Anda di halaman 1dari 21

Skenario 2 PEGAWAI KAMAR MESIN KAPAL Seorang laki-laki bernama A usia 45 tahun, adalah seorang pegawai kamar mesin

di sebuah kapal barang. A bekerja di kamar mesin kapal tersebut sejak usia 20 tahun. Menjaga mesin kapal terpapar bising mesin kapal +/- 90 sampai 100 desibel (100 db) selama kuranglebih 8 jam setiap harinya. Selama bekerja menggunakan ear plug. Sebelum bekerja kedua telinga A sehat. Memeriksakan ke dokter perusahaan dengan keluhan kurang pendengaran pada kedua telinga. A mengeluh kurang jelas menerima pembicaraan bila diajak berbicara dengan teman sekantor, apalagi saat menelpon. Hal ini diraskan semakin memberat dalam kurun waktu setahun belakangan ini. Pada pemeriksaan garpu tala dan audiometri didapatkan tuli perseptif derajat berat pada kedua telinga. A menanyakan kepada dokter kemungkinan sembuh dapat mendengar seperti semula. Dokter menyarankan pasien untuk lebih menjaga kesehatan indera pendengaran baik secara medis maupun secara islam. STEP 1 SASARAN BELAJAR 1. Memahami anatomi makroskopik dan mikroskopik telinga luar , tengah dalam 2. Memahami fisiologi pendengaran / Hearing Pathway 3. Memahami macam macam gangguan pendengaran 4. Memahami macam pemeriksaan telinga dan test pendengaran 5. Memahami gannguan pendengaran akibat bising / noise induced hearing loss 6. Memahami menjaga pendengaran secara islami STEP 2 BELAJAR MANDIRI STEP 3

1. Memahami anatomi makroskopik dan mikroskopik telinga luar, tengah dan dalam I. Anatomi Telinga a. Makroskopis Telinga dapat dibagi menjadi telinga luar, tengah dan dalam.

Telinga Luar Telinga luar terdiri dari pinna atau aurikula yaitu daun kartilago yang menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (meatus), suatu lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani. (Sloane, 2003) Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalamnya hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen. (Soepardi, 2007)

Telinga Tengah Terletak di rongga berisi udara dalam bagian dalam bagian petrosus tulang temporal. Batas-batas telinga tengah adalah sebagai berikut : - Batas luar - Batas depan - Batas bawah - Batas belakang - Batas atas - Batas dalam : membran timpani : tuba eustachius : vena jugularis (bulbus jugularis) : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis : tegmen timpani (meningen/otak) : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani merupakan perbatasan telinga tengah, berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan membran mukosa permukaan internal. Membran ini memisahkan telinga luar dan telinga tengah dan memiliki tegangan, ukuran dan ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Sharpnell) sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria).

Tulang pendengaran di telinga tengah terdiri dari maleus, inkus dan stapes yang saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenestra vestibulii yang memisahkan telinga tengah dari telinga dalam.

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah. Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

Telinga Dalam Berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, di sisi medial telinga tengah. Telinga tengah terdiri dari dua bagian : Labirin tulang (ossea) Merupakan ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai cairan serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi tiga bagian :

1. Vestibula - Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan venestra cochleae, yang berhubungan dengan telinga tengah. - Membran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perilimfe.

2. Saluran Semisirkularis - Menonjol dari bagian posterior vestibula. - Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertikal di setiap sudut kanannya. - Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua saluran di atas. - Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. - Skala vestibuli berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. - Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli ( Reissners membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. - Pada membran basalis terdapat organ corti. - Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria. - Pada membran basal melekat sel rambut dalam, sel rambut luar dan canalis corti yang membentuk organ corti.

3. Koklea - Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. - Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. - Koklea mengandung reseptor pendengaran.

Labirin membranosa Merupakan serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak dalam labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung endolimfe, cairan yang menyerupai cairan intraseluler. 1. Labirin membranosa dalam regia vestibula merupakan lokasi awal dua kantong, utrikulus dan sakulus yang dihubungkan dengan duktus endolimfe sempit dan pendek. 2. Duktus semisirkuler yang berisi endolimfe terletak dalam saluran semisirkular pada labirin tulang yang mengandung perilimfe.

3. Setiap duktus semisirkuler, utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis dan ekuilibrium dinamis. 4. Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkuler sedangkan sakulus terhubung dengan duktus koklear dalam koklea.

b. Mikroskopis 1) Telinga Luar Meatus acusticus externa Dilapisi kulit tipis tanpa subcutis dan berhubungan erat dengan perichondrium / periosteum yang ada di bawahnya. Pada kulit bagian sepertiga luar terdapat: Rambut pendek,Kel sbacea (bermuara d folikel rambut), Kel ceruminosa (tubulosa apocrin /modifikasi kel keringat) bermuara pada permukaan / pada ductus kel.sbacea. Membrana tympani 2 lapisan jaringan penyambung : Lap Luar ,mgd serat-serat kolagen tersusun radial Lap dalam,mgd serat-serat kolagen tersusun circular Serat Elastin terutama di bagian central dan perifer Bagian superior tidak mengandung serat collagen,lunak dan tipis disebut pars flaccida (membrana schrapnell) Permukaan luar diliputi :kulit,tanpa rambut,kel sebacea,maupun kelenjar keringat. Pemukaan Dalam dilapisi mukosa yang terdiri dari epithel selapis cuboid dan lamina propria yang tipis.

Cavum tympani Medial dipisahkan dari telinga dalam oleh tulang : Fenestra ovalis dan fenestra rotundum Terdapat tulang pendengaran : Maleus,Incus,Stapes.ketiga tulang ini menghubungkan membrana tympani dengan fenestra ovalis. Cavum tympani,tulang pendengaran nervus dan musculi dilapisi mucosa yang terdiri dari epithel selapis cuboid dan l.propria tipis. Epithel tympani sekitar muara tuba faryngotympani t.d epithel selapis cuboid/silindris dengan cilia.

Tuba Faringotympani Mucosa berbentuk rugae t.d epitel selapis / bertingkat silindris dengan cilia dan l propria tipis.disekitar mucosa terdapat lymposit.

2) Telinga Tengah

3) Telinga Dalam Labirynth Ossea Berisi caira perilimph Terdiri dari 3 bagian : Vestibulum Canalis semisircularis tulang Cochlea

Labirynth Membranosa (terdapat di dalam labirynth ossea) Berisi cairan endolimf Terdiri dari : Labyrinth Vestibularis : terdiri dari Makula ( utrikulus dan sakulus ).krista ampularis. Labyrinth Vestibularis untuk keseimbangan Labirynth Cochlearis : epitel selapis gepeng

Organo Corti Terdiri 2 abgian : Sel rambut : dalam dan luar Sel Penyokong : Sel Batas dalam dan luar Sel Phalanx dalam dan luar Sel Tiang dalam dan dalam

2.Memahami Fisiologi Pendengaran / Hearing Pathway Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan di telinga dalam Reseptor reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan kompensasi terhadap berkurangnya energy suara yang terjadi secara alamiah sewaktu gelombang suara bepindah dari udara ke air. Telinga luar (pinna), adalah suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke telinga luar. Pintu masuk ke kanalis telinga dijaga oleh rambut rambut halus yang berfungsi sebagai mekanisme imun tubuh. Demnikian juga dengan fungsi serumen. Membrane timpani, yang teregang menutupi pintu masuk telinga tengah, bergetar sewktu terkena gelombang suara seiring dengan frekuensi yang masuk. Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrane timpani ke cairan di telinga tengah dalam. Pemindahan ini dipermudah dengan adanya rantai tulang (osikula auditiva) yang terdiri dari maleus, incus, stapes. Tulang pertama, maleus, melekat ke membrane timpani sedangkan tulang terakhir, stapes, melekat ke fenestra ovalis. Ketika

membrane timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama. Terdapat 2 mekanisme yang berkaitan dengan system osikuler yang memperkuat tekanan gelombangsuara dari udara untuk menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan membrane timpani jauh lebih besar daripada luas permukaan fenestra ovalis, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja di membrane timpani disalurkan ke fenestra ovalis. Kedua, efek pengungkit tulang tulang pendengaran menghasilkan keuntungan mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama sama meningkatkan gaya yang timbul pada fenestra ovalis sebesar 20 kali lipat dar gelombang yang langsung mengenai gendang telinga. Tekanan tambahan ini cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.

Sel rambut di organ corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf

Bagian koklearis telinga dalam yang berbentuk seperti siput adalah suatu system tubulus bergelung yang terletak dalam tulang temporalis. Organ corti yang terletak diatas membrane basilaris, diseluruh panjangnya mengandung sel sel rambut yang ,merupakan reseptor untuk suara. Sel sel rambut ini menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis mengalami perubahan bentuk berkaitan dengan pergerakan cairan di telinga dalam. Karena organ coti menumpang pada membrane basilaris, sel sel rambut juga bergerak naik turun ketika membrane basilaris bergetar. Perubahan bentuk mekanis rambut ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian, sehingga menyebabkan perubahan potensial berjenjang di reseptor dan mempengarihi kecepatan potensi aksi yang merambat ke otak.

3. Memahami jenis- jenis gangguan pendengaran

Penyakit-penyakit yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran 1. Tinnitus Definisi Tinnitus (telinga mendenging) adalah suara gaduh berasal di dalam telinga melebihi lingkungan sekitar. Tinnitus adalah sebuah gejala dan bukan suatu penyakit tertentu. Sangat sering terjadi-10 sampai 15% orang mengalami beberapa tingkat tinnitus.

Etiologi Lebih dari 75% masalah yang berhubungan dengan telinga termasuk tinnitus sebagai sebuah gejala, termasuk luka dari suara gaduh atau ledakan, infeksi telinga, saluran telinga yang tersumbat atau pipa Eustachian, otosclerosis (salah satu jenis kehilangan pendengaran), tumor telinga bagian dalam, dan penyakit meniere. Obat-obatan tertentu (seperti antibiotik aminoglikosid dan aspirin dosis tinggi) juga bisa menyebabkan tinnitus. Tinnitus juga bisa terjadi dengan gangguan dari luar telinga, termasuk anemia, jantung dan gangguan pembuluh darah seperti hipertensi dan arterisclerosis, kelenjar tiroid jinak (hypothyroidism), dan luka kepala. Tinnitus yang hanya pada salah satu telinga atau berdenyut adalah tanda yang lebih serius. Suara bergetar bisa dihasilkan dari tumor tertentu, arteri tersumbat, sebuah pembengkakan pembuluh darah, atau gangguan pembuluh darah lainnya.

Gejala Suara gaduh yang terdengar oleh orang yang menderita tinnitus bisa jadi berdengung, berdering, meraung, bersiul, atau suara berdesis. Beberapa orang mendengar suara yang rumit yang naik turun setiap waktu. Suara ini lebih jelas di lingkungan yang sunyi dan ketika seseorang tidak konsentrasi pada hal tertentu. Maka, tinnitus cenderung lebih mengganggu orang ketika mereka berusaha untuk tidur. Bagaimanapun, pengalaman tinnitus adalah sangat individual ; beberapa orang sangat terganggu dengan gejala-gejalanya, dan orang yang lainnya sungguh dapat bertahan. Diagnosa Karena seseorang yang menderita tinnitus biasanya kehilangan pendengaran, melalui test pendengaran dilakukan sebaik mungkin sebagaimana magnetic resonance imaging (MRI) pada kepala dan computed tomography (CT) pada tulang rawan (tulang tengkorak yang mengandung bagian pada saluran telinga, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam). Pengobatan Upaya untuk mendeteksi dan mengobati penyebab gangguan tinnitus seringkali tidak berhasil. Berbagai teknik bisa membantu meredam tinnitus, meskipun kemampuan untuk meredam hal itu berbeda dari orang ke orang. Seringkali alat Bantu dengar membantu menahan tinnitus. Banyak orang menemukan keringanan dengan memainkan musik merdu untuk menyembunyikan tinnitus. Beberapa orang menggunakan topeng tinnitus, sebuah alat yang dikenakan seperti Alat Bantu Dengar yang menghasilkan tingkat tetap pada suara netral. Untuk orang yang sangat tuli, sebuah cochlear yang ditanam dalam telinga bisa mengurangi tinnitus.

2. Otosklerosis Definisi Otosklerosis adalah suatu penyakit dimana tulang-tulang di sekitar telinga tengah dan telinga dalam tumbuh secara berlebihan sehingga menghalangi pergerakan tulang stapes (tulang telinga tengah yang menempel pada telinga dalam), akibatnya tulang stapes tidak dapat menghantarkan suara sebagaimana mestinya. Penyakit ini biasanya mulai timbul pada akhir masa remaja atau dewasa awal.

Etiologi Otosklerosis merupakan suatu penyakit keturunan dan merupakan penyebab tersering dari tuli konduktif progresif pada dewasa yang gendang telinganya normal. Jika pertumbuhan berlebih ini menjepit dan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf yang menghubungkan telinga dalam dengan otak, maka bisa terjadi tuli sensorineural. Gejala Tuli dan telinga berdenging (tinnitus).

Diagnosa Untuk mengetahui beratnya ketulian bisa dilakukan pemeriksaan audiometri/audiologi. CT scan atau rontgen kepala dilakukan untuk membedakan otosklerosis dengan penyebab ketulian lainnya.

Pengobatan Pengangkatan tulang stapes dan menggantinya dengan tulang buatan bisa mengembalikan pendengaran penderita. Ada 2 pilihan prosedur, yaitu: - Stapedektomi (pengangkatan tulang stapes dan penggantian dengan protese) - Stapedotomi (pembuatan lubang pada tulang stapes untuk memasukkan protese). Jika penderita enggan menjalani pembedahan, bisa digunakan alat bantu dengar.

3. Ketulian Mendadak Definisi Ketulian Mendadak adalah kehilangan pendengaran yang berat, biasanya hanya menyerang 1 telinga, yang terjadi selama beberapa jam atau kurang. Etiologi Ketulian mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit virus, seperti: - Gondongan - Campak - Influenza - Cacar air - Mononukleosis infeksiosa. Kadang aktivitas yang berat (misalnya angkat besi) bisa menekan dan menyebabkan kerusakan pada telinga dalam sehingga terjadi ketulian mendadak dan vertigo (perasaan berputar). Ketulian mendadak juga bisa terjadi akibat suara ledakan yang hebat.

Gejala Biasanya ketulian bersifat berat tetapi sebagian besar penderita mengalami penyembuhan total dalam waktu 10-14 hari dan hanya sebagian kecil yang mengalami penyembuhan parsial. Ketulian mendadak bisa disertai oleh tinnitus (telinga berdenging) dan vertigo. Vertigo biasanya menghilang dalam waktu beberapa hari tetapi tinnitus seringkali menetap. Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Pengobatan Belum ada pengobatan yang memuaskan. Biasanya diberikan corticosteroid per-oral (melalui mulut) dan penderita dianjurkan untuk menjalani tirah baring.

4. Berkurangnya Pendengaran Akibat Kegaduhan Definisi

Berkurangnya Pendengaran Akibat Kegaduhan adalah penurunan fungsi pendengaran yang terjadi setelah telinga menerima suara-suara yang berisik/gaduh.

Etiologi Suara bising, misalnya yang berasal dari alat-alat tukang kayu, gergaji, mesin besar, tembakan atau pesawat terbang bisa menyebabkan ketulian dengan cara merusak sel-sel rambut penerima pendengaran di telinga dalam. Penyebab lainnya adalah pemakaian headphone dan berdiri di dekat speakers (pengeras suara). Kepekaan terhadap suara bising pada setiap orang berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya terpapar oleh bising dalam waktu cukup lama. Setiap bunyi dengan kekuatan diatas 85 dB bisa menyebabkan kerusakan. Ledakan juga bisa menyebabkan ketulian yang sama (trauma akustik).

Gejala Penurunan fungsi pendengaran yang terjadi biasanya bersifat menetap dan disertai dengan telinga berdenging ( tinnitus).

Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Pengobatan Penderita yang mengalami penurunan fungsi pendengaran yang berat biasanya akan memerlukan alat bantu dengar.

Pencegahan Hindari suara-suara yang bising/gaduh. Gunakan pelindung telinga (misalnya menggunakan plastik yang dimasukkan ke saluran telinga atau penutup telinga yang mengandung gliserin).

5. Berkurangnya Pendengaran Akibat Pertambahan Usia Definisi Berkurangnya Pendengaran Akibat Pertambahan Usia ( Presbikusis) adalah penurunan fungsi pendengaran sensorineural yang terjadi sebagai

bagian dari proses penuaan yang normal. Etiologi Penurunan fungsi pendengaran ini merupakan bagian dari proses penuaan. Lebih sering terjadi pada pria dan penurunan fungsi pendengarannya lebih berat. Gejala Fungsi pendengaran mulai menurun setelah usia 20 tahun, yang pertama kali terkena adalah nada-nada tinggi dan kemudian disusul dengan nada-nada rendah. Beratnya penurunan fungsi pendengaran bervariasi; beberapa orang hampir tuli total pada usia 60 tahun, sedangkan yang lainnya pada usia 90 tahun memiliki pendengaran yang masih berfungsi dengan baik.

Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Pengobatan Tidak ada pengobatan yang dapat mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi pendengaran akibat penuaan. Untuk mengatasinya, penderita bisa belajar membaca isyarat bibir, isyarat tubuh atau menggunakan alat bantu dengar.

6. Kerusakan Telinga Akibat Obat-obatan Beberapa obat, seperti: - antibiotik tertentu - diuretik (terutama asam etakrinat dan furosemid) - Aspirin dan zat-zat yang menyerupai Aspirin (salisilat) - kuinin bisa menyebabkan kerusakan pada telinga. Obat-obat tertentu menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan, tetapi sebagian besar obat lebih banyak menyebabkan gangguan pendengaran. Hampir seluruh obat tersebut dibuang dari tubuh melalui ginjal. Karena itu setiap kelainan fungsi ginjal akan meningkatkan kemungkinan penimbunan obat di dalam darah dan mencapai kadar yang bisa menyebabkan kerusakan. Dari semua jenis antibiotik, neomisin memiliki efek yang paling berbahaya

terhadap pendengaran, diikuti oleh kanamisin dan amikasin. Viomisin, gentamisin dan tobramisin bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Antibiotik streptomisin lebih banyak mempengaruhi keseimbangan. Vertigo (perasaan berputar) dan gangguan keseimbangan akibat streptomisin cenderung bersifat sementara. Tetapi kadang bisa terjadi sindroma Dandy, dimana gangguan keseimbangan bersifat menetap dan berat sehingga penderita mengalami kesulitan jika berjalan dalam ruangan yang gelap. Jika diberikan suntikan asam etakrinat dan furosemid kepada penderita gagal ginjal yang juga menjalani pengobatan dengan antibiotik, akan terjadi tuli permanen atau tuli sementara. Aspirin dalam dosis yang sangat tinggi yang digunakan dalam jangka panjang bisa menyebabkan tuli dan tinnitus (telinga berdenging), yang biasanya bersifat sementara. Kuinin bisa menyebabkan tuli permanen. Jika terjadi perforasi gendang telinga, obat-obat yang bisa menyebabkan kerusakan telinga tidak dioleskan/diteteskan langsung ke dalam telinga karena bisa diserap ke dalam cairan di telinga dalam. Antibiotik yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran tidak diberikan kepada: - wanita hamil - usia lanjut - orang yang sebelumnya telah menderita ketulian. Kepekaan setiap orang terhadap obat-obat tersebut bervarisi, tetapi biasanya ketulian bisa dihindari jika kadar obat dalam darah berada dalam kisaran yang dianjurkan. Karena itu biasanya dilakukan pemantauan terhadap kadar obat dalam darah. Jika memungkinkan, sebelum dan selama menjalani pengobatan dilakukan tes pendengaran. Biasanya tanda awal dari kerusakan adalah ketidakmampuan untuk mendengarkan suara dengan nada tinggi. Bisa terjadi tinnitus (telinga berdenging) atau vertigo.

4. Memahami macam pemeriksaan telinga dan test pendengaran Tes Fungsi Pendengaran 1.Pemeriksaan audiometri: Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah : a. Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 10002000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri. Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan. pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL. b. Audiometri tutur

Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpiilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setiap kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar. c. Test Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu : -Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih

dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya -Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : Normal : tes rinne positif Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul. d. Test Weber

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan. Interpretasi:Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan. Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat.

Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat. e. Test Swabach

Tujuan :Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh : Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale Cara Kerja : Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara. 5. Memahami gangguan pendengaran akibat bising / noise induced hearing loss.

DEFINISI Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi. Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut. PATOGENESIS Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel

rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak. Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2 kategori yaitu : 1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( TTS ) 2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS ) NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS ) Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagai perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi pada frekwensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai notch yang curam pada frekwensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch. Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat sementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bising biasanya pendengaran dapat kembali normal.

NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS ) Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran akibat suara bising, dan hal ini disebut dengan occupational hearing loss atau kehilangan pendengaran karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bising industri. Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising selama 10 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada : 1. tingkat suara bising 2. kepekaan seseorang terhadap suara bising NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahan meningkat dan menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan,

tetapi apabila sudah menyebar sampai ke frekwensi yang lebih rendah ( 2000 dan 3000 Hz ) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar ke frekwensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara yang sangat lemah. Notch bermula pada frekwensi 3000 6000 Hz, dan setelah beberapa waktu gambaran audiogram menjadi datar pada frekwensi yang lebih tinggi. Kehilangan pendengaran pada frekwensi 4000 Hz akan terus bertambah dan menetap setelah 10 tahun dan kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat.

5. Memahami menjaga pendengaran secara islami

Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'la berfirman: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan diminta pertanggung jawabannya". (QS. al-Isra': 36). Betapa banyak manusia di zaman sekarang ini yang tidak mau menjaga pendengarannya, sehingga ia gunakan pendengaran tersebut kepada hal yang haram, seperti mendengarkan musik, nyanyian yang mengumbar dan membangkitkan syahwat. Dan betapa banyak diantara manusia yang tidak mau menjaga penglihatan-penglihatannya, sehingga ia gunakan kepada melihat yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'la. Lidah wajib dijaga dengan berkata benar, kalau tidak hendaklah diam, karena salah satu sebab terbesar yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam api neraka adalah karena tidak mau memelihara lidah mereka. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang bisa menjaga yang terletak antara dua jenggot maka dia akan masuk syorga" (HR. alHakim yang dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi) Adapun menjaga makanan dan minuman dari hal yang diharamkan merupakan hal wajib kita lakukan, disamping itu juga menjaganya dari hal yang berlebihan, karena hal itu akan merusak kesehatan dan juga satu bentuk kemubadziran.

Anda mungkin juga menyukai