Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan persyaratan baik formal maupun materiil.
Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan;
sedangkan persyaratan materiil menyangkut isi tulisan. Sebuah tulisan akan mudah
difahami dan menarik apabila isi dan cara penulisannya memenuhi persyaratan dan
kebiasaan urnum.
Dalam tulisan singkat ini akan digambarkan beberapa hal yang penting yang perlu
diperhatikan oleh penulis sebuah karya tulis ilmiah termasuk laporan penelitian.
I. T O P I K
Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam suatu
karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang
pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan
sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya: pengalaman, keluarga,
karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-
cita, dan sebagainya.
Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik tersebut, seorang pengarang dapat
menyusun karangan dalam bentuk:
a.Kisahan (Narasi): karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
b.Perian (Deskripsi): karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan
sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium,
merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
c.Paparan (Eksposisi): karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskari
pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.
d.Bahasan (Argumentasi): karangan yang berusaha memberikan alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
Sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan dilakukan
dengan terpaksa.
2.Topik harus diketahui oleh penulis
Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai
pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yang dipilih.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat mengembangkan
tulisannya menjadi suatu tulisan menarik, dengan cara melengkapi tulisan tersebut
melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.
3.Topik yang dipilih sebaiknya:
a. Tidak terlalu baru
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali penulis
mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai
landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada
berita dalam surat kabar atau majalah populer.
II. TEMA
Tema berasal dari kata Yunani "tithenai". Tema mempunyai dua pengertian yaitu :
1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan
yang ingin dicapai.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas.
Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan
menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Di samping itu, seorang
penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keaslian tersebut dapat dilihat
dari beberapa hal, misalnya pokok permasalahan, sudut pandangan, cara pendekatan
atau gaya bahasa dan tulisannya.
III. JUDUL
Apabila topik dan tema sudah ditentukan barulah penulis merumuskan judul katya
tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada
kemungkinan judul berubah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut;
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan itu
(bersifat provokatif);
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu
panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul);
4. Pada penulisan tertentu (yang ada hubungan sebab-akibat) seyogyanya judul harus
memiliki independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variahel
terikat).
2. Kerangka topik
Perumusan kerangka topik dilakukan dengan menggunakan kata atau frasa. Kerangka
semacam ini kurang memberikan kejelasan bagi orang lain yang membacanya.
V. BENTUK LAHIRIAH
Karya tulis dari sudut bentuk dibedakan atas karya formal, semi formal, dan non
formal, sebaliknya informal bukan menyangkut bentuk tetapi menyangkut keresmian.
Tulisan dari sudut ini dibedakan atas tulisan formal (=formil) dan informal
(=informil).. Karya tulis formal adalah suatu tulisan/karangan yang memenuhi semua
persyaratan lahiriah yang ditentukan oleh kebiasaan; sedangkan karya tulis yang
memenuhi sebagian dari syarat formal disebut semi formal. Apabila suatu tulisan
tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka tulisan tersebut disebut non
formal. Tulisan disebut informal apabila tidak menggunakan bahasa resmi, di samping
itu penulis juga memakai kata ganti orang pertama sebagai pengganti nama dirinya
seolah-olah ia berhadapan dengan pembacanya (personal).
Bentuk lahiriah yang harus dipenuhi oleh suatu tulisan formal:
1. Bagian pelengkap pendahuluan
a. Judul pendahuluan
b.Halaman pengesahan
c. Halaman judul
d. Halaman persembahan
e. Kata pengantar
f. Daftar isi
g. Daftar gambar, tabel, keterangan
Karya tulis formal harus memakai bahasa resmi dan tanpa menyebutkan nama diri
atau nama pengganti penulis .(impersonal) misalnya kata saya, kami, kita, kecuali
hanya pada kata pengantar.
penulis juga harus memperhatikan adanya awalan atau akhiran dari sebuah kata yang
dipenggal.
6. Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (dua spasi). Sedangkan
untuk catatan kaki, bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris
dipergunakan spasi rapat (satu spasi).
Apabila awal alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok masuk ke
dalam 5-7 ketikan), maka jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awal alinea dimulai
dengan menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7 ketikan, rnaka jarak antar alinea
tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan jarak antara judul bab dan naskah
dipakai 3-4 spasi.
7. Nomor halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil, sedangkan halaman-
hataman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab. Nomor halaman dapat
dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau sudut kanan atas.
8. Judul
Judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak digaris bawahi
atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri dengan tanda
titik.
9. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah.
Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b. Menyatakan judul buku atau majalah;
c. Menyatakan kata atau frasa asing.
10. Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan penulisan
sebagai berikut:
a. Bilangan di bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan seratus dan
kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b. Bilangan terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka;
c. Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf, kecuali pecahan dari
bilangan yang besar;
d. Persentase tetap ditulis dengan angka;
e. Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulis dengan
angka;
f. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat.
11.Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau
ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam
peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan
prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu
mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa
kutipan tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau
memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat;
b.Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!]
langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada
naskah asli dan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c.Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan
cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian
kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip
(lihat cof.!toh pada lampiran 1, halaman 19).
Cara mengutip:
a Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris,
adalah sebagai berikut:
(1) kutipan diintegrasikan dengan naskah; (2) jarak antara baris dengan baris
dua spasi; (3) kutipan diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi
ke atas. (Lihat contoh pada lampira» 1, halamarr 19)
b. Kutipan langsung terdiri lebih dari tiga baris
Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai
berilut: (1) kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
(2) jarak antara baris dengan baris satu spasi;
(3) kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi
ke atas; (5) seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;
(Lihact contoh pada lampiran 1, halarnan 16 dan 17) a Kutipan tidak
langsung
Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimana
adanya, . melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip.
Cara menulis kutipan seperti ini adalah sebagai berikut: (1) kutipan
diintegrasikan dengan naskah;
(2) jarak antara baris dua spasi;
(3) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir lnttipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi
ke atas. (Lihat contoh pada lampiran 1, halaman 18-19)
12. Penulisan sumber kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan
sumber kutipan yang bersangkutan.
Ada tiga cara penulisan sumber kutipan, yaitu:
a. American Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung surnber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam
tanda kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun
1983 pada halaman 23. (hihal cc»r1o% lordcr lanrhircur 1, halaman 20)
Catatan
1
Buchari Zainun, Manajemen dan Motivas(Jakarta: Balai
Aksara, 1979), hal. 27.
2
A. Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi, cet.II, (Jakarta:
Erlanqga, 1977), hal. 21.
3
Ibid.
4
CFG Sunarjati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan
Indonesia (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional-
De!partemen Kehakiman, 1982), hal. 148.
SHamzah, op.cit.,hal. 45.
Untuk jelasnya diberikan pula cara menyusun urutan daftar pustaka baik untuk model
MLA dan Turabian (Lihat corrtoh Ixrda lampiran 3.) di satu pihak dan contoh untuk
APA di lain pihak (Lihat contoh pada lampiran 2).
I. B U K U:
A. Satu orang pengarang:
1
Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara, cet.2,
(Jakarta: Aksara Baru, 1978), hal. 41.
Suny, Ismail. Pembagian Kekuasaan Negara. Cet.2.
~'akarta: Aksara Baru, 1978.
B. Dua orang pengarang:
2
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,
Perundang-undangan dan Yurisprudensi (Bandung: Alumni,
1979), hal.8.
Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekanto.
Perundang-undangan dan Yurisprudensi. Bandung:
Alumni, 1979.
C. Tip orang pengarang:
3
Arif Budijanto, Siswandi Sudiono, dan Agus
Purwadianto, Kejahatan Seks dan Aspek Medikolegal
_Gangguan Psikoseksual (Jakarta: Kalman Media Pusaka,
1982), hal. 14-15.
Budijanto, Arif; Siswandi Sudiono; dan Agus Purwadianto.
Kejahatan Seks dan Aspek Medikolegal Gangguan Psiko-
seksual. Jakarta: Kalman Media Pusaka, 1982.
D. Lebih dari tip orang pengarang:
4
Padmo Wahyono _et al., Kerangka Landasan Pembangunan
Hukum (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1989) ha1.37.
Wahyono, Padmo et _al. Kerangka Landasan Pembangunan Hu
kum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1989. E. Editor (penyunting)/penghimpun:
SSoerjono Soekanto, ed., Identifikasi Hukum Positif
Tidak Tertulis Melalui Penelitian Hukum _Normat.if dan
Empiris (Jakarta: Ind. Hill-Co, 1988), hal _ 105.
`
Soekarito, Soerjono, ed. Identifikas_i Hukum Positif: Tidak
Tertulis Melalui Penelitian Hukum Normati.f darl Empi-
ris. Jakarta: Ind. Hill-Co, 1988.
F. Terjemahan/Saduran:
6
J.G. Starke, Pengantar Hu}= _Intei-nasiona_l [An
Introduction to International ~Law], diterjemahkan oleh
F. Isjwara (Bandung: Alumni, 1972), hal. 21.
Starke, J.G. Pengantar Hukum _Internasional [An Introduc-
tion to International Law]. Diterjemahkan (Dleh F.
Tsjwara. Bandung: Alumni, 1972.
G. Bab / chapter dad buku yang merupakan kumpulan karangan:
7
Marian Gold Gallagher, "Legal Encylopedias"
dalam How _to Find the Law, 7thed. edited by Morris
L. Cohen, (St. Paul, Minnesota: West Publishing,
1976), p.272.
Gallagher, Marian Gold. "Legal Encylopedias" dalam How
_to Find the haw. 7thed. Edited by Morris h.Cohen.
St.Paul, Minnesota: West Publishing, 1976. pp. 264 -
284.
H. Badan Korporasi:
BBadan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya
Sistim Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan
(Bandung: Binacipta, 1977), hal. 51.
Badan Pembinaan Hukum Nasional. Lokakarya Sis.tim Pen e-
barluasan Peraturan Perundang-undangan. Bandu:zg:
Binacipta, 1977.
II.
ARTIK
EL: A.
Majala
h:
9
INyoman Nurjaya, "Azas Presumption of Innocence
di Negara Hukum Indonesia (Suatu Pemahaman
Empirik),'"' Hukum dan Pembangunan 1 (Januari 1982):
63.
Nurjaya, I Nyoman. "Azas Presumption of Innocence
di Ne' gara Hukum Indonesia (Suatu Pemahaman
13
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, ps. 2.
14
lndonesia, Undang-Undang Tentang Penanaman Modal
Asing, W No.l, LN No. 1 tahun 1967, TLN. No. 2818,
15
ps.4. Kitab Undang Undang Hukum Perdata [Burgerli=_jk
Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. rjitro-
sudibio, cet. 8, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976),
ps. 1338.
, Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.
. Undang-Undang Tentang Penanaman Modal As_Lng. UU
No.l, LN No.1 Tahun 1967, TLN No. 2818.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Di
terjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tj itrosudibio.
Cet. 8. Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.
(Unttik lebih jelasrtya diberikan cortlvh pnda Ianrpircnn -i)
PENGULANGAN
Dalam pengetikan sumber kutipan pada catatan kaki sering
terjadi pengulangan sumber kutipan. Seorang penulis perlu
memperhatikan penggunaan singkatan seperti di bawah ini:
L Ibid
singkatan dari ibidem
artinya pada tempat yang sama
Digunakan apabila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada
sumber yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya.
3ika halamannya sama hergunakan singkatan Ibid.; saja;
namun bila halamannya berbeda setelah singk:atan Ibid.
dicantumkan nomor halamannya.
Contoh :
1
Dedi Soemardi, Sumber Sumber Hukum Positip
(F;andung: Alumni, 1980), hal. 10.
2
Ibid.
3
Ibid.,
hal. 34. . OP
cit
.. .
" singkatan dari opere citato
artinya pada karya yang telah dikutip
Digunakan apabila sumber pertama ingin diulang, padahal
ada sisipan dari sumber lain.
Contoh :
1
Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perdata
(tanpa tempat: Sinar Bandung, 1981), hal. 20.
2
Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila (Jakar-
ta: Aksara Baru, 1980), hal. 60.
3
Prodjodikoro, op. cit.,
hal. 51. IM Loc. cit
singkatan dari loco citato
artinya pada tempat yang telah dikutip.
DAFTAgt PUSTAKA
Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah Pertgantar Kemahiran Baha.sa. Cet.6. Ende: Nusa
Indah, 1980.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pettn#uk Praktis BerbahasGr htdortesia.
Jakarta: Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kanttis
Besar Bahasa Indonesia. Cet.l. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations.
First British Ed. Prepared by John E. Spink. London: Heinemann, 1983.
Lampiran 1
AWALBAB
J U D U LBAB
Transisi tambahan: lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, dan lain
sebagainya.
Transisi pertentangan:tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun, dan lain
sebagainya, serta masih ada beberapa lagi transisi-transisi lainnya yang dapat
dipakai antar kalimat dalam satu alinea. (Gorys Keraf, tanpa tahun: 20)
Perhatikan pula jarak antar baris pada catatan kaki, yaitu satu spasi, sedang antar
catatan kaki adalah dua spasi. Lihat cara mengutip kutipan langsung lebih dari empat
baris:
Lampiran 1
Tulisan selanjutnya mulailah dari sini, sehingga selesai seluruh tulisan yang Saudara
kehendaki. Terlihat di sini bagaimana cara membuat catatan kaki supaya tetap
berjarak 3 cm ke bawah. Caranya, ialah bahwa baris terakhir catatan kaki harus
berada di baris ke 50 (baris paling bawah). Perlu Saudara ketahui, bahwa dengan
modifikasi seperti ini, setiap halaman hanya berisi 50 baris tunggal, atau 25 baris
spasi ganda. (Kecuali pada awal bab, hanya terdiri dari 44 baris spasi tunggal atau
sebanyak 22 baris spasi ganda).
Perlu pula dikemukakan di sini bahwa fungsi catatan kaki selain untuk menulis
sumber kutipan, kadang-kadang penulis juga ingin menerangkan suatu tulisan yang
bukan menjadi konteks penulisan, seperti dicontohkan di halaman berikut i n i .
...Strategi tersebut pelaksanaanya diawali dengan melibatkan berbagai unsur aparatur
pemerintah dan pihak swasta dalam suatu jaringan operasional yang terpadu. Pada
akhirnya kelembagaan seperti ini sangat menyokong program tadi menuju sasaran.
Sasaran tersebut memang tidak semata-mata merupakan objek yang pasif, melainkan
sebagi objek pelaku yang menentukan sesuai dengan asas prakasa swadaya. Hasil
yang berbentuk fisik akan lebih diharapkan dari langkah-langkah pembangunan
perumahan kota, pembangunan perumahan desa, pembangunan asrama mahasiswa,
1
Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif’ cet. IV, (Jakarta : Aksara Baru,1981), hal.42.
Lampiran 1
Selain itu dicontohkan pula mengenai kutipan langsung tiga baris atau kurang,
misalnya ".. ilmu urai tubuh memberikan kepada mahasiswa ilmu pengetahuan
tentang alat tubuh serta letaknya di dalam tubuh, seperti otot,...”4
Untuk selanjutnya mengenai tata cara mengutip silahkan menggunakan ketentuan
yang telah diuraikan di depan. Namun yang perlu diperhatikan adalah, bahwa cara
apapun yang dipilih, seyogyanya dilakukan secara taat asas (konsisten).
2
Condomium menurut kamus Fockema Andreae berarti pemilikan bersama; tetapi dapat juga
berarti benda yang dimiliki bersama. Menurut Boedi Harsono, dalam perkembangannya, condomium
menunjuk kepada bangunan-bangunan, yang terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing merupakan
suatu kesatuan, yang dapat digunakan atau dihuni secara terpisah. Bagian-bagian yang merupakan
kesatuan , dan dapat digunakan atau dihun secara terpisah. Bagian-bagian itu disebut “apartment”.
Biarpun pengertian apartemen umumnya menunjuk kepada peruntukannya sebagai tempat tinggal,
namun dapat diartikan juga sebagai tempat melakukan kegiatan-kegiatan usaha.
Lihat Boedi Harsono “Berbagai Masalah Hukum Bersangkutan Dengan Rumah Susun dan Pemilikan
suatu Rumah Susun,” dalam Hukum dan Pembangunan No. 6 Tahun XVI (Desember 1986) : 617.
Bandingkan dengan ketentuan Undang-undang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun.
3
Analisa Keadaan Rumah di Indonesia, op. cit. hal. 4.
4
CST. Kansil Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia, Cet. I, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
hal. 28
Lampiran 2
CONTOH BIBLIOGRAFI MODEL
AMERICAN PSYCOLOGICAL ASSOCIATIONS MANUAL (APA)
DAFTAR PUSTAKA
Alrasid, Harun. 1993. "Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panita
Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat 1993." Disertasi Doktor Universitas Indonesia,
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1989 Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Cet VI.
Jakarta: Bina Aksara.
Black, James A. 1992 Metode dan Masalah Penelitian Sosial.(Methods and Issues
in social Research). Diterjemahkan oleh E. Koswara dkk. Cet.I
Jakarta:Eresco.
Kus u ma h, M ul ya na W. ; Pa ul S. Ba u t ; d a n Be n y Ha r ma n K. 1 9 8 9 .
Kons e p da n Pe n yul uha n Hu k u m . Ja k a r ta ; Ya ya s a n LBH.
Lampiran 2
Mo l eo ng , Le x y J. 1991. Me t o d o l o gi Pe n el it i a n Ku a l it a ti f. C e t I II .
Ba ndung: Re ma j a Ros d a ka r ya .
Soe ma r dj a n, Se l o. ( Pe n yu nti n g ) . 1 9 9 3. Hu k u m Ke n e g ar a a n Re p u b l i k
Indone s i a . Ja ka r ta : Gr a s i n d o.
Lampiran 3
DAFTAR PUSTAKA
Alrasid, Harun. "Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Bidang Panita Persiapan
Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat 1993." Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta, 1993
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet VI. Jakarta:
Bina Aksara, 1989.
Black, James A. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. [Methods and Issues in
social Research]. Diterjemahkan oleh E. Koswara dkk. Cet.I. Jakarta:
Eresco, 1992.
Kansil, CST. Pengantar Hukum Kesehatan_ Indonesia. Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Kriekhoff, Valerine Jaqueline Leonore. "Kedudukan tanah Dati Sebagai Tanah Adat
di Maluku Tengah Suatu Kajian Dengan memanfaatkan Pendekatan
Antropologi Hukum." Disertasi Doktor Universitas Indonesiam, Jakarta,
1991.
Lampiran 3
Kusumah, Mulyana W.; Paul S. Baut; dan Beny Harman K.Konsep dan Penyuluhan
Hukum.Jakarta; Yayasan LBH. 1989.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian _Ilmiah. Edisi VII. III. Bandung: Tarsito,
1989.
Lampiran 4
UNDANG-UNDANG
PERATURAN PEMERINTAH
KEPUTUSAN PRESIDEN
PERATURAN MENTERI
KEPUTUSAN MENTERI
SURAT EDARAN
PERATURAN DAERAH
KEPUTUSAN GUBERNUR
INSTRUKSI GUBERNUR