Anda di halaman 1dari 21

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

ACCOUNTING THEORY HUBUNGAN AGENCY THEORY DAN EARNING MANAGEMENT DALAM PRAKTIK TATA KELOLA PERUSAHAAN (CORPORATE GOVERNANCE) DAN USEFULNESS SUATU INFORMASI AKUNTANSI (Sebuah Telaah Teoritis) Oleh : Muhammad Abadan Syakura (116020310011012) Dosen Pengampu MK :

Prof. Dr. Bambang Subroto, MM., Ak. Dr. Zaki Baridwan.Msi, Ak


Abstract The purpose of writing this article / paper is to discuss about the relationship and the role of agency theory and the practice of earnings management in the development of corporate governance and the usefulness of accounting information. Agency theory arise because of different interests that give rise to information asymmetry, this resulting in conflicts between owners (principals) and managers (agents), meaning that the owner actually wanted to obtain information open and contain elements of truth proclaimed by managers, while managers do not fully provide information that should be obtained by the owner, who in turn gave rise to a conflict in the form of information asymmetry. There is a relationship between agency theory with accounting theory. The linkage between the agency theory of accounting theory because agency theory is a major problem resolution of accounting theory in determining the choice of accounting method optimal procedure with a specific purpose. Implications of accounting choice ultimately depends on the variables that represent management incentives to choose accounting methods with bonus plans, debt contracts, and the political process. The existence of information asymmetry raises an opportunity for management to perform earnings management may benefit himself. At first glance, it appears that earnings management is closely linked to the rate of profit (earnings) or an organization's business performance. This is not strange because the rate of profit or the profit obtained is often associated with performance management as well as it is a common that the size of the bonus to be received by the manager depends on the size of the profit earned. Earnings management itself can not be interpreted as an effort to adverse negative because it does not always profit-oriented management of earnings manipulation. The issue of the emergence of good corporate governance background by the conflict of interest between the owner (principal) and management (agent), and between majority shareholders and minority shareholders. Therefore accounting research related to corporate governance and earnings management always refer to positive accounting theory and agency theory. Corporate governance structure is designed to support the course of the organization's activities
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 1

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

responsibly and controlled by reference to the principles of good corporate governance (Transparency, Accountability, Responsibility, Independence, and Fairness) and increase the benefits (usefulness) of financial statements in view of the investor. The most important to understand here why the accounting information contained in financial statements useful. This is because the main purpose of financial accounting is to provide information useful (usefulness) for the users (end users / investors) in decision-making (decision making). Keywords: Agency Theory, Earnings Management, Positive Accounting Theory, Information Asymmetry, Corporate Governance, Useful of Financial Statements, Accounting Research. Abstrak Tujuan penulisan artikel / paper ini adalah untuk membahas tentang hubungan dan peranan teori keagenan dan manajemen laba dalam perkembangan praktik tata kelola perusahaan (corporate governance) dan usefulness suatu informasi akuntansi. Teori keagenan (agency theory) timbul karena adanya perbedaan kepentingan yang menimbulkan informasi asimetri (asimetry information), sehingga terjadi konflik antara pemilik (principal) dan manajer (agent), artinya bahwa pemilik sesungguhnya menghendaki perolehan informasi secara terbuka dan mengandung unsur kebenaran yang disampaikan oleh manajer, sementara manajer tidak sepenuhnya memberikan informasi yang seharusnya diperoleh oleh pemilik, yang pada akhirnya memunculkan suatu conflict berupa asimetri informasi. Ada keterkaitan antara teori keagenan dengan teori akuntansi. Keterkaitan antara teori keagenan dengan teori akuntansi, adalah teori keagenan merupakan resolusi masalah utama dari teori akuntansi dalam menentukan pilihan prosedur metode akuntansi yang optimal dengan tujuan tertentu. Implikasi atas pilihan akuntansi pada akhirnya bergantung pada variabel-variabel yang merepresentasi insentif manajemen untuk memilih metode akuntansi dengan rencana bonus, kontrak utang, dan proses politis. Adanya asimetri informasi memunculkan suatu peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba yang bisa saja menguntungkan dirinya sendiri. Sekilas, tampak bahwa manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba (earnings) atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah suatu yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Isu munculnya good corporate governance dilatar belakangi oleh adanya konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan pihak manajemen (agen), dan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Oleh karena itu riset akuntansi yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan dan manajemen laba selalu mengacu pada teori akuntansi positif dan teori agensi. Struktur corporate governance didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggungjawab dan terkendali dengan mengacu pada prinsip-prinsip GCG (Tranparansi, Akuntabilitas, Responsbility, Independensi, dan Fairness) serta menambah manfaat (usefulness) laporan keuangan dalam pandangan penanam modal. Penting dipahami di sini mengapa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan bermanfaat. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari akuntansi keuangan ialah menyajikan informasi yang bermanfaat (usefulness) bagi para pemakai (end users / investor) dalam pengambilan keputusan (decision making). Kata Kunci : Teori Keagenan, Manajemen Laba, Teori Akuntansi Positif, Asimetri Informasi, Tata Kelola Perusahaan, Manfaat Laporan Keuangan, Riset Akuntansi.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 2

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

I.

