Anda di halaman 1dari 40

1 LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I STATUS PENDERITA


PENDAHULUAN Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien yang menderita penyakit Rhinitis dan Tonsilofaringitis, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 10 tahun, dimana pasien tinggal di Jalan Gondorejo No.131 RW.04 RT.04, Singosari, Kabupaten Malang. Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, tidak hanya dari segi biomedis melainkan faktor psikologis, sosial, ekonomi, dan pekerjaan dari orang tua penderita dan keluarga. Mengingat kasus ini banyak ditemukan di masyarakat, maka penting bagi kita untuk memperhatikan dan mencermatinya, untuk kemudian bisa dijadikan sebagai pengalaman di lapangan. A. Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Identitas Pasien : An. A : 10 tahun : Laki-laki : Pelajar : SD : Islam : Jalan Gondorejo, Singosari, Malang

Status Perkawinan : Belum Menikah Suku Orang Tua Ayah Ibu Tanggal periksa : Jawa : : Tn. W (43 tahun) (Buruh pabrik) : Ny. S (43 tahun) (Buruh pabrik) : 20 April 2013

2 B. Anamnesis 1. Keluhan utama Harapan Kekhawatiran : demam dan muntah sejak tadi malam : ingin cepat sembuh : khawatir sakitnya lama

2. Riwayat penyakit sekarang Pasien seorang anak berusia 10 tahun. Datang ke klinik bersama ayah dan ibunya dengan keluhan demam sejak tadi malam. Keluhan disertai dengan mual dan muntah sebanyak 3 x sejak tadi malam, diare (-), pilek (+) dan pasien juga mengeluh pusing yang dirasakan diatas mata. 3. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit serupa Riwayat sakit gula Riwayat penyakit jantung Riwayat hipertensi Riwayat sakit kejang Riwayat alergi obat Riwayat alergi makanan : (+) : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga Riwayat keluarga dengan penyakit serupa Riwayat hipertensi Riwayat sakit gula Riwayat penyakit jantung : disangkal : Ayah dan ibu hipertensi (+) : disangkal : disangkal

5. Riwayat kebiasaan Riwayat merokok : disangkal

3 Riwayat minum alcohol Riwayat olah raga Riwayat pengisian waktu luang : disangkal : rutin 1x seminggu : belajar, bermain dengan teman-teman

dan tetangga rumah tempat tinggal pasien.

6. Riwayat Sosial Ekonomi Sumber penghasilan pada keluarga ini adalah dari ayah dan ibu pasien yang bekerja sebagai buruh pabrik serta kakak pasien yang bekerja sebagai penjaga toko roti. Untuk biaya kesehatan dan kebutuhan sehari-hari berasal dari ayah, ibu dan kakak pasien. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien cukup terpenuhi. 7. Riwayat gizi Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali dengan nasi, sayur, lauk pauk tahu, tempe, telur dan kadang daging. Pasien minum susu sebanyak 3 kali dalam sehari. 8. Riwayat pengobatan Sebelum ke klinik, ibu pasien memberikan obat penurun demam, namun demam tidak juga menurun. C. Anamnesis Sistem 1. Kulit 2. Kepala 3. Mata 4. Hidung 5. Telinga 6. Mulut : warna kulit sawo matang, pucat (-), gatal ( - ), kulit kering ( - ). : rambut hitam, pusing ( + ) : pandangan mata berkunag-kunang ( - ), penglihatan kabur ( - ), ketajaman penglihatan ( - )/ dalam batas normal : tersumbat ( + ) , mimisan ( - ) : pendengaran berkurang ( - ), berdengung ( - ), keluar cairan ( - ) : sariawan ( - ), mulut kering ( - ) : sakit menelan ( - ), serak ( - ) : sesak nafas ( - ), batuk ( - )

7. Tenggorokan 8. Pernafasan

9. Kadiovaskuler : nyeri dada ( - ), berdebar-debar ( - ) 10. Gastrointestinal : mual ( + ), muntah ( + ), diare ( - ), nyeri perut ( - )

4 11. Genitourinaria : BAK lancar/tidak, warna dan jumlah dalam batas normal/tidak 12. Neurologik 14. Ekstremitas D. Atas kanan Atas kiri Bawah kanan Bawah kiri Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum 2. Tanda Vital a. Tensi b. Nadi c. RR d. Suhu e. BB f. TB g. BMI 3. Kulit 4. Kepala 5. Mata 6. Hidung Nafas cuping hidung (-), secret ( + ), epistaksis (-), deformitas (-), hiperpigmentasi (-) 7. Mulut tidak dilakukan pemeriksaan 8. Telinga tidak dilakukan pemeriksaan 9. Tenggorokan Sakit menelan ( - ), faring hiperemi ( + ), tonsil membesar (T2/T2) : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa : 36,5oC : 28 kg : tidak dilakukan pengukuran : : tidak dilakukan pemeriksaan : tidak dilakukan pemeriksaan : tidak dilakukan pemeriksaan : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis ( GCS E4V5M6), status gizi kesan normal : kejang ( - ), lumpuh ( - ), kesemutan dan rasa tebal ( - ) : : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - ) : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - ) : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - ) : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - ) 13. Muskuloskeletal : kaku sendi ( - ), nyeri otot ( - )

