Anda di halaman 1dari 2

1.

Definisi Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai tumbuh yang sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi jaringan paru-paru (alveoli). Selain gambaran umum di terhadap terjadinya pneumonia. atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman d. Lingkungan tumbuh bayi tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap (Rontgen, Laboratorium) (Wilson, 2006). terjadinya pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara Pada usia anak-anak, Pneumonia merupakan penyebab dirumah, adanya pencemaran udara di sekitar rumah dan kematian terbesar terutama di negara berkembang termasuk lingkungan perumahan yang padat (www.infokes.com, Indonesia. Angka kematian Pneumonia pada balita di 2006). Indonesia diperkirakan mencapai 21 % (Unicef, 2006). e. Konsumsi ASI Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Fakta yang imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan sangat mencengangkan. Karenanya, kita patut mewaspadai memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan setiap keluhan panas, batuk, sesak pada anak dengan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif. memeriksakannya secara dini (Setiowulan, 2000). 3. Klasifikasi Pneumonia 2. Etiologi Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah pneumonia sebagai berikut: mikroorganisme (virus, bakteri). Dan sebagian kecil oleh a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi). cepat Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, tonsilitis tergolong bukan pneumonia (Rasmailah, 2004). terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 4. Tanda dan Gejala 40%. Sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus golongan umur, mikroorganisme penyebab, kekebalan influenzae type b (Hib). tubuh (imunologis) dan berat ringannya penyakit. Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara (droplet), kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme serak, nyeri tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru batuk makin hebat, pernapasan cepat (takipnea), tarikan dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi (Setiowulan, 2000). kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia nyeri kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 menurut Depkes RI (2004) antara lain: tahun). a. Status gizi bayi Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan tidak spesifik, tidak selalu ditemukan demam dan batuk. nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan Selain tanda-tanda di atas, WHO telah menggunakan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data pelayanan kesehatan dasar (Setiowulan, 2000). antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck. 2000 : Tabel 2.1. Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO) 1). 5. Penatalaksanaan Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Pengobatan ditujukan kepada pemberantasan Sehat adalah : mikroorganisme penyebabnya. Walaupun adakalanya tidak 1) Gizi Lebih diperlukan antibiotika jika penyebabnya adalah virus, 2) Gizi Baik namun untuk daerah yang belum memiliki fasilitas biakan 3) Gizi kurang mikroorganisme akan menjadi masalah tersendiri 4) Gizi buruk mengingat perjalanan penyakit berlangsung cepat, b. Riwayat persalinan sedangkan di sisi lain ada kesulitan membedakan penyebab Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya antara virus dan bakteri. Selain itu, masih dimungkinkan pneumonia adalah ketuban pecah dini dan persalinan adanya keterlibatan infeksi sekunder oleh bakteri. preterm (Setiowulan.2000). Oleh karena itu, antibiotika diberikan jika penderita telah c. Kondisi sosial ekonomi orang tua ditetapkan sebagai Pneumonia. Ini sejalan dengan Umur Anak Napas Normal Takipnea (Napas cepat) kebijakan Depkes RI (sejak tahun 1995, melalui program Quality Assurance ) yang memberlakukan pedoman 0 2 Bulan 30-50 per menit sama atau > 60 x per menit penatalaksaan Pneumonia bagi Puskesmas di seluruh 2-12 Bulan 25-40 per menit sama atau > 50 x per menit Indonesia. Masalah lain dalam hal perawatan penderita Pneumonia adalah terbatasnya akses pelayanan karena faktor geografis.

Lokasi yang berjauhan dan belum meratanya akses tranportasi tentu menyulitkan perawatan manakala penderita pneumonia memerlukan perawatan lanjutan (rujukan) (Setiowulan, 2000). Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita pneumonia antara lain : a. Mengatasi demam Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). b. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari. c. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. d. Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. e. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (Rasmailah, 2004). 6. Pencegahan Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat mirip dengan Flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan tips berikut : a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang berpotensi penularan. b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA. c. Membiasakan pemberian ASI. d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).

e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan. Dan segera ke RS jika kondisi anak memburuk. f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat dinikmati oleh semua anak karena harganya yang cukup mahal. g. Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan : 1) Memiliki luas ventilasi sebesar 12 20% dari luas lantai. 2) Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%. 3) Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat pembakaran dan tempat penampungan sampah sementara maupun akhir (Menkes, 1999). Patofisiologi. Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukankarena sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang seringkaliterpolusi serta mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organrespiratorik terdiri dari tiga unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritassaluran respiratori, otot-otot pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem saraf pusat.Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguansehingga kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agenmikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer: (1)aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi padaorofaring, (2) infeksi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogenlebih jarang terjadi.Setelah mencapai alveoli, maka mikroorganisme patogen akan menimbulkanrespon khas yang terdiri dari empat tahap berurutan: 1.Stadium Kongesti (4 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalamalveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor. 2.Stadium Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisialveoli. 3.Stadium Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari): paru tampak kelabu karenaleukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. 4. Stadium Resolusi (7 sampai 11 hari): eksudat mengalami lisis dandireabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnyasemula.

Anda mungkin juga menyukai