DASAR-DASAR PROTEKSI TANAMAN (PTN 200)

(BAGIAN HAMA)
Pudjianto

DASAR-DASAR PROTEKSI TANAMAN (PTN 200)

MK CIRI FAPERTA, WAJIB BAGI MAYOR DI LUAR MAYOR PROTEKSI TANAMAN MAYOR: AGRONOMI DAN HORTIKULTURA, ARSITEKTUR LANSEKAP, ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN 2 JAM (100 MENIT) KULIAH + 150 MENIT PRAKTIKUM/MINGGU PRASYARAT: BIOLOGI 6-7 PERTEMUAN KULIAH & 6 PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (PTN 200)

MANFAAT: MAHASISWA MENDAPATKAN KEMAMPUAN MENGURAIKAN PERMASALAHAN HPT SERTA CARA PENGENDALIANNYA. PADA BAGIAN HAMA TANAMAN, MAHASISWA DIBEKALI PENGETAHUAN DASAR TENTANG HAMA TANAMAN SECARA UMUM, CARA PENGENDALIANNYA DAN KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (PTN 200)

DESKRIPSI: SERVICE COURSE UNTUK MHS FAPERTA DI LUAR MAYOR PROTEKSI TANAMAN. TERDIRI DARI BAGIAN HAMA DAN PENYAKIT. DIBERIKAN SEBAGAI PENGETAHUAN DASAR DALAM PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN MEMBAHAS: ARTI HAMA TANAMAN, SERANGGA/TUNGAU/VERTEBRATA SEBAGAI HAMA TANAMAN, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN HAMA TANAMAN, CARA PENGENDALIAN HAMA TANAMAN, KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (PTN 200), 3 (2-3)

TIU: SETELAH MENYELESAIKAN MATA KULIAH INI MAHASISWA AKAN DAPAT MENGURAIKAN BERBAGAI CARA PENGENDALIAN HAMA TANAMAN DAN KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU STRATEGI: KULIAH: CERAMAH & DISKUSI PRAKTIKUM: - PENGAMATAN MATERI DI LAB. - MHS MEMBAWA BUKU GAMBAR UKURAN A4, PENSIL DAN PENGHAPUS

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (PTN 200), 3 (2-3)

BAHAN BACAAN: DIKTAT, TEXTBOOK KRITERIA PENILAIAN: A: >80, B: 70-79, C: 60-69, D: 50-59, E: <50 BOBOT NILAI AKHIR: UJIAN KULIAH 70%, UJIAN PRAKT. 30%

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (PTN 200), 3 (2-3)

KETENTUAN UMUM: MENGACU KETENTUAN IPB & FAPERTA KETENTUAN KHUSUS: HP HARUS DIMATIKAN TOLERANSI KETERLAMBATAN 15 MENIT

PERTANYAAN ?

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (PTN 200)

(BAGIAN HAMA)

Kuliah Minggu-1

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

Dalam budidaya pertanian, kita sering menghadapi masalah akibat adanya organisme pengganggu tanaman (OPT), yang bila tidak diatasi dapat menurunkan hasil pertanian

Kualitas Kuantitas

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) - PESTS:

Hewan Gulma Patogen penyebab penyakit

PENGERTIAN HAMA TANAMAN

HEWAN PENGGANGGU TANAMAN

SEMUA HEWAN YANG MERUSAK ATAU MENGGANGGU TANAMAN ATAU HASILNYA

HAMA TANAMAN

SEMUA HEWAN YANG MERUSAK ATAU MENGGANGGU TANAMAN ATAU HASILNYA KARENA AKTIVITAS HIDUPNYA SEHINGGA MENIMBULKAN KERUGIAN SECARA EKONOMI

CONTOH-CONTOH KASUS HAMA DI INDONESIA

Sebelum th 60-an: hama penggerek batang padi putih di sepanjang pantura P. Jawa Pada dekade 70-an sampai pertengahan 80-an, awal 90-an: hama wereng coklat menyerang pertanaman padi di berbagai wilayah di Indonesia Hampir di setiap tahun sampai sekarang: hama tikus pada tanaman padi Akhir 80-an masuknya hama kutu loncat ke indonesia Akhir 90-a masuknya hama pengorok daun di Indonesia Hama ulat bawang dan ulat kubis: menyebabkan penggunaan pestisida yang sangat intensif Dll.

BEBERAPA ISTILAH PENTING

Ambang ekonomi (AE) Economic threshold (ET)

Tingkat populasi hama ketika biaya pengendalian sama dengan kehilangan hasil yang bisa diselamatkan.

Tingkat kerusakan ekonomis (TKE) Economic injury level (EIL)

Tingkat populasi hama yang secara ekonomis merugikan sehingga perlu dikendalikan .

Posisi Keseimbangan (PK) Equilibrium position (EP)

Garis yang menunjukkan rata-tata dari suatu populasi organisme pengganggu yang berfluktuasi.

stimulasi kompensasi Hasil tanaman kehilangan hasil tidak ekonomis

kehilangan hasil ekonomis

p1

p2

p3

Kepadatan populasi
Gambar 1. Diagram hubungan antara kepadatan populasi pengganggu tanaman dengan hasil

Populasi OPT

TKE AE

PK

Waktu

Gambar 2. Diagram dinamika populasi pengganggu tanaman yang tidak berstatus sebagai hama (TKE, tingkat kerusakan ekonomi; AE, ambang ekonomi; PK, posisi keseimbangan)

Populasi OPT

TKE AE

PK

Waktu
Gambar 3. Diagram dinamika populasi pengganggu tanaman yang kadang-kadang berstatus sebagai hama (TKE, tingkat kerusakan ekonomi; AE, ambang ekonomi; PK, posisi keseimbangan)

Populasi OPT

TKE AE

PK

Waktu
Gambar 4. Diagram dinamika populasi pengganggu tanaman rutin berstatus sebagai hama (TKE, tingkat kerusakan ekonomi; AE, ambang ekonomi; PK, posisi keseimbangan)

Populasi OPT

PK TKE AE

Waktu

Gambar 5. Diagram dinamika populasi hama yang parah (TKE, tingkat kerusakan ekonomi; AE, ambang ekonomi; PK, posisi keseimbangan)

TIMBULNYA HAMA (Menurut Stern et al., 1959)

PERUBAHAN LINGKUNGAN ASLI

1.

ABAD 19, KUMBANG KENTANG COLORADO, Leptinotarsa decemlineata (COLEOPTERA: COCCINELLIDAE) DI COLORADO, AMERIKA HIDUP PADA SOLANACEAE LIAR IMIGRAN EROPA MEMBUKA LAHAN KENTANG (FAMILI SOLANACEAE). DENGAN BERKURANGNYA SOLANACEAE LIAR, SERANGGA PINDAH KE TANAMAN KENTANG, TERJADI PELEDAKAN POPULASI (MENJADI HAMA)

Populasi OPT

TKE PK-2 AE

PK-1

1850

1860

1870

Waktu
Gambar 6. Diagram dinamika populasi kumbang kentang Colorado (Leptinotarsa decemlineata) sebelum dan setelah penanaman kentang (TKE, tingkat kerusakan ekonomi; AE, ambang ekonomi; PK-1, posisi keseimbangan lama; PK-2, posisi keseimbangan baru)

- DI INDONESIA,

KEJADIAN SERUPA TERJADI KETIKA PARA PETANI TRANSMIGRAN MULAI MEMBUKA LAHAN BARU DI DAERAH TRANSMIGRASI. MACAM-MACAM HEWAN YANG SEBELUMNYA TELAH ADA (MSL BELALANG, KEPIK, TIKUS, BABI HUTAN DLL) MENJADI HAMA PENTING PADA TANAMAN YANG DIBUDIDAYAKAN OLEH PETANI.

2.

MASUKNYA SPESIES OPT BARU

MASUK KE AMERIKA DARI AUSTRALIA

Icerya purchasi (HOMOPTERA: MARGARODIDAE)

MAKANAN BERLIMPAH (TANAMAN JERUK), MUSUH ALAMI TIDAK ADA, MAKA POPULASI MENINGKAT CEPAT DAN MENJADI HAMA PENTING PADA JERUK INTRODUKSI PREDATOR Rodolia cardinalis (COLEOPTERA: COCCINELLIDAE) dan LALAT parasitoid Cryptochaetum iceryae (DIPTERA: TACHINIDAE) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA INI MENJADI CONTOH SUKSES PENGENDALIAN HAYATI KLASIK

Populasi OPT

TKE

PK-1

AE

PK-2

1868

1888

1890

1892

Waktu

Gambar 7. Diagram dinamika populasi Icerya purchasi sejak awal masuknya di California dan setelah introduksi musuh alaminya (TKE, tingkat kerusakan ekonomi; AE, ambang ekonomi; PK-1, posisi keseimbangan lama; PK-2, posisi keseimbangan baru)

Kasus serupa di Indonesia adalah masuknya hama kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana (HOMOPTERA: PSYLLIDAE) pada akhir 80-an.

Hama ini menyerang tanaman lamtoro,termasuk lamtoro gung yang ditanam sebagai tanaman pelindung dan reboisasi. Tanaman yang berlimpah dan tidak adanya musuh alami menyebabkan populasi kutu loncat di Indonesia meningkat pesat dan menjadi hama penting pada lamtoro di seluruh Indonesia. Untuk mengendalikan hama ini pada tahun 1990 Indonesia mengintroduksi musuh alaminya berupa kumbang predator, Curinus coeruleus (Coleoptera: Coccinellidae) dari Hawaii, dan parasitoid Psyllaephagus yaseeni (Hymenoptera: Encyrtidae) dari Thailand.

3.

PERUBAHAN TOLERANSI MANUSIA TERHADAP KERUSAKAN TANAMAN

DI AMERIKA, ADA SERANGGA, Lygus hesperus (HEMIPTERA: MIRIDAE) YANG BIASA HIDUP PADA TANAMAN BUNCIS, TETAPI PETANI TIDAK MENGENDALIKAN HAMA INI KARENA KONSUMEN TETAP MAU MEMBELI BUNCIS YANG TERSERANG HAMA INI. PADA AWAL 1900 DIDIRIKAN PABRIK PENGALENGAN BUNCIS, DAN TERNYATA BEKAS TUSUKAN HAMA INI MENINGGALKAN BEKAS BERWARNA HITAM KETIKA BUNCIS DIOLAH, SEHINGGA PABRIK TIDAK MAU MEMBELI BUNCIS DARI PETANI BILA ADA SERANGAN HAMA KEPIK TADI. AKHIRNYA PETANI MELAKUKAN PENGENDALIAN HAMA TERSEBUT.

Populasi OPT

TKE-1

AE-1 TKE-2 AE-2 PK

Waktu

Gambar 8. Diagram posisi ambang ekonomi untuk hama kepik Lygus sp. sebelum dan setelah didirikan pabrik pengalengan buncis (TKE-1, tingkat kerusakan ekonomi lama; AE-1, ambang ekonomi lama; TKE-2, tingkat kerusakan ekonomi baru; AE-2, ambang ekonomi baru; PK, posisi keseimbangan)

KASUS SERUPA TERJADI KETIKA:

BERINGIN YANG TADINYA HIDUP HANYA SEBAGAI TANAMAN PENEDUH YANG RINDANG, KEMUDIAN DITANAM SEBAGAI TANAMAN HIAS (MISALNYA DIBUAT BONSAI) SEBAGIAN KONSUMEN KITA MASIH BISA MENERIMA TONGKOL JAGUNG YANG TERSERANG PENGGEREK TONGKOL Helicoverpa armigera (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE). SEBAGAI KOMODITI EKSPOR ATAU YANG DIJUAL DI DEPARTEMEN STORE, SERANGAN SERANGGA INI TIDAK BISA DITOLERIR SEBAGIAN KONSUMEN KITA MASIH BISA MENERIMA PISANG YANG TIDAK MULUS AKIBAT SERANGAN Nacoleia octasema (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE). UNTUK KOMODITI EKSPOR KONSUMEN MENUNTUT PISANG YANG MULUS, SEHINGGA SERANGAN SERANGGA INI TIDAK BISA DITOLERIR

PENYEBAB TIMBULNYA HAMA (PIMENTEL, 1982) (

PERTANAMAN MONOKULTUR MASUKNYA TANAMAN BARU MASUKNYA SPESIES HAMA BARU PERBEDAAN IKLIM AKIBAT PEMULIAAN TANAMAN ADANYA KERAGAMAN GENETIK JARAK TANAM KESINAMBUNGAN PENANAMAN UNSUR HARA MASA TANAM YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN HAMA HUBUNGAN HAMA-TANAMAN PENGGUNAAN PESTISIDA

EFEK NEGATIF PENGGUNAAN INSEKTISIDA

RESISTENSI HAMA TERHADAP INSEKTISIDA

1.

KERAGAMAN GENETIK SERANGGA TINGGI ADA YANG RENTAN ADA YANG TAHAN DISEMPROT, YANG RENTAN (SEBAGIAN BESAR) MATI, YANG TAHAN TETAP HIDUP YANG HIDUP AKAN BERKEMBANG MENJADI INDIVIDU YANG RESISTEN TERHADAP INSEKTISIDA TERUS BERULANG, SEMAKIN TAHAN

2.

RISERJENSI HAMA

SETELAH APLIKASI INSEKTISIDA TERJADI LEDAKAN POPULASI MELEBIHI POPULASI AWAL INSEKTISIDA MEMBUNUH SEBAGIAN HAMA DAN SEBAGIAN BESAR MUSUH ALAMI PERKEMBANGAN HAMA LEBIH CEPAT DARI MUSUH ALAMINYA MUSUH ALAMI YANG TERSISA TIDAK BISA MENGENDALIKAN HAMA, TERJADI PELEDAKAN POPULASI MELEBIHI POPULASI AWALNYA

3.

MUNCULNYA HAMA SEKUNDER

SELAIN HAMA UTAMA DAN MUSUH ALAMINYA, ADA SERANGGA FITOFAG LAIN DAN JUGA MUSUH ALAMINYA INSEKTISIDA MEMBUNUH HAMA SASARAN, MUSUH ALAMI, SEBAGIAN FITOFAG LAIN (HAMA SEKUNDER) DAN MUSUH ALAMINYA PERKEMBANGAN SERANGGA FITOFAG LEBIH CEPAT DARI MUSUH ALAMINYA MUSUH ALAMI YANG TERSISA TIDAK BISA MENGENDALIKAN POPULASI HAMA SEKUNDER, TERJADI LEDAKAN POPULASI, MENJADI HAMA UTAMA

HEWAN YANG MENJADI OPT

SERANGGA TUNGAU MAMALIA RODENTIA AVES MOLUSCA

SERANGGA SEBAGAI HAMA TANAMAN

SERANGGA : 72% DARI SEMUA HEWAN 51% DARI SEMUA HEWAN & TUMB.
UKURANNYA KECIL KERAGAMAN GENETIK TINGGI PERKEMBANGBIAKAN CEPAT KEPERIDIAN TINGGI KISARAN TEMPAT HIDUPNYA LUAS KISARAN INANG (MAKANANNYA) LUAS JUMLAH SPESIES BANYAK