Anda di halaman 1dari 30

BLOK NEOPLASIA

Perdarahan Pervaginam
Wrap up

Kelompok :A-18
Ketua Seketaris : Atena Suci Fauzia : Gita Rosadila 1102009046 1102010113

Anggota : Deny Rahmat Pamungkas Dimas Mochammad Zaeni Farah Farhana Maren Fennie Budhiarti Indah Kusumo Wardani P Laras Wiyardhani Latifatun Nikmah

1102009072 1102009084 1102010094 1102010100 1102010129 1102010148 1102010149

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA 2012/2013

SKENARIO 3

Perdarahan Pervaginam Seorang wanita umur 35 tahun berobat ke poliklinik kebidanan dengan keluhan keluar darah dari vagina, dan berbau. Pasien mempunyai 3 orang anak, terkecil umur 6 tahun. Dari pemeriksaan sensorium komposmentis dan vital sign dalam batas normal.Haid teratur, tiap bulan, lama 7 hari. Dokter meminta perawat untuk mempersiapkan dan mendampingi pemeriksaan. Pemeriksaan perut, inspeksi, palpasi dan perkusi dalam batas normal. Begitu pula vulva tidak ada kelainan. Inspekulo : dinding vagina dalam batas normal, serviks membesar berbenjol, berdarah. Vaginal toucher : serviks membesar, berbenjol, contact bleeding ( + ), uterus sebesar telur bebek, mobile, ovarium tidak membesar. Untuk menegakkan diagnosis, dokter melakukan pemeriksaan penunjang.

Kata sulit 1. Contact bleeding : perdarahan yang disebabkan oleh kontak langsung 2. Vaginal toucher : pemeriksaan colok vagina

Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengapa keluar darah dari vagina dan berbau? Mengapa serviks membesar? Mengapa contact bleeding ( + )? Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan penunjang? Mengapa uterus sebesar telur bebek? Faktor apa saja yang menyebabkan ca serviks?

Jawaban 1. 2. 3. 4. 5. 6. Karena ada mikroorganisme yg pathogen, perubahan pH, dan adanya inflamasi. Karena ada reaksi inflamasi. Karena adanya tekanan sehingga menyebabkan vasodilatasi dan permeabilitas sel menigkat dan menyebabkan darah menjadi mudah keluar. Untuk menegakkan diagnosis pasti. Karena terdapat massa dan metastasis. Seks bebas, HPV, merokok, usia, parietas dan genetik.

Hipotesa Mikroorganisme, perubahan pH, seks bebas, HPV, merokok, usia, genetic | Reaksi inflamasi | Vasodilatasi dan permeabilitas sel meningkat | Massa | Darah mudah keluar ( perdarahan ) | Pemeriksaan fisik ( vaginal toucher) dan pemeriksaan lab ( Paps Smear ) | Ca serviks

Sasaran belajar 1. 2. Memahami dan menjelaskan perdarahan pervaginam Memahami dan menjelaskan karsinoma serviks 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 3. Memahami dan menjelaskan definisi karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan epidemiologi karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor resiko karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan klasifikasi dan stadium karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan patofisiologi karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan komplikasi karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan prognosis karsinoma serviks Memahami dan menjelaskan pencegahan karsinoma serviks

Memahami dan menjelaskan etika pemeriksaan dalam perspektif Islam

1. Memahami dan menjelaskan pendarahan pervaginam 1.1.Definisi perdarahan pervaginam Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia 1. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen 2. Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea. 1.2.Etiologi perdarahan pervaginam Sebab sebab organic Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:

serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada portio uteri, karsinoma servisis uteri. Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri. Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba. Ovarium; radang overium, tumor ovarium. Pemakaian alat kontrasepsi (IUD, hormonal) Obesitas Faktor kejiwaan Trombositopenia

Sebab lain

1.3.Patologi perdarahan pervaginam Menurut schroder pada tahun 1915, setelahpenelitian histopatologik pada uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrgica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasidan pembentukan corpus luteum. Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovuloatoir.
6

Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari factorfaktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya Belem seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.

