Anda di halaman 1dari 2

UJI KETOKSIKAN SUBKRONIK

I.Tujuan
Menguji ketoksikan subkronik senyawa (PGV-0) terutama untuk mengungkap spectrum efek toksik, jenis organ yang terkena dan kekerabatan antara dosis dan spectrum efek toksik senyawa-senyawa tersebut pada hewan uji. II. Dasar Teori UJi ketoksikan subkronis (biasa juga disebut subakut) ialah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum efek toksik senyawa uji, serta untuk memperlihatkan apakah spectrum efek toksik itu berkaitan dengan takaran atau dosis. (Imono Argo Donatus.2005.hal: 188) Tujuan dari uji toksisitas subkronik adalah untuk secara umum mengvaluasi dan menggolongkan segala efek senyawa apabila senyawa itu diberikan kepada hewan uji secara berulang-ulang, biasanya sekali sehari selama masa waktu tiga sampai dengan empat bulan. Apabila zat kimia yang sedang diselidiki itu obat, maka efek farmakologinyalah yang terutama dievaluasi. Apabila bahan tambahan makanan yang diselidiki, maka uji toksisitas subkronis biasanya diikuti dengan uji toksisitas kronis atau uji tipe khusus; oleh karenanya, uji toksisitas subkronis memberi informasi tambahan yang dapat digunakan dalam merancang uji toksisitas kronis. Karena jangka waktu uji toksikologi tersebut meningkat dari tipe uji factor praktis yang membatasi rancangan eksperimennya dantipe hewan yang digunakan. Yang pertama adalah baewa ketersediaan jalur pemberiannya terbaras karena jalur yang akan digunakan harus sesuai, supaya pemberian senyawa berulang-ulang tidak menimbulkan efek berbahaya dalam diri hewannya. Faktor yang kedua adalah bahwa uji toksisitas subkronis yang terencana dengan baik melibatkan penggunaan spesies hewan yang cuplikan darah dan air kencingnya dapat diperoleh pada interval tertentu untuk pemeriksaan kimia klinis tanpa menimbulkan bahaya yang signifikan terhadap hewan ujinya. Jalur pemberian suatu senyawa uji biasanya terbatas pada jalur oral bilamana senyawa diberikan atas dasar dosis harian selama beberapa minggu. (Ted.A.Loomis.1978,hal: 233-234) Hewan uji yang digunakan disarankan paling tidak satu jenis hewan dewasa sehat, baik jantan maupun betina. Dalam hal ini WHO (1966) menyarankan pemilihan jenis hewan uji tersebut, didasarkan pada bukti yang diperoleh dari uji ketoksikan akut dan uji metabolic. Atau pada dasarnya, hewan uji dipilih yang peka dan memiliki pola metabolisme terhadap senyawa uji yang semirip mungkin dengan manusia. Dan jumlah hewan uji yang digunakan, paling tidak 10 ekor untuk masing-masing jenis kelamin dalam setiap kelompok takaran dosis yang diberikan. Takaran dosis yang diberikan, paling tidak peringkat dosis. Dan sekurang-kurangnya 1 kelompok perlakuan harus menerima dosis toksik yang dapat membunuh beberpa

hewan uji atau yang memperlihatkan gejala-gejala toksik yang nyata. Sedang kelompok lainnya, harus menerima takaran dosis yang sama sekali tidak menimbulkan efek atau gejala toksik. Takaran dosis senyawa ini, diberikan sekali sehari selama kurun waktu uji ketoksikan subkronis berlangsung, melalui jalur pemberian sesuai dengan yang akan digunakan oleh manusia. Pemberian dosis senyawa juga dapat dilakukan melalui ransum hewan uji. (Imono Argo Donatus.2001,hal: 201) Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan subkronik meliputi: 1. Perubahan BB yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali 2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang diukur paling tidak 7 hari sekali 3. Gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari 4. Pemeriksaan hematology paling tidak diperiksa 2 kali, pada awal dan akhir uji coba 5. Pemeriksaan kimia darah, paling tidak sama dengan butir no 4 6. Analisis urine, paling tidak sekali 7. Pemeriksaan hispatologi organ pada akhir uji coba (Imonno Argo Donatus,Apt,MS.1990,hal: 247 & 248) III. Alat & Bahan Alat: spiut injeksi sonde bekker gelas gelatin Bahan: - tikus - obat Hx

Anda mungkin juga menyukai