Anda di halaman 1dari 29

1

TEKNIK MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH

Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan persyaratan baik formal maupun materiil.
Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan;
sedangkan persyaratan materiil menyangkut isi tulisan. Sebuah tulisan akan mudah
difahami dan menarik apabila isi dan cara penulisannya memenuhi persyaratan dan
kebiasaan urnum.
Dalam tulisan singkat ini akan digambarkan beberapa hal yang penting yang perlu
diperhatikan oleh penulis sebuah karya tulis ilmiah termasuk laporan penelitian.

I. T O P I K
Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam suatu
karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang
pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan
sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya: pengalaman, keluarga,
karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-
cita, dan sebagainya.
Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik tersebut, seorang pengarang dapat
menyusun karangan dalam bentuk:
a.Kisahan (Narasi): karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
b.Perian (Deskripsi): karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan
sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium,
merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
c.Paparan (Eksposisi): karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskari
pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.
d.Bahasan (Argumentasi): karangan yang berusaha memberikan alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.

Syarat-syarat perumusan topik:


1.Topik harus menarik perhatian penulis
Untuk dapat menghasilkan karangan yang baik dengan data yang lengkap,
seorang penulis harus memilih topik yang menarik perhatiannya. Topik yang tidak
disenangi a.kan menimbulkan keengganan penulis dalam menyelesaikan tulisan.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


2

Sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan dilakukan
dengan terpaksa.
2.Topik harus diketahui oleh penulis
Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai
pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yang dipilih.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat mengembangkan
tulisannya menjadi suatu tulisan menarik, dengan cara melengkapi tulisan tersebut
melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.
3.Topik yang dipilih sebaiknya:
a. Tidak terlalu baru
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali penulis
mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai
landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada
berita dalam surat kabar atau majalah populer.

b. Tidak terlalu teknis


Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan
semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara
melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.
c. Tidak terlalu kontroversial
Suatu tulisan yang mempunyai topik krontroversial menguraikan hal-hal di luar hal
yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering menimbulkan
permasalahan bagi penulisnya.

II. TEMA
Tema berasal dari kata Yunani "tithenai". Tema mempunyai dua pengertian yaitu :
1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan
yang ingin dicapai.

Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas.
Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan
menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Di samping itu, seorang
penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keaslian tersebut dapat dilihat

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


3

dari beberapa hal, misalnya pokok permasalahan, sudut pandangan, cara pendekatan
atau gaya bahasa dan tulisannya.

III. JUDUL
Apabila topik dan tema sudah ditentukan barulah penulis merumuskan judul katya
tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada
kemungkinan judul berubah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut;
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan itu
(bersifat provokatif);
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu
panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul);
4. Pada penulisan tertentu (yang ada hubungan sebab-akibat) seyogyanya judul harus
memiliki independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variahel
terikat).

IV. KERANGKA KARANGAN


Agar penulis dapat menerangkan isi karangannnya secara teratur dan terinci,
diperlukan suatu kerangka karangan. Kerangka karangan akan membantu penulis
untuk menyusun karangan yang logis dan teratur, karena kerangka karangan
merupakan suatu rencana kerja seorang penulis.

Kegunaan kerangka karangan:


1. Untuk menyusun karangan secara teratur.
2. Membantu penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
3. Menghindari penguraian topik secara berulang-ulang.
4. Memudahkan mencari materi pembantu.

Perumusan kerangka karangan dapat dilakukan dengan dua cara:


1. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat merumuskan tiap bagian karangan dengan kalimat berita yang
lengkap. Dengan demikian tujuan dan pokok pembahasan akan dapat diketahui secara
jelas baik oleh penulis sendiri maupun orang lain.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


4

2. Kerangka topik
Perumusan kerangka topik dilakukan dengan menggunakan kata atau frasa. Kerangka
semacam ini kurang memberikan kejelasan bagi orang lain yang membacanya.

V. BENTUK LAHIRIAH
Karya tulis dari sudut bentuk dibedakan atas karya formal, semi formal, dan non
formal, sebaliknya informal bukan menyangkut bentuk tetapi menyangkut keresmian.
Tulisan dari sudut ini dibedakan atas tulisan formal (=formil) dan informal
(=informil).. Karya tulis formal adalah suatu tulisan/karangan yang memenuhi semua
persyaratan lahiriah yang ditentukan oleh kebiasaan; sedangkan karya tulis yang
memenuhi sebagian dari syarat formal disebut semi formal. Apabila suatu tulisan
tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka tulisan tersebut disebut non
formal. Tulisan disebut informal apabila tidak menggunakan bahasa resmi, di samping
itu penulis juga memakai kata ganti orang pertama sebagai pengganti nama dirinya
seolah-olah ia berhadapan dengan pembacanya (personal).
Bentuk lahiriah yang harus dipenuhi oleh suatu tulisan formal:
1. Bagian pelengkap pendahuluan
a. Judul pendahuluan
b.Halaman pengesahan
c. Halaman judul
d. Halaman persembahan
e. Kata pengantar
f. Daftar isi
g. Daftar gambar, tabel, keterangan

2. Bagian isi karangan


a. Pendahuluan
b. Tubuh karangan
c. Penutup/Simpulan (dan saran)

3. Bagian pelengkap penutup


a. Daftar pustaka
b. Indeks
c. Lampiran

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


5

Karya tulis formal harus memakai bahasa resmi dan tanpa menyebutkan nama diri
atau nama pengganti penulis .(impersonal) misalnya kata saya, kami, kita, kecuali
hanya pada kata pengantar.

VI. TEKNIK PENULISAN


Agar penulisan karya tulis sempurna, setelah isi dan bentuk lahiriah disusun dengan
cara yang semestinya, penulis juga harus mernpertahankan teknik penulisan
berdasarkan persyaratan yang lazim.

Masalah teknis yang perlu diperhatikan, adalah:


1. Ukuran kertas
Karya tulis ilmiah umumnya mengggunakan kertas jenis HVS (60-80 gram) putih
dengan ukuran kuarto (215 x 280 mm, jangan keliru dengan ukuran kertas A4 yaitu
210 x 297 mm) .
2. Mesin tulis
Mesin tulis yang digunakan hendaknya memakai pika 10 (dalam satu inci
dapat diketik 10 karakter).
Pengetikan dapat juga dilakukan memakai komputer, tetapi pemilihan huruf
seyogyanya hanya Courier 12 (Contoh huruf Courier 12) di samping itu hasil
cetakannya (print out) hendaknya tidak berbentuk titik-titik (dot matric) melainkan
berbentuk seperti huruf pada mesin tulis biasa. Dalam istilah komputer disebut NLQ
(Near Letter Quality) atau LQ (Letter Quality).
3. Pita dan karbon
Pita maupun karbon yang digunakan hendaknya dalam keadaan baik:, sehingga
menghasilkan cetakan yang jelas dan tidak kabur.
4. Margin/pias (batas pinggir pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 2,5 cm untuk tepi kanan, 4 cm untuk
tepi atas dan 3 cm untuk tepi bawah. Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepi atas dan
judul bab dimulai 8 cm dari tepi atas.
5. Pemisahan/pemenggalan kata
Pemenggalan kata ditandai dengan garis penghubung pada suku kata sebelumnya.
Garis penghubung tidak ditempatkan di bawah suku kata yang dipenggal. Seorang

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


6

penulis juga harus memperhatikan adanya awalan atau akhiran dari sebuah kata yang
dipenggal.
6. Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (dua spasi). Sedangkan
untuk catatan kaki, bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris
dipergunakan spasi rapat (satu spasi).
Apabila awal alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok masuk ke
dalam 5-7 ketikan), maka jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awal alinea dimulai
dengan menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7 ketikan, rnaka jarak antar alinea
tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan jarak antara judul bab dan naskah
dipakai 3-4 spasi.
7. Nomor halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil, sedangkan halaman-
hataman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab. Nomor halaman dapat
dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau sudut kanan atas.
8. Judul
Judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak digaris bawahi
atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri dengan tanda
titik.
9. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah.
Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b. Menyatakan judul buku atau majalah;
c. Menyatakan kata atau frasa asing.
10. Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan penulisan
sebagai berikut:
a. Bilangan di bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan seratus dan
kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b. Bilangan terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka;
c. Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf, kecuali pecahan dari
bilangan yang besar;
d. Persentase tetap ditulis dengan angka;

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


7

e. Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulis dengan
angka;
f. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat.

11.Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau
ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam
peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan
prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu
mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa
kutipan tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau
memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat;
b.Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!]
langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada
naskah asli dan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c.Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan
cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian
kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip
(lihat cof.!toh pada lampiran 1, halaman 19).
Cara mengutip:
a Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris,
adalah sebagai berikut:
(1) kutipan diintegrasikan dengan naskah; (2) jarak antara baris dengan baris
dua spasi; (3) kutipan diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi
ke atas. (Lihat contoh pada lampira» 1, halamarr 19)
b. Kutipan langsung terdiri lebih dari tiga baris
Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai
berilut: (1) kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
(2) jarak antara baris dengan baris satu spasi;
(3) kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


8

(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi
ke atas; (5) seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;
(Lihact contoh pada lampiran 1, halarnan 16 dan 17) a Kutipan tidak
langsung
Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimana
adanya, . melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip.
Cara menulis kutipan seperti ini adalah sebagai berikut: (1) kutipan
diintegrasikan dengan naskah;
(2) jarak antara baris dua spasi;
(3) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir lnttipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi
ke atas. (Lihat contoh pada lampiran 1, halaman 18-19)
12. Penulisan sumber kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan
sumber kutipan yang bersangkutan.
Ada tiga cara penulisan sumber kutipan, yaitu:
a. American Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung surnber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam
tanda kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun
1983 pada halaman 23. (hihal cc»r1o% lordcr lanrhircur 1, halaman 20)

Dalam penulisan sumber semacam ini, tidak mudah untuk langsung


menemukan dari sumber manaJapa kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit
mengetahui judul t•uku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat
daftar pustaka. Adapun cara menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini ialah,
1) nama pengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi; 5) nama kota; 6)
nama penerbit. (Lihat contoh pada Iampiran 2)
b. Modern Language Associations Handbook (MLA):
Memberi nomor urut pada setiap alr.hir kutipan, kemudian menulis sumber
kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus yang disebut "Catatan" Cara
menuliskan sumber kutipan sama seperti menulis pada Catatan Kaki.
Contoh :