PENDAHULUAN Tujuan setiap perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat

diukur dari harga saham perusahaan yang bersangkutan. Tetapi selain tujuan ini, seorang manajer mungkin memiliki tujuan lain yang bertentangan dengan maksimalisasi kekayaan pemegang saham. Seorang manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agent conflict). Permasalahan (agent conflict) yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) informasi mengenai laba yang merupakan salah satu parameter untuk mengukur kinerja manajemen, (2) adanya pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan, dimana manajemen tidak merasakan langsung akibat adanya kesalahan dalam pembuatan keputusan bisnis karena risiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemegang saham. Kaitan antara agency theory dan teori akuntansi menjelaskan bahwa agency theory dipandang sebagai resolusi masalah utama dalam teori positif dengan asumsi teori agensi lebih menekankan pada kontrak sukarela yang muncul diantara berbagai pihak organisasional sebagai solusi yang efisien terhadap konflik-konflik kepentingan. Teori tersebut mengembangkan pandangan tentang perusahaan sebagai sebuah rangkaian kontrak/nexus of contracts dengan pernyataan Jansen dan Meckling (1976) bahwa perusahaan adalah fiksi legal yang melayani sebagai sebuah rangkaian seperangkat hubungan kontrak diantara individu. Hubungan agency theory dengan riset akuntansi lebih mengarah kepada pemahamannya sebagai teori keuangan modern dan merupakan suatu dimensi penelitian akuntansi positif (positive accounting research). Sebagai suatu bagian dari positive accounting research maka agency theory menjadi teori yang didominasi oleh kepercayaan tentang realitas fisik, yang mengklaim bahwa terdapat dunia atau realitas obyektif yang berada di luar diri manusia. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang, yang salah
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 3

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

satu bentuknya adalah earnings management. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham dan debtholders, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka sendiri. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah-masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agency conflict). Manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemegang saham dengan manajemen perusahan. Earning management atau manajemen laba berhubungan erat dengan teori keagenan atau Agency Theory. Adanya asimetri informasi memunculkan suatu peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba yang bisa saja menguntungkan dirinya sendiri. Sekilas, tampak bahwa manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba (earnings) atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah suatu yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bila manajer sering berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat keuntungan atau laba yang dicapai. Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk memanage atau mengatur data keuangan yang dilaporkan. Perlu dicatat disini bahwa manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations. Melihat kenyataan semakin menariknya topik manajemen laba bagi para peneliti akuntansi, khususnya, dan para pemerhati manajemen, penulis mencoba mengungkap fenomena tersebut. Riset akuntansi yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan dan manajemen laba selalu mengacu pada teori akuntansi positif dan teori agensi. Riset mengenai tata kelola perusahaan (corporate governance) masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti seiring dengan terbukanya skandal keuangan berskala besar (misalnya skandal Enron Corp, Tyco,
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 4

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

Worldcom Inc., Xerox Corp.,) yang melibatkan akuntan. Kasus-kasus ini memunculkan pertanyaan mengapa suatu perusahaan kelas dunia dapat mengalami hal yang sangat tragis dengan mendeklarasikan bangkrut justru setelah hasil audit keuangan perusahaannya dinyatakan pendapat tanpa kualifikasi (unqualified opinion). Di Indonesia, kasus Lippo merupakan salah satu skandal akuntansi yang sangat menonjol di tahun 2003. Skandal Bank Lippo adalah berkaitan dengan pelaporan keuangan, dengan diterbitkannya dua versi laporan keuangan, yaitu antara yang diterbitkannya ke Bursa Efek Jakarta dan yang dipublikasikan. Di Indonesia, praktik GCG telah diatur dalam beberapa undang-undang dan peraturan, sehingga implementasi prinsip-prinsip GCG salah satunya didorong oleh kepatuhan terhadap regulasi (seperti UU PT no 40/2007, peraturan Bapepam-LK, Peraturan Bank Indonesia no 8/4/PBI/2006 yang dirubah menjadi no 8/14/2006 tentang Peraturan GCG bagi bank umum). Hasil riset yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) terhadap 52 perusahaan publik (yang masuk dalam LQ45 periode Juli 2000 s/d Juni 2001) menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan arti pentingnya GCG, namun 65% responden menyatakan menerapkan GCG karena memang regulasi mengehendaki hal tersebut, 30% menyatakan GCG sebagai bagian dari budaya perusahaan. Laporan Keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keputusan ekonomi yang mereka lakukan. Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. Implementasi GCG diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan yang trusted. Kinerja perusahaan meningkat berdampak pada kesejahteraan pihak manajemen perusahaan dan pemegang saham (shareholders). Namun disisi lain, pihak manajemen berpotensi melakukan tindakan-tindakan melalui pemilihan kebijakan akuntansi yang berdampak positif pada kepentingan mereka sendiri, dan sangat mungkin terjadi apa yang dilakukan oleh pihak manajemen akan berdampak negatif bagi kepentingan pemilik perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976; Fama dan Jensen, 1983; Morck et al. (1989). Karena itu, implementasi GCG adalah menjadi alternatif untuk mengurangi praktik manajemen laba. Manajemen laba muncul pada saat peneliti akuntansi mencoba mengkaitkan hubungan antara suatu variabel ekonomi tertentu dan upaya manajer untuk mengambil manfaat atas variabel tersebut. Manajemen laba yang berlebihan akan mengurangi manfaat
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 5

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

(usefulness) laporan keuangan dalam pandangan penanam modal (Scott, 2009). Magnan dan Cormier (1997) mengungkapkakan bahwa ada tiga alasan utama manajer melakukan praktik manajemen laba yaitu minimalisasi political cost, maksimalisasi kesejahteraaan manajer (manager wealth maximization) dan minimisasi biaya (minimization of financing costs). Efektivitas pelaksanaan corporate governance sangat tergantung dari peran atau actions yang dilakukan oleh elemen-elemen dalam struktur corporate governance. Elemenelemen tersebut adalah komisaris baik dari unsur independen maupun bukan, komite audit, kepemilikan saham oleh insitusi, kepemilikan saham dan jasa audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bereputasi. Harapannya adalah semakin efektif peran yang dilakukan oleh elemen-elemen struktur corporate governance, semakin meningkatkan kualitas informasi akuntansi dari sudut pandang users. II. PEMBAHASAN Agency theory lahir sekitar tahun 1970an, berawal dari adanya bentuk koorporasi yang memisahkan dengan tegas antara kepemilikan perusahaan dengan kontrol atau dengan kata lain ada pemisahan yang jelas antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Semakin rumit dan besarnya suatu perusahaan membuat pihak pemilik tidak bisa secara intensif mengelola perusahaannya, sehingga meminta pihak manajemen untuk mengelola kelangsungan hidup perusahaan dalam usahanya mendapatkan profit. Selanjutnya manajemen dianggap sebagai agent dan pemilik dianggap sebagai principal. Hubungan tersebut oleh banyak ahli disebut dengan hubungan keagenan (agency relationship). Definisi Teori Agency William R. Scott (2003) memberikan definisi tentang agency theory sebagai berikut: Agency theory is a branchof game theory that studies the design of contrac ts to motivate a rational agent to act on behalf of a principal when the agents interest would otherwise conflict with those of the principal Jensen dan Meckling (1976) memberi definisi tentang agency relationship sebagai berikut: An agency relationship is defined as a contract under which one or more persons (principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 6

SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI AGENCY

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

decision making authority to agent (Jensen and Meckling, 1976, p 308, lihat Kelly, 1987, 194). Definisi yang diutarakan oleh Jensen dan Meckling, mengandung pengertian bahwa suatu pendelegasian wewenang telah diberikan oleh pihak pemilik kepada pihak perusahaan dalam bentuk pembuatan keputusan dalam perusahaan. Dalam konteks perusahaan, manajemen bertindak sebagai orang yang diberi amanah oleh pemilik modal (Shareholder dan bondholder). Hubungan tersebut memberi konsekuensi, manajemen yang bertindak atas nama perusahaan dituntut melaksanakan kepentingan principal, dengan kata lain manajemen yang telah diberi otorisasi dalam pengambilan keputusan secara sadar harus bertindak dalam konteks yang memberi keuntungan pada kepentingan principal. Masalah yang timbul dari agency relationship ini sebenarnya bermula dari adanya hasrat pihak manajemen untuk tidak bertindak demi kepentingan terbaik dari principal. Contoh klasik dari fenomena ini, dimana pemilik dari perusahaan menyewa atau mempekerjakan seorang manajer untuk mengopersikan perusahaanya dan menginginkan manajemen untuk membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi kekayaan pemilik, tetapi manajemen malah tidak bertindak seperti yang diinginkan oleh principal. Manajemen seringkali membuat keputusan yang memaksimalkan kekayaan diri manajemen daripada untuk memaksimalkan kekayaan principal. Dimana manajemen sering melakukan aktivitas yang tidak efesien dengan mengkonsumsi natura perusahaan yang tentunya merupakan beban dari principal. Bermula dari konflik kepentingan tersebut, agency theory dilahirkan sebagai suatu jembatan bagi para pelaku bisnis dalam menganalisa tindakan dari pihak-pihak yang terlibat hubungan keagenan dalam kaitannya dengan laporan keuangan. Agency theory sendiri sebenarnya merupakan sebuah teori deskriptif yang berusaha menjelaskan hubungan teori akuntansi positif dengan praktek akuntansi dalam hubungan keagenan. Sebagai suatu teori deskriptif agency theory mengandung nilai-nilai penjelasan, seperti misalnya penggunaan historical cost. Oleh karena itu dalam teori agency harus dijelaskan seluk-beluk yang berkaitan dan mendasari penggunaan historical cost tersebut. Kelly (1987, 183, dalam Jensen dan Meckling, 1976) memberi penjelasan tentang agency theory sebagai berikut: Agency theory is used to explain reactions of the constracting parties to changes in methods of accounting measurements. Kiswara (1999, 58); Zimmer dan Whittred (1990, 21-37), lebih lanjut mendefinisikan bahwa agency theory adalah suatu teori deskriptif yang menjelaskan tentang agency relationship, asumsi dasar
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 7

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

yang mendasari dalam hubungan tersebut, konflik yang melekat dan biaya-biaya yang terjadi dari hubungan keagenan tersebut serta hal-hal yang berkaitan dengan perubahan dan pemilihan metode akuntansi. Secara garis besar agency theory memberikan gambaran tentang laporan keuangan dengan teori akuntansi menurut asal muasalnya dan menjelaskan mengenai perancangannya yang didasarkan pada teori ekonomi, asumsi dasar perilaku manusia, dan problem resiko yang kesemuanya termaktub dalam agency theory itu sendiri (Kiswara, 1999,8). Sedangkan menurut Copeland dan Weston (1988, p.20) seperti yang dikutip oleh Roslender (1992, 161) menyatakan bahwa ukuran dan pertimbangan penting dalam agency theory adalah perefleksian sifat dari problem yang ditimbulkan dalam agency relationship; yakni apakah manajer mempunyai insentif yang bagus untuk memaksimalkan kekayaan shareholder. Ditambahkan juga bahwa penekanan dalam agency theory adalah pada problem agency cost yang timbul dalam organisasi bisnis modern. Seperti yang dijelaskan diatas Jensen dan Meckling (1976) merumuskan bahwa perusahaan merupakan "fiksi legal yang melayani seperangkat hubungan kontrak sehingga terdapat pandangan yang menyatakan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak (nexus of contracts). Dalam perkembangannya pandangan "nexus of contracts" cakupannya meluas sampai ke pasar modal serta pasar bagi perilaku manajerial. Selanjutnya Jensen dan Meckling juga mengintegrasikan elemen-elemen teori keagenan dengan sifat-sifat teoretis suatu kebenaran dan teori keuangan dalam rangka mengembangkan teori struktur kepemilikan perusahaan. Mereka juga memberikan definisi konsep kos keagenan (agency cost) serta menggambarkan hubungan-hubungan yang terjadi untuk dapat memisahkan dan mengendalikan isu-isu tentang kos. Di samping itu, juga meneliti sifat-sifat kos tersebut khususnya kos keagenan yang dihasilkan melalui tambahan utang dan modal yang berasal dari luar perusahaan. Tujuan utamanya adalah dapat mengidentifikasi siapa yang menghasilkan kos tersebut dan mengapa kos tersebut dihasilkan. Kos keagenan muncul karena para prinsipal ingin memastikan apakah agen mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan kepentingannya. Untuk mencapai maksud tersebut mereka dapat menggunakan insentif kompensasi dan melakukan pemantauan (monitoring), misalnya dalam bentuk audit. Kos pemantauan (monitoring cost) yang muncul merupakan salah satu bentuk kos keagenan. Sebaliknya, manajer juga akan termotivasi untuk memberikan jaminan tertentu kepada prinsipal. Kos yang dikeluarkan untuk keperluan pemberian jaminan disebut dengan kos penjaminan (bonding cost). Meskipun telah dilakukan pemantauan oleh prinsipal dan penjaminan oleh agen, tetap terjadi perbedaan antara keputusan yang diambil agen dengan keputusan yang menghasilkan
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 8

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

manfaat maksimal bagi prinsipal. Perbedaan nilai keputusan ini disebut dengan kerugian sisa (residual loss) sehingga komponen kos keagenan adalah kos pemantauan, kos penjaminan, dan kerugian sisa. Eisenhardt (1989) menegaskan bahwa teori keagenan merupakan suatu teori yang penting sekalipun bersifat kontroversi karena (1) teori keagenan merupakan tawaran pengetahuan yang unik ke dalam sistem informasi, terkait dengan adanya ketidakpastian serta insentif-insentif dan risiko dan (2)teori keagenan merupakan suatu perspektif empirik yang valid, terutama ketika dirangkai dengan perspektif-perspektif yang bersifat komplementer. Machfoedz. (1997 ) mengemukakan bahwa problem yang timbul dari hubungan kerja antara dua pihak-pemberi kerja (principal) dan pelaksana pekerjaan (agent) disebabkan dua hal: pertama, keterbatasan pihak pemberi kerja atau pemilik untuk memperoleh informasi dari pemegang pekerjaan atau manajemen setiap saat yang dikehendaki oleh pemilik; kedua, sikap yang berbeda antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) dalam menghadapi dan menerima resiko (Machfoedz,1997). Jensen dan Meckling (1976), juga menyebutkan bahwa ada dua konflik potensial dari keberadaan kepentingan kedua pihak tersebut yaitu principal sebagai pemberi kerja dan agent sebagai pihak yang diberi kerja. Dua konflik tersebut adalah shareholder / manager conflict yang menimbulkan agency cost of equity dan bondholder / shareholder-management conflict yang menimbulkan agency cost of debt. Munculnya Asimetri Informasi Laporan akuntansi memang dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengannya, sebenarnya, adalah para pengguna eksternal (di luar manajemen). Informasi akuntansi ini penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahaannya dan mengetahui peristiwaperistiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Selain itu, ada pula masalah dalam pengkomunikasian informasi akuntansi yang juga kompleks karena mereka (pengguna eksternal) merupakan suatu kelompok yang heterogen dengan berbagai macam kepentingan. Situasi ini akan memicu dan memacu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (asymmetrical information/information asymmetry) yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (preparer) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Atau, dengan istilah lain, ketidakseimbangan informasi antara agen di satu
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 9

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

sisi dengan prinsipal pada sisi lainnya. Ada dua tipe utama asimetri informasi (Scott, 2009). Yang pertama adalah adverse selection, yaitu, bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor sebagai pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. Tantangan bagi akuntansi di sini adalah bagaimana membawa informasi dari dalam ke luar perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan oleh para investor, membatasi pihak dalam untuk mengeksploitasi keunggulan informasi mereka, serta mendorong operasional pasar modal. Tipe kedua asimetri informasi adalah moral hazard, yaitu, bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman kecuali pada perusahaan yang sangat kecil sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Di sini tantangan bagi akuntansi adalah untuk menyediakan alat ukur yang baik bagi penilaian kinerja manajerial, terutama yang berhubungan erat dengan usaha manajer. Ini akan mendorong adanya kontrak insentif untuk mengontrol kinerja manajer, melindungi pemberi pinjaman, serta memberi informasi bagi pasar tenaga kerja pada level manajerial. Hubungan Teori Agensi dengan Teori Akuntansi Masalah utama dalam teori positif adalah untuk menentukan bagaimana prosedur akuntansi mempengaruhi aliran kas dan dengan demikian, utilitas manajemen, fungsi untuk memperoleh pencerahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan manajer atas prosedur akuntansi. Resolusi terhadap masalah tersebut dipandu oleh asumsi teoritis sebagai berikut Belkaoui (2004): 1. Teori agensi mungkin telah memulai dengan menekankan pada kontrak sukarela yang muncul diantara berbagai pihak organisasional sebagai solusi yang efisien terhadap konflik-konflik kepentingan ini. Teori tersebut mengembangkan pandangan tentang perusahaan sebagai sebuahrangkaian kontrak/ nexus of contracts dengan pernyataan Jansen dan Meckling bahwa perusahaan adalah fiksi legal yang melayani sebagai sebuah rangkaian seperangkat hubungan kontrak diantara individu. Fama memperluas pandanganrangkaian kontrak ini dengan memasukkan pasar modal dan pasar bagi tenaga kerja manajerial 2. Berkaitan dengan perspektif tentang perusahaan sebagai rangkaian kontrak, teori kos perjanjian (terbaik contracting cost theory) memandang peranan informasi akuntansi
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 10

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

sebagai alat pemantauan dan pemaksaan kontrak-kontrak ini untuk mengurangi biaya keagenan dari konflik kepentingan tertentu. Satu konflik yang mungkin adalah konflik kepentingan antara pemberi pinjaman dan pemegang saham perusahaan; dalam kasus seperti itu, keputusan yang menguntungkan bagi pemeganga saham tidak selalu merupakan yang bagi pemberi pinjaman. Hal ini mungkin menyebabkan perjanjian pemberian pinjaman menghendaki adanya ketentuan tentang aturan pengukuran untuk menghitung angka-angka akuntansi dengan tujuan untuk melindungi perjanjian peminjaman. Kesepakatan lain yang mungkin adalah mewajibkan penggunaan angkaangka akuntansi dari laporan keuangan auditan untuk memantau perjanjian tentang kesepakatan yang meliputi kontrak konpensasi manajemen dan perusahaan secara hukum. Sehingga teori kos perjanjian mengasumsikan bahwa metode akuntansi dipilih sebagai bagian dari proses maksimisasi kemakmuran. Implikasi kedua proposisi tersebut adalah bahwa manajemen memilih suatu pilihan prosedur akuntansi yang optimal dengan tujuan tertentu. Masalah utama pendekatan positif terletak pada penentuan faktor-faktir apakah yang mungkin mempengaruhi pilihan yang optimal, dengan dipandu oleh asumsi teori agensi dan teori kos perjanjian. Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang merepresentasi insentif manajemen untuk memilih metode akuntansi dengan rencana bonus, kontrak utang, dan proses politis. Sehingga akibatnya tiga hipotesis dihasilkan (Watts & Zimmerman, 1990): 1. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis) menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Alasannya adalah tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak ada penyesuaian untuk metode yang dipilih. 2. Hipotesis utang ekuitas (debt equity hypothesis) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio utang / equitas suatu perusahaan, yang equivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian utang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian dan terjadinya kos kemacetan teknis, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income. 3. Hipotesis kos politis (political cost hypothesis) menyatakan bahwa perusahaan besar lebih mungkin untuk menggunakan pilihan akuntansi yang mrngurangi profit yang dilaporkan daripada perusahaan kecil. Menurut Jensen dan Meckling (1976) hubungan agensi muncul ketika satu orang atau
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 11

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan

suatu jasa dan

kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Bagi Scott (1997), hubungan pemilik-manajer dalam teori agensi merupakan sebuah proksi untuk sejumlah besar investor dan manajer, yang menggambarkan pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian, sebagai sebuah model untuk dua individu yang rasional dengan kepentingan yang saling bertentangan. Hubungan Teori Agensi dengan Research Akuntansi Agency theory merupakan teori yang utama dalam keuangan modern dan merupakan suatu dimensi penelitian akuntansi positif (positive accounting research). Sebagai suatu bagian dari positive accounting research maka agency theory menjadi teori yang didominasi oleh kepercayaan tentang realitas fisik, yang mengklaim bahwa terdapat dunia atau realitas obyektif yang berada di luar diri manusia. Sebagai konsekuensinya teori ini hanya bisa di peroleh atau dianggap ilmiah bila subyek dapat secara tepat dan obyektif menemukan realitas obyektif tadi (Chua, 1986). Oleh karenanya teori ini merupakan suatu ilmu atau teori yang bebas nilai sehingga akuntanpun hukumnya haram untuk memberikan pertimbangan nilai (value judgement) atas laporan atau informasi yang ia hasilkan dalam hubungannya dengan hubungan keagenan tersebut. Dengan memakai asumsi seperti itu, yaitu obyektivitas dan kenetralan yang tinggi. Dimana angka-angka yang ada dalam akuntansi dianggap angkaangka sakral yang membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi pihak-pihak yang berkepentingan melalui pengambilan keputusan mereka. Asumsi yang dipakai dalam agency theory sebenarnya merupakan perefleksian dari ideologi kapitalisme Marx dalam bukunya Capital volume III (Giddens, 1985) telah memberi suatu pandangan bahwa adanya suatu pemisahan yang tegas antara kepemilikan dengan kontrol dalam perusahaan merupakan transformasi dari nilai-nilai kapitalisme. Seperti Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Irfan (2002) bahwa informasi akuntansi yang harusnya memberikan suatu kejujuran dalam pelaporan keuangan sangat perlu untuk ditinjau dan dikaji lebih dalam berkaitan dengan hubungan keagenan tersebut. SEJARAH MUNCULNYA MANAJEMEN LABA
Manajemen laba muncul pada saat peneliti akuntansi dan manajemen keuangan mencoba meneliti hubungan antara variabel-variabel ekonomi tertentu dan upaya manajer untuk mengambil manfaat atas variabel tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan teori akuntansi positif dari Watts dan Zimmerman (1990) yang menjelaskan bahwa suatu teori akuntansi yang berusaha mengungkapkan faktor-faktor ekonomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 12

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Manajemen laba yang berlebihan akan mengurangi usefulness laporan keuangan dalam pandangan penanam modal (Scott, 2009: 403).

Munculnya praktik manajemen laba karena manajer memiliki akses informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak lainnya. Jansen dan Meckling (1976) dan Watts dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan keuangan konflik yang di antara pihak-pihak oleh agen yang sebagai berkepentingan. Dengan laporan dilaporkan

pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta memberikan kompensasi kepada agen.
Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa manajemen laba dilakukan karena didorong oleh adanya kepentingan-kepentingan pribadi manajer. Healey (1985) dalam papernya yang berjudul the effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions mengungkapkan bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan kepentingan bonus manajer. Schipper (1989) mengungkapkan bahwa manajemen laba dianggap sebagai suatu intervensi pihak manajemen dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan (financial reporting) untuk pihak eksternal, dengan tujuan untuk mem-peroleh beberapa keuntungan pribadi. Mempertegas pendapat sebelumnya, Belkaoui (2004) menyatakan bahwa manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Scott (2009) pandangan yang lebih luas tentang manajemen laba mengungkapkan bahwa manajemen laba dapat dipandang menjadi dua perspektif yaitu: 1) perspektif pelaporan keuangan (financial reporting), yang mana dalam perspektif ini manajer menggunakan manajemen laba untuk kepentingan peramalan atas laba sehingga akan terhindar dari reaksi negatif para investor, dan 2) perspektif kontraktual ( contracting perspective), yang mana dalam perspektif ini manajer menggunakan manajemen laba untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Scott (2009), mendefinisikan manajemen laba adalah sebagai berikut: Earnings management is the choice by a manager of accounting policies, or actions affecting earnings, so as to achieve some specific reported earnings objective. Ditinjau dari sisi teori akuntansi positif, manajemen laba yang dilakukan eksekutif
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 13

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

dapat dijelaskan melalui teori kontrak (Godfrey et al., 1997) dalam Baridwan (2000). Proses kontrak tersebut menghasilkan hubungan keagenan. Hubungan keagenan muncul ketika prinsipal mengontrak pihak lain (agen) untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan kontrak tersebut prinsipal mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Ternyata hubungan tersebut konflik karena, baik prinsipal maupun agen, keduanya merupakan pihak yang mempunyai sifat, yaitu memaksimumkan kesejahteraannya (utility maximiser). Oleh sebab itu, tidak ada alasan yang dapat digunakan untuk menempatkan keyakinan bahwa agen akan selalu bertindak untuk kepentingan prinsipal. Masalah keagenen muncul karena perilaku oportunis agen. Agen cenderung memaksimumkan setiap peluang yang ada untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan prinsipal. MUNCULNYA GOOD CORPORATE GOVERNANCE Di Era Globalisasi dan Pasar bebas, negara-negara di dunia dituntut untuk menerapkan sistem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis yaitu kegiatan bisnis yang berbasis prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang dikenal dengan istilah Good Corporate Goverance (GCG). Isu munculnya good corporate governance dilatar belakangi oleh adanya konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan pihak manajemen, dan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Manajer berperan sebagai agen dalam suatu perusahaan dan diberi kewenangan untuk mengurus jalannya perusahaan dan mengambil keputusan atas nama pemilik. Dengan superioritas informasi yang dimilliki oleh manajer, memungkinan manajer memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham (pemilik). Lemahnya penerapan Good Corporate Goverance (GCG) sering disebut sebagai salah satu penyebab krisis keuangan di negara-negara di Asia, hal ini dikarenakan semakin terpisahnya hubungan para pemegang saham dengan manajemen, kurangnya transparan perusahaan dalam pelaporan kinerja keuangan, semakin tidak terkendalinya pengelolaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan dan tidak effektifnya komite pengawas. Hal ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu profit dan market value yang maksimal (Herdiwidayatmo, 2000).
Kata governance diterjemahkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai tata kelola. Governance berbeda dengan management. Lukviarman (2005) berpendapat bahwa manajemen berhubungan dengan manage the things, sehingga merupakan mekanisme yang akan menjamin bahwa segala

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 14

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

sesuatu dilakukan secara benar (doing things right), sedangkan governance merupakan mekanisme untuk melakukan sesuatu yang benar (doing the right things). Pilar utama yang menyusun suatu sistem Governance (sistem Pengaturan) adalah penjabaran dari institusi formal dalam sebuah negara modern yang mempunyai peran dalam penyusunan dan menentukan segala keputusan yang akan diambil yang berdampak bagi masyarakat secara keseluruhan. Tiga pilar utama tersebut yaitu Administrative Governance, Political Governance dan Economic Governance Dimana ketiga pilar tersebut memiliki peran khusus yang berbeda satu sama lain tetapi fungsinya saling melengkapi dalam sebuah sistem governance (Emirzon,2007) Para ahli dalam memberikan pendapat terhadap Corporate Governance berbeda-beda tetapi secara substansi memiliki makna yang sama. Morck et al. (1989) mengemukakan bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Pendapat ini lebih memberikan perhatian kepada pemilik modal (supplier keuangan) terhadap return yang diharapkan atas dana yang diinvestasikan. Pihak manajer, selaku penerima amanah, harus menjaga kepentingan dari pemilik modal. Corporate Governance yang lebih menekankan pada seperangkat regulasi yang mengatur pola hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, tenaga kerja dan para pihak pemangku kepentingan lainnya dikemukakan oleh Cadbury Committee (Cadbury, 1992) dan OECD (2004), sebagai berikut: Cadbury Committee (Cadbury, 1992): Corporate Governance is a set of the rules that define a relationship between shareholders, manager, creditor, the government, employees and other internal and external stakeholder in respect to their rights and responsibilities.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) (2004): mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemangku kepentingan lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. IICG (2012) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai struktur, system, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah (value) perusahaan secara bekesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangundangan dan norma yang berlaku di suatu Negara. Keberadaan struktur dalam organisiasi lebih ditekankan pada bagaimana aktivitas dalam organisasi dibagi, diorganisir, dan dikoordinasi (Stoner et al. 1995). GCG, sebagai suatu struktur dimaknai bahwa elemen-elemen yang membentuk GCG (dewan komisaris, komite audit, direksi dan pemegang saham) berperan sesuai dengan hak dan kewajiban
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 15

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

masing-masing. Struktur corporate governance harus didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggungjawab dan terkendali dengan mengacu pada prinsipprinsip GCG (Tranparansi, Akuntabilitas, Responsbility, Independensi, dan Fairness). Di Indonesia, struktur CG diatur dalam UU PT no 40 tahun 2007. Secara umum, perusahaan-perusahaan di Indonesia struktur CG berbasis two board system. Perbedaan mendasar terletak pada kedudukan dewan komisaris yang tidak langsung membawahi direksi. Hal ini sesuai dengan aturan dalam UU PT no 40 tahun 2007 bahwa anggota dewan direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 94 ayat 1 dan pasal 105 ayat1). Selain itu, kedudukan anggota dewan komisaris juga diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 111 ayat 1). Dengan demikian, maka baik anggota direksi maupun anggota dewan komsaris bertanggungjawab pada RUPS. Struktur CG yang menempatkan dewan komisaris dan dewan direksi sejajar berdampak pada kurang efektifnya fungsi pengawasan karena dewan direksi beranggapan sebagai mitra kerja. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh sebuah lembaga (baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta) yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukannya. Pemilik institusional memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan investor lainnya. Umumnya institusi menyerahkan tanggungjawab untuk mengelola investasi pada divisi tertentu, sehingga institusi dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya. Dengan demikian, praktik manajemen laba dapat ditekan melalui efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham institusi. Peningkatan kepemilikan saham oleh manajer diharapkan akan membuat manajer bertindak sesuai dengan keinginan principal karena itu manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial adalah mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah-masalah keagenan (agency problems). Kepemilikan manajerial yang tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalah-masalah keagenan. Peningkatan proporsi saham yang dimiliki oleh manajer akan menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan-tindakan yang berorientasi untuk kepentingan pribadi (oportunistic behaviour). Dengan kata lain, kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diselaraskan bila manajer memiliki saham perusahaan yang lebih (Morck et al., 1989). USEFULNESS (MANFAAT) LAPORAN KEUANGAN Informasi akuntansi merupakan kandungan informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan melalui teknik analisis fundamental. Analisis fundamental atau
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 16

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

analisis laporan keuangan (financial statements analysis) bertujuan untuk menyediakan data yang berhubungan dengan perusahaan yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi yang dimaksud ialah keputusan untuk membeli, menjual, ataupun mempertahankan kepemilikan saham. Konsep yang mendasari ialah bahwa nilai saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh prestasi keuangan perusahaan yang bersangkutan. Prestasi keuangan perusahaan tertuang dalam laporan keuangan perusahaan, melalui analisis historis atas laporan keuangan perusahaan akan dapat dipahami kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi arah dan perkembangan, mengevaluasi efisiensi operasional, dan memahami sifat serta operasi perusahaan (Copeland and Weston 1988). Penting dipahami di sini mengapa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan bermanfaat. Tujuan utama dari akuntansi keuangan ialah menyajikan informasi yang bermanfaat (usefulness) bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan (Puspitaningtyas, 2012). Kompleksitas dalam lingkungan akuntansi didasari oleh adanya permasalahan asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi merupakan suatu konsep yang mengakui bahwa ada beberapa pihak dalam transaksi-transaksi bisnis barangkali mempunyai suatu keunggulan informasi dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya. Terdapat dua jenis asimetri informasi, yaitu: (1) adverse selection, adalah suatu jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak atau lebih yang terlibat dalam suatu transaksi bisnis, atau suatu transaksi yang potensial, memiliki keunggulan informasi dibandingkan dengan pihak lainnya; dan (2) moral hazard, adalah suatu jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak atau lebih yang terlibat dalam suatu transaksi bisnis, atau suatu transaksi yang potensial, dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam terselesaikannya transaksi tersebut, sementara pihak lainnya tidak. Atas terjadinya permasalahan asimetri informasi, peranan akuntansi adalah untuk memberi suatu level playing field (bidang permainan yang rata) melalui pengungkapan penuh (full disclosure) dari informasi yang berguna dan cost-effective kepada para investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya (Kodrat dan Herdinata, 2009; Scott, 2009). Akuntan telah memutuskan bahwa investor merupakan konstituen utama, serta menggunakan teori investasi dan teori pengambilan keputusan dalam memahami tipe informasi akuntansi yang dibutuhkan investor. Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan yang ada dalam per- nyataan SFAC No.1 tentang the objective of financial reporting for business enterprise (Financial Accounting Standard Board, 1980). Pernyataan dalam SFAC No.1 jelas memberikan mandat pada profesi akuntansi untuk menyajikan laporan keuangan
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 17

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

yang bermanfaat (useful) bagi para pengguna dalam rangka membuat keputusan bisnis.
Konsep relevansi nilai informasi akuntansi dan konsep decision usefulness of accounting information saling terkait. Relevansi nilai informasi akuntansi menekankan pada how accounting information has a value relevant for market participants (investors)?, sedangkan konsep decision usefulness of accounting information menekankan pada how financial statements can be more useful?. Konsekuensi dari konsep ini adalah bahwa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan harus memberikan nilai manfaat (useful) kepada para penggunanya (users) dalam hal pengambilan keputusan. Konsep relevansi nilai informasi akuntansi menjelaskan tentang bagaimana investor bereaksi terhadap pengumuman informasi akuntansi. Reaksi ini akan membuktikan bahwa kandungan informasi akuntansi merupakan isu yang sangat penting dan menjadi pertimbangan penting dalam proses pengambilan keputusan investasi, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi bermanfaat (useful) bagi investor (Scott, 2009)

III.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian teoritis yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa simpulan

penting yang dapat dikemukakan. Pertama, manajer memiliki kewenangan untuk memilih kebijakan akuntansi tertentu yang tidak hanya berdampak pada kinerja perusahaan, tetapi juga didorong oleh kepentingan pribadi manajer yang dapat dikatakan bersifat opportunisctic behavior. Praktik manajemen laba juga akan berdampak pada kredibilitas suatu laporan keuangan. Praktik manajemen laba yang berlebihan akan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan dari sudut pandang investor. Kedua, teori keagenan (agency theory) timbul karena adanya perbedaan kepentingan yang menimbulkan informasi asimetri ( asimetry information), adanya asimetri informasi akhirnya menimbulkan suatu opportunity bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba yang lebih mementingkan dirinya sendiri. Munculnya konsep Good Corporate Governance diharapkan akan mengurangi adanya agency problem dan opportunistic behavior manajemen, salah satunya dengan menerapkan kepemilikan manajerial dan system kompensasi. Struktur corporate governance (diproksi dengan kepemilikan insitusional, kepemilikan manajemen dan komisaris baik unsur independen maupun tidak) juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Ketiga, sebagian besar penelitian empiris menunjukkan bahwa keberadaan kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komisaris independen dan Kantor Akuntan Publik (KAP) bereputasi mampu menekan potensi praktik manajemen laba. Keempat, Scott (2009)
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 18

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

menyimpulkan bahwa pendekatan decision usefulness dari sisi teori akuntansi adalah jika tidak dapat mempersiapkan laporan keuangan secara teoritis benar, setidaknya kita dapat mencoba membuat laporan keuangan lebih berguna (more useful).
Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan sudah mengacu pada International Financial Reporting Standards (IFRS). Konsekuensinya adalah adanya beberapa perubahan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Harmonisasi terhadap PSAK dengan IFRS ini bisa jadi berpengaruh terhadap manajemen laba dan financial reporting. Karena itu, sosialiasai terhadap SAK baru menjadi penting bagi manajer perusahaan. Menyikapi bahwa telah banyak penelitian empiris yang menghubungkan corporate governance dengan manajemen laba, maka tetap masih terbuka peluang untuk dilakukan riset lanjutan dengan beberapa modifikasi seperti penggunaan proksi yang berbeda terhadap pengukuran corporate governance dan lebih memfokuskan pada industri tertentu (suatu misal industri perbankan atau industri manufaktur). Pertimbangannya adalah pemilikan kebijakan akuntansi bisa jadi berbeda praktik earnings management antar satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Selain itu, praktik corporate governance yang ada sekarang apakah merupakan suatu kebutuhan perusahaan, sebagai corporate culture, ataukah sebatas memenuhi aspek regulasi yang ada. Hal ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut melalui penelitian pendekatan non mainstream (kualitatif) dan penelitian pendekatan mainstream (kuantitatif) untuk mendapatkan bukti empiris dan penjelasan lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA Ali Irfan. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi.
Lintasan Ekonomi Volume XIX, Nomor 2, Juli 2002

Belkaoui, A. R. 2004. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat. Cadbury, A. 1992. Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance , Section 2.5, p-15, Gee and Co. Ltd, C/O, The London Stock Exchange, United Kingdom, (http://www.ecgi. org/codes/documents/cadbury.pdf, diakses 10 April 2013). Chua, Wai Fong. 1986. Radical Development in accounting Thought. The Accounting Review LXI (4): 601-632. Copeland, Thomas E, and J. Fred Weston. 1988. Financial Theory a Coorporate Policy. Third Edition. New York: The Dryden Press. Eisenhard, K.M. 1989, Agency Theory: An Assess-ment and Review. Academic of Management Review, 14(1): 15-74. Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance : Paradigma Baru Dalam Praktik Bisnis Indonesia. Yogyakarta : Genta Press Fama, Eugene F and Jensen, M.C. 1983. Agency Problems and Residual Claims. Journal of Law & Economics, Vol. XXVI. Avalaible from: http://papers.ssrn.com

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 19

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

Giddens, Anthony. 1985. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern Suatu Analisis Karya-Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. Penerbit Universitas Indonesia. Salemba 4. Jakarta. Godfrey, J., Hodgson, A., and Holmes, S. 1997. Accounting Theory. Queensland: John Wiley & Sons. Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics, 7(1-3): 85-107. Herwidayatmo (2000).Peranan dan fungsi Komisaris Independen dan Komite Audit. Presiding Konvensi Nasional Akuntansi IV Ikatan Akuntan Indonesia 2000 IICG. 2012. Tata Kelola, (http://iicg.org/iicg/home. php?type=1&pageno=3, diakses 1 April 2013). Jensen, M. C. & Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4):305-360.
Kelly, Joe, 1974, Organization Behavior, an Exestensial-System Approach, Homewood, Richard D. Iewin, Inc.

Kiswara, Endang. 1999. Teori Keagenan (Agency Theory). Wujud Kepedulian Akuntansi Pada Makna Informatif Pengungkapan Lporan Keuangan. Media Akuntansi. No.34/ Th VI April 1999. Kodrat, D. S. dan C. Herdinata. 2009. Manajemen Keuangan: Based on Empirical Research. Graha Ilmu. Yogyakarta. Lukviarman, N. 2005. Perspektif Shareholding Versus Stakeholding Dalam Memahami Fenomena CG. Yogyakarta. Machfoedz. Masud. 1997. True Reward Systems dan Media Pertanggungjawaban pada Tuhan. Makalah Kuliah Tamu Magnan, M. & Cormier, D. 1997. The Impact of Forward-Looking Financial Data in IPOs on the Quality of Financial Reporting. Journal of Financial Statement Analysis: 6-17. Miqdad, Muhammad. 2012. Praktik Tata Kelola Perusahaan dan Usefulness Informasi Akuntansi (Telaah Teoritis dan Empiris). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.14 No.2 September 2012. Universitas Jember. Jember. Morck, R., Shleifer, A. & Vishny, R.W. 1989. Alternative Mechanism for Corporate Control. American Economics Review, 79: 842-852. OECD, 2004. Corporate Governance; A Survey of OECD Countries. OECD Publication Service, France.
Puspitaningtyas, Zarah. 2012. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Manfaatnya Bagi Investor. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Universitas Jember

Roslender, Robin. 1992. Sociological Perspectives on Modern Accounting. Journal of Financial Statement Analysis. 8-10. Salno, H.M. dan Baridwan, Z. (2000). Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan
Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 20

An Article (116020310011012)

Muhammad Abadan Syakura

Public di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1): 17-34. Samuelson, W. F. dan S. G. Marks. 2003. Managerial Economics. 4th ed. John Wiley dan Sons, Inc. New York. Schipper, K. 1989. Earnings Management. Account-ing Horizons, 3 (4): 91-102. Retrieved: February 3rd, 2007, from ProQuest database. Scott, R. William. (2003). Financial Accounting Theory, 2nd Edition, Prentice Hall Canada Inc, Ontario. Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition, University of Waterloo: Queens Uni-versity. Stoner, J., Freeman, E. & Gilbert, D. 1995. Mana-gement. 6th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc. UU PT no. 40 tahun 2007 Watts, R.L. and J.L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory; A Ten Year Perspective. Accounting Review, 65 (1): 131-156. Zimmer Ian dan Whittred. 1990. A Contracting Cost Framework for the Analysis of Financial Accounting and Reporting , Finacial Accounting: Incentive effects and economic Consequences. Sidney: Holt Rinehart and Wiston.

Ujian Tengah Smester (UTS) Teori Akuntansi Page 21

Anda mungkin juga menyukai