Anda di halaman 1dari 14

1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

CANACTIVE Bahan Active Packaging dari Abu Ampas Tebu untuk Komoditas Pertanian

BIDANG KEGIATAN: PKMP

Diusulkan Oleh:

Intin Nurwati (09/283215/TP/9431) Angkatan 2009 Denok Kumalasari (10/300143/TP/9814) Angkatan 2010 Wiwik Indriani (12/333184/TP/10445) Angkatan 2012 Dena Prischa Putri (10/305301/TP/9925) Angkatan 2010

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

A. JUDUL PROGRAM CANACTIVE Bahan Active Packaging dari Abu Ampas Tebu untuk Komoditas Pertanian

B. LATAR BELAKANG Sekarang ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet. Industri-industri pengolahan pangan

juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan mungkin alaminya. Kemasan aktif (Active Packaging) adalah teknik kemasan yang meningkatkan Smart Packaging, bertujuan untuk keamanan dan mutu semaksimal

bahan sebagaimana bahan

mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai kemasan interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif adalah untuk

mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya. Permeabilitas kemasan terhadap gas merupakan sifat penting dalam pemilihan jenis kemasan. Jika terjadi kebocoran pada kemasan, maka

modifikasi atmosfir di sekitar kemasan yang sudah dibuat optimal sesuai dengan kebutuhan produk, akan rusak, karena gas akan masuk ke dalam

kemasan, dan mutu produk pangan menjadi menurun. Oleh karena itu terjadinya kebocoran pada kemasan harus dapat dideteksi untuk menghindari terjadinya kerusakan produk. Tipe visual dari indikator oksigen terdiri dari : perubahan warna redoks, serta komponen reduksi dan komponen alkali. Komponen-

komponen tersebut misalnya pelarut (air dan/atau alkohol) dan bulking agent (misalnya zeolit, gel silika, bahan selulosa, polimer).

Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anwar, 2008). Tebu merupakan salah satu tanaman pengumpul silikon (Si) yaitu tanaman yang serapan Si-nya melebihi serapannya terhadap air. Tebu menyerap Si sekitar 500-700 kg/ha lebih tinggi dibanding unsur-unsur lainnya. Sebagai pembanding, dalam kurun waktu yang sama tebu menyerap antara 100-300 kg K, 40-80 kg P, dan 50-500 kg N per ha (Yukamgo dan Yuwono, 2007). Keberadaan ampas tebu yang melimpah dan merupakan produk samping dari industri pengolahan tebu. Pemanfaatan ampas tebu sendiri masih dirasa kurang karena belum adanya pengolahan lebih lanjut dan kebanyakan dimanfaatkan untuk pupuk kompos. Hal ini yang melatar belakangi dalam pengolahan ampas tebu lebih lanjut. Kandungan silika gel yang tinggi pada ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan kemasan aktif. Dengan pemanfaatan bahan baku silika gel yang terbuat dari ampas tebu yang merupakan limbah diharapkan dapat menjadi inovasi pengemasan terutama kemasan aktif . Uap air pada beberapa produk pangan perlu dikendalikan, khusunya pada produk kering. Apabila tidak dikendalikan maka kerusakan-kerusakan baik yag bersifat fisik, chemis, maupun mikrobiologi sangat rentan terjadi. Untuk mengendalikan uap air tersebut maka kita dapat menggunakan silica gel. Hal ini disebabkan karena kemampuannya dalam menyerap uap air. Penggunaan silica gel diharapkan meningkatkan umur simpan..

C. PERUMUSAN MASALAH Pemanfaatan bahan baku secara menyeluruh hingga hasil samping dari pengolahan akan mewujudkan konsep zero waste. Pemanfaatan limbah industri sangat penting untuk mengurangi pencemaran serta meningkatkan nilai ekonomis. Ampas tebu merupakan hasil samping dari pengolahan industri tebu. Industri pengolahan tebu antara lain adalah pabrik gula. Pemanfaatan ampas tebu hingga saat ini masih kurang. Oleh karena itu penelitian mengenai pemanfaatan ampas

tebu dirasa penting. Ampas tebu memiliki kandungan silika yang besar, silika ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kemasan aktif yaitu silika gel. Pemanfaatan ini di harapkan dapat meningkatkan nilai tambah ampas tebu serta menambah inovasi bahan kemasan aktif. Kemasan aktif ini sangat bermanfaat untuk memperlama daya simpan produk sehingga dapat memperpanjang umur bahan terutama bahan baku pertanian yang bersifat mudah rusah.

D. TUJUAN 1. Memanfaatkan limbah ampas tebu menjadi bahan baku kemasan aktif. 2. Mengembangkan inovasi bahan baku kemasan aktif menggunakan silika gel yang berasal dari ampas tebu. 3. Mengoptimalkan pengguaan limbah ampas tebu dan meningkatkan nilai ekonomis.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN 1. Adanya penelitian ini di harapkan dapat mengetahui pemanfaatan silika gel ampas tebu sebagai bahan pembuatan kemasan aktif. 2. Meningkatkan inovasi bahan dalam pembuatan kemasan aktif. 3. Meningkatkan nilai ekonomis ampas tebu yang merupakan limbah hasil industri pegolahan tebu. 4. Dapat mengurangi limbah industri dan menuju pada zero waste.

F. KEGUNAAN 1. Memberikan ide baru untuk memanfaatkan abu bagasse sebagai sumber silika yang murah, tersedia dalam jumlah yang banyak, untuk digunakan dalam pembuatan silika gel yang memiliki kadar silika tinggi dan dapat digunakan pada berbagai aplikasi. 2. Bekerjasama dengan pabrik gula untuk mengadakan studi lanjut mengenai kemungkinan mendirikan pabrik natrium silikat atau langsung pabrik silika gel dari abu bagasse (yang merupakan salah satu limbah padat dari pabrik gula).

G. TINJAUAN PUSTAKA 1. Limbah Abu Ampas Tebu Tebu merupakan salah satu tanaman pengumpul silikon (Si) yaitu tanaman yang serapan Si-nya melebihi serapannya terhadap air. Tebu menyerap Si sekitar 500-700 kg/ha lebih tinggi dibanding unsur-unsur lainnya. Sebagai pembanding, dalam kurun waktu yang sama tebu menyerap antara 100-300 kg K, 40-80 kg P, dan 50-500 kg N per ha (Yukamgo dan Yuwono, 2007). Tebu merupakan alternatif sumber energi yang potensial karena tebu menghasilkan biomassa berupa ampas tebu (baggase) dan daun tebu kering (daduk). Tebu juga tergolong sebagai tanaman yang paling efektif dalam mengubah energi matahari menjadi energi kimia dalam bentuk biomassa (Kurniawan dan Santoso, 2009). Abu ampas tebu yang merupakan abu sisa pembakaran ampas tebu (bagase) memiliki kandungan senyawa silika (SiO2) yang juga merupakan bahan baku utama dari semen biasa (portland). Sebelumnya telah diadakan penelitian pemanfaatan abu ampas tebu dalam pembuatan beton (Rismawati, 2009) Melihat pada sifat sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan (Perdana Gintings, 1992). Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada industri pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat dan mempunyai tingkat higroskopis tinggi yang disebut ampas tebu (baggase). Ampas tebu dihasilkan dari 32% tebu atau sekitar 10,2 juta ton/tahun atau per musim giling seIndonesia. Sebagian besar ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar ketel untuk memproduksi energi. Sisanya terhampar di lahan pabrik sebagai limbah padat yang merugikan lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Ampas tebu mudah terbakar karena mengandung air, gula, serat dan mikroba sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Jika suhu tumpukan mencapai 94C akan terjadi kebakaran spontan (Syahputra dkk, 2011).

Abu ampas tebu merupakan hasil perubahan secara kimiawi pembakaran ampas tebu murni. Ampas tebu berguna sebagai bahan bakar untuk memanaskan ketel dengan suhu mencapai 550C - 600C dan lama pembakaran 4 8 jam. Komposisi kimia abu pembakaran ampas tebu disajikan pada tabel 2. Tabel 2.Komposisi Abu Ampas Tebu Unsur SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO K2O P2O5 MnO Kadar kandungan (%) 71 1,9 7,8 3,4 0,3 8,2 3,0 0,2

Sumber: Batubara dalam Siregar, 2010. Abu ampas tebu mengandung senyawa silika (SiO2) yang juga merupakan bahan baku utama dari semen biasa (Portland) yang jumlahnya mencapai 71%. Pada proses pembakaran ampas tebu, semua komponen organik diubah menjadi gas CO2 dan H2O dengan meninggalkan abu yang merupakan komponen anorganik dengan reaksi: CxHyOx + O2 Nandang, 2010). Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat,cair dan gas.Limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagas),Abu boiler dan blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat kertas. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. (Mahmudah Hamawi,2005)
2

(g) + H2O (g) + abu (Hanafi dan

Kelebihan ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Ampas mudah terbakar karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut. Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan (inefisien). Dengan cara tersebut mereka bisa mengurangi jumlah ampas tebu. 2. Active Packaging dari Abu Ampas Tebu Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah kemasan yang ramah lingkungan, dan alami. Industri-industri pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya (Julianti dan Nurminah, 2006). Menurut Suppakul et al., (2003), pengemasan aktif adalah sebuah konsep inovatif yang dapat didefinisikan sebagai suatu jenis pengemasan dimana bahan kemasan, produk dan lingkungan berinteraksi untuk memperpanjang umur simpan atau menjaga keamanan atau penampakan bahan, sementara tetap menjaga kualitas dari produk tersebut. Hal ini khususnya sangat penting untuk produk yang segar dan produk yang harus disimpan dalam waktu yang lama. Wibowo (1998) menemukan bahwa sebesar 62.748% silika diperoleh dari ampas tebu yang telah dibakar pada temperatur 200-300oC selama 2 jam. Silika adalah salah satu bahan anorganik yang memiliki sifat stabil terhadap pengaruh mekanik, panas, pelarut organik, dan kondisi pH ektrem. Silika gel merupakan bentuk silika penyerap uap air di udara (sebagai adsorben/desiccant), bahan tambahan dalam pembuatan pasta gigi yang berfungsi sebagai bahan anti abrasif, bahan katalisator, kosmetik, kolom pada alat

khromatografi, bahan tambahan pada pembuatan cat, bahan pelapisan dan lainlain (Kamath & Proctor, 1998). Kamath & Proctor (1998) dan Kalapathy dkk. (2000) dalam penelitiannya mempelajari pembuatan silika gel dari abu sekam padi dengan ekstraksi basa (menggunakan larutan NaOH 1N) yang dilanjutkan dengan penambahan asam (asam sulfat/asam khlorida). Yied yang dihasilkan dengan metode ini dapat mencapai lebih dari 60% dan hasil silika gel memiliki luas permukaan besar (lebih dari 200 m2/g).

H. METODE PELAKSANAAN 1. Tahap Persiapan a. Menyusun Hipotesa awal mengenai penelitian yang akan dilakukan. b. Mencari bahan baku abu ampas tebu di industri gula di Yogyakarta. c. Mempersiapkan peralatan penelitian dan tempat penelitian yaitu laboratoriun Fakultas Teknologi Pertanian 2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan ekstraksi selika gel dari abu ampas tebu

Gambar 1.Diagram Ekstraksi Silika dari Abu Ampas Tebu

b. Pembuatan kemasan untuk silika gel sebagai bahan kemasan aktif c. Melakukan uji coba kemasan aktif berbahan silika gel dari ampas tebu terhadap komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang digunakan bisa buah- buahan. Pengujian ini dilakukan dengan cara membadingkan hasil pengemasan dengan kemasan aktif yang sudah ada di pasaran dengan yang di buat menggunakan silika gel abu ampas tebu. Halhal yang dibandingkan antara lain baik kenampakan bahan, tekstur bahan, aroma dan rasa. d. Mencatatan data data hasil uji coba yang dilakukan Percobaan dilakukan sebanyak minimal 3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih valid. Kemudian dari ketiga hasil tersebut di rata- rata dan dihasilkan data akhir. e. Menyimpulkan hasil percobaan dan membandingkan dengan hipotesis. f. Mengevaluasi kegiatan

I. JADWAL KEGIATAN Waktu Kegiatan No Kegiatan

Bulan 1

Bulan 2

Bulan 3

Bulan 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Survey awal Pengurusan surat izin Konsultasi Persiapan alat dan bahan Sewa laboratorium Pembuatan silika Pembuatan kemasan aktif Pengujian pada produk Analisa data

v v v v v v v v v v v

10

10 11 12

Pengolahan data Konsultasi Pembuatan penelitian laporan hasil

v v v

J. ANALISIS BIAYA No. Jenis Pengeluaran 1. Bahan Ampas Tebu NaOH Asam Sitrat Asam Chlorida Air Suling 200 kg 3 kg 3 kg 3 kg 10 liter 500 794.000 22.000 4.000 800 100.000 2.382.000 66.000 12.000 8000 2.568.000 3. Alat Tungku pembakaran kap 1 m3 oven kapasitas suhu 200 C Ayakan d lubang 0,5-1 mm Kain penyaring Kertas saring Bejana-bejana plastik
o

Jumlah

Harga Satuan

Jumlah

1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 pack 4 buah

2.500.000 1.000.000 200.000 25.000 20.000 30.000

2.500.000 1.000.000 200.000 25.000 20.000 120.000 3.865.000

4.

Akomodasi Pembelian alat ,bahan 4 orang 250.000,00 1.000.000 1.000.000

5.

Administrasi Fotokopi arsip Pembuatan proposal penelitian Pembuatan laporan penelitian Dokumentasi 150.000 100.000 200.000 150.000 600.000

11

6.

Lain-lain Sewa laboratorium Sewa alat Uji Lab Desain & cetak kemasan 2 bulan 2 bulan 300.000 200.000 600.000 400.000 200.000 300.000 1.500.000 TOTAL 9.500.000

K. DAFTAR PUSTAKA Christiyanto, M dan A. Subrata. 2005. Perlakuan Fisik dan Biologis Pada Limbah Industri Pertanian Terhadap Komposisi Serat. Laporan Kegiatan. Pusat Studi Agribisnis dan Agroindustri. Lembaga Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro. Ginting, Perdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Hamawi, Mahmudah. 2005. Blotong Limbah Busuk Berenergi.Jakarta: Pradya Paramita Hanafi, S dan A. Nandang. 2010. Studi Pengaruh Bentuk Silika dari Abu Ampas Tebu Terhadap Kekuatan Produk Keramik. Jurnal Kimia Indonesia. Vol 5 (1), 35 38. Julianti, E. dan M. Nurminah, 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J., 2000a, Production and hull ash silica, Bioresource Technol., Vol. 72, hal. 99106. Kamath, S.R., Proctor, A., 1998, Silica gel from rice hull ash: preparation and Characterization, J. Cereal Chem., Vol. 75, hal. 484487. Kurniawan, Y dan H. Santoso. 2009. Listrik Sebagai Ko-Produk Potensial Pabrik Gula. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 28 (1), 23 28. Rismawati, 2009, Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Kekuatan Beton, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

12

Suppakul P, Miltz J, Sonneveld K, Bigger SW. 2003. Active packaging technologies with an emphasis on antimicrobial packaging and its applications. J Food Sci 68(2):408-420. Syahputra, A. S., Munarti, dan D. P. O. Saputra. 2011. Pengolahan Limbah Pabrik Gula. Makalah Pengolahan Limbah Kimia. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam. Kendari: Universitas Haluoleo. Wibowo FXN. 1998. Laporan Studi : Peningkatan Kandungan SiO2 Abu Ampas Tebu dan Efeknya pada Kuat Desak Beton. Fak. Teknik UAJY. Yukamgo, E dan N. W. Yuwono. 2007. Peran Silikon Sebagai Unsur Bermanfaat Pada Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 7 (2), 103 116

13

LAMPIRAN NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA 1. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. Tempat / Tanggal lahir c. NIM d. Fakultas/ bidang studi : Intin Nurwati : Madiun, 1 Januari 1991 : 09/283215/TP/09431 : Teknologi Pertanian/ Teknologi Industri Pertanian e. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

f. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

(Intin Nurwati) 2. Anggota pelaksana (1) a. Nama Lengkap b. Tempat / Tanggal lahir c. NIM d. Fakultas/ bidang studi : Denok Kumalasari : sleman, 24 desember 1991 : 10/300413/TP/09814 : Teknologi Pertanian/ Teknologi Industri Pertanian e. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

f. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

(Denok Kumalasari) 3. Anggota pelaksana (2) a. Nama Lengkap b. Tempat / Tanggal lahir c. NIM : Wiwik Indriani : : (12/333184/TP/10445)

14

d. Fakultas/ bidang studi e. Perguruan Tinggi

:Teknologi Pertanian/ Teknik Pertanian : Universitas Gadjah Mada

f. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

(Wiwik indriani) 4. Anggota pelaksana (3) a. Nama Lengkap b. Tempat / Tanggal lahir c. NIM g. Fakultas/ bidang studi : Dena Prischa Putri : Sleman, 23 desember 1991 : (10/305301/TP/9925 :Teknologi Pertanian/ Teknologi Industri Pertanian d. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam/minggu

(Dena Prischa Putri)

Anda mungkin juga menyukai