5 10. Leher tidak dilakukan pemeriksaan 11. Toraks Cor : A : BJ I-II intensitas normal Pulmo : A : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) 12. Abdomen A : peristaltic (+) normal P : nyeri tekan (-) 13. Sistem Collumna Vertebralis tidak dilakukan pemeriksaan 14. Ekstremitas akral hangat + + 15. Sistem genitalia tidak dilakukan pemeriksaan 16. Pemeriksaan Neurologik tidak dilakukan pemeriksaan 17. Pemeriksaan Psikiatrik tidak dilakukan pemeriksaan (Sumber : data rekam medis An. A di KRIMS pada tanggal 20 April 2013) E. Pemeriksaan Penunjang Sampai saat ini penderita belum pernah melakukan pemeriksaan penunjang apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang yaitu: Darah lengkap + +

6 F. Diagnosa Holistik An. A (10 tahun) adalah seorang penderita rhinitis akut dan tonsilofaringitis, dengan kondisi keluarga yang cukup harmonis dan dengan kondisi ekonomi menengah, pasien masih bersekolah di sekolah dasar, pasien belum bekerja dan masih bermain dan belajar layaknya anak pada usianya. 1. Diagnosa dari segi biologis Rhinitis akut dan tonsilofaringitis 2. Diagnosa dari segi psikologis Pasien masih bersekolah di sekolah dasar, hubungan pasien dengan keluarga baik, pasien tinggal satu rumah dengan orang tua dan kakak perempuannya, pasien memiliki teman banyak baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. 3. Diagnosa dari segi sosial Hubungan pasien dengan orang tua baik, namun pasien jarang berkumpul dengan orang tuanya karena orang tua pasien bekerja dari pagi hingga sore, bahkan malam. Hubungan dengan tetangga dan teman-temannya di dekat rumah sangat baik, tidak pernah mengikuti kegiatan lingkungan karena masih berusia 10 tahun, setiap sore mengaji. Aspek Personal o Pasien mengeluh demam dan muntah o Harapan berobat adalah agar keluhan cepat sembuh o Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit pasien, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga demi kesembuhan pasien o Yang diharapkan pasien adalah kesembuhan. o Pasien merasa khawatir terhadap penyakitnya karena takut semakin bertambah parah Aspek Klinis o Rhinitis akut dan tonsilofaringitis o Diagnosa banding :

7 Difteria Mumps / Parotitis Epidemika Aspek Resiko Internal o Pasien usia 10 tahun, yang secara epidemiologi merupakan usia rawan terjadinya Rhinitis akut dan tonsilofaringitis o Pasien suka makan ciki2 di rumah o Pasien suka jajan di sekolah o Pola makan pasien tidak terkontrol (sulit disuruh makan) Aspek Resiko Ekternal o Pasien tidak dibuatkan bekal makanan sendiri saat berangkat ke sekolah o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga, walaupun keluarga yang tinggal satu rumah jarang dapat berkumpul bersama. Aspek Fungsional o Pasien dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring (derajat 4) G. Penatalaksanaan Holistik 1. Aspek Personal Keluarga disarankan untuk lebih memperhatikan makan pasien, karena pasien sulit untuk disuruh makan, selain itu perlu dibatasi juga saat jajan di sekolah. Disarankan membawa bekal makanan dan minuman dari rumah saat ke sekolah sehingga orang tua bisa mengontrol makan pasien. Memberikan nasihat kepada pasien untuk tidak jajan sembarangan. 2. Aspek Klinis Cefadroxil Kandungan : Cefadroxil 250 mg ; 500 mg/kapsul

8 Dosis Indikasi Efek samping : 25 50 mg/kg BB sehari dalam dua dosis terbagi : Faringitis, tonsilitis, impetigo, infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis pseudomembran. Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis. Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase

(ISO, 2009;131) Paracetamol Kandungan Dosis Indikasi Efek samping Trifedrin Kandungan Dosis Indikasi : per tablet mengandung tripolidine HCL 2,5 mg, pseudosphedrine HCL 60 mg. : 3 kali sehari tablet : gejala yang berhubungand engan flu, sinusitis dan kondisi alergi, serta membantu menghentikan keluarnya lender berlebihab dari hidung. : mengantuk, gangguan GI, sakit kepala insomnia, mulut kering, palpitasi, retensi urin. : Parasetamol 500 mg : tablet setiap 4-6 jam : mengurangi rasa sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan panas : reaksi hipersensitif, dosis tinggi merusak hati

Efek samping Domperidone Kandungan Dosis Indikasi

: domperidone 10 mg/tablet : 0,2-0,4 mg/kg/BB/hari setiap 4-8 jam : dispesia fungsional, mual akut dan muntah-muntah, termasuk yang disebabkan karena levodopa dan bromokriptin yang lama terapinya lebih dari 12 minggu. : Jarang dilaporkan: sedasi, reaksi ekstraperimidal distonik, parkinson, tardive dyskinesia (pada pasien

Efek samping

9 dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat antiparkinson. Peningkatan prolaktin serum, sehingga menyebabkan galaktorea dan ginekomastia. Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, cemas dan gatal.

3. Aspek Resiko Internal o Memberikan pemahaman tentang makan makanan bergizi kepada pasien

o Kebiasaan jajan di sekolah atau di rumah dikurangi o Pasien dibawakan bekal dari rumah saat sekolah o Mengajarkan dan membiasakan makan secara teratur 4. Aspek Resiko Eksternal o o Pasien dibuatkan bekal makanan sendiri saat berangkat ke sekolah Tidak membiarkan pasien jajan sembarangan saat di sekolah / di rumah

5. Aspek Fungsional Pasien dianjurkan untuk istirahat sementara sampai kesehatan membaik, kemudian diperbolehkan melakukan aktifitas seperti biasa.

10

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB II IDENTIFIKASI KELUARGA


Tanggal kunjungan : 20 April 2013 PROFIL KELUARGA A. Karakteristik Demografi Keluarga 1. Nama Pasien 2. Alamat Malang 3. Bentuk Keluarga : nuclear family 4. Struktur Komposisi Keluarga : Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah No Nama 1. Tn. W Status Ayah L/P L Umur 43 th Pendidikan Pekerjaan SLTP Buruh pabrik 2. Ny. S Ibu P 43 th SD Buruh pabrik 3. Nn. D Anak Kandung 4. An. A 1 Anak kandung 2 Sumber: data primer, 22 April 2013 L 10 tn SD Pelajar Pasien P 21 th SMK Swasta Pasien Klinik Ket : An. A : Jalan Gondorejo No.131 RW.04 RT.04, Singosari, Kab.

11

Kesimpulan : Keluarga An. A adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang dan tinggal dalam satu rumah. Terdapat satu orang yang sakit yaitu An. A usia 10 tahun yang beralamat di Jalan Gondorejo No.131 RW.04 RT.04, Singosari, Kabupaten Malang. An. A diantar kedua orang tuanya memeriksakan kesehatannya di KRIMS dengan diagnosa rhinitis akut dan tonsilofaringitis. An. A masih bersekolah di sekolah dasar, di rumah An. F tinggal dengan kedua orang tuanya dan kakak perempuannya. B. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup a. Lingkungan tempat tinggal Tabel . Lingkungan tempat tinggal Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri Daerah perumahan : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah Karakteristik Rumah dan Lingkungan Luas rumah dan halaman rumah : 9 x 12 Meter2 Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 orang Jarak antar rumah : 0,5 m Lantai rumah dari : keramik Dinding rumah dari : tembok bata, sudah di lapis semen dan dicat Jamban keluarga : WC jongkok Tempat bermain : di halaman depan Ketersediaan air bersih : baik (dari PDAM) Kondisi rumah : keadaan halaman depan bersih, , keadaan ruang tamu Kesimpulan
Pasien tinggal di rumah sendiri, ventilasi sumber Pasien air milik sumber baik, dan

cahaya cukup baik,

MCK cukup baik. tinggal

rapi dengan cat tembok warna kuning,saat malam menjelang tidur bersama dalam satu ruang tamu dijadikan parkir. Keadaan ruang keluarga tidak terlalu rumah dengan besar, tidak terdapat jendela, terdapat TV keluarga dan ruang makan, kedua orang tua, Terdapat ruang shalat keluarga. Dapur cukup baik, septitank ada di dan berlantai tanah, ruangan ini difungsikan sebagai dapur dan terdapat kandang ayam. Tempat pembuangan sampah : dibuang dibelakang rumah, setelah kering segera dibakar. An. A : Kamar 2 b. Denah rumah keluarga Halama n Depan Ruang Tamu Kamar 3 Kamar 1 Dapur 1 Ruang keluarga KM
Toilet T. cuci piring

kakak

belakang rumah.disamping terdapat bangunan yang terbuat dari kayu perempuannya.

Ruan g maka n Dapur 2 + kandang ayam

12

Keterangan : : Pintu

C. Sarana Pelayanan Kesehatan (KRIMS) Tabel Pelayanan kesehatan Faktor Cara mencapai Keterangan pusat Jalan kaki Angkot Kesimpulan Jarak cukup jauh, pasien merasa puas dengan pelayanan KRIMS Pasien merasa senang berobat karena di KRIMS pelayanannya

pelayanan kesehatan Tarif kesehatan

Kendaraan pribadi pelayanan Sangat mahal Mahal Terjangkau Murah

yang baik dan terjangkau Sangat Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan Tidak memuaskan

Gratis Kualitas pelayanan kesehatan

D. Pola Konsumsi Makanan Keluarga a. Kebiasaan makan : Keluarga An. A biasa makan tiga kali sehari dengan porsi sedang. Menu makan pasien dan keluarga sering dengan nasi, sayur, tahu tempe, telur, daging jarang. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sulit untuk disuruh makan, sehingga ibu

13 pasien selalu membuatkan susu untuk pasien. Pasien suka jajan saat di rumah maupun di sekolah. b. Penerapan pola gizi seimbang : Keluarga An. A mengaku sedikit mengerti dengan pola makan gizi seimbang tetapi tidak bisa menerapkannya di lingkungan keluarga, keluarga pasien masak dan makan sesuai dengan kebiasaan dan keinginan keluarga ataupun keinginan pasien. E. Pola Dukungan Keluarga a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga : Orang tua pasien selalu siap untuk mengantarkan ke pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit. b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga : Kurangnya keterbukaan antar anggota keluarga dan jarak pelayanan kesehatan yang cukup jauh.

14 IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA A. 1. FUNGSI HOLISTIK Fungsi biologis Keluarga ini terdiri dari 4 orang anggota keluarga dan pasien merupakan anak ke-2 dari keluarga ini, pasien tinggal dengan orang tua dan kakak perempuannya, pasein mengeluh badan panas dan muntah, sehingga diantar ke KRIMS oleh orang tuanya untuk mendapatkan pengobatan. 2. Fungsi Psikologis Hubungan An. A dengan anggota keluarga baik, dimana satu sama lain saling berkomunikasi, namun pasien jarang berkumpul dengan orang tuanya karena orang tua pasien bekerja dari pagi hingga sore bahkan malam hari. Hubungan dengan ayah, ibu, kakak, tetangga, dan keluarga yang lain berjalan baik tetapi pasien jarang mengikuti perkumpulan lingkungan tempat tinggalnya karena usianya masih 10 tahun. 3. Fungsi Sosial Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial di masyarakat. An. A tidak pernah mengikuti perkumpulan tetapi hubungan dengan tetangganya berjalan baik. An. A akrab dengan teman-temannya baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. B. FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN APGAR SCORE Adaptation Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut Affection Menggambarkan hubungan ksih saying dan interaksi antar anggota keluarga

15 Resolve Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. 1. Ayah (Tn. W) Fungsi Fisiologis APGAR Terhadap Keluarga Sering/ Kadangselalu Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total Skor Fungsi Fisiologis Ayah: 3 Keterangan 0 1 2 : kasih sayangnya saya dan kadang Jarang/ Tidak

merespon emosi saya seperti kemarahan,

: jarang/tidak sama sekali : kadang-kadang : sering/selalu

16

2.

Ibu (Ny. S) Fungsi Fisiologis APGAR Terhadap Keluarga Sering/ Kadangselalu Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total Skor Fungsi Fisiologis Ibu: 3 Keterangan 0 1 2 : kasih sayangnya saya dan kadang Jarang/ Tidak

merespon emosi saya seperti kemarahan,

: jarang/tidak sama sekali : kadang-kadang : sering/selalu

17

3.

Kakak Pasien (Nn. D) Fungsi Fisiologis APGAR Terhadap Keluarga Sering/ Kadangselalu Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama kasih sayangnya saya dan kadang Jarang/ Tidak

merespon emosi saya seperti kemarahan,

Total Skor Fungsi Fisiologis Kakak Pasien: 4 Keterangan 0 1 2 :

: jarang/tidak sama sekali : kadang-kadang : sering/selalu

18

4.

Pasien (An. A) Fungsi Fisiologis APGAR Terhadap Keluarga Sering/ Kadangselalu Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total Skor Fungsi Fisiologis Pasien: 3 Keterangan 0 1 2 : kasih sayangnya saya dan kadang Jarang/ Tidak

merespon emosi saya seperti kemarahan,

: jarang/tidak sama sekali : kadang-kadang : sering/selalu

Total Fungsi Fisiologis Keluarga Tn. W Ayah + Ibu + Pasien +Kakak Pasien + Nenek Pasien = 13/4 = 3,25 (Kurang)

19

C.

Fungsi Patologis Fungsi patologis dari keluarga Ny.S dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut: Tabel SCREEM keluarga An. A Social Sumber Patologis Jarang berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya + (karena usia pasien yang masih kecil, tetapi orang tua Culture selalu ikut bila ada acara di lingkungannya) Menggunakan adat-istiadat Jawa dan bahasa Jawa _ secara sopan dengan sesama anggota keluarga dan Religious orang lain dikehidupan sehari-hari Anggota keluarga menjalankan sholat 5 waktu di _ Mushola samping rumah, tahlilan, dan pasien selalu Economic Educational ngaji setelah ashar. Penghasilan keluarga yang relatif stabil dan dengan tingkat ekonomi menengah Tingkat pendidikan keluarga yang kurang, pendidikan + terakhir Tn. W SLTP, Ny. S SD, Nn.D SMK, pasien Medical atau An. A masih bersekolah di SD. Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An. A _ selalu membawanya ke pelayanan kesehatan (KRIMS) Kesimpulan : Keluarga An. A mempunyai fungsi patologis di bidang social dan educational. Dari segi social pasien jarang berkumpul dan berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan karena usia pasien masih 10 tahun, namun orang tua selalu aktif dalam kegiatan lingkungan. Dari segi educational Tn.W hanya berpendidikan sampai lulus SLTP, Ny.S berpendidikan sampai lulus SD, Nn.D berpendidikan sampai lulus SMK dan pasien An. A masih bersekolah di SD.

20

D. Genogram Bentuk Keluarga :


nuclear family

Tn. W

N y. S

Nn. D

An. A

Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan : Tinggal satu rumah

: Pasien
X

: Meninggal Dunia

21 E. Informasi pola interaksi keluarga Pola interaksi keluarga ;


Tn. W
Ny. S

Nn. D

An. A

Keterangan : : Hubungan anggota keluarga baik : Pasien Kesimpulan : Semua keluarga saling berkomunikasi dengan baik, namun untuk menceritakan masalah masing-masing keanggota keluarga masih kurang.

22

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA 1. Faktor Perilaku Keluarga a. Pengetahuan Keluarga ini memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan karena tingkat pendidikan yang kurang pada keluarga pasien, namun demikian dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Sikap Keluarga pasien sangat perduli dengan kesehatan anggota keluarganya, saat ada keluhan tentang kesehatan keluarga langsung di bawa ke pelayanan kesehatan terdekat. c. Tindakan Satu hari setelah keluhan An. A orang tua pasien segera membawa An. A ke KRIMS untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Dan disarankan untuk kontrol kembali 3 hari kemudian tetapi pasien tidak melakukannya karena sudah merasa sehat. 2. Faktor Non Perilaku Keluarga An.A biasanya menggunakan KRIMS sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memenuhi standar kesehatan, pencahayaan dan ventilasi rumah cukup. Untuk kebutuhan air sehari-hari diperoleh dari PDAM. a. Lingkungan Lingkungan luar rumah Keluarga pasien tinggal dalam sebuah rumah ukuran 9x12 meter2 memanjang ke belakang, saling berdekatan dengan tetangga, memiliki pekarangan di kesadaran akan kesehatan cukup baik pada keluarga An. A, ketika ada keluarga yang sakit langsung

23 depan rumah, sampah dibuang di belakang rumah, apabila sudah kering segera dibakar. Lingkungan dalam rumah Dinding rumah sudah terbuat dari batu bata yang sudah diplester semen, dan telah di cat, lantai rumah sudah dikeramik, rumah terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar utama, 2 kamar anak, 2 dapur, kamar mandi, toilet, tempat shalat . Rumah memiliki 2 pintu utama sebagai pintu keluar masuk, yang terletak di depan dan belakang rumah. Keluarga memiliki fasilitas MCK yang baik, dan ventilasi yang baik. Denah Rumah Kamar 2 Halama n Depan Ruang Tamu Kamar 3 Kamar 1 Dapur 1 Ruang keluarga KM
Toilet T. cuci piring

Ruan g maka n Dapur 2 + kandang ayam

Keterangan : : Pintu Indoor o Luas rumah o Lantai o Pencahayaan dan ventilasi : 9 x 12 Meter2 : keramik : Baik

Outdoor o Halaman rumah o Sumber air bersih dari o Saluran pembuangan air : 1 halaman rumah (depan) : PDAM : selokan

24 o Saluran jamban b. Pelayanan kesehatan Jarak ke KRIMS cukup jauh. : wc jongkok yang dibuang ke septitank

DIAGRAM FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


Pengetahuan: kurang, karena tingkat pendidikan yang kurang dalam keluarga pasien. Lingkungan Fisik: cukup sehat Ekonomi: menengah Sosial: hubungan dengan lingkungan cukup baik

Sikap: Keluarga pasien sangat peduli dengan kesehatan anggota keluarga, termasuk dengan keadaan pasien.

Keluarga An. A

Pelayanan kesehatan: Cukup jauh dengan pelayanan kesehatan (KRIMS).

Tindakan : Keluarga An. A membawa ke KRIMS 1 hari setelah keluhan pasien.

Keturunan: Tidak ada keturunan yang sakit seperti pasien.

Kesimpulan : Perilaku dan non perilaku pasien cukup baik karena jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan namun dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor milik orang tua pasien dan tingkat pendidikan yang kurang dalam keluarga pasien.

25

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB IV DAFTAR MASALAH


A. MASALAH MEDIS Rhinitis akut dan tonsilofaringitis B. MASALAH NON MEDIS 1. Suka jajan sembarangan 2. Susah untuk disuruh makan

DIAGRAM PERMASALAHAN KELUARGA 1. Suka Rhinitis akut dan tonsilofaringitis sembarangan 2. Susah untuk disuruh makan
An. A 10 Tahun

jajan

26 LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB V TINJAUAN PUSTAKA


C. Rinitis Akut (common cold) DEFINISI Radang akut mukosa kavum nasi oleh infeksi (self limiting disease) yang sering diikuti infeksi sekunder oleh bakteri yang bermanifestasi sebagai kumpulan gejala dimana gejala lokal utama ditemukan pada saluran pernafasan atas dengan predominan gejalagejala hidung yang berlangsung selama kurang dari 2 minggu. ETIOLOGI Rhinovirus Sangat jarang disebabkan oleh bakteri kecuali sebagai infeksi sekunder DIAGNOSIS Gejala khas dari rhinitis akut : Stadium prodromal / ischemic berlangsung beberapa jam sesudah masa inkubasi 1-3 hari terasa panas, kering & gatal dalam hidung & nasofaring bersin-bersin Stadium hiperemia/catharal hidung tersumbat profuse rinorrhoea demam & nyeri kepala Stadium sekunder infeksi sekret menjadi kuning dan kental sumbatan pada hidung memberat Stadium resolusi/convalescence sembuh sesudah 5-10 hari pemeriksaan penunjang (jarang dilakukan) pemeriksaan darah (DL,dll) kultur sekret / swab mukosa

PENATALAKSANAAN

27 Lokal uap hangat (nebulizer) tetes hidung (decongestant) Umum Istirahat terapi simptomatik : antipiretik/analgetika, antihistamin, dekongestan, mukolitik antibiotik (hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder-stadium invasi atau pada bayi karena mudah terjadi komplikasi) KOMPLIKASI sinusitis paranasales occlusio tubae sampai otitis media faringitis, bronkhitis, pneumonia B. Penyakit yang Berhubungan Dengan Sakit Tenggorokan Akut Penyakit yang Berhubungan Dengan Sakit Tenggorokan Akut No 1 2 3 4 5 6 Penyakit Faringitis akut tanpa pembentukan membran Tonsilitis akut Tonsilitis lingualis Abses peritonsilar Faringitis akut dengan pem. Membran/ulserasi Angina vincent/plaut Difteri Faringitis dikaitkan dengan gang. hematologi Mononukleosis infeksiosa Leukemia akut Frekuensi Sangat sering pada anak-anak dan semua usia Sangat sering pada anak-anak Sedang pada dewasa Paling sering pada usia 13-20 Dewasa muda Jarang Sering Jarang

Selain itu kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien adalah : Laringitis Difteria Mums / Parotitis Epidemika

C. Anatomi

28

D. Faringitis akut

29 1. Definisi Faringitis adalah Inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat juga tonsilo palatina). Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis). 2. Penyebab Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Virus (yaitu rhinovirus, adenovirus, parainfluenza, coxsackievirus, Epstein Barr virus, herpes virus) Bakteria (yaitu, grup A -hemolytic Streptococcus [paling sering]), Chlamydia, Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae Jamur (yaitu Candida); jarang kecuali pada penderita imunokompromis (yaitu mereka dengan HIV dan AIDS) Iritasi makanan yang merangsang sering merupakan faktor pencetus atau yang memperberat. 3. Gambaran Klinis Perjalanan penyakit bergantung pada adanya infeksi sekunder dan virulensi kumannya serta daya tahan tubuh penderita, tetapi biasanya faringitis sembuh sendiri dalam 3 5 hari. Faringitis yang disebabkan bakteri : Demam atau menggigil Nyeri menela Faring posterior merah dan bengkak Terdapat folikel bereksudat dan purulen di dinding faring Mungkin batuk Pembesaran kelenjar getah bening leher bagian anterior Tidak mau makan / menelan Onset mendadak dari nyeri tenggorokan Malaise Anoreksia

Faringitis yang disebabkan virus : Onset radang tenggorokannya lambat, progresif Demam Nyeri menelan

30 Faring posterior merah dan bengkak Malaise ringan Batuk Kongesti nasal

4. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. 5. Penatalaksanaan - Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza. - Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus. - Untuk demam dan nyeri: Dewasa Parasetamol 250 atau 500 mg, 1 2 tablet per oral 4 x sehari jika diperlukan, atau Ibuprofen, 200 mg 1 2 tablet 4 x sehari jika diperlukan. Anak Parasetamol diberikan 3 kali sehari jika demam Dewasa o Kotrimoksazol 2 tablet dewasa 2 x sehari selama 5 hari o Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari o Eritromisin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari Anak o Kotrimoksazol 2 tablet anak 2 x sehari selama 5 hari o Amoksisilin 30 - 50mg/kgBB perhari selama 5 hari o Eritromisin 20 40 mg/kgBB perhari selama 5 hari di bawah 1 tahun : 60 mg/kali (1/8 tablet) 1 - 3 tahun : 60 - 120 mg/kali (1/4 tablet) 3 - 6 tahun : 120 - 170 mg/kali (1/3 tablet) 6 - 12 tahun : 170 - 300 mg/kali (1/2 tablet)

- Obati dengan antibiotik jika diduga ada infeksi :

E. Tonsilitis Akut

31 1. Definisi Tonsil adalah kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak tenggorokan) yang berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil (amandel) yang dapat menyerang semua golongan umur. Pada anak, tonsilitis akut sering menimbulkan komplikasi. Bila tonsilitis akut sering kambuh walaupun penderita telah mendapatkan pengobatan yang memadai, maka perlu diingat kemungkinan terjadinya tonsilitis kronik. Faktor-faktor berikut ini mempengaruhi berulangnya tonsilitis : rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu), cuaca, pengobatan tonsilitis yang tidak memadai, dan higiene rongga mulut yang kurang baik. Tonsilitis kronik dapat tampil dalam bentuk hipertrofi hiperplasia atau bentuk atrofi. Pada anak, tonsilitas kronik sering disertai pembengkakan kelenjar submandibularis adenoiditis, rinitis dan otitis media. 2. Penyebab Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptokokus atau infeksi virus (lebih jarang). 3. Gambaran klinik Penderita biasanya mengeluh sakit menelan, lesu seluruh tubuh, nyeri sendi, dan kadang atalgia sebagai nyeri alih dari N. IX. Suhu tubuh sering mencapai 40C, terutama pada anak. Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau membran. Pada anak, membran pad tonsil mungkin juga disebabkan oleh tonsilitis difteri. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis. Pada tonsilitis kronik hipertrofi, tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kripta lebar berisi detritus. Tonsil melekat ke jaringan sekitarnya. Pada bentuk atrofi, tonsil kecil seperti terpendam dalam fosa tonsilaris. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala dan muntah.

4. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Tonsil membengkak dan tampak bercak-bercak perdarahan. Ditemukan nanah dan selaput putih tipis yang menempel di tonsil. Membran ini bisa diangkat dengan

32 mudah tanpa menyebabkan perdarahan. Dilakukan pembiakan apus tenggorokan di laboratorium untuk mengetahui bakteri penyebabnya. 5. Penatalaksanaan Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per oral selama 10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan. Penisilin V 1,5 juta IU 2 x sehari selama 5 hari atau 500 mg 3 x sehari. Pilihan lain adalah eritromisin 500 mg 3 x sehari atau amoksisilin 500 mg 3 x sehari yang diberikan selama 5 hari. Dosis pada anak : eritromisin 40 mg/kgBB/ hari, amoksisilin 30 50 mg/kgBB/hari. Tak perlu memulai antibiotik segera, penundaan 1 3 hari tidak meningkatkan komplikasi atau menunda penyembuhan penyakit. Antibiotik hanya sedikit memperpendek durasi gejala dan mengurangi risiko demam rematik. Bila suhu badan tinggi, penderita harus tirah baring dan dianjurkan untuk banyak minum. Makanan lunak diberikan selama penderita masih nyeri menelan. Analgetik (parasetamol dan ibuprofen adalah yang paling aman) lebih efektif daripada antibiotik dalam menghilangkan gejala. Nyeri faring bahkan dapat diterapi dengan spray lidokain. Pasien tidak lagi menularkan penyakit sesudah pemberian 1 hari antibiotik. Bila dicurigai adanya tonsilitis difteri, penderita harus segera diberi serum anti difteri (ADS), tetapi bila ada gejala sumbatan nafas, segera rujuk ke rumah sakit. Pada tonsilitis kronik, penting untuk memberikan nasihat agar menjauhi rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut, misalnya rokok, minuman/makanan yang merangsang, higiene mulut yang buruk, atau penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan. Segera rujuk jika terjadi : Tonsilitis bakteri rekuren (> 4x/tahun) tak peduli apa pun tipe bakterinya Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia yang berasal dari tonsil. Obstruksi saluran nafas yang disebabkan oleh tonsil (yang dapat hamper saling bersentuhan satu sama lain), apneu saat tidur, gangguan oklusi gigi

33 F. Difteria 1. Definisi Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau mukosa. Dikenal 3 tipe utama C. diphtheriae, yaitu tipe gravis, intermedius, dan mitis namun dipandang dari sudut antigenisitas sebenarnya basil ini merupakan spesies yang bersifat heterogen dan mempunyai banyak tipe serologik. Difteria ditularkan melalui kontak dengan pasien atau karier dengan cara droplet. Muntahan/debu bisa merupakan wahana penularan (vehicles of transmission). Difteria kulit, meskipun jarang dibahas,memegang peran yang cukup penting secara epidemiologik. Difteria tersebar luas di seluruh dunia. Angka kejadian menurun secara nyata setelah Perang Dunia II, setelah penggunaan toksoid difteria. Demikian pula terdapat penurunan mortalitas yang berkisar antara 5-10%. Faktor sosialekonomi, overcrowding, nutrisi yang buruk, terbatasnya fasilitas kesehatan merupakan faktor penting terjadinya penyakit ini. 2. Etiologi Corynebacterium diphtheriae 3. Tanda dan Gejala a) Nyeri tenggorokan b) Nausea c) Muntah d) Disfagia e) Membran di atas daerah tonsila kotor dan dapat berwarna hijau tua dan dapat perdarahan apabila membran diangkat 2. Diagnosa Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Cara yang lebih akurat adalah dengan identifikasi dengan flourescent antibody technique. Diagnosis pasti adalah dengan isolasi C. diphtheriae dengan pembiakan pada media Loeffler 3. Pemeriksaan penunjang Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

34 Biakan apusan untuk identifikasi C. diphtheriae dengan pembiakan pada media Loeffler / Mac Conkey 4. Penatalaksanaan Penanganan penyakit terdiri dari dua fase a) Penggunaan antitoksin spesifik Penatalaksanaan Spesifik, pasien diberikan antitoksin Anti Diphtheria Serum (ADS) yang diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria b) Eliminasi organisme dari orofaring Pemberian antibiotik seperti penisilin atau eritromisin. Antibiotik (penisislin prokain), diberikan untuk eradikasi kuman. Steroid diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran napas bagian atas (dengan atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis. Kortikosteroid tidak bermanfaat untuk mencegah miokarditis G. Mumps / Parotitis Epidemika 1. Epidemiologi Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis epidemika merupakan penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak. Insidens pada umur <15 tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9 tahun. Setelah ditemukan vaksin parotitis, kejadian parotitis epidemika menjadi sangat jarang. Di negara barat seperti Amerika dan Inggris, rata-rata didapat kurang dari 1.000 kasus per tahun. Demikian pula insidens parotitis bergeser pada anak besar dan dewasa muda serta menyebabkan kejadian luar biasa di tempat kuliah atau tempat kerja. Di Indonesia, tidak didapatkan adanya data mengenai insidens terjadinya parotitis epidemika. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejak tahun 1997-2008 terdapat 105 kasus parotitis epidemika. Jumlah kasus tersebut semakin berkurang tiap tahunnya, dengan jumlah 11-15 kasus/tahun sebelum tahun 2000 dan 1-5 kasus/tahun setelah tahun 2000. Selama tahun 2008 hanya didapatkan satu kasus parotitis epidemika. 2. Definisi Parotitis epidemika adalah infeksi akut, menular dengan gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. 3. Etiologi

35 Disebabkan oleh virus mumps yaitu paramyxovirus. Virus itu sudah berada dalam air ludah 1-6 hari sebelum pipi anak membengkak. Biasanya bila salah satu anak terkena gondongan maka anak-anak lain di daerah itu terkena juga karena virus itu sangat menular. 4. Tanda dan Gejala a) Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda berusia lima sampai 15 tahun. b) Nyeri sewaktu mengunyah dan menelan. Lebih terasa lagi bila menelan cairan asam seperti air jeruk. c) Pembengkakan yang nyeri terjadi pada sisi muka dan di bawah telinga. Kelenjar kelenjar di bawah dagu juga akan lebih besar dan membengkak. d) Penderita juga merasa demam. Suhu tubuh dapat meningkat hingga 39,5oC. e) Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita, seperti persentuhan dengan cairan muntah dan air seni penderita atau melalui udara ketika penderita bersin atau batuk 5. Diagnosa Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan gambaran klinis 6. Pemeriksaan penunjang Darah lengkap (limfositosis relatif) 5. Penatalaksanaan a) Antibiotik b) Koreksi bila ada dehidrasi c) Kompres hangat dan analgetik d) Higyne per orang e) Operasi drainase bila diperlukan

36 LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan holistik 1. Diagnosa dari segi biologis Rhinitis akut dan tonsilofaringitis 2. Diagnosa dari segi psikologis Pasien masih bersekolah di sekolah dasar, hubungan pasien dengan keluarga baik, pasien tinggal satu rumah dengan orang tua dan kakak perempuannya, pasien memiliki teman banyak baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. 3. Diagnosa dari segi sosial Hubungan pasien dengan orang tua baik, namun pasien jarang berkumpul dengan orang tuanya karena orang tua pasien bekerja dari pagi hingga sore, bahkan malam. Hubungan dengan tetangga dan teman-temannya di dekat rumah sangat baik, tidak pernah mengikuti kegiatan lingkungan karena masih berusia 10 tahun, setiap sore mengaji. Aspek Personal o Pasien mengeluh demam dan muntah o Harapan berobat adalah agar keluhan cepat sembuh o Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit pasien, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga demi kesembuhan pasien o Yang diharapkan pasien adalah kesembuhan. o Pasien merasa khawatir terhadap penyakitnya karena takut semakin bertambah parah Aspek Klinis o Rhinitis akut dan tonsilofaringitis

37 o Diagnosa banding : Laringitis Difteria Mumps / Parotitis Epidemika Aspek Resiko Internal o Pasien usia 10 tahun, yang secara epidemiologi merupakan usia rawan terjadinya Rhinitis akut dan tonsilofaringitis o Pasien suka makan ciki2 di rumah o Pasien suka jajan di sekolah o Pola makan pasien tidak terkontrol (sulit disuruh makan) Aspek Resiko Ekternal o Pasien tidak dibuatkan bekal makanan sendiri saat berangkat ke sekolah o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga, walaupun keluarga yang tinggal satu rumah jarang dapat berkumpul bersama. Aspek Fungsional o Pasien dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring (derajat 4) B. Saran komprehensif An. A disarankan untuk mengurangi bahkan mengkonsumsi jajan yang biasa dibeli di sekolah dan makan secara teratur. 2. Promotif Memberikan pemahaman kepada orang tua dan pasien tentang bahaya jajan sembarangan, menyarankan untuk membiasakan An.A untuk makan secara teratur. 3. Preventif

38 Membuatkan bekal makanan dari rumah saat sekolah, Memberikan nasihat, Mengontrol pola makan pasien 6. Kuratif Pasien menggunakan obat antibiotik, antipiretik, antiemetik dan ekspektoran yang diberikan dokter secara rutin dan teratur.

39 LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, Boies, Higler. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Kedokteran EGC, Jakarta. 2. ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia Volume 43. 2008. ISFI, Jakarta.

Buku

3. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. 2008. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 4. Prasetyawati, Arsita Eka. Buku Kedokteran Keluarga.FK Universitas Sebelas Maret.

40

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA Klinik Dokter Keluarga Berkas Pembinaan Keluarga No. Berkas No. RM Nama KK : : 010507 : Tn. I

Catatan Konsultasi Pembimbing (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan) Hari/ Tanggal Uraian Kegiatan Pembimbing Paraf Keterangan

Anda mungkin juga menyukai