Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas Peraturan MenKes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Sesuai dengan peraturan dan perundang undangan yang berlaku maka tujuan pendirian apotek adalah : 1. Tempat pengabdian profesi apoteker 2. Sarana penyalur perbekalan farmasi 3. Sarana yang mengubah bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat 4. Informasi kesehatan yang akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan khususnya obat (konseling) berdasarkan hal tersebut diatas, apotek merupakan tempat terakhir pendistribusian obat pada masyarakat.

Pada perkembangannya apotek tidak terlepas dari adanya persaingan yang semakin keras dan global. ketatnya persaingan tersebut ditandai dengan banyaknya kemunculan apotek apotek baru, baik domestik maupun asing di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan penerapan strategi manajemen untuk mengembangkan apotek agar tetap eksis dan berkembang. Selain itu perlu juga dilakukan evaluasi terhadap perkembangan apotek untuk mengetahui apakah apotek berkembang dengan baik atau tidak, salah satu metode yang digunakan adalah metode survei untuk mengetahui keluhan-keluhan konsumen, sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk pengembangan apotek masa depan. B. Rumusan Masalah a. Apa yang mempengaruhi perkembangan suatu apotek? b. Bagaimana cara mengevaluasi perkembangan suatu apotek? c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi maju mundurnya suatu apotek?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Apotek 1. Evaluasi Analisis Keuangan Apotek sebagai suatu bentuk usaha, perlu dievaluasi secara periodik (setiap akhir tahun) untuk mengetahui rugi laba serta kemajuan apotek. Umumnya yang dievaluasi adalah keuangan, keuangan merupakan faktor penentu dalam pemasaran jalannya apotek maka perlu adanya sistem kontrol dan pembagian tugas. Bagian keuangan mengontrol penerimaan dan pengeluaran uang di apotek, data keuangan dapat digunakan untuk merencanakan manajemen dan pengembangan apotek, mengetahui posisi keuangan serta mengevaluasi perkembangan apotek. Evaluasi keuangan dilakukan dengan membuat analisa keuangan berupa laporan perhitungan rugi laba dan neraca keuangan akhir tahun. Analisa keuangan dapat dijadikan dasar evaluasi kemajuan apotek meliputi: 1. Ratio likuiditas Ratio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya pada tanggal pembayarannya.

2. Ratio leverage Ratio leverage mengukur sampai dimana perusahaan telah dibiayai oleh hutang. 3. Ratio aktifitas Ratio aktifitas mengukur sampai dimana efektifnya suatu perusahaan menggunakan sumber-sumber daya. 4. Ratio keuntungan Ratio keuntungan ini dalam beberapa literatur lain sering juga digolongkan menjadi Ratio Rentabilitas. Ratio ini memberikan jawaban yang terakhir mengenai efektifitas manajemen dari suatu perusahaan. Dengan mengadakan analisa keuangan dapat diketahui keadaan apotek dan sebagai dasar evaluasi kemajuan apotek. Perbandingan (ratio) yang sering digunakan untuk evaluasi adalah 1. Persentase laba bersih terhadap omzet penjualan disebut margin. Dari perbandingan dapat diperoleh gambaran efisiensi apotek. Margin = Laba Bersih Omzet 2. Membandingkan dengan ratio tahun lalu untuk melihat perkembangan apotek dan dapat memberikan peringatan untuk perbaikan

Ratio = Omzet tahun ini Omzet tahun lalu 3. Persentase laba bersih terhadap jumlah laba aktiva (modal) disebut Return of Investment (ROD atau Rentabilitas) ROS = Laba Bersih Modal 4. Mengetahui besarnya penjualan selama setahun dibandingkan dengan aktivitas perusahaan, disebut perputaran aktiva atau Asets Turn Over Perputaran aktiva = Penjualan setahun Modal 5. Mengetahui besarnya perbandingan nilai pembelian barang yang terjualo selama setahun dengan nilai rata persediaan barang. Disebut perputaran barang. 6. Analisa BEP (Break Event Point) Merupakan alat untuk menetapkan titik dimana laba penjualan akan menutup jumlah biaya-biaya. Jika apotek ingin mencegah kerugian maka laba penjualannya harus dapat menutup semua biaya, baik biaya-biaya variabel maupun biaya-biaya tetap (Hartono, 1987).

Analisa BEP ini adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya-biaya tetap, biaya-biaya variabel dan laba. Rumus :

BEP =
Apotek dikatakan break even apabila di dalam laporan perhitungan laba ruginya pada periode tertentu. Apotek tersebut tidak memperoleh laba namun juga tidak menderita kerugian. (Seto, 2001). Manfaat analisa BEP antara lain ; 1. Digunakan untuk perencanaan laba (profit planning) 2. Sebagai alat pengendalian (controlling) 3. Sebagai alat pertimbangan dalam menentukan harga jual keputusan 4. Sebagai alat pertimbangan dalam mengambil keputusan perlu diketahui berapakah BEPnya (Arief, 2005). Berdasarakan hasil evaluasi dapt diketahui apakah pengelolaan apotek sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan apabila terjadi penyimpangan dapat diketahui sejak dini sehingga dapat dilakukan perbaikan. Pada waktu yang bersamaan hasil evaluasi dapt

dipergunakan sebagai dasar perencanaan kegiatannya yang akan datang dan penentuan kebijakan.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Maju Mundurnya Suatu Apotek. Maju mundurnya suatu apotek tergantung dari beberapa faktor, yaitu: 4 P dan 7 M. 1. Product 2. Price 3. Place 4. Promotion 1. Money 2. Man 3. Machine 4. Material 5. Methode 6. Market 7. Management

Dari sekian banyak faktor yang paling penting adalah faktor Man Power yaitu manusianya. 1. Faktor-faktor yang termasuk 4 P 1. Product yang dimaksud dengan product disini adalah hasil dari sebuah pabrik yaitu barang dagangan atau obat-obatan. Apabila apotek mempunyai persediaan obat-obat (produk) yang tidak atau kurang bermutu, menjual yang sudah daluarsa, produk-produk yang laku tidak cukup persediaanya, apalagi bila kurang lengkap sehingga menyebabkan banyak resep ditolak atau tidak bisa dilayani, maka faktor ini dapat dimengerti tidak akan dapat meningkatkan penjualannya. 2. Price Harga (price) jual apotek sangat mempengaruhi penjualan di sebuah apotek, apalagi bila ada saingan apotek-apotek lain di dekatnya yang menjual dibawah harga umum. Apotek yang bermodal besar dapat menekan harga jual obat-obat yang fast moving, sehingga membuat apotek-apotek kecil tidak bisa atau kesulitan bersaing. 3. Place

yang dimaksud denga place atau tempat adalah gedung apotek itu sendiri beserta lingkungan disekelilingnya. Termasuk disini kenyamanan ruang tunggu, keamanan, kemudahan parkir untuk kendaraan, banyak sedikitnya dokter-dokter atau pusat-pusat kesehatan (klinik, RS, BKIA, PUSKESMAS, RB) disekelilingnya, mudah tidaknya dicapai oleh kendaraan umum. Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi

peningkatan sebuah apotek. 4. Promotion. Promotion berarti promosi atau meningkatkan penjualan. Caranya bermacam-macam, hanya saja untuk obat-obatan perlu ditekankan terutama untuk obat-obatan yang tergolong obat keras atau berbahaya (daftar G), tidak boleh diiklankan oleh majalah atau harian umum. Hanya boleh dimajalah-majalah kedokteran atau farmasi saja. Nama apoteknyapun tidak boleh diiklankan di majalah atau harian umum kecuali pada waktu pembukaan atau khusus dinas jaga tertentu. Inipun tidak boleh tidak boleh diatur sendiri tetapi oleh GP-Farmasi yang telah direstui oleh kedinasan. Larangan-larangan ini bukan;ah peraturan pemerintah, tetapi etika kefarmasian. Cara lain promosi apotek yang tidak dibenarkan adalah memberikan gift-gift atau hadiah-hadiah seperti berupa gelas, handuk, saputangan, dll. Promosi yang dibolehkan adalah dengan cara memberi servis pelayanan yang cepat-tepat-selamat, persediaan yang lengkap, harga yang

terjangkau, kualitas obat terjamin. Termasuk disini servis jemput antar resep, pemberian informasi kepada masyarakat. Selain itu nama-nama apotek 2. Faktor-faktor yang termasuk 7 M 1. Money Money atau uang memegang peranan penting sebagai suatu modal untuk memulai suatu usaha. Makin besar modal yang kita miliki maka makin kuatlah usaha kita. Modal merupakan suatu pondasi suatu gedung. Bila kita menginginkan gedung bertingkat, maka pondasinya haruslah benar-benar kuat. Dengan adanya money kita dapat memilih lokasi tempat yang ideal, dapat membeli obat-obatan dalam jumlah besar sekaligus dengan harga yang lebih murah dari biasanya, dapat memperindah atau memperluas gedung apotek. Serta pelataran parkirnya, dapat memperindah peralatan didalam ruang apotek, dapat menambah sarana penunjang seperti TV berwarna, sound system, dapat mengembangkan usaha apotek dibidang perbekalan kesehatan lainnya (optik, hearing aids, alkes, alat kedokteran, kosmetika, alat laboratorium, reagensia, makanan atau alat keperluan bayi, obat tradisional). 2. Man Power

Man power atau tenaga manusia adalah yang paling penting, paling utama, paling perlu diperhatikan sebab biar bagaimanapun tersedianya faktor-faktor lainnya, tetapi apabila sipelaksana atau pelaksananya tidak atau kurang dibina, diberi pengingkatan pengetahuan atau pelayanan termasuk bagaimana caranya berkomunikasi dengan pasien-pasien yang beraneka ragam sifatnya, maka sudah dapat dipastikan pasien-pasien masih banyak yang tidak mendapat pelayanan semestinya. Seharusnya motto di apotek adalah: a. Pembeli adalah raja, yang harus dilayani sebaik mungkin. b. Pembeli yang membawa resep dokter ke apotek, harus di usahakan semaksimal mungkin sehingga pembeli mau menebus obatnya di apotek tersebut. c. Pembeli apapun di apotek harus di usahakan agar mereka jadi membeli di apotek tersebut. 3. Machine. Sebetulnya machine atau mesin di tujukan untuk bagian produsi (pabrik), dalam hal peningkatan di apotek yang dimaksud adalah: bangunan apotek beserta alat perlengkapan nya, dimana termasuk mobil, alat ventilasi seperti AC, lemari es, kipas angin, sound system, TV, CCTV kalo ada, cash register, dll. Adanya perlengkapa tersebut dapat menambah

bonafiditas apotek, kenyamanan apotek, meningkatkan pelayanan antar jemput resep dengan kendaraan bermotor. 4. Material Yang dimaksud dengan material disini adalah terutama obat-obatan, alat tulis serta perlengkapan tata usaha, almari etalase, rak-rak, meja kursi, dll. Obat-obatan yang lengkap dapat menunjang peningkatan penjualan apotek, begitu pula perlengkapan administrasi dapat mempercepat penagihan. Sedangkan susunan dan tatanan almari dengan kursi tunggu yang indah dan bersih dapat menimbulkan rasa nyaman. 5. Methode Metoda atau cara yang digunakan untuk peningkatan di apotek, meliputi beberapa sektor:

a. Dibidang tata usaha, misalnya: Cara pengadministrasian pembukuan pos demi pos apakah memakai sistem yang seperti dipergunakan oleh kimia farma. Cara pembuatan faktur penagihan untuk langganan resep bulanan yang berbeda-beda. b. Dibidang penyimpanan obat digudang

Cara menyimpan di rak-rak terbuka, atau dengan semacam lemari-lemari berjejer di atas rel yang dapat digeser kesana kemari ( sistem tertutup dan dapat dikunci).

c. Dibidang pelayanan resep Cara pelayanan dengan diberi nomor urut setiap harinya mulai lagi nomor 1 atau sebulan penuh mulai nomor 1 sampai seterusnya dan mulai lagi pada bulan berikutnya. Cara kerja dengan mempergunakan juru resep atau para AA yang tidak lulus sebagai tenaga pembantu AA. Cara pengawasan obat-obat dilemari peracikan atau lemari etalase dengan sistem kartu label atau dengan cara stok tetap. d. Dibidang personalia Cara penggajian menuruti standar tertentu yang mana. Cara memotivasi karyawan bagaimana yang semestinya dilakukan. 6. Market. Market atau pasar juga dapat mempengaruhi maju mundurnya apotek. Misalnya suatu apotek berdomisili di daerah elit, sudah tentu obat-obatan Cara membina karyawan

yang laku dijual disitu adalah berbeda dengan obat-obatan yang diperlukan di daerah PERUMNAS. APA dalam hal ini harus mengetahui market obat-obat apa saja yang diminta, yang diperlukan didaerahnya. Apotek yang berada dekat disuatu pasar, sudah tentu lebih banyak memerlukan obat-obat bebas dilemari etalasenya. Jadi perlu sekali diamati daya beli atau kemampuan dari masyarakat sekitarnya, ada yang tinggi, sedang dan lemah. Selain itu pula diamati, dan diketahui obat-obatan mana saja yang sedang mengusai pasaran pada saat itu. Obat-obat itu harus kita punyai stock yang cukup banyak dibandingkan dengan obat-obat lainnya. Obat-obat yang sedang menguasai pasaran, sering disebut obat-obat yang Fast Moving atau obat-obat yang cepat laku, karena banyak diminta oleh masyarakat.

7. Management Ada beberapa macam fungsi dasar (9 buah) yang harus diketahui oleh APA, yaitu : a. George R. Terry : Planning organizing- actuating controlling

b. Koontz & ODonnel : Planning organizing- staffing directing controlling

c. Henry Fayol

: Planning organizing- commanding coordinating - controlling

d. L.F Urwick

: Forecasting - Planning organizingcommanding/directing coordinating controlling

e. Luther Gullick

: Planning organizing- staffing directing coordinating reporting budgetting.

f. W.H. Newman

: Planning organizing- assemble resource directing - controlling

g. Newman & Summer : Organizing Planning leading- controlling h. R.W. Spriegel i. A. Allen : Planning organizing- controlling : Leading - Planning organizing- controlling

BAB III STUDI KASUS & PEMBAHASAN Dalam melakukan evaluasi terdapat 5 pertanyaan (apa yang menjadi sasaran, bagaimana cara melaksanakan program kerja, bagaimana hasilnya, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya?).

Berikut adalah contoh studi kasus pada evaluasi keuangan dari Apotek X. 1. Sasaran : 2. Rencana Kerja : 3. Hasil yang diperoleh : 4. Penyebab : a. pelayanan 5. Upaya : a. Pelayanan petugas harus dilatih yang kurang ramah harga obat terlalu mahal

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA Umar, M. 2004. Manajemen Apotek Praktis. Jakarta. Hal 173-175. Hartono, 1998. Manajemen Apotek. Depot Informasi Obat. Jakarta. Hal 106-118.

Anda mungkin juga menyukai