Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Saat ini perkembangan penyakit semakin pesat, salah satunya gangguan atau penyakit-penyakit pada saluran kemih atau sistem urinaria. Penyakit-penyakit tersering pada sistem urinaria ini adalah penyakit-penyakit seperti pembesaran ginjal, sumbatan pada saluran kemih seperti batu, dan infeksi. Gangguan pada sistem urinaria ini secara klinis sulit dibedakan. Keluhan yang dirasakan oleh pasien anatara lain sakit pinggang, gangguan kencing, dan rasa tidak enak di perut dan pinggang belakang. Oleh karena itu sukar untuk dibedakan. Untuk membantu menegakan diagnosis diperlukan sebuah pemeriksaan yang sesuai dan akurat sehingga dapat memebantu menentukan diagnosis penyakit serta dapat menentukan langkah untuk penatalaksanaannya. Cara cara pemeriksaan sistem urinaia atau traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah intravena pyelografi ( IVP ) dan setiap pemeriksaan traktus urinarius harusnya dibuat terlebih dahulu foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, besar ( ukuran ), dan posisi kedua ginjal. Intravena pyelografi ( IVP ) merupakan pemeriksaan dasar dari pemeriksaan radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media kontras dan biasanya mendahului pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini dianggap menguntungkan karena bisa menunjukkan atau menampakkan seluruh system traktus urinarius. IVP digunakan untuk menemukan berbagai kelainan termasuk frekuensi berkemih yang terlalu sering, nyeri pada punggung bagian bawah, dapat juga mendeteksi masalah pada traktus urinarius seperti batu ginjal, pembesaran prostate, tumor pada ginjal, ureter, dan vesica urinaria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. ANATOMI TRAKTUS URINARIUS Traktus urinarius merupakan sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal (renal dextra et sinistra), dua ureter (ureter dextra et sinistra), kandung kemih (vesika urinaria), dan uretra. 1. Ginjal

Ginjal merupakan organ retroperitoneal berbentuk kacang yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen, di kedua sisi columna vertebralis. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3 pada posisi berbaring. Pada perunahan posisi dari berbaring ke tegak terjadi penurunan maksimum 5 cm (1-1 corpus vertebrae). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.batas medial ginjal cekung dan mempunyai apertura seperti celah yang dikenal sebagai hilus. Ukuran ginjal rata-rata: panjang 10-14 cm, lebar 5-7 cm, tebal 3 cm. Ginjal normal memiliki berat kurang lebih 150 gram.
2

Permukaan ginjal diliputi oleh kapsula fibrous yang tipis tetapi kuat, dan diluar kapsul ini terdapat jaringan lemak, yang dikenal sebagai kapsula adipose. Jaringan lemak ini memungkinkan ginajal terlihat pada foto polos karena lebih radio lusen daripada struktur muskuler yang mengelilinginya. Ginjal memiliki batasan-batasan: Ginjal kanan: Superior Anterior Posteriro Ginjal Kiri: Superior Anterior Posterior : glandula adrenal sinistra : limpa, gaster, pancreas, fleksura splenicus dari colon : diafragma dan dinding otot posterior dari rongga perut : glandula adrenal dextra : lobus dextra hepatic, duodenum, fleksura hepatica dari colon : diafragma dan dinding otot posterior dari rongga perut

LAPISAN GINJAL

Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan struktur ginjal secara kasar ginjal terbagi atas :

- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis): sebuah jaringan merah kecoklatan yang terletak di bawah capsula fibrosa dan sisi terluar dari pyramid - lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris): lapisan terdalam dari ginjal yang terdapat pyramid. Ginjal terdiri dari 3 lapisan konsentrat dari jaringan ikat yang berfungsi melindungi dan mempertahankan posisi ginjal, yaitu: Capsula fibrosa; sebuah lapisan kolagen yang menutupi permukaan luar dari seluruh organ. Fungsinya untuk memelihara bentuk ginjal dan memeberikan perlindungan mekanis. Perirenal fat: sebuah lapisan lemak, yang berada di luar capsula fibrosa. Fascia renal: sebuah serat kolagen yang berasal dari kapsula fibrosa yang melalui lapisan lemak dimana mengelilingi struktur dari ginjal. Pada potongan longitudinal ginjal, terdiri dari: 1. Cortex: tebalnya 13-15 cm, mengandung sejumlah renal corpuscle, tubulus contortus dan pembuluh darah kecil. Tiap corpuscle terdiri dari glomerolus. Tipa renal unit juga mengandung bagian permulaan suatu collecting tubule yang berjalan radier kebagian sentral ginjal dan mengosongkan isisnya ke collecting tubule yang lebih besar. 2. Medulla: mengandung 8-18 struktur pyramid yang disebut piramida renalis. Basis renalis bergabung dengan cortex renalis dan puncaknya menonjol ke dalam sinus renalis, membentuk papilla renalis. Piramid di collecting tubule dan loop of henle (yang berhubungan dengan tubulus contortus). Collecting tubule mengosongkan isinya ke dalam apex piramid atau papilla melalui pembukaan-pembukaan kecil. 3. Columna: berasal dari cortex dan terletak diantara piramid-piramid. Mengandung arteri yang lebih besar setelah mereka masuk ke dalam ginjal (a. interlobaris). Arteri interlobaris membelok horizontal waktu mencapai basis piramid dan membentuk a. arcuarta dimana arteri-arteri interlobaris memasuiki cortex rennalis dan arteriolae

4. Pelvis renalis: membentuk permukaan sistem duktus ysng menuju ke buli-buli dan merupakan pelebaran ureter yang berbentuk cerobong, sebagian di dalam dan sebagian di luar sinus renalis. Pelvis renalis terletak diantara pembuluh-pembuluh darah besar dan dibentuk oleh: 5. Calyx minor: merupakan invaginasi yang mengelilingi 1 atau lebih papilla renalis, berbentuk cawan untuk menerima urine. Tiap calyx mempunyai lebih kurang 8 infundibulum kecil. 6. Calyx mayor: calyx mayor bersatu menjadi pasangan-pasangan atau kelompok-kelompok untuk membentuk 2 atau 3 calyx mayor yang kemudian bersatu membentuk pelvis renalis. Bentuk pelvis renalis dan calyces mempunyai banyak varias-variasi dan diperlihatkan secara radiography terpisah dari gambaran ginjal: URETER

Ureter merupakan sepasang otot berbentuk tabung antara ginjal dan vesica urinaria. Panjangnya sekitar 25-30 cm dan terletak retroperitoneal. Ureter berjalan sampai vesica urinaria melalui bagaian bawah dan tengah dari muskulus Psoas Major. Ureter memasuki dinding belakang dari vesika urinaria tanpa menembus cavum peritoneal. Ureter berjalan menuju dinding vesika urinaria terdapat bagian yang disebut oblique angel dan beberapa bagian yang menyempit pada ureter, fungsinya adalah untuk mencegah agar cairan urin tidak kembali ke dalam renal saat ureter berkontraksi. Lubang masuk ke vesika urinaria bersifat katup dan mencegah aliran balik dari vesika urinaira ke ureter. Ukuran lumen bervariasi dan secara bertahap tetap mengalami peristaltic. Terdapat 3
5

daerah penyempitan normal: 1. Uretero pelvic junction 2. Penyelingsn a. iliaca externa atau a. iliaaca communis 3. Padan waktu ureter masuk ke vesika urinaria VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf. Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong. Ukuran dan bentuk vesika urinaria bervariasi sesuai dengan tingkat distensinya dan usia. Vesika urinaria pada bayi cenderung berada di extrapelvis tetapi pada orang dewasa terletak di
6

dalam pelvis kecuali dalam keadaan distended. Di anterior berbatasan dengan symphisis pubis. Pada laki-laki dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens dan vesica seminalis, pada wanita oleh uterus dan vagina. Pada laki-laki, prostat terdapat pada bagian bawah vesika urinaria. Orificium uretra internum terletak pada titik terendah dari vesika urinaria. Biasanya sekitar 2-2,5 cm posterior dari Sympisis Pubis. Vesica urinaria ditututpi peritoneum hanya pada aspek superiornya. Untuk melihat vesica urinaria sebaiknya digunakan kontras. Bila terdapat struktur yang globuler pada vesica urianria yang distended, harus dibuat beberapa proyeksi untuk memperlihatkan keseluruhan tepinya. Pada keadaan tidak distended, sulit menentukan adanya filling defect. URETRA

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis). Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

B. IVP (Intra Vena Pielography)

1. Definisi Intravena pielografi (IVP) atau pielografi intravena (PIV) atau dikenal sebagai Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat menggambarkan keadaan system urinaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menggambarkan adanya berbagai macam kelainan dan gangguan pada sistema urinaria. Pielografi adalah pemeriksaan foto roentgen pelvis ginjal dan ureter dengan cara memasukan zat kontras kedalamnya. Zat tersebut dimasukan intravena, sehingga pemeriksaanya disebut pielografi intravena. 2. Indikasi dan kontraindikasi Indikasi dari dilakukanya pemeriksaan radiologi dengan IVP adalah : a. Kecurigaan patologis pada traktus urinarius b. Indikasi klinis utama yaitu: hematuri, nyeri pinggang, kolik ginjal, infeksi saluran kencing berulang, kecurigaan tumor di sistema urinarius, disuria, frekuensi, kecurigaan renal calculus Kontraindikasi IVP : a) Alergi terhadap media kontras b) Hasil ureum dan kreatinin yang tidak normal ( normalnya ureum < 60mg %, dan kreatinin <2mg%) c) Kelainan atau penyakit jantung d) Pasien dengan riwayat jantung atau serangan jantung e) Multiple myeloma f) Diabetes melitus tidak terkontrol

g) Pasien yang sedang dalam keadaan kolik h) Penggunaan obat metformin, karena diketahui menyebabkan reaksi
9

dengan agen kontras 3. Bahan Kontras dan Dosis Pada awal tahun 1930 diperkenalkan iodide organik yang secara selektif dieksresi dan dikonsentrasi oleh ginjal sehingga memungkinkan memperlihatkan gambaran tractus urinarius dengan memuaskan. Iopax, Skiodan, Neo Iopax dan Neoskiodan (mengandung lebih sedikit yodium dan kurang toksik) merupakan senyawa-senyawa yang pertamatama digunakan, saat ini yang sering digunakan : (a) Conray (Meglumine iothalamat 60%) (b) Hypaque sodium/sodium diatrizoate 50% (c) Urografin76% (methyl glucamine diatrizoat) (d) Urografin 60-70% Pada anak-anak bila memakai hypaque 45 %, dosis yang dipakai 1,5 ml/kgBB. Sedangkan bila memakai urografin 76 % dosis yang dipakai berdasarkan pada umur 0-1 tahun : 7-10 ml; 1-2 tahun : 10-12 ml; 2-6 tahun : 12-15 ml; umur 6-12 tahun : 15-20 ml. pada umumnya kecepatan pemberian intravena adalah 20 ml/menit. 4. Persiapan pasien Sebelum pasien disuntik dengan zat kontras sebanyak 20-30cc untuk orang dewasa, harus dilakukan terlebih dahulu anamnesa mengenai riwayat alergi atau bila ada kecurigaan dapat dilakukan uji kepekaan berupa pengujian subkutan atau intravena. Bila penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan IVP dibatalkan, harus disiapkan obat adrenergic dan antihistamin untuk digunakan bila terjadi reaksi sensitivitas yang berat. Malam sebelum pemeriksaan diberikan castor oli (catharsis) atau laksans untuk membersihkan colon dari feses yang menutupi daerah ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuanya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan
10

kedua ginjal akan dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Pasien juga dilarang merokok dan banyak bicara. Suntikan media kontras diberikan kepada pasien melalui jarum atau kanula ke dalam vena secara perlahan-lahan kedalam v. antecubiti dan foto abdomen dibuat pada 45 menit, 8-5 menit, 25-40 menit, 60 menit, 90 menit, 2 jam dan kemudian dengan interval 1 jam kalau perlu sampai 8 jam. Biasanya hanya 3 foto pertama sudah cukup. Foto dengan posisi tegak biasanya dibuat pada 30 menit (atau bila visualisasi maksimal) bersama-sama 1 foto dalam posisi berbaring. Kompresi abdomen oleh banyak ahli radiologi dianggap berguna. Pada beberapa klinik, kaki diangkat lebih tinggi dari kepala (posisi trendelenburg) untuk membantu konsentrasi kontras di tractus urinarius bagian atas. Hal ini memberikan pandangan yang komprehensif anatomi pasien dan beberapa informasi tentang fungsi sistem ginjal. 5. Gambaran Pielografi Normal Foto pertama selalu foto AP abdomen tanpa kontras, dengan fokus pada tractus urinarius. Foto ini selalui mendahului IVP. Film ini diambil dalam keadaan ekspirasi penuh, pasien berbaring, abdomen dikompresi dengan band yang dapat ditegangkan atau alat-alat lain untuk mengurangi ketebalan abdomen yang harus dilalui sinar. Foto ini harus mencakup costa ke- 11 dan simfisis pubis. Pertama-tama lihatlah tulang, costa,vertebra, dan pelvis, untuk mengesampingkan adanya infeksi, metastase, atau kelainan-kelainan yang lain. Kemudian lihat garis bentuk psoas. Garis psoas tidak selalu terlihat, hal ini tidaklah penting, tetapi perubahan dari garis otot psoas normal yang lurus biasanya penting. Identifikasi ginjal,perhatikan bentuk dan ukurannya, kemudian lihat daerah kandung empedu. Perhatikan adakah klasifikasi. Bila colon terlalu banyak berisi feces atau gas, ginjal bisa tidak jelas terlihat dan batu pada ureter atau buli mungkin terlewatkan. Kosongkan usus dan ulangi foto. Tulangtulang, otot psoas kiri dan kedua ginjal terlihat dengan jelas. Ukuran kedua ginjal haruslah sama ( yang kiri biasanya lebih tinggi dari yang kanan )dan garis luarnya haruslah rata. Biasanya terlihat penonjolan halus pada sisi lateral ginjal kiri. Penonjolan lokal yang lain mencurigakan suatu kista atau tumor ginjal. Pengkerutan, baik lokal atau
11

seluruh ginjal, mencurigakan adanya suatu infeksi kronis. Pada pielogram normal akan diperoleh gambaran, ginjal berupa deskripsi radiologic harus meliputi contour, ukuran, posisi, mobilitas, gambaran umum dan hubungannya dengan struktur didekatnya, variasi normal harus diketahui. Contour ginjal biasanya terlihat pada foto polos abdomen karena adanya lapisan lemak perirenal, biasanya cembung pada tepi luarnya dan cekung pada halusnya. Pada bayi cenderung lobulated tetapi pada dewasa tidak ada. Satu ginjal dapat tampak lebih besar dari yang lain, variasi ini penting dalam mendeteksi bermacammacam kelainan. Tinggi ginjal pada ekspirasi sebagai berikut: hilus ginjal kanan biasanya berhadapan dengan processus tranversus vertebrae L2 dan ginjal kiri 1-2 cm lebih tinggi. Pada laki-laki: Ginjal kanan : panjang : 11,3 14,5 cm, lebar : 5,4 7,2 cm Ginjal kiri Pada Wanita : panjang : 11,6 14,8 cm, lebar : 5,3 7,3 cm

Ginjal kanan : panjang : 10,7 13,9 cm, lebar : 4,8 5,6 cm Ginjal kiri : panjang : 11,1 14,1 cm, lebar : 5,1 6,7 cm

