Anda di halaman 1dari 7

Petunjung Description loging CV.

JOGJA GEOLOGI SURVEY

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) EKSPLORASI NIKEL


1. Pengisian kolom From To. Perhatikan baik-baik meterannya, jangan pernah dilakukan generalisasi atau pembulatan karena ingin memudahkan perhitungan. Catat meteran apa adanya. Gunakan mistar atau meteran untuk mengukur setiap intraval. Pengisian kolom From To pada area yang mengalami swelling ataupun loss, harus memenuhi kaidah sesuai dengan perhitungan core recovery. 2. Pengisian Material Code/ZONA Material code diisi berdasarkan jenis material (ekuivalen dengan layer-layer yang mungkin ada pada laterite profile), yaitu: 1. TP untuk top soil material 2. LIM untuk limonite material 3. SAP untuk saprolite material 4. BRK untuk bedrock material (terletak pada meteran terakhir) Untuk Transition Zone dituliskan Limonite dan beri keterangan pada kolom remark/comment sebagai transition Zone. 3. Pengisian Lithologi Lithologi diisi dengan seketsa gambar lithologi tiap zona pada nikel Tujuannya untuk memudahkan dalam penggambaran log lithologi Untuk penggambarannya 1) TOP SOIL 2) LIMONITE 3) SAPROLITE 4) BETROCK

4. Pengisian Color Code Color code diisi dengan warna visual yang tampak pada batuan. Warna batuan dapat terdiri dari: 1. blk untuk black (hitam) 2. brn untuk brown (coklat) 3. grn untuk green (hijau) 4. gry untuk gray (abu-abu) 5. red untuk red (merah) 6. yel untuk yellow (kuning) 7. wht untuk white (putih) Warna batuan pada umumnya mencirikan kelimpahan mineral tertentu. Logger diharapkan memiliki basic petrology laterite yang cukup kuat. (semua literature disarankan, diskusi perlu dilakukan untuk kalibrasi standard penentuan warna batuan).

Petunjung Description loging CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY

5. Pengisian Mineral Mineral diisi berdasarkan kelimpahan yang ada pada batuan. Untuk nama mineral yang melimpah tuliskan di kolom Primary, cukup melimpah di kolom Sec., dan sedikit melimpah di kolom Tertiary. Secara umum, mineral yang terdapat di SPA, dan memungkinkan untuk terlihat secara megaskopis adalah: 1. chl untuk chlorite 2. chr untuk chrome 3. grt untuk garnierite 4. mgt untuk magnetite 5. mng untuk manganese wad 6. opx untuk orthopiroxen (bronzite/enstatite) 7. ser untuk serpentine 8. sil untuk silica 9. tlc untuk talc 10. mgh untuk maghemite 11. hmt untuk hematite 12. asb untuk asbolite 13. gth untuk goethite 14. mgs untuk magnesite 15. non untuk nontronite 16. olv untukolivin 17. prx untuk piroksin 18. mic untuk mica 19. crb untuk carbon 20. crp untuk crisoprast 21. ast untuk asbestos 22. cry untuk crysotile 23. cob untuk cobalt 24. kal untuk Kaolin 25. brz untuk bronzite 26. mnt untuk montmorilonite 27. lpc untuk lepidocrosite 28. plg untuk plagioklas 29. fel untuk feldspar 30. mgn untuk mangan 31. ant untuk Antigorite 6. Pengisian Tingkat Weathering Tingkat weathering tidak ada kaitannya dengan ukuran butir, meskipun untuk material yang halus pada umumnya memiliki tingkat weathering yang tinggi. Di beberapa area, terutama yang mengalami serpentinisasi tinggi dan memiliki ukuran butir halus bisa memiliki tingkat weathering yang rendah.

