Anda di halaman 1dari 22

SUSPENSI Latar belakang partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fasa cair.

Parikel yang tidal laruttersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorbsi yang digunakan sebagaiobat dalam atau untuk pemakaian luar dengan tujuan penyalutan. Diameterpartikel suspensi >1m, umumnya 10 50m. Sasaran utama didalam merancangsediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasidan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensidengan baik, jadi tidak untuk mencegah terjadinya pemisahan fasa. Suspensi merupakan sistem disperse yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk secara terus menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya suspensi mengendap tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Semakin besar ukuran partikel tersuspensi semakin cepat proses pengendapan terjadi. Pemisahan suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi). A. Pengertian Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Jenis utama dari preparat cair yang mengandung obat yang tidak larut, disebarkan ke dalam cairan pembawa dan dimaksudkan untuk pemberian secara oral. Dalam preparat ini bahan yang didistribusikan disebut sebagai dispers atau fase terdispers dan pembawanya disebut fase pendispersi atau medium disperse. Preparat oral dengan tipe ini, paling banyak medium dispersinya adalah air.Partikel dari fase dispers biasanya bahan padat yang tidak larut dalam medium dispers. Fase terdispers adalah bahan cair yang tidal larut maupun bercampur dengan cairan dari fase pendispersi Umumnya karena ukuran yang lebih besar, partikel terdispers dalam suatu dipersi kasar kecenderungannya lebih besar untuk memisah dari medium disperse daripada yang terjadi pada partikel dari disperse halus. Penyebaran ulang secara sempurna dan homogeny dari fase terdispers diperlukan supaya dapat diberikan dosis yang homogeny secara tepat.Untuk keuntungan dispersi yang dibuat harus dicapai dengan pengocokan wadah dengan sungguh-sungguh. Pada disperse dari obat yang diberikan secara oral, pemakaian topical untuk kulit, suspensi optalmik, dan suspensi steril untuk injeksi. Definisi suspense menurut beberapa referensi : 1. Suspensi adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (FI III hal: 32) 2. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV hal : 17) 3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan (formularium nasional hal : 3)

4. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (IMO hal : 149) 5. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel kecil, yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu zat yang tidak larut bisa dimaksudkan untuk diabsorpsi fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar (leon lachman hal : 985) 6. (USP XXVII) Suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu cairan pembawa cair atau flavouring agent yang cocok untuk pemakaian oral. suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair, untuk pemakaian kulit. Suspensi otic adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro untuk pemakaian diluar telinga. SYARAT-SYARAT SUSPENSI Menurut FI IV hal 18 1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal

2. Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba. 3. 4. Suspense harus di kocok sebelum digunakan Suspensi harus disimpan dalam wadahtertutup rapat.

Menurut FI III hal 32 1. 2. 3. 4. Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap Jika dikocok harus segera terdispersi kembali Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di tuang.

Menurut Ansel hal 356 : Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan Menurut FKI 1985 hal 82 : Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap Menurut FKI 1985 hal 77 : Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau melukai kulit Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Suspensi Oral

adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Suspensi dapat pula didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus yang dikenal sebagai suspensoid yang disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Preparat lain yang tesedia adalah serbuk kering yang dimaksudkan untuk disuspensikan dalam cairan pembawa. Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan bahan pensuspensi maupun pendispersi, yang dengan melarutkan dan pengocokan dengan sejumlah tertera cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan. Obat seperti ini tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya cairan pembawa air untuk dibuat suspensi pada waktu akan diberikan. Contoh suspensi oral: 1. Antasida : Suspensi oral Alumina dan Mangnesida (Aludrox Oral Suspension), Alumina dan Magnesium Trisilikat(Alma-Mag liquid), Magaldrat(Riopan oral suspension) , Aluminia Magnesia dan Kalsium karbonat(Camalox). Ini digunakan untuk bekerja melawan hiperasiditas gastrik dan mengurangi tekanan pada saluran cerna bagian atas. 2. Antelmintik : Suspensi oral pirantel Pamoat (Antiminth oral 250 mg/5ml suspension), tiabendazol(Mintezol Oral 500 mg/5 ml). ini digunakan untuk membebaskan tubuh dari infeksi cacing . 3. Antibakteri: Suspensi oral sulfametoksazol (Gantanol Suspension), Sulfisoksazol Asetil (Gantrisin Syrup 500 mg/5 ml dan gantrisin Pediatric Suspension). Obat ini digunakan untu pengobatan infeksi saluran urin dan dapat menghambta sintesis asam folat serta garm para amino benzoat dari bakteri. Alasan Pembuatan Suspensi Oral Alasan pembuatan suspense oral salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.Dalam hal seperti ini, suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk padat (tablet atau kapsul), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat

besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Kerugian dari obat yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan akan tidak terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi. Untuk obat-obat yang tidak enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia khusus menjadi bentuk yang tidak larut dalam pemberian yang diinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya enak.Kebanyakan suspensi oral berupa sediaan air dengan pembawa yang diharumkan dan dimaniskan untuk memenuhi selera pasien. 2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. 3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. 4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. 6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. B. STABILITAS SUSPENSI Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah : 1.Ukuran Partikel Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya. 2.Kekentalan / Viskositas Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum STOKES.

V=d2 (p-po) g /n
Ket :

V = Kecepatan Aliran d = Diameter Dari Partikel p = Berat Jenis Dari Partikel p0 = Berat Jenis Cairan g = Gravitasi = Viskositas Cairan 3.Jumlah Partikel / Konsentrasi Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4.Sifat / Muatan Partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid). C. BAHAN PENSUSPENSI 1. Bahan pensuspensi dari alam. Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, danproses fermentasi bakteri. Bahan alam dari jenis gom sering disebut gom atau hidrokoloid gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk musilago atau lendir. Dengan terbentuknya musilago, viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan musilago sangat dipengaruhi oleh panas, Ph, dan proses fermentasi bakteri. Hal ini dapat dibuktikan dengan percobaan berikut.

Simpan dua botol yang berisi musilago sejenis. Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan di tempat yang sama. Setelah beberapa hari diamati, ternyata botol yang ditambahkan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibandingkan dengan botol tanpa pemanasan. Golongan gom meliputi: a. Akasia (Pulvis Gummi Arabic)

Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp., dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan bersifat asam.Viskositas optimum musilagonya adalah antara Ph 5-9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi di luar pH 5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Musilago Gom arab dengan kadar 35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet (preservative). (ilmu resep syamsuni hal 139) b. Chondrus

Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan bersifat basa.Ekstrak dari Chondrus disebut karagen, yang banyak dipakai oleh industri makanan.Karagen merupakan derivat dari sakarida sehingga mudah dirusak oleh bakteri dan memerlukan penambahan pengawet untuk suspensi tersebut. c. Tragakan

Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gummifera.Tragakan sangat lambat mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan. Musilago tragakan lebih kental dari pada musilago dari Gom arab. Musilago tragakan hanya baik sebagai stabilisator suspensi, tetapi bukan sebagai emulgator. Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih kental dari pada mucilago dari Gom arab. (ilmu resep syamsuni hal 140) d. Algin

Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut.Diperdagangan terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu natrium alginat.Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet.Kadar yang di pakai sebagai bahan pensuspensi umumnya 1-2%. e. Mucilago amily

Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58) f. Solution gum arabicum

Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya. (vanduin hal 58 ) g. Mucilago saleb

Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah dihilangkan patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal 58) h. Solution gummosa

Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit (vanduin hal 58) Bahan Pensuspensi Alam Bukan Gom Suspending agent alam yang bukan Gom adalah tanah liat.Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonit, hectorite, dan vegum. Jika tanah liat dimasukkan ke dalam air, mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas suspensi menjadi lebih baik. Ketiga tanah liat tersebut bersifat tidak larut dalam air sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkan pada campuran suspensi.Keuntungan penggunaan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahanbahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat. 3. Bahan Pensuspensi Sintetis a. Derival selulosa

Termasuk ke dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksimetilselulosa (CMC), hidroksimetil selulosa.Di belakang nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukan kamampuan cairan pelarut untuk meningkatkan viskositasnya.Semakin besar angkanya, kemampuannya semakin tinggi.Golongan ini tidak diabsorpsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produkasi makanan.Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur atau desintegrator dalam pembuatan tablet. b. Golongan organik polimer

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik). Organik polimer berupa serbuk putih, bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaianya sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar kurang lebih 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas larutanya.

C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi Proses Pembuatan Sediaan Suspensi secara umum Pembuatan suspensi diawali dengan pembuatan sirupus simplex yang kemudian dilakukan penyaringan dengan ukuran mesh yang dapat menyaring partikel kotoran. Setelah itu dilakukan pembuatan suspending agent. Setelah larutan suspending agent mengembang maka dilakukan penghalusan dengan menggunakan colloid mill. Bahan aktif yang tidak larut harus dilakukan proses pembasahan terlebih dahulu. Setelah masing-masing bahan siap, maka dilakukan proses pencampuran di dalam mixing tank. Bahan-bahan pembantu ditambahkan ke dalam campuran sediaan dalam kondisi terlarut dalam air. Setelah suspensi terbentuk maka ditambahkan air sampai volume yang diinginkan. Proses terakhir adalah suspensi dihaluskan dengan colloid mill. Selanjutnya sampel diambil sebanyak 500 ml untuk pengujian laboratorium kemudian hasil mixing diberi label Dalam Pemeriksaan. Pengujian yang dilakukan terhadap suspensi antara lain; organoleptis, pH, berat jenis, viskositas serta kadat zat aktif. Setelah lulus hasil pengujian, maka suspensi siap di-filling ke dalam botol dengan menggunakan mesin Liquid Filling and Cropping Machine. Secara skematis alur proses pembuatan suspensi lihat pada gambar.

1. Metode pembuatan suspensi : Suspensi dapat dibuat dengan cara : Metode Dispersi Bila metode dispersi digunakan untuk pembuatan suspensi, pembawa harus diformulasi sehingga fase padat dengan mudah dibasahi dan didispersikan.Surfaktan dapat digunakan untuk menjamin pembasahan zat padat hidrofobik dengan seragam.Penggunaan zat pensuspensi, seperti polielektrolit polimeris sintetis, gom alam, atau tanah liat, bisa diusulkan, tergantung pada penggunaan spesifik.

Metode sebenarnya dari pendispersian zat padat merupakan salah satu pertimbangan yang lebih penting, karena pengurangan ukuran partikel mungkin dihasilkan atau mungkin tidak dihasilkan dari proses disperse. Jika terjadi pengurangan ukuran partikel, partikel-partikel yang diperoleh bisa mempunyai kelarutan yang berbeda jika melibatkan keadaan metastabil, dan ini bisa mengakibatkan kejenuhan system tersebut terhenti sejenak. Sejumlah metode disperse digunakan untuk membuat produk suspensi. Untuk tujuan sekarang tidak perlu menguraikan atau mendiskusikan alat pengecilan dan shearing yang ada di perdagangan, karena keterangan tentang alat tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Pembaca hanya perlu mengingat kembali bahwa kebanyakan dari apa yang sudah dan akan dibicarakan berkenaan dengan penerapan teknologi suspensi dasar, tanpa melihat bagaimana suspensi itu dibuat. Metode Precipitasi a. Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air b. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. 2. Sistem pembentukan suspensi : Sistem flokulasi Sistem deflokulasi Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah : a. Deflokulasi Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal. Sediaan terbentuk lambat. Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak. b.Flokulasi Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi. Flokulasi dapat dikendalikan dengan : i. Kombinasi ukuran partikel ii. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta. iii. Penambahan polimer dapat mempengaruhi hubungan struktur partikel dalam suspensi.