2. Memahami dan menjelaskan karsinoma serviks 2.1Memahami dan menjelaskan definisi karsinoma serviks Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks uteri (kanalis servikalis dan atau porsio). Jenis yang paling umum adalah jenis epitelias squamous, adenoma, dan jenis campuran. (Priyanto dan Nuranna, 2006)

2.2Memahami dan menjelaskan epidemiologi karsinoma serviks

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006. (Imam Rasjidi, 2009)
7

Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan. (Imam Rasjidi, 2009) Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hampir 100%. Relative 1 dan 5 years survival masingmasing sebesar 88% dan 73%. Apabila dideteksi pada stadium awal, kanker serviks invasif merupakan kanker yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar 92% untuk kanker lokal. (Imam Rasjidi, 2009) Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. (Imam Rasjidi, 2009) 2.3Memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor resiko karsinoma serviks Infeksi HPV Infeksi HPV (Human Papilloma Virus) resiko tinggi merupakan faktor etiologi kanker serviks. Pendapat ini juga ditunjang oleh berbagai macam penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) terdapat 1.000 sampel dari 22 negara serta didapatkan adanya infeksi HPV pada sejumlah 99,7% kasus kanker serviks. Penelitian meta-analisis yang meliputi 10.000 kasus didapatkan 8 tipe HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58 dan 35. Penelitian pada NIS II atau III mendapatkan infeksi HPV yang didominasi ole tipe 16 dan 18. Progresifitas menjadi NIS II atau III setelah menderita HPV berkisar 2 tahun. (Andrijono, 2007) HPV merupakan kelompok virus dari family Papovaviridae. Berukuran kecil, tidak memiliki envelope, dengan diameter sekitar 55 nm. Kapsid berbentuk isohedral, yang tersusun atas 72 kapsomer. Setiap kapsomer mengandung minimal

2 protein kapsid, L1 (protein kapsid mayor) dan L2 (protein kapsid minor). (Eileen M. Burd, 2003) HPV dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, kelompok resiko rendah dengan kelompok resiko tinggi. Kelompok resiko rendah terdiri atas HPV tipe 6, 11, 42, 43 dan 44. Sedangkan kelompok resiko tinggi terdiri atas HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56 dan 58. (Andrijono, 2007)

Faktor resiko yang telah dibuktikan Hubungan seksual Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual. Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. (Iman Rasidji, 2009) Memiliki Banyak Kehamilan: Wanita yang menjalani 3 atau lebih kehamilan utuh memiliki peningkatan resiko kanker serviks. Tidak ada yang tahu mengapa ini dapat terjadi. Hamil pertama di usia muda: Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua Factor resiko yang diperkirakan Riwayat Keluarga: Kanker serviks dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Bila Ibu atau kakak perempuan Anda memiliki kanker serviks, resiko Anda terkena kanker ini bisa 2 atau 3x lipat dari orang lain yang bukan. Ini mungkin karena wanita-wanita ini kurang dapat memerangi infeksi HPV daripada wanita lain pada umumnya. Diet : Apa yang Anda makan juga dapat berperan. Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker seviks. Juga, wanita yang obes/gemuk berada pada tingkat resiko lebih tinggi. Pil KB: Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun pada saat pil di-stop. Penghasilan rendah: Wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang lebih tinggi. Ini mungkin karena mereka tidak mampu untuk memperoleh perawatan kesehatan yang memadai, seperti tes Pap Smear secara rutin.

Lain Lain Merokok Wanita yang merokok berada dua kali lebih mungkin mendapat kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh ke organ lain juga. Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari para wanita perokok. Infeksi HIV HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS- tidak sama dengan HPV. Ini dapat juga menjadi faktor resiko kanker serviks. Memiliki HIV agaknya membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat memerangi baik infeksi HPV maupun kanker-kanker pada stadium awal.

2.4 Memahami dan menjelaskan klasifikasi dan stadium karsinoma serviks Terdapat beberapa klasifikasi untuk tingkat kanker serviks seperti International Federation of Gyneacology and obstetrics (FIGO) dari World Health Organization (WHO) dan sistem tumor nodul dan metastasis (TNM) dari International Union Against Cancer(UICC). Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 Stadium 0 Kasinoma in situ, karsinoma intra epitel Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan) Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar tidak lebihdari 7mm Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari 5mm dan lebar tidak lebih dari 7mm Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis tidak lebih dari Ia Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm Stadium II Telah melibatkan vagina, tapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul Stadium IIa Telah melibatkan vagina, tapi belum melibatkan parametrium Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain. Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul
10

Stadium IIIb Stadium IV Stadium IVa Stadium IVb

Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal Perluasan ke luar organ reproduktif Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

11

Stadium kanker seviks menurut sistem TNM T Tak ditemukan tumor primer T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ) T1 Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun ada perluasan ke korpus uteri) T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan pemeriksaan histologik T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasif T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding panggul, atau karsinoma telah menjalar sampai dinding vagina, tetapi belum sampai 1/3 distal T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 distal vagina atau telah mencapai dinding panggul (tidak ada celah bebas antara dinding panggul) NB : Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter karena infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun pada penemuan lain kasus itu seharusnya masuk kategori yang lebih rendah T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih, atau meluas sampai panggul. (Ditemukannya edema bulosa tidak cukup bukti untuk mengklasifikasi sebagai T4) T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan secara histologik T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul NX Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+ ditambahkan untuk tambahan ada/tidak adanya informasi mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NX + atau NX N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-cara diagnostik yang tersedia ( misalnya limfografi, CT-scan panggul) N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah bebas infiltrat diantara massa ini dengan tumor M0 Tidak ada metastsis berjarak jauh M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas bifurkasio arteri iliaka komunis Jenis histopatologis pada kanker serviks Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan, yaitu 90% merupakan karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma 5% dan jenis lain sebanyak 5%. Karsinoma skuamosa terlihat sebagai jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa dengan pertandukan atau tidak, dan kadang-kadang tumor itu sendiri berdiferensiasi buruk atau dari selsel yang disebut small cell, berbentuk kumparan atau kecil serta bulat seta mempunyai batas tumor stroma tidak jelas. Sel ini berasal dari sel basal atau reserved cell . Sedang adenokarsinoma terlihat sebagai sel-sel yang berasal dari epitel torak endoserviks, atau dari kelenjar endoserviks yang mengeluarkan mukus (Notodiharjo, 2002). Klasifikasi histologik kanker serviks ada beberapa, di antaranya :

12

1. Skuamous carcinoma Keratinizing Large cell non keratinizing Small cell non keratinizing Verrucous 2. Adeno carcinoma Endocervical Endometroid (adenocanthoma) Clear cell - paramesonephric Clear cell - mesonephric Serous Intestinal 3. Mixed carcinoma Adenosquamous Mucoepidermoid Glossy cell Adenoid cystic 4. Undifferentiated carcinoma 5. Carcinoma tumor 6. Malignant melanoma 7. Maliganant non-epithelial tumors Sarcoma : mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma Lymphoma Klasifikasi menurut Papanicolau: Kelas I Kelas II KelasIII : Berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas) : Negatif, tidak ditemukan tanda-tanda ganas, ditemukan beberapa sel atipik :Ada selsel atipik yang sugestif tetapi tidak diagnostik untuk keganasandysplasia(ringa n,sedang,berat) : Positif, ditemukan beberapa sel atipik KIS : Positif, ditemukan banyak sel atipik Kanker

Kelas IV Kelas V

13

2.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi karsinoma serviks

Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, perubahan neoplastik, berkembang menjadi kanker serviks setelah10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma in situ dan akhirnya invasif. Meskipun kanker invasif berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3-35%. Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma in situ (KIS) berkisar antara 1 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma in situ menjadi invasif 3 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

14

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Karsinoma serviks dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan kavum uterus. Penyebaran kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan adanya demam.

Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatik dan hematogen. Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah bening pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening obturator, iliaka eksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997). Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitelkuboid/silindris
15

pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita, SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh: 1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stoma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. 3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desakmendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yangerosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus. Periode laten dari NIS I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 20 tahun (rata-rata 5 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamous cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clear cell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.

2.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis karsinoma serviks Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 80%) (Wiknjosastro, 1997). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorrhea, hipermenorrhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini, yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervaginam akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.

16

Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toucher) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.

2.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding karsinoma serviks

Anamnesis Usia ? Berada pada kisaran 30-60 tahun Usia saat coitus pertama kali? Apakah sering berganti-ganti pasangan atau memiliki pasangan yang suka berganti-ganti pasangan? Apakah terdapat keputihan? Berbau busuk? Tidak gatal? Apakah terdapat perdarahan di luar haid (perdarahan spontan)? Saat defekasi ataupun miksi? Apakah terdapat perdarahan pasca-coitus (perdarahan kontak)? 75-80% Apakah terdapat nyeri? Hal tersebut akibat infiltrasi sel-sel tumor ke serabut saraf. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

Pemeriksaan Fisik Inspeksi Keadaan umum pasien kurang baik, pasien tampak lemas, terjadi penurunan berat badan, terlihat tanda-tanda anemis (konjungtiva pucat) yang mana merupakan dampak dari perdarahan. Palpasi Pada perabaan serviks ditemukan konsistensi massa yang teraba keras (apabila masih kecil), irreguler dan rapuh. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

Pada berbagai macam metode pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan inspekulo dan bimanual membutuhkan pengalaman yang banyak dan bahkan pada yang cukup berpengalaman, adanya adipositas yang berlebihan atau tegangan yang kuat dari otot-otot perut dapat menyebabkan kesalahan dalam staging. Kandung kencing yang kosong, tangan pemeriksa yang
17

hangat dan sapaan yang menenangkan penderita merupakan syarat-syarat penting pada pemeriksaan ini. penting juga teknik vaginorektal. Ini memberikan kemungkinan yang terbaik untuk meraba parametrium dan cavum douglasi dan membedakan tumor-tumor dalam daerah ini dengan skibala. (Priyanto & Nuranna, 2006) Pemeriksaan Penunjang Menurut aziz (2006) pemeriksaan penunjang pada pasien kanker serviks, yaitu :

a. Paps Smear

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun.

Hasil pemeriksaan sitologi Pap smear normal :

Hasil pemeriksaan sitologi Pap smear abnormal :

18

b. Biopsi Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja

c. Kolposkopi Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien jika dibandingkan dengan paps smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.

d. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui aktivitas pryvalekinase. Pada pasien konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada daerah epitelium serviks.

19

e. Radiologi Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe. Pemeriksaan intravena-urografi (IVP), yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limpa regional.

MRI

CT-Scan

f. Tes schiller Tes ini menggunakan iodine solution yang diusapkan pada permukaan serviks. Pada serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.
20

2.8 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan karsinoma serviks Menurut tingkat keganasan klinik:5 Tingkat klinik KIS : Usia muda dan ingin punya anak Konisasi Usia lanjut atau sudah mempunyai cukup anak Histerektomi sederhana Tingkat klinik IA : Bila kedalaman invasi kurang 1 mm dan tidak meliputi area yang luas serta tidak melibatkan pembuluh limfe / pembuluh darah dilakukan histerektomi apabila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan lagi. Jika masih, dilakukan konisasi. Tingkat klinik IB- IIA : Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul. Pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan penyinaran, tergantung ada/tidak adanya sel tumor dalam kelenjar limfa regional yang diangkat. Tingkat klinik IIBIIIB: radioterapi. Tingkat klinik IV : dapat dipertimbangkan. Tidak dilakukan tindakan bedah, primer adalah

Radiasi bersifat paliatif, pemberian kemoterapi

Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi.Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan. Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks: Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi

Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis cisplatin.Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker.Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.Hal ini disebut perawatan paliatif. Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda termasuk usia Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri. Seringkali cukup bijak untuk mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang memberikan Anda perspektif lain dari penyakit Anda.
21

Pembedahan untuk Kanker Serviks Cryosurgery Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi dalam leher rahim (stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim. Bedah Laser Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari jaringan sel rahim untuk dipelajari.Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0). Konisasi Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ).Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I).Hal ini jarang digunakan sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini yang mungkin ingin memiliki anak.Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya telah diangkat. Histerektomi Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi. Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan perut dan kurang sering melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum digunakan untuk kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita muda.

Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai orgasme. Jika kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun demikian,
22

operasi sebenarnya bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita dengan cara menghentikan gejala-gejala ini. Trachelektomi Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak.Metode ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim.Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat.Operasi ini dilakukan baik melalui vagina ataupun perut. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar.Dalam sebuah penelitian, tingkat kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada wanita normal pada umumnya.Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah. Ekstenterasi Panggul Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini: kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Jika kandung kemih telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air kecil diperlukan. Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih baru. Urine dapat dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke dalam lubang kecil di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong plastik kecil yang ditempatkan di bagian depan perut. Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati kotoran/feses diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang pembukaan di perut dimana kotoran dapat dikeluarkan.Atau ahli bedah mungkin dapat menyambung kembali usus besar sehingga tidak ada kantung di luar tubuh yang diperlukan. Jika vagina diangkat, sebuah vagina baru yang terbuat dari kulit atau jaringan lain dapat dibuat/direkonstruksi. Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa mengatakan butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan perubahan radikal ini.Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan bahagia dan produktif.Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki gairah seksual, kesenangan, dan orgasme. Radioterapi untuk Kanker Serviks Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya Anda akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita Anemia. Penderita kanker serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita Anemia.Untuk itu, transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan.

23

Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan.Akhirakhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar. Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal.Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin besar.Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy. Brachytherapy untuk Kanker Serviks Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini. Pengobatan yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan.Baik radium dan cesium telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi internal. Sejak tahun 1960-an di Eropa dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem HDR(high dose rate) brachytherapy. HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit.Untuk mencegah komplikasi potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam beberapa insersi.Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam. Untuk pasien kanker endometrium yang menerima brachytherapy saja atau dalam kombinasi dengan radioterapi external, maka diperlukan total 2 insersi dengan masing-masing waktu sekitar 1 jam. Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis, dosis radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator. Yang cukup memegang peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah pengalaman dokter yang menangani.

Kemoterapi untuk Kanker Serviks

24

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan dalam satu waktu. Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini akan tergantung pada jenis obat yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan berlangsung. Obat yang dapat diberikan antara lain Cisplatin, Carboplatin, Ifosfamid.

Perawatan paliatif Ditujukan pada penderita kanker terutama yang tidak mungkin sembuh, tujuannya untuk meringankan rasa nyeri dan keluhan lain; perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal bagi penderita dan keluarganya kalaupun meninggal penderita meninggal dalam iman. Pola dasar perawatan paliatif adalah:5 1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang normal 2. Tidak mempercepat atau menunda kematian 3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu 4. Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologi dan aspek spiritual 5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya 6. Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka.

2.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi karsinoma serviks 1. Pasca operatif - Gangguan berkemih - Fistula ureter atau kandung kemih - Emboli paru - Obstruksi saluran cerna - Trauma syaraf 2. Pasca kemoteraphy - Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah) - Kehilangan nafsu makan - Kerontokan rambut jangka pendek - Sariawan - Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih) - Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah) - Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah) - Kelelahan
25

- Menopause dini - Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas) 3. Pasca radiotheraphy - Kelelahan - Sakit maag - Sering ke belakang (diare) - Mual - Muntah - Perubahan warna kulit (seperti terbakar) - Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama menyakitkan - Menopause dini - Masalah dengan buang air kecil - Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang - Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia) - Rendahnya jumlah sel darah putih - Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)

2.10 Memahami dan menjelaskan prognosis karsinoma serviks Prognosis sangat baik pada kanker tingkat awal di mana angka kesembuhan hampir 100% pada stadium prainvasif. Faktor-faktor menentukan antara lain: 8 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Umur penderita Keadaan umum penderita Status sosioekonomi penderita Gambaran makroskopis kanker Tingkat keganasan klinik Ciri-ciri histologi sel tumor Kemampuan tim yang menangani Sarana pengobatan yang ada

Angka kelangsungan hidup lima tahun (five years survival rate)5 Stadium 0 Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV : 90%-100% : 80%-90% : 60%-70% : 30%-40% : 0%-10%.
26

2.11 Memahami dan menjelaskan pencegahan karsinoma serviks Pencegahan primer yaitu segala kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan/mengurangi resiko terjadinya Karsinoma Serviks. Upaya tersebut dapat dilakukan berupa promosi/penyuluhan mengenai:5 Menghindari kawin muda Menghindari ganti-ganti pasangan seksual Menjaga kesehatan secara umum Jangan melahirkan banyak anak Tidak merokok

Penyebaran informasi ini dilakukan seluas-luasnya kepada masyarakat melalui media massa maupun lewat kegiatan Posyandu, PKK, Darma Wanita, dan sebagainya. Kegiatan ini hendaknya dapat memberi pengertian akan sifat-sifat kanker ( penyebab, perkembangan, bahayanya pada stadium lanjut serta pencegahannya) dan membangkitkan peran serta masyarakat sehingga mampu dan mau ikut serta menyampaikan pesan-pesan kanker.5 Pencegahan sekunder dengan melakukan skrining/deteksi dini melalui pemeriksaaan sitologi vagina (Pap Smear) pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala-gejala klinik. Tujuan dilakukan skrining untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat. Dengan pemeriksaan Pap Smear, karsinoma serviks dalam stadium dini dapat ditemukan sehingga banyak wanita diselamatkan dari kanker. Pemeriksaan ini sederhana, cepat, tidak sakit dan tidak merusak jaringan serta biayanya relatif murah. Dianjurkan dilakukan sekali dalam setahun bagi wanita yang sudah melakukan senggama, tetapi pada wanita kelompok resiko tinggi pemeriksaan lebih sering yaitu 3-6 bulan. Persyaratan lain untuk melakukan Pap Smear adalah dilakukan pada setiap saat kecuali pada masa haid.7 Penanggulangan kanker di Indonesia telah dirintis oleh pemerintah sejak tahun 1988, yaitu dengan dibentuknya Komite Nasional Penanggulangan Kanker. Dengan dukungan WHO, pada tahun 1989 disusun Pokok-pokok Penanggulangan Kanker di Indonesia yang menggambarkan upaya kesehatan paripurna dalam penanggulangan kanker, yaitu: pencegahan primer, deteksi dini, terapi serta rehabilitasi dan perawatan paliatif/bebas nyeri. Menurut GBHN 1993 dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya menggerakkan , mendorong, dan membina partisipasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
27

Lokakarya kanker tahun 1993, sepakat untuk mengembangkan suatu model Penanggulangan Kanker Terpadu (PKTP) dalam skala yang lebih kecil yaitu di tingkat Dati II. Uji coba PKPT, telah dipilih Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur dan selanjutnya akan dikembangkan secara nasional. Strategi penanggulangan kanker melalui model PKTP ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.

3. Memahami dan menjelaskan etika pemeriksaan dalam perspektif Islam

Pandangan islam terhadap ikhtilat Pembahasan tentang ikhtilat sangat penting untuk menjawab persoalan di atas.Yakni untuk menjaga kehormatan dan menghindarkan dari perbuatan yang mengarah dosa dan kekejian.Yang dimaksud ikhtilat, yaitu berduanya seorang lelaki dengan seorang perempuan di tempat sepi.Dalam hal ini menyangkut pergaulan antara sesama manusia, yang ramburambunya sangat mendapat perhatian dalam Islam. Yaitu berkait dengan ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi manusia dari segala gangguan. Terlebih lagi dalam masalah mu'amalah (pergaulan) dengan lain jenis. Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita telah diatur dengan batasanbatasan, untuk membentengi gejolak fitnah yang membahayakan dan mengacaukan kehidupan. Karenanya, Islam telah melarang pergaulan yang dipenuhi dengan ikhtilat (campur baur antara pria dan wanita). Dalam hadits di bawah ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan kaum lelaki untuk lebih berhati-hati dalam masalah wanita. "Berhati-hatilah kalian dari menjumpai para wanita, maka seorang sahabat dari Anshar bertanya,"Bagaimana pendapat engkau tentang saudara ipar, wahai Rasulullah?Rasulullah menjawab,"Saudara ipar adalah maut (petaka). [HR Bukhari dan Muslim]. Perintah menjaga aurat dan menahan pandangan Di antara keindahan syariat Islam, yaitu ditetapkannya larangan mengumbar aurat dan perintah untuk menjaga pandangan mata kepada obyek yang tidak diperbolehkan, lantaran perbuatan itu hanya akan mencelakakan diri dan agamanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman (yang artinya): Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
28

pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara lakilaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita . . ." [an-Nr/24: 30-31]. Larangan melihat aurat, tidak hanya untuk yang berlawan jenis, akan tetapi Islam pun menetapkan larangan melihat aurat sesama jenis, baik antara lelaki dengan lelaki lainnya, maupun antara sesama wanita. Disebutkan dalam sebuah hadits: "Dari Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki (yang lain), dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain)". [HR Muslim] Idealnya muslimah berobat ke dokter wanita Hukum asalnya, apabila ada dokter umum dan dokter spesialis dari kaum Muslimah, maka menjadi kewajiban kaum Muslimah untuk menjatuhkan pilihan kepadanya.Meski hanya sekedar keluhan yang paling ringan, flu batuk pilek sampai pada keadaan genting, semisal persalinan ataupun jika harus melakukan pembedahan. Berkaitan dengan masalah itu, Syaikh Bin Bz rahimahullah mengatakan: Seharusnya para dokter wanita menangani kaum wanita secara khusus, dan dokter lelaki melayani kaum lelaki secara khusus kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa.Bagian pelayanan lelaki dan bagian pelayanan wanita masing-masing disendirikan, agar masyarakat terjauhkan dari fitnah dan ikhtilat yang bisa mencelakakan.Inilah kewajiban semua orang. Lajnah D-imah juga menfatwakan, bila seorang wanita mudah menemukan dokter wanita yang cakap menangani penyakitnya, ia tidak boleh membuka aurat atau berobat ke seorang dokter lelaki. Kalau tidak memungkinkan maka ia boleh melakukannya. Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan.Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya. Seorang muslimah yang keadaannya benar-benar dalam kondisi terhimpit dan tidak ada pilihan, (maka) ia boleh pergi ke dokter lelaki, baik karena tidak ada ada seorang dokter muslimah yang mengetahui penyakitnya maupun memang belum ada yang ahli.Allah Ta`ala menyebutkan dalam firmanNya surat al-An'm/6 ayat 119: "(padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
29

atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya)" Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang wajib untuk ditaati.Tidak berlaku secara mutlak.Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter lelaki, ia harus didampingi mahram atau suaminya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Bz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita umpamanya- maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.

Daftar Pustaka
Andrijono., 2005. Sinopsis Kanker Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Azis, MF., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Mary Calvagna, MS. Diagnosis of Cervical Cancer. American Cancer Society website. Available at: http://www.cancer.org. Last reviewed April 2007. Arumugam, V.2011.Ca serviks. Diakses pada 11 April http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21709/.../Chapter%20II.pdf 2012 melalui

Anonim.2012.Differential diagnosis of cervical cancer. Diakses pada 11 April2012 melalui http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/259/diagnosis/differential.html http://lhiezainternisti.blogspot.com/2009/12/pandangan-islam-dalam-pelayanan.html

30

Anda mungkin juga menyukai