Petunjung Description loging CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY

Dengan demikian, tingkat weathering hanya bisa diukur dengan cara melihat warna visual, kelimpahan mineral hasil weathering, dan tekstur pada batuan. Tingkat weathering dituliskan di intercept hard material saja untuk hole yang tidak mencirikan proses serpentinisasi, atau di seluruh intercept (break geologi) untuk hole yang mencirikan proses serpentinisasi. Tingkat weathering dituliskan dengan code: (modifikasi dari klasifikasi weathering menurut Evert Hoek) 1. 1 untuk tingkat pelapukan tinggi (pelapukan sempurna, tekstur sisa batuan yang fresh sudah jarang ditemukan, terdapat tanda-tanda slickensided, dan kehadiran mineral clay) 2. 2 untuk tingkat pelapukan menengah (pelapukan belum sempurna, tekstur sisa batuan yang fresh masih banyak/melimpah ditemukan, terdapat tanda-tanda alterasi mineral hasil proses pelapukan) 3. 3 untuk tingkat pelapukan rendah (pelapukan belum terjadi, atau pelapukan baru pada tahap awal (hanya terdapat pada permukaan batuan), fisik batuan masih keras)

7. Pengisian Tingkat Serpentinisasi Tingkat serpentinisasi diisi di semua intercept / break geologi pada hole-hole yang mencirikan adanya poses serpentinisasi. Tingkat serpentinisasi tidak hanya ada pada batuan berukuran kasar, tetapi juga memungkinkan untuk hadir di batuan yang berukuran halus. Tingkat serpentinisasi pada kolom ini diisi berdasarkan kenampakan visualnya saja (warna, kelimpahan mineral hasil proses serpentinisasi, tekstur, dll) jangan dicampur adukkan dengan pembacaan dari magsus. Tingkat serpentinisasi diisi dengan code: 1. nil untuk tidak adanya proses serpentinisasi 2. low untuk tingkat serpentinisasi rendah 3. med untuk tingkat serpentinisasi menengah 4. hi untuk tingkat serpentinisasi tinggi. Untuk kalibrasi tingkat serpentinisasi berdasarkan pengamatan visual, setiap logger diwajibkan menguasai materi training petrography dari Jacques Babineau. 8. Pengisian Grain Size (Igneous Grain Size) Grain size diisi dengan mengkategorikan ukuran butir mineral batuan (baik yang sudah lapuk dan individual maupun yang masih fresh dan interlocking) ke dalam: (International Standard) 1. fg untuk fine grain (less than 1 mm but not glassy) 2. mg untuk medium grain (1-5 mm) 3. cg untuk coarse grain (5 30 mm)

Petunjung Description loging CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY

4. vcg untuk very coarse grain (greater than 30 mm) 9. Pengisian Rock Code Rock code diisi berdasarkan Nama Batuan actual yang ditemukan dalam tiap break geologi, yaitu: 1. HRZ untuk harzburgite 2. DUN untuk dunite 3. SRP untuk serpentinite 4. PXT untuk piroksenit 5. SIL untuk silica 6. LHZ untuk lherzolite 7. PDT untuk peridotite (jika tidak dapat dibedakan antara HRZ dan LHZ) 8. CLY untuk clay 9. CGL untuk conglomerate 10. GAB untuk Gabro (khusus pada daerah Bahodopi) 11. DBS untuk Diabase (khusus pada daerah Bahodopi) Jika logger menemukan batuan lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai salah satu Nama Batuan di atas, diharap segera memberitahu Geo Evaluasi untuk diadakan study dan pemberian nama standard.

10. Pengisian Structure Structure terdiri dari structure primer dan structure sekunder. Structure primer menggambarkan structure major/utama pada batuan, sedangkan structure sekunder menggambarkan structure minor pada batuan. Contoh: 1. Structure primer berupa joint, structure sekunder berupa vein silica. 2. Structure primer berupa vein, structure sekunder tidak ada. Kode pada kolom Structure adalah: 1. bxk untuk boxwork 2. ven untuk vein 3. brc untuk brecciated 4. jnt untuk joint 5. frc untuk fracture 6. dbs untuk diabasic structure bisa diisi pada semua intercept, baik fine material maupun coarse material, selama intercept tersebut masih memberikan kenampakan structure. 11. Pengisian Comment/Remark Kolom Comment diisi dengan seluruh informasi geologi baik yang bersifat unik maupun yang berpola. Intercept dimana relict texture (tekstur sisa) pertama kali terlihat sebaiknya diberi keterangan pada kolom comment-nya. Keberadaan mineral-mineral atau struktur atau tekstur yang tidak lazim terdapat pada profil laterite sebaiknya juga diidentifikasi pada kolom comment, misal keberadaan mineral lempung sediment dalam kelimpahan yang cukup besar, atau boulder dari batuan bukan ultramafic. Type batuan

Petunjung Description loging CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY

WT 1, WT 2 dan WT 3 juga dapat dicantumkan dalam comment di setiap rangkaian boulder yang ada (tiap intercepth). Geologist logging sebaiknya memperhatikan kolom comment ini. Karena, besar kemungkinan terdapat informasi geologi yang tidak dapat dimasukkan kedalam kolomkolom sebelumnya tetapi memiliki arti yang penting dalam evaluasi geologi. Untuk intercept yang memiliki informasi geologi yang sama pada kolom comment-nya, sebaiknya ditulis hanya di intercept awal dimana informasi tersebut pertama kali ditemukan dan intercept terakhir dimana informasi tersebut tidak nampak kembali (membentuk satu series informasi geologi, series ini memungkinkan untuk lebih dari satu). Sebagai panduan, logger diharapkan mengenal geology general Sorowako. Geological map terlampir dalam standard logging procedure. Ketidaksesuaian antara data coring dengan general geology Sorowako bukan merupakan suatu kesalahan dalam logging melainkan suatu informasi baru yang nantinya dapat digunakan untuk meng-update geology general Sorowako. Ketidaksesuaian ini merupakan informasi geology yang harus dicatat oleh logger. Comment harus disimpulkan menjadi satu kalimat di baris terakhir sebagai resume dari seluruh informasi geologi yang diketahui. Contoh: Resume comment Profile laterite lengkap dan berurut, relict texture mulai terlihat pada meteran 2223, secara umum batuan pernah mengalami struktur yang intensive, banyak terdapat silica pada meteran 10-18, vein silica dan garnierite banyak mengisi rekahan batuan. Gejala serpentinisasi terlihat pada bidang fracture, type batuan WT 2 (tdk sesuai dengan General Map), protolith didominasi oleh Harzburgite, terdapat boulder conglomerate pada meteran 26-27. dll. Penulisan comment diijinkan untuk menggunakan steno/singkatan, untuk singkatan yang tidak umum harap didiskusikan diantara logger dan dibuat standar abbreviation-nya.

Petunjung Description loging CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY

12. Dokumentasi run Disediakan papan tulis hitam dan paralon yang di tulis cordinat lokasi UTM dan code titik bor Sesuai dengan code yang sudah ada

13. Pengisian Recovery Length.

Secara sederhana, Core Recovery length diperoleh dengan melakukan perhitungan : Core Recovery = Panjang sample yang diperoleh (Actual length) Panjang run (Actual run) = Core Recovery = 90/100 0.90

Petunjung Description loging CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY

Dengan pertimbangan terjadinya extrusion pada material, core recovery disini akan selalu memberikan nilai yang over estimated. Persentase dari over estimated akan di study lebih lanjut. Recovery ditulis tidak dalam persen, melainkan dalam bentuk bilangan bulat desimal, artinya recovery 100% akan ditulis sebagai 1, sedangkan recovery 90% akan ditulis 0.9. 14. Pemotretan Lakukan pemotretan secara baik dan hati hati sehingga : kualitas foto terjamin (cukup terang untuk di lakukan analisa, dan semua bagian sample terlihat / tidak terpotong.), tidak ada sample / core box yang terlewati, yakinkan tidak ada foto yang terhapus / tertumpang. Pastikan dulu kualitas foto sebelum melakukan aktivitas logging

Anda mungkin juga menyukai