D.FORMULASI SUSPENSI Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori : Pada penggunaan Structured Vehicle untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali. Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah : 1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium. 2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. 3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir. 4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured Vehicle.

5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle. Formula Umum Suspensi umumnya mengandung : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. zat aktif bahan pensuspensi (suspending agent) bahan pembasah (wetting agent/humektan) antioksidan bila perlu pemanis dan anticaking pewarna dan flavour pewangi dan floculating agent antibusa/ anti foaming dan pengawet

a. Bahan pensuspensi / suspending agent (Art of Compounding, hlm 300) Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak Cara Kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang terlindung dari gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil. Faktor pemilihan suspending agent Penggunaan bahan (oral / topikal) Komposisi kimia Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life) Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent.

b. Bahan Pembasah (Wetting agent) / Humektan Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah : surfaktan yang dapat memperkecil sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan anionik efektif digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan negatif. Sedangkan surfakatan nonionik lebih baik untuk pembasah karena mempunyai range pH yang cukup besar dan mempunyai toksisitas yang rendah. Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah karena bila terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa dan memberikan rasa yang tidak enak.

Cara Kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Contoh : gliserin, propilen glikol, polietilen glikol,dll. c. Pemanis Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan Masalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah : 1. Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa agak pahit seperti kopi, dsb. 2. Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka panjang. 3. Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat mungkin sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan dapat berubah. 4. Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan penderita diabetes. Catatan : o o o o o Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 25 % Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %; sakarin 0,05 % Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20 25 % b/v total pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan menyebabkan perubahan volume. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi

d. Pewarna dan Pewangi Pewarna dan pewangi harus serasi. (Lachman Practise, hlm 470) 1. 2. 3. 4. Asin : Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreen mint. Pahit : Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint spice anisi Manis : Buah-buahan berry, Vanili. Asam : Citrus, Licorice, Root beer, Raspberry.

e. Pengawet Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple dose). Pengawet yang sering digunakan antara lain :

o o o o

Metil / propil paraben ( 2 : 1 ad 0,1 0,2 % total) Asam benzoat / Na-benzoat Chlorbutanol / chlorekresol (untuk obat luar / mengiritasi) Senyawa amonium(amonium klorida kuarterner) OTT dengan metil selulosa

f. Antioksidan (Diktat Teknologi Farmasi Sediaan Liquida dan Semisolid, 143 147) Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada konsentrasi rendah. Cara kerja : memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksida. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih antioksidan : o o o o o Efektif dalam konsentrasi rendah Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara (sediaan) yang berbahaya Segera larut atau terdispersi pada medium Tidak menimbulkan warna, bau, dan rasa yang tidak dikehendaki. Dapat bercampur (compatible) dengan konstituen lain pada sediaan.

Beberapa antioksidan yang lazim digunakan : Golongan kuinol (ex: hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman, hidroksi kumeran, BHA, BHT). Golongan katekhol (ex : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat) Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunan amino dan hidroksi dari pfenilamin diamin, difenilamin, kasein, edestin) Senyawa mengandung belerang (ex: sisteina hidroklorida) Fenol monohidrat (ex: timol)

g. Pendapar Fungsi : 1. Mengatur pH 2. Memperbesar potensial pengawet 3. Meningkatkan kelarutan Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan pH. Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang pKa-nya berdekatan dengan pH yang diinginkan Pemilihan pendapar harus mempertimbangkan inkompatibilitas dan toksisitas. Dapar yang biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.

h. Acidifier Fungsi : Mengatur pH Meningkatkan kestabilan suspensi Memperbesar potensial pengawet Meningkatkan kelarutan

Acidifier yang biasa digunakan pada suspensi adalah asam sitrat. g. Flocculating agent Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali. Flokulating agent dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu : Surfaktan Surfaktan ionik dan nonionikdapat digunakan sebagai floculating agent. Konsentrasi yang digunakan berkisar 0.001 sampai 1%b/v. Surfaktan nonionik lebih disukai karena secara kimia lebih kompatibel dengan bahan-bahan dalam formula yang lain. Konsentrasi yang tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan caking. Polimer hidrofilik Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending agent. Hal ini disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat serta mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer baru seperti xantin gumdigunakan sebagai flokulating agent dalam pembuatan sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat lain. Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat juga berfungsi untuk membentuk flok longgar (floculating agent). Penggunaan tunggal surfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat menghambat pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi polimer pada permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi Clay Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat berperan sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau basis sirup. Bentonitedigunakan sebagai floculating agent pada pembuatan suspensi bismut subnitrat pada konsentrasi 1.7%.

Elektrolit Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan potensial zeta partikel yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi. Pernyataan Schulzhardy menunjukkan bahwa kemampuan elektrolit untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi counter ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan dari mono. Di-valensi disebabkan adanya masalah toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan atau muatan yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-masing dan terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan konsentrasi surfaktan. Penambahan NaCl dapat meningkatkan flokulasi. Misalnya suspensi sulfamerazin diflokulasi dengan natrium dodesil polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai flokulating agent jarang digunakan di indusri II.4 Contoh Formula Suspensi R/ Zat aktif Sirupus simplek CMC Na Buffer fosfat Na-sakarin Sorbitol Metil paraben Propil paraben Zat warna Flavouring agent Aquadest 30 %

0,25 % pH 6 0,01 % 20 % 0,2 % 0,03 % qs qs ad 5 ml

E.Penilaian Stabilitas Suspensi 1. Volume sedimentasi Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap. 2. Derajat flokulasi.

Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc). 3.Metode reologi Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan. 4.Perubahan ukuran partikel Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal. Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut : a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat . b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya. d. Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul. terutama untuk anak-anak e. Memiliki homogenitas yang cukup tinggi f. Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan permukaan saluran cerna tinggi Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut : a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas. b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul. c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator . d. Memiliki kestabilan yang rendah e. Jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga homogenisitasnya menjadi buruk f. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang g. Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan h. Suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan

i. Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat penyimpanan Rute Pemberian Sediaan Bentuk Suspensi - Oral, contoh : suspensi kloramfenikol, rifampicin - Ocular, contoh : suspensi hidrokortison asetat - Otic, contoh : suspensi hidrokortison - Parenteral, contoh : suspensi penicilin G ( i.m ) - Rectal, contoh : suspensi paranitro sulfathiazol - Topical, contoh : caladin losio Alasan Penggunaan Suspensi Dalam Farmasi - Zat berkhasiat tidak larut dalam air - Zat berkhasiat tidak enak atau pahit - Mengurangi proses penguraian zat aktif dalam air - Kontak zat padat dengan medium dispersi dipersingkat - Memperpanjang pelepasan obat menggunakan pembewa minyak Pengemasan dan Penyimpanan Semua suspense harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara yang memadai diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.Kebanyakan suspense harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan, dan cahaya.Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam.

CONTOH FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI RESEP SUSPENSI TOPIKAL a. LOTIO KUMMERFEL,DI. (aqua cosmetika kummerfeldi) (Obat kukul)

Resep standart

R/ Sulf praec Camph

20 3

Mucil Gum Arab 10 Sol. Calc Hidrat Aq. Rosae s.u.e 134 133

RANCANGAN FORMULASI R/ Sulf praec Camph 4 0,6

Mucil Gum Arab 2 Sol. Calc Hidrat Aq. Rosae s.u.e 26,8 26,6

A. MONOGRAFI 1. Sulfur praicipitat / belerang endap

Pemerian: serbuk amof/ hablur renik, sangat halus, warna kuning pucat, tidak berbau dan berasa Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondioksida, praktis tidak larut dalam etanol.(FI IV, hal 771) Khasiat: antiskabisid 2. Campora

Pemerian: hablur, granul/ massa hablur, putih/ tidak berwarna, jernih, bau khas, tajam, rasa pedas dan aromatik, menguap perlahan pada suhu kamar. Kelarutan: sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, minyak lemak, minyak menguap.(FI IV, hal 167) Khasiat: anti iritan 3. Mucil PGA

Mengandung Gummi Arabicum 40% dan dibuat dengan menambahkan 1,5 kali air kepada Gom Arap itu, kemudian digerus sampai diperoleh suatu massa yang homogeny. (VANDUIN hal 58) 4. Sol Calc Hidrat

Suatu kapur tohor dengan tiga bagian ait mendidihdiencerkan, sesudah 15 menit dengan air hingga 25 bagian, biarlah campuran mengendap dan tuanglah zat cair yang diatasnya, tambahkan air yang sama banyak pada endapannya, kocok dan biarkan mengendap lagi. Tuanglah lagi zat cair yang diatasnya, ulangi lagi dan akhirnya tambahkan pada endapannya 300 bagian air, dikocok berulang-ulang dan simpanlah campurannya dalam botol tertutup baik. (PH ned hal 532) 5. Aqua rosae

Larutkan sebagian minyak mawar dalam 1g bagian spiritus keras dan saring, ambil 4 bagian dari larutan tambahkan 996 bagian air saringlah zat cair jernih. (PH ned, hal 105) 6. Pulv Gumi Arabicum

Pemerian; serbuk putih/putih kekuningan, tidak berbau Kelarutan: larut hamper semua dalam air, tetapi sangat lambat meninggalkan, sisa bagian tanaman dalam jumblag sangat sedikit, dan membersihkan cairan seperti mucilage, tidak bermarna/ kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam eter dan etanol. (FI IV hal 718) B. 1. PERHITUNGAN BAHAN Sulfur Praecipitat : 20g/300ml X 60 ml = 4g

2.

Champora

: 3g/300ml X 60 ml = 0,6g

3.

Mucil PGA

: 10g/300ml X 60 ml = 2g

PGA

: 4g/100g X 60 ml = 0,8g

Aqua untuk PGA : 1,5 X 0,8 = 1,2 ml

4.

Sol. Calc hidrat

: 134g/300ml X 60 ml = 26,8ml

5.

Aqua Rosae

: 133g/300g X 60 ml = 26,6ml

C.

ALAT Dan BAHAN

ALAT: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mortir Setemper Beaker Glass Gelas ukur Kaca arloji Penara Timbangan Etiket warna biru Sudip

10. Sendok tanduk 11. Perkamen 12. Pinset 13. Botolvolume60ml BAHAN: 1. Sulfur praicipitat

2. 3. 4. 5. 6.

Sol. Calc hydrat Aqua rosae Champora PGA Spiritus fort

D. CARA PEMBUATAN 1. 2. 3. Disiapkan alat dan bahan Disetarakan timbangan Dikalibrasi botol 60ml

4. Ditimbang 0,6g champora, diasukkan dalam motir, ditambahkan 0,9ml (1ml) spiritus fort dan digerus ad homogen dipindahkan dalam gelas arloji. 5. Ditimbang 4g sulf. Praicipitat. Dipindahkan dalam kaca arloji, dan dibasahi dengan gliserin

6. Ditimbang PGA 1,2g dimasukkan kedalam mortar digerus, ditambahkan aqua rosae 1,8ml digerus ad terbentuk mucilago 7. Ditambahkan no.4 ( kamfer ) kedalam mortar no. 6 diaduk ad homogen

8. Dimasukkan no.5 (sulfur praecipitat) dalam campuran no.7 aduk ad homogen kemudian ditambahkan sol calc hidrat diaduk ad homogen 9. Diencerkan hasil no 8 dengan aqua rosae, dimasukan dalam botol

10. Diadkan dengan aqua rosae ad tanda kalibrasi, lalu di tutup dan kocok ad homogen Tutup dengan cup, diberi etiket biru dan label

REFERENSI

Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. UI Press : Jakarta Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai