Anda di halaman 1dari 3

GEJALA-GEJALA

1. Batuk Dasar Klinis Batuk sering dikaitkan dengan adanya lendir. Konsep pengeringan sekret mukopurulen menyebabkan respon inflamasi lokal di dekat laring. Pengecualian sekret purulen nasal posterior mungkin diperlukan untuk menyingkirkan sumber sinus pada batuk kronik yang penyebabnya tidak diketahui. Tapi kebanyakan pasien dengan sekret purulen tidak mengeluh batuk. Diagnosis Banding pada Batuk Refluks laringofaring Asma Bronkitis (infeksi pulmonal) Aspirasi Laringitis Massa dan tumor laring

Tujuan Evaluasi pada Batuk Tes fungsi paru dan penggunaan bronkodilator wajib dilakukan pada pasien dengan batuk kronis. Peningkatan 15% pada FEV1 ditambah tanda klinis sangat disarankan terutama pada bronskospasme atau asma. Esndoskopi esofaring dapat mengungkapkan perubahan yang berkaitan dengan penyakit refluks gastroesofaring. Penelitian mengenai pengujian pH intrafaring dapat membantu mengkonfirmasi inkompetensi sphincter esofaring atas. Foto toraks dan bronkoskopi mungkin diperlukan untuk menyingkirkan penyebab paru. Identifikasi kantong faring pada studi barium juga berguna pada orang tua. 2. Halitosis (Nafas Bau) Dasar Klinis Halitosis, seperti cacosmia, harus menjamin pengecualian patologi gigi atau adanya benda asing. Pengecualian sekret nasal purulen sering merupakan bagian dari proses penyaringan bagi mereka dengan halitosis subyektif maupun obyektif. Diagnosis Banding pada Halitosis Penyakit periodontal Refluks gastroesofaring Tumor saluran aerodigestive atas Kantung faring Tonsillitis lidah kronis Tonsillitis palatum kronik dan pembentukan tonsil

Tujuan Evaluasi pada Halitosis Selain konfirmasi dengan pasangan atau anggota keluarga adanya halitosis, pemeriksaan bertujuan untuk menyingkirkan penyebab lain. Endoskopi menyeluruh dan pemeriksaan gigi menjadi dasar untuk ini. Penyingkiran tumor nekrotik dalam saluran aerodigestive atas sangatlah penting. Evaluasi refluks dan kantong faring sama seperti di atas. Larangan dan Kesalahan Rinosinusitis kronik sering ditandai dengan perjalanan klinis yang panjang dan gejala-gejala yang berfluktuasi. Pengobatan dapat dimulai atas dasar klinis dengan pengaturan perawatan primer dengan tindak lanjut yang sering setelah beberapa minggu. Potensi tertundanya diagnosis patologi sangatlah besar. Neoplasma sinonasal bisa hadir dengan gejala pseudo-rinosinusitis kronik. Penggalian riwayat yang cermat biasanya bisa mengidentifikasi gejala unilateral, meskipun hanya pada awal keluhan. Perdarahan dapat dihubungkan dengan pernapasan cepat, tapi perdarahan terus-menerus, terutama unilateral, harus dirujuk secepatnya ke dokter spesialis. Cacosmia, atau bau busuk, yang mungkin jelas bagi pasien dan/atau orang lain, sering menjadi penanda adanya benda asing, infeksi gigi, atau neoplasma. Terdapat hubungan yang baik antara gambaran patologi pada CT-scan dan predominan cacosmia (sejarah). Tabel 4.3 menyoroti beberapa gambaran klinis sederhana gambaran patologi non-rinosinusitis kronik pada pasien dengan gejala sinonasal kronik. Table 4.3 Tanda-tanda klinis kemungkinan non-rinosinusitis kronik (yang berbahaya) pada keluhan sinonasal Sinonasal : Gejala-gejala unilateral Perdarahan Crusting Cacosmia Orbital : Edema periorbital Pergeseran bola mata Dipolpia Penurunan kemampuan melihat Oftalmoplegia (penurunan kemampuan pergerakan mata) Kranial : Sakit kepala hebat pada bagian frontal Meningitis Defisit neurologi fokal Tanda-tanda sistemik

RIWAYAT PASIEN
1. Pengobatan Penggunaan terus-menerus dekongestan nasal seperti oxymetazoline dapat menyebabkan hipertrofi mukosa dan pelebaran pembuluh darah yang dihasilkan pada obstruksi hidung. Hal tersebut dirujuk sebagai rinitis medikamentosa. Penyakit ini mungkin menyerupai rinosinusitis kronik dan harus dihindarkan pada semua pasien. Ketidakmampuan penciuman dapat diperoleh dari reaksi tidak cocok obat pada berbagai macam pengobatan. Kandungan seng pada obat spray nasal homeopati juga dihubungkan dengan disfungsi penciuman. 2. Riwayat Pengobatan Dahulu Defisiensi imun mungkin merupakan faktor yang tidak dilaporkan dalam banyak kondisi kronik. Penilaian yang teliti terhadap penyakit saluran pernapasan bagian bawah dan infeksi masa kanak-kanak akan membantu menimbulkan kelainankelainan yang hampir tidak kentara. Titer immunoglobulin (Ig) G, IgA, dan IgM yang rendah ditemukan pada 18%, 17% dan 5% pasien rinosinusitis kronik yang sulit disembuhkan. Pada umumnya IgA imunodefisiensi dan selektif variabel juga telah didiagnosis pada 10% dan 6% pasien dalam kelompok ini. Alergi selalu terlibat dalam rinosinusitis kronik, tapi ada sedikit bukti langsung yang menunjukkan hubungan kuat dalam studi epidemiologi. Asma dan bronkospasme memiliki hubungan yang sangat dekat dengan rinosinusitis kronik, baik dengan dan tanpa polip hidung. Perjalanan klinis penyakit dapat secara signifikan diubah dengan mengatasi setiap kondisi. Perubahan siklus mensturasi, kelainan hormonal (seperti hipotiroidisme), dan kehamilan dapat berdampak pada gejala sinonasal. Hingga 20% wanita hamil akan mengalami obstruksi nasal. Patofisiologi yang mendasari perubahan ini belum banyak diselidiki. 3. Riwayat Sosial Perokok aktif dan pasif mungkin memiliki efek merusak mukosa pernafasan pada rinosinusitis kronik dan saat ini sedang diselidiki. Lingkungan kerja dapat memberikan paparan yang berarti terhadap antigen kerja dan menimbulkan hipersensitivitas kontak atau rinosinusitis kerja. Lingkungan rumah yang lembab dan ventilasi yang buruk dapat meningkatkan jumlah jamur; ini mungkin berperan penting dalam berbagai kondisi sinonasal kronik. Kokain juga bisa menyebabkan timbulnya rinosinusitis. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluarga dekat, terutama pasien polip nasal, telah membuktikan spekulasi kecenderungan genetik untuk rinosinusitis kronik. Dalam keluarga pasien rinosinusitis kronik, anggota yang terkena dampak mencapai 14%-53% kasus. Namun, kemungkinan hubungan genetik ini belum ditunjukkan dalam studi kembar monozigot.

Anda mungkin juga menyukai