendidikan dan komunikasi kepada wanita hamil sehingga mereka dapat menentukan pilihan yan tepat khususnya ketika mereka sedang dalam bahaya. Bagaimanapun, kesempatan ini sering dilupakan [23,24]. Masalah ini terjadi karena tidak cukupnya pemahaman tentang perawatan kesehatan dan dan kesalahan dalam memprioritaskan hal, tidak terjangkaunya informasi kesehatan penting untuk wanita yang paling beresiko, kondisi fisik sebanding dengan keadaan ekonomi dan jarak geografis yang memisahkan pelayanan kesehatan dari kebanyakan wanita, menjadi tertuda untuk mendapatkan perawatan yang tepat [25]. Selain itu, kurangnya peralatan kesehatan di tempat penanganan pertama; kurangnya peralatan, personel dan pengetahuan meskipun di rumah sakit rujukan. Temuan kami yang sudah mendapat persetujuan di Nigeria [26] bahwa faktor tersebut berpengaruh terhadap penggunaan pelayanan kesehatan ibu di berbagai tingkatan - individu, rumah tangga, masyarakat dan negara, dan tergantung pada indikator pelayanan kesehatan ibu, variabel penentu yang relevan. . Studi observasional menyarankan bahwa memasukan laki-laki pada intervensi pendidikan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan hasil positif pada kesehatan. Ketika wanita hamil dan pasangan prianya diberikan pendidikan kesehatan bersama-sama, ada dampak lebih besar pada perilaku kesehatan ibu (Seperti mencari pelayanan kesehatan) dibandingkan dengan mendidik perempuan saja [27]. Pendidikan dan pelayanan kesehatan disediakan selama periode sebelum persalinan, memiliki potensi untuk mengurangi kehamilan dan komplikasi persalinan dan meningkatkan hasil kelahiran pada saat penghasilan rendah [28,29]. Kemampuan wanita untuk mencari perawatan kesehatan atau menerapkan pelajaran dari intervensi pendidikan kesehatan (Dengan mengembangkan rencana kelahiran mereka sendiri ) sering ditentukan oleh kepala rumah tangga, yang biasanya adalah suami [30,31]. Sedangkan peran penting pasangan pria terkait dalam kesehatan reproduksi perempuan telah diakui selama beberapa tahun, perhatian lebih perlu berfokus pada keterlibatan laki-laki dalam intervensi pendidikan kesehatan reproduksi. Pria dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan dengan demikian hasil persalinan darurat [32-34] dengan berkontribusi terhadap pembangunan dari rencana kelahiran. Memang, dalam sebuah penelitian di Northern Uganda [17], laki-laki yang memliki pengetahuan tentang layanan sebelum persalinan dan perlengkapan persalinan yang digunakan pada kehamilan terakhir lebih mungkin untuk menemani pasangan mereka pada perawatan sebelum kelahiran dan mungkin untuk saat kelahiran.

CONCLUSION

Kesempatan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah rencana kelahiran sering dilupakan hal ini karena wanita yang sedang hamil tidak teliti dalam menentukan pilihan yang tepat ketika mengalami komplikasi kehamilan. Parity, umur ibu, tingkat pendidikan, umur dan status pekerjaan dari pasangan (suami) dan adanya komplikasi kehamilan yang dihubungkan dengan ada tidaknya rencana pesalinan.

Anda mungkin juga menyukai