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


9

Catatan
1
Buchari Zainun, Manajemen dan Motivas(Jakarta: Balai
Aksara, 1979), hal. 27.
2
A. Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi, cet.II, (Jakarta:
Erlanqga, 1977), hal. 21.
3
Ibid.
4
CFG Sunarjati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan
Indonesia (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional-
De!partemen Kehakiman, 1982), hal. 148.
SHamzah, op.cit.,hal. 45.

c. Chicago Manual of Style (Kate L. Turabian):


Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor unit kutipan, kemudian sumber
kutipan ditulis pada kaki halaman diawali dengan nomor urut kutipan. Sumbe:r
kutipan dipisahkan dari naskah dengan garis lurus sepanjang lima belas ketikan,
d:iapit oleh . ruang kosong masing-masing empat kait (spasi).
Catatan kaki diketik menjorok ke dalam 5-7 ketikan dan dilanjutkan p;ada baris
berikutnya dimulai pada margin kiri dengan jarak satu spasi, sedangkan jarak antara
baris terakhir satu catatan dengan baris pertama catatan kaki berikutnya, dua spasi.
Keuntungan cara penulisan sumber kutipan dengan catatan kaki ialah, jika pada suatu
ketika penulis ingin membandingkan dengan sumber lain, atau penulis ingin mene-
rangkan suatu tulisan yang bukan menjadi konteks penulisan. Apabila mer,:erangkan
sesuatu - langsung pada naskah dianggap akan mengganggu kesinambunga:n tulisan,
maka dengan catatan kaki keterangan tentang sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal
itu tidak akan mengganggu naskah dimaksud. (Lihat contoh pada 1, hal. 19)

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


10

13. Penulisan daftar pustaka


Daftar pustaka atau bibliografi merupakan suatu daftar yang memuat pustaka yang
dipergunakan sebagai acuan dalam karya tulis yang disusun. Daftar pustaka dari suatu
karya akan berguna bagi orang lain yang mempunyai perhatian, minat atau bidang
keahlian yang sama dengan penulis karya tulis tersebut.
Daftar pustaka selain dapat dipakai untuk menilai kebenaran tulisan atau pendapat
yang dikutip, juga dapat memperluas pengetahuan orang lain akan bahan bacaan yang
ada kaitannya dengan pokok bahasan dalam tulisan tersebut.
Cara menyusun penulisan deskripsi daftar pustaka, baik untuk model MLA maupun
Turabian sama, yaitu: 1) nama pengarang; 2) judul; 3) cetakan/edisi; 4) nama kota; S)
nama penerbit; dan 6) tahun terbit (Lihat contoh pada lampiran 3, halaman 2324).
Sedangkan untuk APA (Lihat contoh pada lampiran 2, halaman 21-22) dan yang
telah diterangkan di muka.
Penyusunan daftar pustaka dilakukan menurut urutan abjad (alfabetis) nama
pengarang. Dalam hal ini penulisan nama pengarang dibalik susunannya, yaitu
dimulai dengan nama keluarga diikuti tanda baca koma. Nama keluarga di sini
termasuk nama ormg tua atau nama suami. Bagi pengarang yang tidak mempunyai
nama keluarga, maka penulisan nama diawali dengan menuliskan nama terakhir
pengarang tersebut.
Jarak antara baris adalah satu spasi, sedangkan jarak antara satu sumber dengan
sumber yang lainnya dua spasi. Pengetikan dimulai pada margin kiri dan baris
selanjujtnya diketik menjorok ke dalam 3-5 ketikan.
Bila ada lebih dari satu pustaka yang dikarang oleh seorang pengarang yang sama,
maka nama pengarang tersebut tidak perlu diulang. Pengulangan nama pengarang
dapat diganti dengan membubuhkan sebuah garis panjang, sepanjang 5-7 ketikan yang
diakhiri dengan sebuah titik. Selanjutnya data bibliografi ditulis seperti biasa. Namun
perlu diperhatikan bahwa urutan penulisan karya pengarang tersebut dilakukan secara
kronologis menurut tahun diterbitkannya karya-karya tersebut.
Berikut ini diberikan contoh cara penulisan catatan kaki dan bibliografi (daftar
pustaka). Untuk mempermudah pengertian dan mengetahui perbedaan antara cara
penulisan catatan kaki dan bibliografi, pemberian contoh disusun secara berurutan,
1raitu urutan periama adalah catatan kaki dan urutan kedua bibliografi.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


11

Untuk jelasnya diberikan pula cara menyusun urutan daftar pustaka baik untuk model
MLA dan Turabian (Lihat corrtoh Ixrda lampiran 3.) di satu pihak dan contoh untuk
APA di lain pihak (Lihat contoh pada lampiran 2).

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


12

I. B U K U:
A. Satu orang pengarang:
1
Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara, cet.2,
(Jakarta: Aksara Baru, 1978), hal. 41.
Suny, Ismail. Pembagian Kekuasaan Negara. Cet.2.
~'akarta: Aksara Baru, 1978.
B. Dua orang pengarang:
2
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,
Perundang-undangan dan Yurisprudensi (Bandung: Alumni,
1979), hal.8.
Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekanto.
Perundang-undangan dan Yurisprudensi. Bandung:
Alumni, 1979.
C. Tip orang pengarang:
3
Arif Budijanto, Siswandi Sudiono, dan Agus
Purwadianto, Kejahatan Seks dan Aspek Medikolegal
_Gangguan Psikoseksual (Jakarta: Kalman Media Pusaka,
1982), hal. 14-15.
Budijanto, Arif; Siswandi Sudiono; dan Agus Purwadianto.
Kejahatan Seks dan Aspek Medikolegal Gangguan Psiko-
seksual. Jakarta: Kalman Media Pusaka, 1982.
D. Lebih dari tip orang pengarang:
4
Padmo Wahyono _et al., Kerangka Landasan Pembangunan
Hukum (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1989) ha1.37.
Wahyono, Padmo et _al. Kerangka Landasan Pembangunan Hu
kum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1989. E. Editor (penyunting)/penghimpun:
SSoerjono Soekanto, ed., Identifikasi Hukum Positif
Tidak Tertulis Melalui Penelitian Hukum _Normat.if dan
Empiris (Jakarta: Ind. Hill-Co, 1988), hal _ 105.
`
Soekarito, Soerjono, ed. Identifikas_i Hukum Positif: Tidak
Tertulis Melalui Penelitian Hukum Normati.f darl Empi-
ris. Jakarta: Ind. Hill-Co, 1988.
F. Terjemahan/Saduran:

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


13

6
J.G. Starke, Pengantar Hu}= _Intei-nasiona_l [An
Introduction to International ~Law], diterjemahkan oleh
F. Isjwara (Bandung: Alumni, 1972), hal. 21.
Starke, J.G. Pengantar Hukum _Internasional [An Introduc-
tion to International Law]. Diterjemahkan (Dleh F.
Tsjwara. Bandung: Alumni, 1972.
G. Bab / chapter dad buku yang merupakan kumpulan karangan:
7
Marian Gold Gallagher, "Legal Encylopedias"
dalam How _to Find the Law, 7thed. edited by Morris
L. Cohen, (St. Paul, Minnesota: West Publishing,
1976), p.272.
Gallagher, Marian Gold. "Legal Encylopedias" dalam How
_to Find the haw. 7thed. Edited by Morris h.Cohen.
St.Paul, Minnesota: West Publishing, 1976. pp. 264 -
284.
H. Badan Korporasi:
BBadan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya
Sistim Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan
(Bandung: Binacipta, 1977), hal. 51.
Badan Pembinaan Hukum Nasional. Lokakarya Sis.tim Pen e-
barluasan Peraturan Perundang-undangan. Bandu:zg:
Binacipta, 1977.
II.
ARTIK
EL: A.
Majala
h:
9
INyoman Nurjaya, "Azas Presumption of Innocence
di Negara Hukum Indonesia (Suatu Pemahaman
Empirik),'"' Hukum dan Pembangunan 1 (Januari 1982):
63.
Nurjaya, I Nyoman. "Azas Presumption of Innocence
di Ne' gara Hukum Indonesia (Suatu Pemahaman

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


14

Empirik)." Hukum dan Pembangunan 1 ( Januari 1982 ):


60 - 67.
B. Harian:
lOSatjipto Rahardjo, "Batas-batas Kemampuan clan Be-
kerjanya Hukum," Suara Pembaharuan (30 Desember 1988):
6. Rahardjo, Satjipto. "Batas-batas Kemampuan dan
Bekerjanya Hukum," Suara Pembaharuan (30 Desember 1.988)
: E.

III. SKRIPSI l TESIS l DISERTASI


llSoerjono Soekanto, " Kesadaran Hukum dan
Kepatuhan Hukum (Suatu Percobaan Penterapan Metode
Yuridis-Empiris untuk Mengukur Kesadaran Hukum
Mahasiswa Hukum terhadap
Peraturan Lalu-lintas)," (Disertasi doktor Universitas
Indonesia, Jakarta, 1977), ha1.113.
Soekanto, Soerjono."Kesadaran Hukum dan Kepatuhar.. Hukum
(Suatu Percobaan Penterapan Metode Yuridis - Empiris
untuk Mengukur Kesadaran Hukum Mahasiswa Hukum
terhadap Peraturan Lalu-lintas)." Disertasi Doktor
Universitas Indonesia, Jakarta, 1977.
IV. MAKALAH:
12
Mardjono Reksodiputro, "Usul Kearah Sistim
Penemuan Kembali Peraturan Perundang-undangan RI,"
(Makalah disampaikan pada Lokakarya Sistim Penemuan
kembali Peraturan Perundang-undangan, Malang, 24-26
Maret 1977), hal. 88.
Reksodiputro, Mardjono. "Usul Ke arah Sistim penemu,3n
kem-bali Peraturan Perundang-undangan RI." Makalah
disampaikan pada Lokakarya Sistim Penemuan Kembali
Peraturan Perundang-undangan, Malang, 24-26 Maxet
1977.
Y. PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN:

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


15

13
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, ps. 2.
14
lndonesia, Undang-Undang Tentang Penanaman Modal
Asing, W No.l, LN No. 1 tahun 1967, TLN. No. 2818,
15
ps.4. Kitab Undang Undang Hukum Perdata [Burgerli=_jk
Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. rjitro-
sudibio, cet. 8, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976),
ps. 1338.
, Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.
. Undang-Undang Tentang Penanaman Modal As_Lng. UU
No.l, LN No.1 Tahun 1967, TLN No. 2818.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Di
terjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tj itrosudibio.
Cet. 8. Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.
(Unttik lebih jelasrtya diberikan cortlvh pnda Ianrpircnn -i)

Crouse, Maurice. <crouse(aDcc.memphis.edu>. "Citing Electronic


Information in History Papers." rev, ed.
<httpa/www. . people. memphis.edu/-
crousem/elite txt>. 10 Februari 199E. Kelakan,Alit.
Otonomi Khusus dalam Perspekti f
Bali," <http:// www.balitodav.com/diskon/dprd.htm>. Diakses 15
November 201--10.
Mamudj i, Sri. <cici(aDmakara.cso.ui.ac.id>.
"Satuan Acara Perkul iahan
Metode Penelitian Hukum." e-mail kepa.da ;-_)aly Erni.
1 September 2000.
Page,Melvin E. "A Brief Citation Guide for Internet Sources
in History and the Humanities." <http:/!www2.hnet. msu.edu/
-africa.citation. html> . 2 0 February
1996.
"Peneqakan Hukum bagi Pelestarian Lingkungan Masih Lemah.
"<httpa/www.balitoday.comlberita/200007/11/2223 htm>. 11 Juli
2000.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


16

Surbakti, Ramlan. "Harus Dipertimbangkan Munculnya


Partai di Era Otonomi. " . <http://www.kompas.com/berita .
terbaru/0011/15/ headline/09htm>. 15 November 2000.

Crouse, Maurice. <crouse (a - )_ cc.memphis .edu>. "Citing E:_ectronic


Information in History Papers." rev.ed. <http a/ www. people.
memphis.edul-crousemlelite.txt > . 10 Februari 1996.
Kelakan,Alit. Otonomi Iihusus dalam Perspekti f Bali," <http:/1
www.balitoday.com/diskon/dprd.htm >. Diakses 15 Novembe!r
2000. Mamudj i, Sri. <cici
~,makara.cso.ui.ac.id > . "Satuan Acara
Perkuliahan Metode Penelitian Hukum." e-mail
kepada Daly Erni. 1 September 2000.
Page,Melvin E. "A Brief Citation Guide for Internet Sources in History
and the Humanities." <httpa ,'www2.hnet. msu.edu/-
africa.citation. html >. 20 February 1996.
"Penegakan Hukum bagi Pelestarian Lingkungan Me.sih Lemah.
"'<http://www.balitoday.com/berital200007/11/2223.htm >. 11
Juli 2000.
Surbakti, Ramlan. "Harus Dipertimbangkan Munculnya Partai di Era
Otonomi. ". <http://www.kompas.com/berita .-terba:ru/0011/15/
headline109htm >. 15 November 2000.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


17

PENGULANGAN
Dalam pengetikan sumber kutipan pada catatan kaki sering
terjadi pengulangan sumber kutipan. Seorang penulis perlu
memperhatikan penggunaan singkatan seperti di bawah ini:
L Ibid
singkatan dari ibidem
artinya pada tempat yang sama
Digunakan apabila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada
sumber yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya.
3ika halamannya sama hergunakan singkatan Ibid.; saja;
namun bila halamannya berbeda setelah singk:atan Ibid.
dicantumkan nomor halamannya.
Contoh :
1
Dedi Soemardi, Sumber Sumber Hukum Positip
(F;andung: Alumni, 1980), hal. 10.
2
Ibid.
3
Ibid.,
hal. 34. . OP
cit
.. .
" singkatan dari opere citato
artinya pada karya yang telah dikutip
Digunakan apabila sumber pertama ingin diulang, padahal
ada sisipan dari sumber lain.
Contoh :
1
Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perdata
(tanpa tempat: Sinar Bandung, 1981), hal. 20.
2
Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila (Jakar-
ta: Aksara Baru, 1980), hal. 60.
3
Prodjodikoro, op. cit.,
hal. 51. IM Loc. cit
singkatan dari loco citato
artinya pada tempat yang telah dikutip.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


18

. Hal ini digunakan apabila sumber pertama (yang berupa buku)


dengan halaman yang sama diulang, padahal ada sisipan dari
sumber lain. Tetapi ada juga yang memakainya khusus untuk
artikel majalah, harian atau ensiklopedi.
Contoh :
1
Koma r Kan taa tmad j a , "Hukum Pe ru sahaan bag i Pe r v sahaan
-
pe ru sahaan Asean , "Hukum Nas i ona l, 1 (1984): 45.
2
R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum _Perikatan (Bandung:
Tarsito, 1982), hal. 59.
SKantaatmadj a, loc. cit., hal. 46.
4
, Suryodiningrat, loc.
cit . Catatan: .
Jika pada mesin ketik ada fasilitas huruf miring (italic), maka garis
bawah dapat diganti dengan huruf miring.
Contoh:
Salim, Emil. Lingkungan Hidup dan Pembangunan ..Jak;arta:
Mutiara Sumber Widya, 1985. '
dapat ditulis
- Salim, / Emil. Lingkungan K.idup dan Pembangunan. Jak;arta:
Mutiara Sumber Widya, 1985.
Akhiraya haros disadari, bahwa seyogyanya dalam menyusun
sebuah karya tuais, seorang penulis memperhatikan dan
menerapkan pola, aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan
yang bd'laku umum. Ada baiknya apabila seorang penulis mengikuti
suatu pola tertentu secara ; tut a9as (konsisten) tanpa
mencampur adukkan pola tersebut dengan pola-pola lain.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


19

DAFTAgt PUSTAKA

Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah Pertgantar Kemahiran Baha.sa. Cet.6. Ende: Nusa
Indah, 1980.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pettn#uk Praktis BerbahasGr htdortesia.
Jakarta: Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kanttis
Besar Bahasa Indonesia. Cet.l. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations.
First British Ed. Prepared by John E. Spink. London: Heinemann, 1983.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


20

Lampiran 1
AWALBAB
J U D U LBAB

A. SUBBAB (Huruf Kapital seluruhnya)


Awal ALINEA/PARAGRAF dimulai dari sini, alinea adalah rangkaian
kalimat yang mempunyai satu pengertian. Jika masih merupakan satu pengertian
jangan sekali-kali pindah alinea baru. Ingat ada beberapa kata yang tidak dapat
dipakai sebagai awal alinea, seperti: "NAMUN", "MESKIPUN", "DAN", dan lain
sebagainya. Tetapi ada kata-kata transisi dalam suatu alinea yang dapat dipakai,
seperti:

Transisi tambahan: lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, dan lain
sebagainya.
Transisi pertentangan:tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun, dan lain
sebagainya, serta masih ada beberapa lagi transisi-transisi lainnya yang dapat
dipakai antar kalimat dalam satu alinea. (Gorys Keraf, tanpa tahun: 20)

Contoh kutipan di atas sekaligus memperlihatkan penulisan sumber kutipan yang


langsung diintegrasikan dengan teks kutipan (Model APA). Selanjutnya dapat dimulai
ALINEA/PARAGRAF baru. Jika dalam uraian ternyata memerlukan subsubbab,
maka cara menulisnya ialah:
1. Sub Sub Bab(Huruf kapital hanya pada awal kata dan garis bawah sepanjang ada
hurufnya, atau dengan kata lain dengan memakai garis putus antar kata).
Jika akan menyebutkan sumber kutipan dengan memakai catatan kaki, perhatikan
kapan akhir teks harus berhenti. Catatan kaki perlu dipisahkan dari teks,dengan
memakai garis lurus sepanjanq 15 ketuk yang diapit oleh ruang kosong masing--
maSing sebanyak empat spasi.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


21

Perhatikan pula jarak antar baris pada catatan kaki, yaitu satu spasi, sedang antar
catatan kaki adalah dua spasi. Lihat cara mengutip kutipan langsung lebih dari empat
baris:

Lampiran 1

Meskipun Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa kekuasaan


pemerintah negara (executive power) akan dipegang oleh Presiden, seperti
dinyatakan pula dalam Undang-undang Dasar Amerika Serikat, Presiden
Indonesia tidak menjadi Kepala Eksekutif atau Pemimpin yang sebenarnya dari
Eksekutif seperti halnya Presiden Amerika.1

Tulisan selanjutnya mulailah dari sini, sehingga selesai seluruh tulisan yang Saudara
kehendaki. Terlihat di sini bagaimana cara membuat catatan kaki supaya tetap
berjarak 3 cm ke bawah. Caranya, ialah bahwa baris terakhir catatan kaki harus
berada di baris ke 50 (baris paling bawah). Perlu Saudara ketahui, bahwa dengan
modifikasi seperti ini, setiap halaman hanya berisi 50 baris tunggal, atau 25 baris
spasi ganda. (Kecuali pada awal bab, hanya terdiri dari 44 baris spasi tunggal atau
sebanyak 22 baris spasi ganda).
Perlu pula dikemukakan di sini bahwa fungsi catatan kaki selain untuk menulis
sumber kutipan, kadang-kadang penulis juga ingin menerangkan suatu tulisan yang
bukan menjadi konteks penulisan, seperti dicontohkan di halaman berikut i n i .
...Strategi tersebut pelaksanaanya diawali dengan melibatkan berbagai unsur aparatur
pemerintah dan pihak swasta dalam suatu jaringan operasional yang terpadu. Pada
akhirnya kelembagaan seperti ini sangat menyokong program tadi menuju sasaran.
Sasaran tersebut memang tidak semata-mata merupakan objek yang pasif, melainkan
sebagi objek pelaku yang menentukan sesuai dengan asas prakasa swadaya. Hasil
yang berbentuk fisik akan lebih diharapkan dari langkah-langkah pembangunan
perumahan kota, pembangunan perumahan desa, pembangunan asrama mahasiswa,

1
Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif’ cet. IV, (Jakarta : Aksara Baru,1981), hal.42.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


22

pembanguan rumah susun dengan sistem pemilikan bersama (Condominium)2 dan


perbaikan kampung3.

Lampiran 1

Selain itu dicontohkan pula mengenai kutipan langsung tiga baris atau kurang,
misalnya ".. ilmu urai tubuh memberikan kepada mahasiswa ilmu pengetahuan
tentang alat tubuh serta letaknya di dalam tubuh, seperti otot,...”4
Untuk selanjutnya mengenai tata cara mengutip silahkan menggunakan ketentuan
yang telah diuraikan di depan. Namun yang perlu diperhatikan adalah, bahwa cara
apapun yang dipilih, seyogyanya dilakukan secara taat asas (konsisten).

2
Condomium menurut kamus Fockema Andreae berarti pemilikan bersama; tetapi dapat juga
berarti benda yang dimiliki bersama. Menurut Boedi Harsono, dalam perkembangannya, condomium
menunjuk kepada bangunan-bangunan, yang terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing merupakan
suatu kesatuan, yang dapat digunakan atau dihuni secara terpisah. Bagian-bagian yang merupakan
kesatuan , dan dapat digunakan atau dihun secara terpisah. Bagian-bagian itu disebut “apartment”.
Biarpun pengertian apartemen umumnya menunjuk kepada peruntukannya sebagai tempat tinggal,
namun dapat diartikan juga sebagai tempat melakukan kegiatan-kegiatan usaha.
Lihat Boedi Harsono “Berbagai Masalah Hukum Bersangkutan Dengan Rumah Susun dan Pemilikan
suatu Rumah Susun,” dalam Hukum dan Pembangunan No. 6 Tahun XVI (Desember 1986) : 617.
Bandingkan dengan ketentuan Undang-undang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun.
3
Analisa Keadaan Rumah di Indonesia, op. cit. hal. 4.
4
CST. Kansil Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia, Cet. I, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
hal. 28

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


23

Lampiran 2
CONTOH BIBLIOGRAFI MODEL
AMERICAN PSYCOLOGICAL ASSOCIATIONS MANUAL (APA)

DAFTAR PUSTAKA

Alrasid, Harun. 1993. "Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panita
Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat 1993." Disertasi Doktor Universitas Indonesia,
Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1989 Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Cet VI.
Jakarta: Bina Aksara.

Atamimi, A. Hamid S. 1990. "Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia


Dalam Penyelenggaraan Pemerintahaan Neqara." Disertasi Doktor
Universitas Indonesia, Jakarta.

______1992. "Teori Perundang Undangan Indonesia. "Pidato Penqukuhan Guru


Besar Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

______1993. "Hukum Tentang Peraturan Perundang Undangan dan Peraturan


Kebijakan (Hukum Tata Pengaturan)." Pidato Purna Bakti Guru Besar
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

Black, James A. 1992 Metode dan Masalah Penelitian Sosial.(Methods and Issues
in social Research). Diterjemahkan oleh E. Koswara dkk. Cet.I
Jakarta:Eresco.

Guwandi, J. 1991. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. 1991.

Malpraktek Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


24

Hoe s s ei n, Bhe n ya mi n. 1993. " Be r b a g ai Fa kt o r ya n g M e mp e n g a r u hi


Be s ar n ya Ot ono mi Da e r a h Ti n g k at I I Su at u Ka j i a n De s e n tr a sl i s a si
da n Ot ono mi Da er a h Da ri Se gi Il mu A d mi n i st r a si Ne q a ra .
" Di se r ta s i Dokt or Uni ve r si t a s I n d o n e si a, J a ka r t a.

Kansil, CST. 1991 Pe nga nt a r Hu k u m Ke s e ha t a n I n d o n e si a . Ce t. I. J a k a rt a :


Ri ne ka Ci pt a .
Kri e khoff, Val e r i ne J a que l i ne Le o n o re . 1 9 9 1 . " Ke d u d u k a n ta n a h Dat i
Se ba ga i Tana h Ada t d i Ma l u k u Te n g a h Su a t u Kaj i a n De n g a n
me ma nf a at ka n Pe nde ka t a n An t r o p o l o gi Hu k u m. " Di s e rt a s i Do k t o r
Uni ver s it a s I ndone s i a, Ja k a r ta .

Kus u ma h, M ul ya na W. ; Pa ul S. Ba u t ; d a n Be n y Ha r ma n K. 1 9 8 9 .
Kons e p da n Pe n yul uha n Hu k u m . Ja k a r ta ; Ya ya s a n LBH.
Lampiran 2

Manan, Ba qir. 1992. Da s a r Da s ar Pe r u n d a n g - Un d a n g a n In d o n e s ia J a k ar t a:


Ind- Hi ll . Co.

Ma r da li s. 1990. Me t ode Pe n e li t ia n Su at u Pe n d e k at a n Pr o v o s a l. C et.I .


Ja ka r ta : Bu mi Aks a r a.

Mo l eo ng , Le x y J. 1991. Me t o d o l o gi Pe n el it i a n Ku a l it a ti f. C e t I II .
Ba ndung: Re ma j a Ros d a ka r ya .

Soe ma r dj a n, Se l o. ( Pe n yu nti n g ) . 1 9 9 3. Hu k u m Ke n e g ar a a n Re p u b l i k
Indone s i a . Ja ka r ta : Gr a s i n d o.

Soekanto, Soe r j ono. 1986. Be b er a p a Ca r a d a n Me k a n i s me Da l a m


Pe n yul uha n Huku m . Ce t. I. J a k ar t a: Pr a n d ya Pa r a mi t a .

Sur kh ma d, Wi na r no. 1989 Pe n g a n t ar Pe n e li ti a n I l mi a h . Ed is i VI I. Ce t. I II .


Ba ndung: Tar si t o.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


25

Lampiran 3

CONTOH BIBLIOGRAFI MODEL


MODERN LANGUAGE ASSOCIATION HANDBOOK (MLA) DAN
CHICAGO MANUAL OF STYLE (KATE L. TURABIAN)

DAFTAR PUSTAKA

Alrasid, Harun. "Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Bidang Panita Persiapan
Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat 1993." Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta, 1993

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet VI. Jakarta:
Bina Aksara, 1989.

Atamimi, A. Hamid S. "Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam


Penyelenggaraan Pemerintahaan Negara." Disertasi Doktor Universitas
Indonesia, Jakarta, 1990.

_____. "Teori Perundang Undangan Indonesia". Pidato Pengukuhan Guru Besar


Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1992.

_____. "Hukum Tentang Peraturan Perundang Undangan dan Peraturan Kebijakan


(Hukum Tata Pengaturan) ". Pidato Purna Bakti Guru Besar Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.

