Anda di halaman 1dari 5

Modul 3: Tanggap Darurat Bencana

Gunakan bagian Kesiapsiagaan Individu untuk meriview : Persiapan individu sebelum, dan saat berada di lokasi tanggap darurat Koordinasi dan orientasi sebelum, dan saat berada di lokasi tanggap darurat Pengorganisasian Posko Darurat Persiapan Individu

Sesi 2

: Manajemen Darurat

Sebelum
5W+1H

Di Lokasi
Pembentukan Tim

Individual Checklist
Koordinasi Orientasi

Persiapan individu tidak hanya dilakukan pada saat tiba di lokasi, persiapan yang baik yang dilakukan sebelum keberangkatan ke lokasi darurat, akan mempermudah aktifitas pada saat di lokasi darurat. SEBELUM Petugas harus menyatakan kesediaannya untuk ikut ataupun tidak ikut dalam misi tanggap darurat. Setiap petugas sebaiknya sudah mulai melakukan koordinasi dan orientasi. Koordinasi dan orientasi ini dimulai dengan prinsip 5 W + 1 H, yaitu apa situasi daruratnya, dimana terjadinya, kapan, penyebab situasi darurat, siapa yang terkena dampak, serta bagaimana cara mencapai lokasi

darurat. Hal ini merupakan bagian dari assessment awal, yaitu berupa studi dokumen. Pada saat mempelajari situasi awal ini, diasumsikan petugas belum mencapai lokasi darurat, sehingga hanya memperoleh data data berdasarkan dari laporan laporan yang sudah ada, ataupun hubungan melalui komunikasi telepon, fax, atau surat elektronik (email). Setelah itu, petugas yang sudah bersedia, harus mempersiapkan kesiapan pribadi/individunya, seperti barang barang pribadi, obat obatan, alat komunikasi, alat tulis, serta keperluan administratif, yang tertuang individual checklist. DILOKASI Setelah tiba di lokasi darurat, koordinasi dan orientasi tetap merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Salah satu bentuk koordinasi dan orientasi tahap awal yang dilakukan adalah pembentukan tim. Tim ini harus dibentuk dengan dasar pertimbangan pertimbangan seperti : kemampuan, keahlian, dan kesiapan individu. Pertimbangan pertimbangan ini harus dilakukan untuk menghindari tumpang tindih, dan agar terjadi pembagian peran yang tepat didalam tim. Kunci dari keberhasilan tim adalah keterbukaan dalam berkomunikasi, sehingga perlu juga diciptakan komunikasi dua arah. Bukan hanya satu orang pemimpin yang mengkomunikasikan ide ide dan pemikirannya saja, melainkan juga terbuka menerima masukan dari anggota timnya. ORIENTASI DAN KOORDINASI Orientasi dan koordinasi merupakan hal MUTLAK yang harus dilakukan setiap saat dalam situasi darurat bencana. Oleh karena itulah dalam gambar diatas, orientasi dan koordinasi berada di tengah tengah antara sebelum dan di lokasi. Namun demikian, orientasi dan koordinasi tidak hanya dilakukan pada level lapangan saja, melainkan bertingkat dari skup paling luas, yaitu nasional Internasional, skup nasional provinsial, skup provinsial Kabupaten/Kodya. Tingkatan pada koordinasi dapat digambarkan seperti berikut : dalam

BAKORNAS PBP ICRC FEDERASI BADAN INTERNASIONAL

PMI PUSAT DIVISI PB

SATKORLAK PBP, LSM lain

PMI DAERAH BIDANG PB

SATLAK PBP, LSM Lain, dll

PMI CABANG SEKSI PB

TIM TIMSATGANA SATGANA

Internasional - Nasional - Provinsial Divisi PB yang berada di Kantor Pusat PMI, akan berkoordinasi dan melakukan orientasi, dengan BAKORNAS PBP, yang bertempat di Jakarta. Selain itu, Divisi PB juga melakukan koordinasi yang dekat dengan Federasi dan ICRC, serta badan internasional lainnya, seperti donor, dan lain - lain dalam setiap kegiatannya. Selain koordinasi ke luar, koordinasi juga dilakukan kedalam, yaitu kepada divisi lain yang berkaitan, seperti Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat (apabila terdapat masalah kesehatan dan sosial), Logistik dan Umum (untuk mengetahui jumlah stock yang ada di KP PMI), H3 (untuk publikasi kegiatan), serta koordinasi dengan Bidang PB di PMI Daerah, untuk memantau kegiatan yang dilakukan oleh PMI Daerah.

Provinsial Kabupaten/Kodya

PMI daerah merupakan titik tengah dimana, selain harus berkoordinasi dengan PMI Pusat, PMI Daerah juga harus berkoordinasi erat dengan PMI Cabang. Untuk koordinasi keluar, PMI Daerah melakukan koordinasi erat dengan lembaga lembaga pemerintah lainnya yang tergabung dalam SATKORLAK PBP, serta LSM lain yang mungkin beroperasi di lokasi darurat. Kabupaten/Kodya PMI Cabang merupakan induk SATGANA, dan merupakan lini awal pelayanan PMI apabila terjadi situasi darurat di sebuah daerah di Indonesia 1. Karena sulitnya situasi dan kondisi yang terjadi di lokasi darurat, tidak jarang koordinasi dan orientasi dilakukan langsung dari PMI Cabang ke PMI Pusat, dan sebaliknya. PENGORGANISASIAN POSKO Fungsi Sesuai dengan sebutannya, maka fungsi posko darurat adalah sebagai pusat segala kegiatan operasional dalam situasi darurat. Kegiatan kegiatan yang dilakukan di posko tersebut antara lain adalah pengorganisasian dan mobillisasi sumber daya manusia, pengendalian situasi lapangan, pengaturan komunikasi antara lapangan dengan kantor Cabang/Daerah/Pusat, pusat koordinasi lapangan, dan masih banyak lagi. Syarat Untuk dapat menjalankan kegiatannya dengan baik, posko darurat harus memenuhi kualifikasi persyaratan bangunan, akses, dan fasilitas. 1. Bangunan Bangunan untuk posko darurat tidak haruslah bangunan mewah, ataupun permanen. yang terpenting dari bangunan adalah terlindung dari serangan alam (panas, hujan, banjir, dll), dan terlindung dari serangan manusia (penjarahan, penyerangan, dll). Bangunan juga harus memiliki kelayakan ruangan, untuk bekerja, untuk beristirahat, serta aktifitas lainnnya.
1

Asumsi, karena Indonesia memiliki struktur bertingkat yang berada di bawah Kodya/Kabupaten, yaitu Kecamatan, Kelurahan, Desa, dan Dusun, sehingga PMI Cabang merupakan lembaga yang memiliki daerah tanggungjawab langsung paling banyak.

2. Akses Untuk bangunan, yang dimaksud dengan akses disini adalah kemudahan untuk dijangkau segala bentuk alat transportasi. Sedangkan untuk kelengkapan lainnya adalah akses telekomunikasi dan informasi. Kemudahan akses komunikasi dan informasi juga merupakan syarat mutlak dari sebuah posko darurat. Minimal, sebuah posko darurat harus memiliki alat komunikasi berupa telepon. Akan lebih baik lagi, apabila memiliki alat komunikasi lain yang lebih akurat dan cepat, yaitu faximili dan internet. Sedangkan untuk akses koordinasi, staff yang bertugas di posko darurat, harus memiliki akses, ataupun menciptakan akses ke masyarakat, ke pemerintah, serta lembaga lembaga lain yang ada di daerah tersebut. 3. Fasilitas Salah satu fasilitas yang harus dimiliki untuk mempermudah akses transportasi adalah fasilitas alat transportasi, seperti sepeda, sepeda motor, mobil, ataupun kendaraan lainnya. Selain itu, di dalam ruangan posko, harus tersedia berbagai sarana informasi tambahan seperti peta daerah, peta bencana dan peta konflik (jika ada), statistik daerah, dan juga data data mengenai rekan rekan kerjasama organisasi di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai