Faktor Neonatus
Prematuritas Faktor genetic Polisitemia Obat (streptomisin, kloramfenikol, sulfisoxazol) Rendahnya asupan ASI Hipoglikemia
rendah
Degradasi Hemoglobin dalam darah Heme Globin Digunakan lagi oleh tubuh Hem bebas mengalami proses
ETIOLOGI
Inkompatabilitas darah Rh, ABO Kelainan morfologi eritrosit Defisiensi enzim G-6-PD, pirufat kinase, hexokinase Peningkatan hemolisis Obstruksi dalam hapar : infeksi, kerusakan hepar karena penyebab lain Kerusakan di luar hepar: kelainan bawaan
oksidasi
Biliverdin
Imaturitas hepar Kurangnya substrat u konjugasi bilirubin Akibat asidosis, hipoksia, infeksi Tidak terdapatnya enzim
Referensi: Brethauer, M, Carey, L. (2010). Maternal experience with neonatal jaundice. Pediatric Journal 23, 270- 273 diambil dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ pada tanggal 19 Februari 2010. Hay, W.W., et. al. (1997). Current pediatric diagnosis & treatment. Stamford, Connecticut: Appleton & lange. Hockenberry, M.J, Wilson, D. (2009). Essentials of pediatric nursing. St. Louis, Missouri: Mosby Insley, J. (2003). A paediatric vade-mecum. Alih bahasa oleh Achmad Surjono. Jakarta: EGC Weng, Y.H., Chiu, Y.W. (2009). Spectrum and outcome analysis of marked neonatal hyperbilirubinemia with blood group incompatibility. Cang Gung Medical Journal 32, 400- 408. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ pada tanggal 19 Februari 2010. Wong, Donna, L. (2003). Wong and whaleys clinical manual of pediatric nursing . Alih bahasa oleh Monica Ester. Jakarta: EGC Zong, D.N, Gao, Z.Y. (2009). Relationship between glucose-6-pphosphate dehydrogenase gene mutations and neonatal jaundice in Naning. Pubmed.Gov 12, 970- 972.
Mengalami reduksi Anemi a Keadaan umum lemah Peningkatan destruksi SDM Peningkatan produksi bilirubin Gangguan konjugasi hepar
Defisiensi albumin
Intervensi: Berikan makanan secepatnya untuk meningkatkan ekskresi bilirubin dalam feses Kaji kulit akan adanya tanda ikterik yang mengindikasikan peningkatan kadar bilirubin Ukur kadar bilirubin dgn bilirubinometri transkutan untuk menentukan peningkatan kadar
Hepar
Akumulasi bilirubin dalam darah Ikterik pada sclera, leher, tubuh, kuku
Bersifat lipofilik
Sulit diekskresi
Resiko tinggi
Penanganan
Kern ikterus
Bilirubin masuk ke sel hepar Terikat dengan ligandin (protein Y), protein Z
Fototerapi
Transfusi tukar
Tujuan: Anak mendapatkan terapi yang tepat jika diutuhkan untuk mempercepat ekskresi bilirubin Kriteria hasil: Anak menyusu segera setelah lahir, anak dipajankan pada sumber sinar yang ditentuakan
Resiko tinggi
Peningkatan suhu
Perubahan proses
Masuk ke reticulum endoplasma hati adanya enzim glukoronil transferase Terjadi proses konjugasi
Tujuan: kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi Kriteria Hasil: BB tidak mengalami penurunan, reflek menghisap bayi meningkat, bayi tenang
Tujuan: Bayi tidak mengalami cidera selama pemberian fototerapi Kriteria hasil: Tidak terjadi iritasi mata dan kelamin, bayi tenang, tidak ada dehidrasi Intervensi: Tutup mata bayi dengan eye protector khusus yang dapat memantulkan cahaya Tutup kelamin, periksa tiap 4 jam untuk drainase atau iritasi Buka seluruh pakaian bayi dan tempatkan bayi di bawah sinar untuk pemajanan maksimal Ubah posisi setiap 6 8 jam Pantau suhu tubuh Dokumentasikan pelaksanaan fototerapi dengan tepat Hindari penggunaan bahan yang mengandung minyak pada kulit Pastikan masukan cairan yang adekuat
Tujuan: Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil: Suhu 36c- 37c, membrane mukosa lembab,
Tujuan: Bayi mendapat dukungan dari keluarga Kriteria Hasil: Keluarga paham tentang terapi pada bayinya,
Blirubin direk/ bilirubin terkonjugasi Diekskresi dalam empedu Usus reduksi Urobilinoge n enzim glucuronidase Bilirubin terkonjugasi dikonversi menjadi tidak
Intervensi: Kaji kemampuan menghisap bayi Monitor intake dan output Monitor berat badan tiap hari Beri minum melalui sonde (ASI yang diperah) Lakukan oral hygiene, olesi mulut dengan kapas basah
Intervensi: Pertahankan suhu lingkungan yang netral Kaji suhu tubuh tiap 2-4 jam/ sesuai kebutuhan Jika panas lakukan kompres Tingkatkan masukan cairan peroral Kolaborasi pemberian antipiretik
Intervensi: Kaji pemahamaman keluarga tentang ikterik dan tujuan terapi Beritahukan keluarga bahwa kulit akan kembali normal Jelaskan pada keluarga tentang penyakit dan terapinya Hentikan fototerapi saat keluarga datang
Feses
dan terbe
ANGKA KEJADIAN
IKTERUS FISIOLOGIS Warna kuning timbul pada hari ke 2 dan 3 tampak jelas pada hari ke 5 dan k3 6 serta menghilang pada hari ke 10 Bayi tampak biasa, minum baik dan pertambahan berat badan biasa Kadar bilirubin serum tidak > 10 mg/ dl pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/ dl pada bayi cukup bulan
IKTERUS PATOLOGIS Ikterus timbul pada 24 Jam pertama Ikterus menetap setelah 2 minggu pertama Kadar bilirubin > 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan dan > 10 mg/dl pada bayi kurang bulan Peningkatan bilirubin > 5 mg/dl/ hari Kadar bilirubin direk > 1 mg/ dl Terdapa factor resiko Tinja berwarna pucat
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan kadar bilirubin serum berkala Pemeriksaan darah tepi Pemeriksaan penyaring G6-PD Uji Coombs Biakan darah, biopsy hepar bila perlu
: Faktor resiko : Etiologi : Metabolisme bilirubin : Patofisiologi : Penanganan : Manifestasi klinis : Diagnosa keperawatan : Tujuan, kriteria hasil, Intervensi
Ikterus neonatorum merupakan masalah yang umum pada bayi baru lahir. Hampir semua bayi baru lahir perkembangan jumlah bilirubin diatas 2 mg/ dl dan 65 % dari mereka akan menunjukkan perkembangan level bilirubin di atas 5 mg/ dl selama minggu pertama kehidupan. Di Amerika Serikat, sebanyak 65 % bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Malaysia, hasil survei pada tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan di bawah Departemen Kesehatan mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Angka kejadian insiden ikterus pada bayi baru lahir di RSU Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta ialah 32,19% dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg%. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo Surabaya, ikterus patologis sebanyak 9,8% pada tahun 2002 dan 15,66% pada tahun 2003.