Black, James A. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. [Methods and Issues in
social Research]. Diterjemahkan oleh E. Koswara dkk. Cet.I. Jakarta:
Eresco, 1992.

Guwandi, J. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, 1991.

______. Malpraktek Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,


1991

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


26

Hoessein, Bhenyamin. "Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi


Daerah Tingkat II Suatu Kajian Desentraslisasi dan Otonomi Daerah Dari
Segi Ilmu Admini strasi Negara. "Disertasi Doktor Universitas Indcnesia,
Jakarta, 1993.

Kansil, CST. Pengantar Hukum Kesehatan_ Indonesia. Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta,
1991.

Kriekhoff, Valerine Jaqueline Leonore. "Kedudukan tanah Dati Sebagai Tanah Adat
di Maluku Tengah Suatu Kajian Dengan memanfaatkan Pendekatan
Antropologi Hukum." Disertasi Doktor Universitas Indonesiam, Jakarta,
1991.
Lampiran 3

Kusumah, Mulyana W.; Paul S. Baut; dan Beny Harman K.Konsep dan Penyuluhan
Hukum.Jakarta; Yayasan LBH. 1989.

Manan,Bagir. Dasar Dasar Perundang Undangan Indonesia Jakarta: Ind-Hill. Co,


1992.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.


Cet.I. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. CetIII. ; Bandung: Remaja


Rosdakarya, 1991.

Soemardjan, Selo. (Penyunting) . Hukum Kenegaraan Republik Indonesia. Jakarta:


Grasindo, 1993.

Soekanto, Soerjono. Beberapa Cara dan Mekanisme Dalam Penyunting Hukum.


Cet.I. Jakarta: Prandya Paramita, 1985.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian _Ilmiah. Edisi VII. III. Bandung: Tarsito,
1989.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


27

Lampiran 4

CONTOH PEMBUATAN CATATAN KAKI


DAN DAFTAR PUSTAKA KHUSUS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG

Indonesia, Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Asing, No.l tahun


1967, TLN No. 1 tahun 1967, TLN N0.2818, ps. 4.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Asing. UU No. 1


Tahun 1967 LN No. l Tahun 1967,TLN No.2818.

PERATURAN PEMERINTAH

Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Perwakafan TaMilik, PP No.


28 tahun 1977, LN NO.38 Tahun 1977, TLN 3107, ps.7.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Perwakafan Tanah Milik, PP


No.28 Tahun 1877 LN No. 38 Tahun 1977, TLN 3107.

KEPUTUSAN PRESIDEN

Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Kebijaksanaan Mengenai


Pencetakan Sawah, Kepres No. 54 tahun 1980, ps.5.

Indonesia. Keputusan Presiden tentang Kebijaksanaan Mengenai


Pencetakan Sawah, Kepres No. 54 Tahun 1980, Lembaran Lepas 1980.

PERATURAN MENTERI

Departemen Agraria, Peraturan Menetri Agraria T'entang Pelaksanaan


Beberapa Ketentuan Undang-Undang Pokok Aqraria, Permen Agraria No.2, tahun
1960, ps.22.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


28

Departemen Agraria. Peraturan Menteri Agraria Tentang Pelaksanaan


Beberapa Ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria. Permen Agraria No.2 Tahun
1960.

KEPUTUSAN MENTERI

Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Tentang Perlakuan


Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional, Kepmen
Keuangan no. 330/KMK.05/1992.

Departemen Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Tentang Perlakuan


Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional. Kepmen
Keuangan no.330/KMK.04/1992.
Lampiran 4

SURAT EDARAN

Badan Pengawas Pasar Modal, Surat Edaran Ketua Badan Pengawas


Pasar Modal Tentang Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan, SE no. SE-
05/PM/1992, butir 2.

Pengawas Pasar Modal. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar


Modal Tentang Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan: SE No. SE-
05/PM/1992.

PERATURAN DAERAH

Jakarta, Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tentang


Ketertiban Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Perda DKI
Jakarta No. 3 tahun 1972, Lembaran Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 101, ps.22.

Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta tang Ketertiban


Umum Da1am Wilayah Daerah khusus Ibukota Jakarta. Perda DKI Jakarta No.3
Tahun 1972, Lembaran Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 101 .

KEPUTUSAN GUBERNUR

Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta


Tentang Pembetukan Tim Pembinaan dan Pengendalian Usaha kakilima di Wilayah
DKI Jakarta. SK Gubernur KDKI Jakarta No.968 Tahun 1986, Lembaran
Lepas 1986.

Jakarta. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Tentang Pembentukan Tim Pembinaan dan Pengendalian Usaha Kakilima
di Wilayah DKI Jakarta, SK Gubernur KDKI Jakarta No.968 tahun 1986,
Lembaran Lepas 1986, ha1.7.

INSTRUKSI GUBERNUR

Menyusun Karya Tulis Ilmiah


29

Jakarta, Instruksi Gubernur KDKI Jakarta Perihal Pedoman Penetapan


Lokasi Kakilima di Wilayah DKI Jakarta, Instruksi Gubernur KDKI Jakarta
No.274 tahun 1985, Lembaran Lepas, butir 3.

Jakarta. Instruksi Gubernur KDKI Jakarta Perihal Pedoman Penetapan


Lokasi kakilima di Wilayah DKI Jakarta, Instruksi Gubernur KDKI Jakarta
No.274 Tahun 1985, Lembaran Lepas

Menyusun Karya Tulis Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai