Anda di halaman 1dari 3

NAMA NIM PRODI

: ENI SUGIARTI : 4201411048 : PENDIDIKAN FISIKA

Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling


Latar Belakang Historis Latar belakang lahirnya bimbingan dan konseling dikarenakan terjadinya perubahan dan perkembangan dalam aspek kehidupan. Contohnya dalam keluarga, kebutuhan dan keadaan dalam keluarga yang semula sederhana menjadi semakin kompleks. Dalam aspek pendidikan, semakin banyak orang pandai dan kebutuhan pendidikan semakin meningkat. Dalam aspek pekerjaan, mulai beralihnya sektor agraris ke sektor industri yang ditansai dengan adanya spesialisasi. Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang untuk selanjutnya dikenal sebagai Father of The Guedance Movement in America Education. Gerakan ini menitikberatkan pada pentingnya individu untuk mendapatkan pertolongan oleh orang lain agar dapat memahami mengenai kelebihan dan kekurangannya untuk mencapai tujuan hidup yang optimal. Pada akhir abad ke 19 muncullah gerakan kemanusiaan yang menenkankan pada kesejahteraan masyarakat, hal ini membantu vocational bureau dalam membantu anakanak muda yang belum dapat bekerja dengan baik. Akibat Perang Dunia I dan II, pengangguran, depresi, perkembagan IPTEK dan wajib belajar mendorong anak-anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui tujuan mereka bersekolah. Oleh karena itu mendorong para pendidik untuk membantu siswa dan siswinya untuk mengetahui tujuannya bersekolah dan membantu mereka untuk menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Pada awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah, bimbingan disekolah masih dilaksanakan oleh para guru mata pelajaran umum. Pada tahun 1909 setiap sekolah menengah di Boston dimasukkan seorang petugas bimbingan jabatan. Kemudian tahun 1910 sekitar 35 kota lainnya melaksankan dan menganjurkan program formal bimbingan sekolah. Sedangkan di Indonesia sendiri lahirnya bimbingan dan konseling diawali dengan lahirnya gerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Pada awalnya disekolah-sekolah dilaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan. Tetapi banyak oramg berpandangan bahwa apabila anaknya sudah berurusan dengan BP, menandakan bahwa anaknya sedang berada dalam masalah, oleh karena itu melalui ketentuan pokok dalam SK Menpan dijabarkan lebih lanjut melaui SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling disekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Disinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling disekolah mulai jelas.

Latar Belakang Sosial Budaya Salah satu yang melatarbelakangi munculnya bimbingan dan konseling adalah semakin cepatnya perubahan sosial dan semakin kompleksnya keadaan masyarakat akan meningkatnya rasa tidak aman bagi remaja dan pemuda. Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu dalam kehidupan bermasyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan keadaannya semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyarakat itu. jadi kebutuhan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Perubahan konstelasi keluarga Perubahan yang cukup berarti adalah melemahnya kewenangan didalam keluarga karena adanya tuntutan persamaan hak bagi wanita. Dari beberapa penelitian diketahui berbagai masalah didalam keluarga yang menuntut adanya bimbingan di dalam masyarakat seperti, anak cenderung diasuh oleh orang luar yang bukan merupakan bagian dari keluarganya, seorang ibu merasa bersalah ketika ia tidak dapat menjaga anak-anaknya, kasus perceraian yang semakin marak di dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Masalah lain adalah semakin banyaknya anak yang lahir tanpa ada hubungan orang tua yang sah. Yang terpenting dari masalah-msalah tersebut adalah ketidakfungsian keluarga yang mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak. 2. Dunia kerja Pada zaman sekarang ini masalah karir menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting dibandingkan masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahanperubahan antara lain adalah semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki ketrampilan, berkembangnya perindustrian didaerah dan berkembangnya jenis perkerjaan sebagai dampak kemajuan tekhnologi. 3. Perkembangan komunikasi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi di dalam masyarakat semakin banyak dihasilkan alat-alat canggih. Contohnya adalah televisi, tidak kurang dari 6 jam anak-anak terbiasa menonton televisi setiap harinya. Yang menjadi permasalahannya adalah saat ini semakin banyak tayangan di televisi yang tidak sesuai dengan aspek pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, orang tua harus memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya mengenai tayangan ditelevisi yang baik untuk di tonton secara kritis. Selain itu adalah penggunaan internet yang sudah merebak dikalangan masyarakat, orang tua juga harus memantau dan membimbing antara informasi-informasi apa yag boleh diakses oleh anak-anaknya melalui internet. 4. Seksisme dan rasisme Seksisme merupakan faham yang mengunggulkan satu jenis kelamin dari jenis kelamin lainnya. Sedangkan rasisme adalah faham yang mengunggulkan ras yang satu dari ras lainnya. Fenomina ini tampak pada saat orang tua lebih berhak menentukan masa depan anak perempuannya, sedangkan anak laki-lakinya dibiarkan menentukan masa depannya sendiri. Dan fenomena rasisme dapat dilihat masih adanya diskriminasi terhadap orang-orang berkulit hitam di Amerika.

5.

Perkembangan Tekhnologi Dengan perkembangan tekhnologi yang pesat, timbullah dua maslah besar yatu penggantian tenaga kerja dengan alat-alat elektronik dan bertambahnya jenis pekerjaan baru yang menghendaki keahlian khusus bagi orang yang menghendaki pekerjaan tersebut. Masalah tersebut menimbulkan kebutuhan bagi masyarakat pada umumnya dan siswa-siswa pada khususnya ketika memilih pekerjaan yang tepat, sehungga menimbulkan kebutuhan untuk meminta bantuan kepada orang lain untuk mencari jalan keluarnya. Dan hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya bimbingan itu.

Latar belakang filosofis Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis. Jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat postmodern seperti yang dijabarkan dalam hakikat manusia di atas. Bagi bangsa Indonesia yang menjadi landasan filosofis bimbingan dan konseling adalah Pancasila, yang nilai-nilainya sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka program bimbingan dan konseling harus merujuk kepada nilai-nilai yang terkandung dalam kelima sila Pancasila tersebut. Pancasila sebagai landasan bimbingan dan konseling mempunyai implikasi sebagai berikut, yaitu: 1. Tujuan bimbingan konseling hendaknya memperhatika nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. 2. Konselor hendaknya menunjukkan pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, bersikap adil dan demokratis.

Anda mungkin juga menyukai