Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mengetahui reaksi antara asam oksalat pekat dengan H 2SO4 pekat dan KMnO4 encer pada suhu tinggi. 2. Mengetahui reaksi yang terjadi antara anilin dengan kalium kromat dalam suasana asam denagn pemanasan. 3. Mengetahui adanya air dalam alkohol dengan menggunakan CuSO4 anhidrat. 4. 5. Mengetahui reaksi oksidasi etanol oleh HNO3 dalam suasan asam. Megetahui mekanisme reaksi Alkohol dengan logam aktif.
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan bahan Derivat hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus hidroksil (-OH) atau lebih sebagai ganti atom hidogen dikenal sebagai alkohol. Alkohol tersederhana diturunkan dari alkana dan mengandung hanya satu gugus hidroksil per molekul. Senyawaan ini mempunyai rumus molekul umum ROH, dengan R ialah gugus alkil dengan susunan CnH2n+1. Etanol ( etil alkohol, alkohol tapai) merupakan komponen yang aktif faali dari bir, anggur dan wiski. Telah berabad-abad dihasilkan dengan peragian karbohidrat. Dalam proses fermentasi, senyawaan organik dipecah-pecah menjadi senyawaan sederhana dengan kerja enzim. Produksi etanol dari pati (jagung, kentang, gandum, dan seterusnya) pertama-tama melibatkan konversi enzimatik pati menjadi gula (glukosa). Gula itu kemudian diubah menjadi etanol dan karbon dioksida oleh kerja zimase, suatu enzim yang dihasilkan oleh sel-sel ragi yang hidup (Keenan, 1990). Amina aromatik induk dinamakan anilin. Anilin yang tersubstitusi oleh gugus lain pada nitrogen amina dinamai sebagai turunan dari
senyawa induk. Awalan N- menyatakan bahwa substituen berada pada nitrogen amina, bukan pada cincin aromatik (Wilbraham, 1992). Asam oksalat termasuk asam karboksilat bermartabat dua disebut juga asam etanadionat atau asam dikarboksilat. Asam bila dipanaskan dengan H2SO4 pekat akan terurai menjadi CO2, CO dan H2O. Asam oksalat dengan KMnO4 dan H2SO4 encer pada suhu 60oC akan terurai menjadi CO2, H2O, K2SO4 dan MnSO4. Rumus molekul asam oksalat adalah HOOCCOOH.2H2O (Panjaitan, 2008). 2. Tinjauan teori Alkohol, selain metanol, dapat dikelompokkan sebagai primer, sekunder, dan tersier, bergantung pada banyaknya atom karbon yang terikat pada atom karbon yang mempunyai gugus OH. Jika satu karbon yang terikat pada atom ini, maka alkohol itu adalah primer, jika dua karbon, alkohol sekunder dan jika terikat tiga karbon, alkohol itu tersier. Alkohol mendidih pada temperatur yang cukup tinggi dibandingkan hidrokarbon oleh asosiasi molekul-molekul alkohol lewat ikatan hidrogen. Alkohol mengalami sejumlah reaksi yang mencakup gugus hidroksil. Dua reaksi ini adalah (1) dehidrasi untuk membentuk alkena dan eter, dan (2) oksidasi terkendali untuk menghasilkan aldehida dan keton (Keenan, 1990). Reaksi oksidasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh produk teroksidasi dari suatu senyawa yang sebelumnya tidak mengandung oksigen dalam struktur molekulnya, reaksi ini dapat dilakukan melalui berbagai cara dengan oksidator yang beragam. Salah satu cara untuk menentukan mekanisme reaksi adalah dengan mengetahui struktur produk reaksi dari suatu metode dan kondisi reaksi yang dipilih. Kemudian dibuat perkiraan langkah atau jejak mekanisme reaksi yang mungkin (Nohong, 2010). Pada umumnya zat pengoksidasi laboratorium mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat dan alkohol sekunder menjadi keton. Beberapa zat pengoksidasi yang khas untuk oksidasi ini ialah:
1. Kalium permanganat basa: KMnO4 + -OH 2. HNO3 pekat dan panas 3. Asam kromat: H2CrO4 (dibuat insitu dari CrO3 atau Cr2O7 dengan H2SO4 dalam air) (reagenesia jones) 4. Kromium trioksida (CrO3) yang dikomplekskan dengan piridina atau piridina dengan HCl (Fessenden, 1982). Amina merupakan anggota yang sangat penting dari kelompok karena mereka digunakan sabagai bagian esensial dari banyak molekul obat. Mempunyai keseimbangan yang tepat dari sifat-sifat hidrofilik dan hidrofobik untuk membawa molekul obat ke dalam sel yang hidup. Suatu seri anestetik mengandung bermacam isomer posisional dari Proparakaina (Warren, 1994). Amina dapat dikelompokkan sebagai primer, sekunder, atau tersier, menurut banyaknya substituen alkil atau aril yang terikat pada nitrogen. Klasifikasi ini berbeda dari alkil halida atau alkohol. Klasifikasi halida dan alkohol berdasarkan banyaknya gugus yang terikat pada karbon yang memiliki halida atau gugus hidroksil itu. Suatu nitrogen amina dapat memiliki empat gugus atau atom yang terikat padanya, dalam hal ini nitrogen itu merupakan bagian dari suatu ion positif. Senyawa-senyawa ionik terbagi dalam dua kategori. Jika salah atau lebih yang terikat ialah H, maka senyawa itu disebut garam amina. Jika keempat gugus itu alkil atau aril (tidak ada H pada N), maka senyawa itu disebut garam ammonium kuartener (Fessenden, 1999). Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina dapat disebut primer, sekunder, atau tersier, bergantung pada jumlah gugus R yang melekat pada nitrogen. Amina aromatik induk dinamakan anilin. Anilin yang tersubstitusi oleh gugus lain pada nitrogen amina dinamai sebagai turunan dari senyawa induk. Awalan N- menyatakan bahwa substituen berada pada nitrogen amina, bukan pada cincin aromatik. (Wilbraham, 1992).
Jalannya reaksi pada senyawa aromatik dapat diartikan dngan peristiwa yang dikenal sebagai kearomatikan. Reaksi senyawa aromatik merupakan hasil substitusi pada atom karbon tak jenuh. Adisi elektrofil diikuti oleh kehilangan gugus lain (biasanya H +) dari molekul. Mendapatkan kembali sistem aromatik dari segi energi menguntungkan (Pine, 1988). Senyawa aromatik amina banyak digunakan dalam jumlah besar oleh industri sebagai senyawa antara dalam pembuatan zat warna, pestisida, plastik, kosmetik dan obat-obatan. Selain itu pemakaian senyawa amina aromatik ini juga dipakai sebagai antioksidan dan antiozonan dalam industri karet. Pemakaian dalam jumlah besar ini sudah barang tentu dampak akhirnya akan mencemari lingkungan kita terutama perairan. Senyawa aromatik amina umumnya sangat polar sehingga mudah larut dalam air. Jadi sudah barang tentu pencemarannya akan tersebar luas (Sumartini, 2000). Anilina dan senyawa turunannya yang digunakan dalam produksi pewarna, pestisida, dan antioksidan, adalah komponen yang paling beracun dari udara polutan industri. Zat ini menunjukkan sifat-sifat mutagenik dan karsinogenik. Sensitif dan selektif metode untuk menentukan mereka harus dikembangkan karena mereka mempunyai toksisitas tinggi dan rendah konsentrasi diperkenankan dalam atmosfer udara (Evgenev, 2003). Reaksi alkohol dengan logam aktif, atom H dari gugus OH dapat disubstitusi oleh logam aktif seperti natrium dan kalium, membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Reaksi ini mirip dengan reaksi natrium dengan air, tetapi reaksi dengan air berlangsung lebih cepat. Reaksi ini menunjukkan bahwa alkohol bersifat sebagai asam lemah (lebih lemah daripada air). Alkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Oleh karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar spirtus
(spiritus). Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut: Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam karboksilat. Alkohol sekunder membentuk keton. Alkohol tersier tidak teroksidasi (Anonim1, 2012).
C. METODOLOGI 1. Alat a. Bunsen burner b. Waterbath c. Tabung reaksi d. Gelas kimia e. Pipet volumetrik f. Pipet ukur g. Pipet tetes h. pHmeter 2. Bahan a. Larutan H2SO4 pekat b. Larutan asam oksalat c. Larutan KMnO4 d. Anilin e. Larutan H2SO4 encer f. Larutan K2CrO7 g. Larutan alkohol 50 % h. Padatan CuSO4 i. Larutan HNO3 j. Etanol k. Logam Na l. Aquades 3. Cara kerja
a. Asam-asam martabat dua 4 tetes H2SO4 pekat dimasukkan kedalam larutan asam oksalat 6 ml
Dipanaskan
Dipanaskan kembali
Dipanaskan pelan-pelan
c. Air dalam alkohol Alkohol 50% sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi
e. Reaksi alkohol dengan logam aktif 10 ml alkohol dimasukkan ke dalam gelas kimia
dengan logam Na
Logam Na dipotong, dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah diisi alkohol 10 ml
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1.1 Hasil Percobaan Asam Bermartabat Dua Perlakuan Kel Warna Pencampuran Panas 1 6 ml asam oksalat + 4 Bening tetes H2SO4 Bening + 3 tetes KMnO4 7 6 ml asam oksalat + 4 tetes H2SO4 + 3 tetes KMnO4 Bening Bening Bening Bening Kuning bening Kuning bening Keterangan Tidak ada gelembung Ada gelembung Ada gelembung Ada gelembung Tidak ada gelembung Ada gelembung Ada gelembung Ada gelembung
Sumber: Laporan Sementara Pada percobaan ini digunakan larutan asam oksalat pekat. Asam oksalat termasuk asam karbosilat bermartabat dua disebut juga asam etanadioat atau asam dikarbosilat. Rumus molekul asam oksalat (COOH)2. 2H2O. Penambahan asam sulfat (H2SO4) berfungsi sebagai katalis untuk menguraikan asam oksalat, mengkondisikan suasana asam, dan sebagai pendehidrasi. Reaksi yang terjadi: C2H2O4 + H2SO4 CO2 + CO + H2O Kemudian setelah ditambahkan larutan KMnO4 sebanyak 3 tetes, terjadi reaksi sebagai berikut: 5 C2H2O4 + 2 KMnO4 + 3 H2SO4 K2SO4 + 2 MnSO4 + 8 H2O + 10 CO2 Pada saat setelah direaksikan dengan KMnO4 hasil reaksi yang terbentuk adalah pelepasan CO2. Penambahan KMnO4 ini menghasilkan lebih banyak gelembung pada tabung reaksi.
Tabel 1.2 Hasil Percobaan Amina Aromatis Kel Perlakuan Warna Pencampuran Panas 2 5 ml H2SO4 encer Biru tua + 3 tetes anilin Coklat + 4 tetes K2CrO7 Kuning bening 6 5 ml H2SO4 encer Biru tua + 3 tetes anilin Coklat + 4 tetes K2CrO7 Kuning bening 8 5 ml H2SO4 encer Bening diatas biru + tua 3 tetes anilin Bening diatas biru lebih pekat + 4 tetes K2CrO7 Bening kecoklatan Sumber: Laporan Sementara
Keterangan Ada endapan Ada endapan Ada endapan Ada endapan Ada endapan Ada endapan Ada endapan Ada endapan Ada endapan
Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina dapat disebut primer, sekunder, atau tersier, bergantung pada jumlah gugus R yang melekat pada nitrogen. Istilah primer, sekunder, tau tersier disingkat 1o, 2o, 3o. Disini, primer, sekunder, dan tersier mempunyai arti yang sangat berbeda dengan pada alkohol (Wilbraham, 1992). Pada percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa amina aromatis dengan mereaksikan H2SO4 dengan anilin yang kemudian ditambahkan K2Cr2O7. Reaksi yang terjadi, yaitu: C6H5NH2 + H2SO4 [C6H5NH3] + + [HSO4] 6C6H5NH2 + 19H2SO4 + Cr2O7 6C6H4O2 + 4K2SO4 + 4Cr2(SO4)3 + 16H2O + 3(NH4)2SO4 Pada praktikum yang dilakukan, saat H2SO4 dicampur dengan anilin, larutan berubah warna menjadi biru tua. Setelah ditambah K2Cr2 warna larutan pada saat percobaan berubah warna menjadi coklat, karena dipengaruhi oleh ion Cr3+ yang berasal dari reduksi kalium dikromat. Sesuai teori yang ada, seharusnya endapan yang timbul berwarna kuning. Ketika larutan kemudian dipanaskan, reaksi anilin dengan dikromat dan larutan
asam sulfat pada pemanasan menghasilkan produk akhir endapan hitam yang merupakan anilin black. Perbedaan warna yang ada bisa disebabkan karena kurang telitinya praktikan saat melakukan pencampuran larutan dengan senyawa-senyawa yang ada dan pembacaan perubahan warna yang berbeda dari setiap praktikan. Tabel 1.3 Hasil Percobaan Air dalam Alkohol Kel Perlakuan Warna Pencampuran Panas 3 5 ml alkohol 50% + 1 Bening gr CuSO4 kebiruan
Keterangan
Tabung menjadi hangat, CuSO4 mengendap, dan ada gelembung Putih kebiruan Ada endapan
Sebelum mendapatkan CuSO4 anhidrat hal yang harus dilakukan adalah kristal CuSO4 harus dipanaskan untuk menghilangkan molekul H2O yang terkandung didalamnya. Kristal CuSO4 hidrat berwarna biru setelah dipanaskan menghasilkan kristal CuSO4 anhidrat berwarna putih. Pada percobaan ini, saat alkohol dicampur dengan CuSO4 anhidrat, mulamula larutan berwarna bening. Setelah didiamkan beberapa saat warnanya menjadi bening kebiruan karena peran air terhadap kation Cu2+ , tabung menjadi hangat , CuSO4 mengendap dan timbul gelembung-gelembung udara saat CuSO4 dimasukkan kedalam tabung. Gelembung udara ini menandakan bahwa terdapat air dalam larutan tersebut. Ikatan yang terjadi pada Cu2+dan H2O adalah kovalen koordinasi. Peralihan elektron yang terjadi pada pengisian orbital d dari ion logam Cu2+ oleh pasangan elektron bebas H2O menyebabkan penyerapan kuantum cahaya yang mempunyai energi sama dengan perbedaan dua tingkat energi yang terlibat dalam peralihan. [Cu(H2O)4]2+ menyerap cahaya kuning (580nm) dan melewatkan cahaya biru
(450nm). Hal ini mengakibatkan CuSO4 tampak berwarna biru pada alkohol yang mengandung air. Reaksi yang terjadi: C2H5OH + CuSO4 C2H5OH-Cu + H2O + SO4
Tabel 1.4 Hasil Percobaan Reaksi Oksidasi Kel Perlakuan Warna Pencampuran Panas 4 1 tetes H2SO4 pekat + Ungu pekat KMnO4 5ml + 3 tetes etanol Ungu pekat 10 1 tetes H2SO4 pekat + Ungu tua KMnO4 5ml + 3 tetes etanol Coklat 12 1 tetes H2SO4 pekat + Ungu tua KMnO4 5ml + 3 tetes etanol Coklat tua Sumber: Laporan Sementara Pada percobaan reaksi oksidasi ini
Keterangan Tidak ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan Ada endapan pertama-tama
yaitu
dilakukan penambahan H2SO4 pada KMnO4. Pada KMnO4 berwarna ungu pekat, sedangkan H2SO4 berwarna jernih atau bening. Kemudian penambahan H2SO4 pada KMnO4 tidak menyebabkan terjadi perubahan warna. Warnanya masih tetap sama yaitu ungu (pekat). panas. Hal Tetapi ini penambahan disebabkan ini terjadi perubahan suhu menjadi bahwa
KMnO4 mereduksi H2SO4. Reaksi yang terjadi yaitu : 20 KMnO4 + 30 H2SO4 10 K2SO4 + 20 MnSO4 + 3H2O + 80 O Kemudian setelah itu ditambahkan etanol. Etanol disini berfungsi yaitu agar KMnO4 mengoksidasi etanol menjadi asam etanoat. Reaksi yang terjadi yaitu: 12 KMnO4+ 6H2SO4+ 5 C2H5OH + 21 H2O Setelah itu bahan dipanaskan dengan menggunakan waterbath. Warna bahan kemudian berubah menjadi coklat, dan terdapat endapan dari senyawa MnO4. 6 K2SO4+12 MnO+ 10 CO2
Tabel 1.5 Hasil Percobaan Alkohol dengan Logam Aktif Kel Perlakuan Indicator pH pHmeter 5 1 10 ml alcohol 96% 6 2 15 ml alcohol 96% + logam Na (habis bereaksi) + 15 ml aquades 10 ml alcohol 96% 14
keterangan -
11
1 2
6 13
Bening Keruh -
Derivat hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus hidroksil (-OH) atau lebih sebagai ganti atom hidogen dikenal sebagai alkohol. Alkohol tersederhana diturunkan dari alkana dan mengandung hanya satu gugus hidroksil per molekul. Senyawaan ini mempunyai rumus molekul umum ROH, dengan R ialah gugus alkil dengan susunan C nH2n+1 (Keenan, 1990). Natrium adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam (terutama halite). Dia sangat reaktif, apinya berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan air, sehingga harus disimpan dalam minyak. Karena sangat reaktif, natrium hampir tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur murni. Reaksi yang terjadi : 2 C2H5-OH + 2 Na 2 C2H5-O-Na + H2 Alkohol direaksikan dengan logam aktif dalam hal ini Natrium, menghasilkan suatu senyawa alkoksida dengan hasil sampingannya yaitu
gas hidrogen. Sebelum direaksikan dengan Natrium, terlebih dahulu alkohol diukur pHnya yaitu 6. Sebelum ditambah dengan Natrium, alkohol bereaksi dan pH setelahnya yaitu 14. Ini menunjukkan bahwa alkohol merupakan asam, namun setelah direaksikan dengan logam aktif pH berubah menjadi basa menandakan bahwa alkohol merupakan asam lemah. Penyebab tingginya pH larutan yang terbentuk adalah karena ion-ion etoksida melepaskan ion-ion hidrogen dari molekul-molekul air untuk menghasilkan ion-ion hidroksida. Ion-ion inilah yang menyebabkan pH tinggi.
E. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Reaksi antara asam oksalat dengan H2SO4 pekat yang ditambahkan KMnO4 hasil reaksi yang terbentuk adalah pelepasan CO 2, yang ditandai dengan adanya gelembung. 2. Reaksi anilin dengan asam sulfat menimbulkan perubahan warna dari bening menjadi agak kekuningan setelah ditambahkan K2CrO7 dan terdapat endapan anilin hidrogen sulfat. 3. Reaksi antara alkohol dengan CuSO4 anhidrat mengakibatkan larutan lebih pekat dikarenakan kandungan air pada alkohol terserap oleh kristal CuSO4 anhidrat. Dari reaksi tersebut menghasilkan CuSO4, H2O, dan C2H4. 4. Perubahan warna pada kristal CuSO 4 anhirat berubah menjadi berwarna biru menunjukkan bahwa alkohol mengandung air. 5. Reaksi antara oksidasi antara KMnO4 dan H2SO4 dengan etanol terdapat perubaan warna dan menghasilkan endapan MnO4. 6. Reaksi alkohol tanpa perlakuan (sebelum ditambahkan Na) tidak menyebabkan perubahan warna dan pada kedua percobaan menunjukkan angka pH yang sama pada pHmeter sebesar 6. 7. Setelah alkohol ditambahkan dengan Na sampai habis bereaksi, 2 percobaan yang dilakukan menghasilkan besar pH sebesar 13 dan 14.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA Anonim1.2012. http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/senyawa-alkohol.html. Diakses pada hari Kamis, tangal 5 April 2012 pada pukul 07.53 WIB. Evgenev, I dkk. 2003. Sorption-Chromatographic Determination of Aniline,4Chloroaniline, and 2,5-Dichloroaniline in Air. Journal of Analytical Chemistry Vol.8 No. 6 Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. 1982. Erlangga. Jakarta. Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. 1999. Erlangga. Jakarta. Keenan. 1990. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Nohong. 2010. Kajian Reaksi Oksidasi Senyawa 2,6,6-trimetil Bisiklo[3.1.1]Hept-2-Ena Menggunakan Aliran Gas Oksigen dan Zeolit Nax. Staf Pengajar Pada Jurusan Kimia FMIPA Universitas Haluoleo Kendari. Panjaitan, Rumintang Ruslinda. 2008. Pengembangan Pemanfaatan Sabut Pinang Untuk Pembuatan Asam Oksalat. Vol. XXXIX No.1. Pine, Stanley H dkk. 1988. Kimia Organik 2 Terbitan Keempat. ITB Bandung. Bandung. Sumartini, Sri dan Edi Iswanto Wiloso. 2000. Identifikasi Senyawa Amina Aromatik Lewat Iodonisasi Menggunakan Kromatografi Gas Spektroskopi Massa. Puslitbang Kimia Terapan-Lipi. Warren, Stuart. 1994. Sintesis Organik Pendekatan Diskoneksi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wilbraham, Anthony C dan Michael S. Matta. 1992. Pengantar kimia organik dan hayati. Penerbit ITB. Bandung.