PROPOSAL KEGIATAN
KONSEP DESA SIAGA SEHAT JIWA MENUJU KECAMATAN BANTUR BEBAS PASUNG 2013
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS BANTUR MALANG FEBRUARI 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Departemen kesehatan menggunakan strategi Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat dalam mencapai visi Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat. Sejalan dengan strategi Depkes tersebut, paradigma kesehatan di Indonesia berfokus pada peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kemandirian masyarakat dalam menangani masalah kesehatannya menjadi tujuan utama perawatan kesehatan di komunitas, yang sejalan pula dengan tema hari kesehatan sedunia Bekerja bersama untuk kesehatan (Working together for health). Pemberdayaan keluarga dan komunitas adalah salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2008). Pada langkah lebih lanjut dalam meningkatkan kemandirian masyarakat, Departemen Kesehatan telah merumuskan suatu visi dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Visinya adalah Departemen Kesehatan Itu Adalah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat, dengan Misi Membuat Masyarakat Sehat. Strateginya antara lain menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, meingkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Dengan demikian, sasaran terpenting adalah Pada Akhir Tahun 2015, Seluruh Desa Telah Menjadi Desa Siaga (Depkes RI, 2008). Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008; CMHN, 2005). Piramida pelayanan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Depkes menjabarkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi komunitas di Kecamatan Bantur (desa Srigonco, desa Sumberbening, desa Wonorejo, desa Bantur, dan desa Bandungrejo ).
1.3 Manfaat Kegiatan 1. Bagi Puskesmas, manfaat dari pembentukan desa siaga sehat jiwa ini adalah membantu menyelesaikan masalah khususnya terkait dengan kesehatan jiwa secara operasional dari aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu, sehingga diharapkan dapat membantu puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanan
g. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa. (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008) 2.4 Kriteria Desa Siaga a. Ada forum masyarakat desa (FMD) b. Adanya pelayanan kesehatan dasar (Polindes, Pustu, Bidan, Praktek Swasta, dokter praktek) c. Adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu dan Poskesdes d. Adanya pengamatan kesehatan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat seperti masalah kesehatan penyakit menular, keluarga keluarga yang gangguan jiwa. e. Ada pembinaan dari puskesmas yang kegawatdaruratan bagi ibu dan bayi f. Ada sistem siaga bencana oleh masyarakat mampu memberikan pelayanan
g. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat h. Mempunyai lingkungan yang sehat i. Masyarakat berperilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS)
2.5 Indikator Keberhasilan Desa Siaga 1. Indikator masukan (input) Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa; ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta
ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) 2. Indikator proses Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa, berfungsi/tidaknya Poskesdes, berfungsi/tidaknya UKBM yang ada, berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana; berfungsi/ tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat 3. Indikator keluaran (output) Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembanagn Desa Siaga yaitu cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes, cakupan pelayanan UKBM UKBM lain, jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
4. Indikator dampak Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalama rangka pengembangan desa Siaga yaitu jumlah penduduk yang menderita sakit, jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa (Depkes RI, 2006) 2.6 Program Desa Siaga Sehat Jiwa Departemen Kesehatan berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan
mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa. Desa-desa yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan diberi nama Desa Siaga. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk juga gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju desa sehat.
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang ditandai lingkungan sehat dengan penduduknya yang perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya. Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang mempunyai visi memelihara kesehatan jiwa masyarakat dan mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat. 2. Misi pelayanan Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat sehat jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader kesehatan jiwa. 3. Strategi pelayanan Untuk mencapai visi dan misi desa siaga sehat jiwa maka strategi yang disiapkan adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan kesehatan jiwa (CMHN) di desa siaga sehat jiwa. Fokus utama program CMHN di desa siaga adalah a. Kegiatan perawat CMHN. 1) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat : Keluarga dengan bayi Keluarga dengan kanak-kanak Keluarga dengan usia pra sekolah Keluarga dengan usia sekolah Keluarga dengan remaja Keluarga dengan dewasa muda Keluarga dengan dewasa
2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah psikososial : Kehilangan bentuk, struktur, fungs tubuh Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat tinggal, sekolah, harta benda 3) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa : Pasien dengan Perilaku kekerasan Pasien dengan Isolasi sosial Pasien dengan Harga diri rendah Pasien dengan Halusinasi Pasien dengan Kurang Perawatan Diri
4) Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan jiwa mandiri 5) Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri 6) Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa . b. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa : 1) Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa 2) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia 3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial 4) Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat 5) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan Rehabilitasi 6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah mandiri 7) 8) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN Mendokumentasikan semua kegiatan
Latihan 1
1. Siapa yang harus bertanggungjawab terhadap kesehatan mental masyarakat ? bagaimana cara bp/ibu meningkatkan kesehatan mental keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar bp/ibu ? 2. Dapatkah bp/ibu membayangkan bila salah seorang tetangga dekat bp/ibu mengalami masalah kejiwaan ? Apa yang akan bp/ibu lakukan ? 3. Bila ada tetangga yang baru pulang dari rumah sakit jiwa, apa yang akan bp/ibu lakukan ? (Keliat dkk, 2011) 2.7 Deteksi Keluarga Di Desa Siaga Sehat Jiwa Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi keluarga yang ada di desa siaga sehat jiwa. 1) Pengertian Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. Hasil deteksi adalah sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa. 2) Tujuan Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang ditunjukkan melalui : a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa b. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial c. Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa 3) Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) 2) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga Kader mempelajari tandatanda orang/keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial atau orang/keluarga yang mengalami gangguan jiwa seluruh
b. Pelaksanaan 1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa 2) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk di kelola bersama) 3) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya dengan cara wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada buku pedoman deteksi keluarga Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah
psikososial atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui tanda tanda/perilaku yang menunjukkan individu tersebut risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa (tabel 3.1 dan tabel 3.2) 4) Berdasarkan penilaian yang dilakukan kader mengelompokkan keluarga yang tinggal diwilayahnya menjadi 3 kelompok : a) Kelompok keluarga sehat adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan tidak menunjukkan perilaku menyimpang; baik risiko masalah psikososial (lihat tabel 1) maupun gangguan j NM,iwa (lihat tabel 2) b) Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai kondisi sesuai tabel 1 c) Kelompok keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (perilaku seperti pada tabel 2)
c. Pelaporan 1) 2) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya Kader mencatat data data keluarga yang mempunyai risiko masalah psikososial 3) Kader mencatat data data keluarga yang mengalami gangguan jiwa
2.8
Karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial, gangguan jiwa dan sehat jiwa a. Risiko terjadinya masalah psikososial Tabel 1 Risiko masalah psikososial NO 1 2 3 4 5 FAKTOR RISIKO 6 Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai Kehilangan pekerjaan, Kehilangan harta benda, Kehilangan anggota tubuh Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal, Rhematik Hamil dan pospartum
b. Gangguan jiwa Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar) sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial (interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah sangat beragam (lihat table 2). (Keliat dkk, 2011)
Tabel 2 Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa NO 1 2 CIRI PERILAKU Sedih berkepanjangan dalam waktu lama Kemampuan melakukan kegiatan sehari hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas) berkurang 3 4 5 6 7 8 9 10 Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas) Marah marah tanpa sebab Bicara atau tertawa sendiri Mengamuk Menyendiri Tidak mau bergaul Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri Mengatakan atau mencoba bunuh diri
Latihan 1 : Diskusikan dengan teman kelompok dan fasilitator pertanyaan dibawah ini.
1. Identifikasi apakah ada tetangga bp/ibu yang mempunyai perilaku seperti tertulis pada tabel 1 dan 2 ? 2. Bagaimana cara bp/ibu menilai perilaku seseorang yang termasuk sehat jiwa, berisiko mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa 3. Perlihatkan cara bp/ibu dalam mendeteksi adanya masalah psikososial atau gangguan jiwa 4. Sebagai kader apa yang dapat bp/ibu lakukan untuk menolong mereka?
c. Sehat Jiwa Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial. Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga, kemudian dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa dibagi dalam kelompok, demikian pula risiko dan gangguan jiwa. (Keliat dkk, 2011)
2.9 Menggerakkan Kelompok Keluarga Sehat Untuk Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penggerakkan kelompok keluarga sehat adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang sehat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga sehat agar menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan 3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader mengidentifikasi keluarga sehat jiwa yang akan mengikuti
penyuluhan; sesuai dengan topik penyuluhan (misalnya keluarga dengan anak bayi) 2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran
penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan 3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan satu hari sebelumnya untuk hadir penyuluhan 4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir satu jam sebelum penyuluhan 5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan 6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan
b. Pelaksanaan 1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 2) Mengumpulkan peserta penyuluhan 3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan 4) Memotivasi peserta untuk bertanya c. Pelaporan 1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa) (Keliat dkk, 2011)
Psikososial Untuk Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penggerakkan kelompok keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang mengalami risiko maslah psikososial untuk mengikuti penyuluhan kesehatan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang risiko masalah psikososial untuk menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan 3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader mengidentifikasi keluarga berisiko masalah psikososial (lihat tabel 1) untuk mengikuti penyuluhan 2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran
penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan 3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan 1 hari sebelumnya untuk hadir penyuluhan 4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir 1 jam sebelum penyuluhan 5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan 6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan b. Pelaksanaan 1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 2) Mengumpulkan peserta penyuluhan 3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan 4) Memotivasi peserta untuk bertanya c. Pelaporan 1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa) (Keliat dkk, 2011)
2.11
Penggerakan
Kelompok
Keluarga
Gangguan
Jiwa
Untuk
Penyuluhan
Kesehatan, TAK Dan Rehabilitasi 1. Pengertian Penggerakkan kelompok keluarga yang mempunyai gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi keluarga untuk mengikuti kegiatan penyuluhan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang mempunyai gangguan jiwa untuk menghadiri penyuluhan kesehatan jiwa. 3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader mengidentifikasi keluarga yang mempunyai gangguan jiwa yang akan mengikuti penyuluhan 2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran
penyuluhan1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan 3) Kader satu hari sebelumnya mengingatkan keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan untuk hadir 4) Kader mengingatkan keluarga untuk hadir 1 jam sebelum penyuluhan 5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan, 6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan, b. Pelaksanaan 1. Mengingatkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan 2. Mengumpulkan peserta penyuluhan 3. Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan 4. Memotivasi peserta untuk aktif mengikuti penyuluhan dan mengajukan pertanyaan c. Pelaporan Membuat laporan kegiatan penyuluhan serta kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)
(Keliat dkk, 2011) 2.12 Penggerakan Kelompok Pasien Gangguan Jiwa Untuk Terapi Aktifitas
Kelompok (Tak) Dan Rehabilitasi 1. Pengertian Penggerakkan kelompok pasien gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi pasien untuk mengikuti kegiatan TAK dan Rehabilitasi oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong pasien gangguan jiwa untuk mengikuti TAK dan Rehabilitasi. 3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader bersama perawat CMHN mengidentifikasi pasien gangguan yang akan mengikuti TAK dan rehabilitasi 2) Kader bersama perawat CMHN menyampaikan rencana TAK dan
Rehabilitasi 3) Kader bersama keluarga memfasilitasi kebutuhan (alat dan bahan) rehabilitasi 4) Kader mengundang pasien dan keluarga yang akan mengikuti TAK untuk hadir 5) Kader mengundang pasien yang akan mengikuti TAK untuk hadir 6) Kader mengingatkan pasien dan keluarga untuk hadir pada kegiatanTAK dan rehabilitasi yang akan dilaksanakan 7) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta kegiatan (TAK dan rehabilitasi) 8) Kader mempersiapkan tempat pelaksanaan kegiatan TAK dan rehabilitasi b. Pelaksanaan 1) Mengumpulkan peserta TAK dan rehabilitasi
bertanggungjawab. Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan rumah/deteksi keluarga kader menemukan : Pasien mengalami kemunduran perilaku; berdasarkan penilaian terhadap perilaku pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader : supervisi pasien) 2. Pasien baru yang ditemukan
Tujuan Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi
3.
Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader menyiapkan laporan kunjungan rumah/supervisi yang menunjukkan kemunduran perilaku pasien atau adanya masalah kesehatan baru 2) Kader mengisi format rujukan kasus b. Pelaksanaan
Latihan
1. Identifikasi kasus kasus yang membutuhkan rujukan 2. Peragakan bagaimana caranya bila bp/ibu melakukan rujukan kasus ke perawat CMHN 2.15 Pendokumentasian Pengertian Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan kader (deteksi, penggerakkan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan menggunakan panduan pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader kesehatan jiwa). Tujuan Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa siaga sehat jiwa tercatat dengan baik Bentuk dokumentasi Bentuk dokumentasi laporan kader adalah : Buku pegangan kader : deteksi keluarga Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa Surat rujukan
Koping individu tidak efektif Kurangnya dukungan social terhadap kondisi kejiwaan
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN Melalui Puskesmas KECAMATAN SEHAT 2013 DESA SIAGA SEHAT JIWA 2013 DINKES PROVINSI DINKES KABUPATEN LSM MASYARAKAT PUSKESMAS Posyandu Polindes Poli Jiwa PERANGKAT DESA
Warga yang mengalami gangguan jiwa Warga yang mempunyai resiko psikososial
Perawat CMHN
1. Terbentuknya kader sehat jiwa per posyandu yang memiliki skill terlatih di bidang kesehatan jiwa : 2. Setiap dusun memiliki kader kesehatan jiwa dengan rasio 1 kader terhadap 15-20 keluarga yang ada disekitar tempat tinggalnya 3. Seluruh keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa memiliki kader kesehatan jiwa
Pelatihan Kompetensi Kader Sehat Jiwa (Deteksi Dini, TAK, Pendkes, Rujukan, Dokumentasi Buku pegangan kader : deteksi keluarga Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa Surat rujukan
1. Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa 2. Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia 3. Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial 4. Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat anggota keluarga 5. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan Rehabilitasi 6. Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah mandiri 7. Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN 8. Mendokumentasikan semua kegiatan
Terkumpulnya data masing masing posyandu terkait Pasien gangguan Pasien resiko psikososial Pasien sehat
Perawat CMHN melakukan supervisi ke pasien gangguan yang : Kondisi kesehatan gangguan jiwa memburuk Ditemukan kasus baru dengan komplikasi gejala yang tidak dapat ditatalaksana di tingkat poli jiwa puskesmas
Terbentuknya komunitas yang masyarakatnya : Yang sehat akan tetap sehat. Yang berisiko mengalami gangguan jiwa terhindar dari gangguan jiwa Yang gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat Kader kesehatan jiwa yang memiliki skill terampil Menciptakan iklim yang kondusif dan nyaman bagi warga gangguan jiwa di lingkungannya sehingga
KECAMATAN BANTUR SEBAGAI DESA SIAGA SEHAT JIWA MENUJU KECAMATAN BANTUR BEBAS PASUNG 2013
Keterangan : Kegiatan diatas dilakukan secara bergiliran dalam satu bulan. Minggu pertama : kegiatan nomor 1, 2, 6, 7,8 Minggu kedua : kegiatan nomor 1, 4, 5, 6, 7,8 Minggu ketiga : kegiatan nomor 1, 3, 6, 7,8 Minggu keempat : kegiatan nomor 1, 4, 5, 6, 7,8
g. Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada perawat CMHN atau ke Puskesmas h. Membuat dokumentasi kegiatan kader kesehatan jiwa b. Strategi Pelaksanaan Pelaksanaan berlangsung selama 5 minggu (4 Februari-9 Maret 2013) dengan jadwal sebagai berikut : Hari Minggu 1 Kegiatan Kunjungan ke 5 Kepala Desa: Pembicara/ Petugas - Perangkat Desa
1. Perkenalan tim dengan perangkat desa dan - Preseptor akademik tokoh masyarakat 2. Penjelasan maksud dan tujuan kegiatan 3. Pendataan data Demografi 4. Pembagian desa kelolaan Desa Validasi data pasien gangguan jiwa dan resiko di Presepti - Presepti
(Desa)
- Presepti
Mengambil data deteksi dini keluarga sehat jiwa yang sudah disebar di kader per posyandu di kedua dusun (desa Bantur dan Bandungrejo)
Mengolah data deteksi dini keluarga sehat
jiwa yang sudah diisi kader per posyandu Minggu 3 Desa Follow up dan melanjutkan kegiatan yang sudah dilakukan kelompok sebelumnya di 3 desa (Srigonco, Sumberbening, Wonorejo) dengan masuk ke acara masyarakat (tahlilan, posyandu, sekolah) untuk memberikan pendidikan kesehatan dan TAK - Presepti
- Presepti
- Presepti
- Prsepti
- Presepti
jiwa yang sudah diisi kader per posyandu (Desa dan Puskesmas) Supervisi dari pihak kampus terkait program komunitas jiwa serta asuhan keperawatan jiwa pasien kelolaan Minggu 4 Puskesmas Mendeteksi pasien yang datang ke Puskesmas dengan gangguan psikososial dan gangguan jiwa (Desa) Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Follow up dan melanjutkan kegiatan yang sudah dilakukan kelompok sebelumnya di 3 desa
Presepti
- Presepti
- Presepti
Presepti
Minggu 5
Puskesmas Mendeteksi pasien yang datang ke Puskesmas dengan gangguan psikososial dan gangguan jiwa (Desa) Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Follow up dan melanjutkan kegiatan yang sudah dilakukan kelompok sebelumnya di 3 desa (Srigonco, Sumberbening, Wonorejo) dengan masuk ke acara masyarakat (tahlilan, posyandu, sekolah) untuk memberikan pendidikan kesehatan dan TAK
- Presepti
- Presepti
Presepti
c. Materi pelatihan Secara garis besar materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut : a. Konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas b. Konsep desa siaga sehat jiwa c. Deteksi masalah masalah psikososial dan gangguan jiwa d. Kunjungan rumah untuk pasien mandiri e. Pendokumentasian/pelaporan (Rincian materi ada pada buku pegangan kader : materi pelatihan) d. Metode pelatihan Beberapa metode yang dapat saudara gunakan saat melakukanpelatihan kader; sesuai dengan tujuan adalah sebagai berikut : h. Ceramah interaktif Penyampaian materi diberikan secara lisan/verbal oleh pelatih. Metode ini efektif jika menggunakan alat bantu yang tepat seperti transparansi, slide, video. Ceramah interaktif dilakukan untuk memotivasi peserta pelatihan terlibat aktif mengikuti materi yang disampaikan dengan cara menyampaikan pendapatnya. Awal ceramah adalah pembukaan 10 15 menit kemudian penyampaian informasi yang diikuti dengan diskusi dan tanya jawab. i. Diskusi kelompok Diskusi kelompok dilakukan bila materi yang dipelajari perlu dibahas lebih mendalam atau dipraktekkan. Dalam diskusi kelompok perlu dipilih ketua dan sekretaris kelompok yang akan memimpin diskusi. Hasil diskusi dicatat dan
d. Lingkup evaluasi : Materi 1. Konsep desa siaga sehat jiwa 2. Deteksi dini masalah masalah psikososial dan gangguan jiwa 3. Penggerakan kelompok keluarga sehat 4. Penggerakan kelompok keluarga yang mempunyai risiko masalah psikososial 5. Penggerakan kelompok keluarga yang mengalami gangguan jiwa 6. Penggerakan pasien untuk melakukan TAK dan rehabilitasi 7. Kunjungan rumah 8. Pendokumentasian/pelaporan 1 1 1 1 1 1 Jumlah soal 1 1
Latihan 1 - Perawat CMHN 1. Buatlah rancangan pembelajaran (SAP) untuk salah satu materi yang saudara pilih untuk disampaikan pada pelatihan 2. Diskusikan hasil rancangan pembelajaran saudara dengan teman kelompok dan fasilitator
Latihan 2 - Perawat CMHN 1. Lakukan simulasi atau role play metoda pelatihan secara bergantian di kelompok saudara. Masing-masing anggota menggunakan metode yang berbeda 2. Diskusikan hasil simulasi saudara dengan fasilitator untuk memperbaiki kemampuan melatih saudara
BAB 5 PENUTUP
HASIL PENDATAAN KESEHATAN JIWA DESA SRIGONCO, SUMBERBENING, DAN WONOREJO PERIODE JUNI DESEMBER 2012
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Bantur pada tahun 2011 tercataT 32.469 jiwa. Jumlah penduduk tahun 2011 tersebar di desa-desa sebagai berikut : NO 1. 2. 3. 4. 5. DESA Bantur Wonorejo Srigonco Sumberbening Bandungrejo DUSUN 5 1 3 3 3 RT 73 11 39 25 54 JUMLAH PENDUDUK 11.917 1.408 4.352 5.538 9.254
1. DESA SRIGONCO
2. DESA SUMBERBENING
7% 0% 93%
0%
Sehat
Resiko/Psikososial
5 2
N=52
3. DESA WONOREJO