Pada respirasi terjadi pergeseran ginjal 1-3 cm. Pada perubahan posisi dari berbaring ke tegak pergeseran sampai 5 cm (1-1 corpus vertebrae). Gambaran pelvis renalis dan calyces sangat bervariasi. Pelvis renalis yang normal memungkinkan drainage yang sama dari semua bagian ginjal dan memungkinkan aliran urine yang bebas ke ureter dan vesica urinaria. Radiologis biasanya tampak 1 pelvis renalis, 2-3 calyx mayor dan 614 calyx minor. Calyx superior biasanya 1 garis dengan ureter, sedangkan calyx inferior terletak horizontal. Calyx mayor hanya merupakan saluran, sedangkan calyx minor mempunyai leher dan ujung yang melebar berbentuk cawan (cupping). Cupping ini dibentuk oleh penonjolan papillae minor ke dalam calyces. Tepi cawan harus tajam dan berbatas tegas. Harus dibedakan bayangan calyx yang bulat (dilihat dari ujungnya) dari clubbed calyx yang abnormal. Foto serial memperlihatkan adanya perubahan ukuran dan contour calyces yang
12

disebabkan karena motilitas, kontraksi dan relaksasi pelvis dan ureter. Perubahan ini merupakan fisiologis. Ureter biasanya keluar dari pelvis renalis pada titik rendah dan berjalan langsung kebawah menuju ke vesica urinaria. Rotasi Segera setelah kontras diberikan, muncul pada sinar-x sebagai Renal Blush. Ini adalah kontras yang disaring melalui korteks. Pada selang waktu 3 menit, blush ginjal masih jelas (pada tingkat lebih rendah) tetapi calyces dan pelvis ginjal sekarang terlihat. Pada 9 - 13 menit kontras mulai mengosongkan ke dalam ureter dan perjalanan ke kandung kemih yang sekarang telah mulai mengisi. Untuk memvisualisasikan kandung kemih benar, berkemih pasca kontras akan diambil, sehingga sebagian besar kontras (yang dapat menutupi patologi) dikosongkan. 6. Jenis prosedur pelaksanaan IVP a. IVP Darurat Prosedur ini dilakukan pada pasien yang datang ke IGD, biasanya dengan kolik ginjal berat dan tes hematuria positif. Dalam hal ini dokter memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien memiliki batu ginjal dan apakah itu yang menyebabkan sumbatan dalam sistem kemih. Pasien dengan batu ginjal tetapi tidak disertai sumbatan, biasanya dipulangkan dan akan disarankan periksa dengan seorang ahli urologi. Pasien dengan batu ginjal dan obstruksi biasanya diperlukan untuk tinggal di rumah sakit untuk pemantauan atau perawatan lebih lanjut. Sebuah IVP Darurat dilakukan kira-kira sebagai berikut: a. KUB(Kidney, Ureter, Bladder) polos atau sinar-x abdomen; b. suntikan media kontras, biasanya 20-40 cc; c. sinar-x abdomen yang tertunda, diambil di sekitar 15 menit pasca injeksi. Jika obstruksi tidak jelas di film pasca berkemih diambil dan pasien dikirim kembali ke departemen darurat. Jika obstruksi terlihat, film pasca berkemih masih diambil, namun diikuti dengan serangkaian radiografi diambil pada interval "double time". Misalnya, pada 30 menit pasca injeksi, 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan sebagainya, sampai obstruksi terlihat menghilang. Waktu penundaan ini dapat memberikan informasi penting bagi urolog di mana dan seberapa parah obstruksi tersebut.
13

b. IVP Rutin Prosedur ini yang paling umum untuk pasien yang memiliki hematuria mikroskopik atau makroskopik yang tidak dapat dijelaskan. Hal ini digunakan untuk memastikan adanya tumor atau gangguan yang mirip perubahan anatomi. Urutan gambar kira-kira sebagai berikut: polos atau Kontrol gambar KUB; langsung kontras hanya daerah ginjal; 5 menit kontras hanya daerah ginjal. Pada titik ini, kompresi mungkin atau tidak dapat diterapkan (ini merupakan kontraindikasi pada kasus obstruksi). Dalam pyelography, kompresi melibatkan menekan pada daerah perut bagian bawah, yang menghasilkan distensi pada saluran kemih atas. Jika kompresi diberikan: 10 menit pasca injeksi kontras dari daerah ginjal yang diambil, diikuti oleh KUB pada rilis kompresi. Jika kompresi tidak diberikan: sebuah KUB standar diambil untuk menunjukkan pengosongan ureter. Hal ini terkadang dapat dilakukan dengan pasien berbaring dalam posisi tengkurap. 7. Tahapan Pembacaan Foto IVP Tabel 1. Tahapan Pembacaan Foto IVP Menit Uraian 0 Foto polos perut 5 15 30 60 Melihat fungsi ekskresi ginjal. Pada ginjal normal system pelvikaliseal sudah tampak Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai kemungkinan terdapat perubahan posisi ginjal ( ren mobilis) Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih antara lain : filling defect, hidronefrosis, double system, atau kelinan lain. Pada buli-buli diperhatikan adanya indentasi prostat, trabekulasi, penebalan otot detrusor, dan sakulasi bulibuli. PM Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli-buli.
14

Foto Polos Abdomen: Pre peritoneal fat tampak terlihat jela Psoas sign tampak terlihat jelas dan simetris Distribusi udara dalam usus minimal Tidak ada bayangan opasitas abnormal Sistema tulang intak

FOTO POLOS ABDOMEN

15

5 menit

15 menit

30 menit

60 menit

post voiding

8. Kelainan yang dapat dilihat pada IVP Kelainan-kelainan yang dapat terlihat pada IVP : 1. Kelainan pada ginjal
16

a. Kongenital, yaitu pada kelainan perkembangan ginjal

Kelainan letak ginjal (ektopik) :


Unilateral pelvis kidney

Horse kidney
Dystopic left kidney fused right kidney Nearly complete agenesis to left kidney

Foto horse kidney

i. Kelainan ginjal Hipoplasia Aplasia Kista

b. Radang Terjadinya perubahan pada pasien pelvis renis dari bentuk cupping sampai dengan blunting (menggelembung). Termasuk didalamnya : i. Pyelonefritis kronis

17

Pyelonefritis jarang ditemukan pada usia remaja, tetapi insidennya bertambah pada usia tua dan disebabkan karena adanya retensi urin. Faktor penting pada infeksi traktus urinarius pada wanita adalah masuknya organism kolon kedalam buli-buli melalui uretra dan selanjutnya menjalar ke bagian proksimal traktus urinarius. Infeksi hematogen sering disebabkan oleh kumankuman streptococcus dan staphylococcus. Lesi di ginjal dapat bersifat local atau difus. Pada stadium akut terdapat udem jaringan interstitial dengan infiltrasi leukosit. Jika infeksi menjadi kronis akan terbentuk jaringan ikat dan terjadi parut pengerutan ginjal. ii. Renal abses Infeksi supuratif akut parenkim ginjal biasanya mulai dari korteks menyebar melalui hematogen. Penyebab terbanyak adalah kuman staapylococcus. Jika terjadi satu atau lebih abses kecil dalam parenkim, maka biasanya tidak ditemukan gambaran roentgen yang khas. Tapi jika abses ini bersatu membentuk suatu abses besar atau karbunkel, maka pada foto polos akan tampak perbesaran ginjal, dengan gambaran lemak perirenal pada daerah tersebut suram. Pemeriksaan pyelografi intravena baru berarti jika fungsi ginjal cukup untuk memperlihatkan system kalik. Ditemukan kompresi perpindahan letak atau obliterasi kalik-kalik yang disebabkan oleh abses. c. Tumor i. Nefroblastoma

18

Tampak

ada

desakan

dari

system kalises bagian bawah sehingga menyerupai bunga lily yang jatuh atau layu dan disebut dropping lily sign.

ii. Wilms tumor Tumor wilms jarang ditemukan pada waktu lahir atau bulan-bulan pertama kelahiran. Tumor ini berasal dari congenital. Timbul dalam ;parenkim ginjal, mungkin dari sisa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari focus tunggal, kadang-kadang lebih dari satu area. Tumor wilms biasanya dikelilingi oleh jaringan pseudokapsul yang memisahkannya dari kompresi parenkim ginjal normal. Diagnosis ditegakkan dengan pyelograf intravena, ultrasonografi dan computed tomografi.1 iii. Karsinoma sel ginjal Disebut juga hipernefroma, adenokarsinoma ginjal, karsinoma sel terang (clear sel carcinoma). Tumor ini terutama didapat pada orang dewasa. Jarang terlihat pada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Berasal dari mana saja dalam substansi ginjal, mungkin dari sel epitel atau tubuli ginjal. Pada pyelogram tampak massa dalam ginjal.

19

d. Batu

Batu ginjal

batu ureter

20

21

Batu Staghorn

Batu Ginjal

Batu ureter

Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam macam. Batu kecil di dalam kalik tidak selalu memberikan keluhan, jadi dapat tanpa gejala. Keluhan yang paling banyak bila batu berada di dalam ureter. Batu besar yang mengisi system pelviokalik ( batu staghorn ) dapat merusak seluruh ginjal. Biasanya terjadi peradangan dan obstruksi. Gambaran klinis yang lazim adalah kolik ureter, hematuria dan radang traktus urinarius. Batu ginjal akan selalu terletak di dalam bayangan ginjal, apapun posisi penderita. Foto lateral atau miring akan membantu membedakan batu ginjal dengan batu empedu atau kalsifikasi yang lain. Batu ginjal bisa tunggal atau multipel, halus atau kasar. Biasanya amat dense dan bias juga bilateral. Bentuknya bisa sesuai dengan bentuk pelvis dan calyx renalis. Bila besar, disebut ``staghorn``; ini menyebabkan infeksi yang berulang. Fragmen yang kecil bisa masuk ke dalam ureter dan menyebabkan kolik renal atau obstruksi. Penilaian batu ginjal, penting diperhatikan :
22

i. ii. iii. iv.

Jumlah, densitas, dan bayangan batu Lokasi Komplikasi ( obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur ) Nefrokalsinosis

2. Kelaianan pada ureter a. Batu

i. Radioiopak; tampak pada foto polos. Pemeriksaan IVP untuk menentukan lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal dari batu. ii. Radiolusen; tidak tampak pada foto polos, pada IVP tampak luput isi ( filling defect ) pada ureter, dengan kemungkinan pelebaran bagian proksimalnya. Diagnosis banding adalah tumor dan bekuan darah. c. Radang Pada radang ureter ( uretritis ), ureter tampak irregular dan dapat berupa dilatasi ureter. Adanya batas tampak adanya obstruksi dari derajat ringan sampai obstruksi total yang menyebabkan ureterektasi dan hidronefrosis. d. Tumor
23

Gambaran radiologis berupa luput isi ( filling defect ), kemungkinan dilatasinya di proksimalnya. Diagnosis banding ialah batu radiolusen dan bekuan darah.

Foto Hidronefrosis e. Trauma: Striktur: biasanya terjadi akibat peradangan, trauma terutama oleh

instrument 3. Kelainan pada vesika urinaria Pada keadaan normal dinding vesika urinaria licin dan rata. Pada keadaan radang dindingnya irregular dan kemungkinan disertai defek. Adanya batu buli buli, penyebab utamanya adalah obstruksi adalah dan infeksi. dan Kebanyakan radioopak

dengan mudah dilihat pada foto polos abdomen. Adanya filling defect biasanya disebabkan karena keganasan pada vesika urinaria. Bila buli-buli akan diperiksa setelah urografi intravenous, lihatlah pada foto menit ke 20. Bila pengisian tidak sempurna, dudukanlah penderita dan foto setelah 20-menit lagi. Pastikan bahwa penderita tidak kencing selama waktu menunggu tersebut. (1) Buli-buli yang besar, bisa karena (a) Obstruksi prostate. (b) Obstruksi urethra (striktur karena gonococcus, phimosis, karsinoma penis atau ketup urethra). (c) Paralysis (neuroganic baldder). (2) Buli-buli yang kecil Biasanya terjadi setelah infeksi : (a) Tuberkulosa
24

(b) Schistomiasis (c) Setelah irradiasi pelis atau operasi untuk penyaki medulla spinsalis (jarang) (3) Garis bentuk buli-buli yang tidak teratur atau kasar (a) Kasar dengan garis bentuk trabekulasi atau diverticula. (b) Cystitis konis bisa juga menyebabkan garis bentuk yang amat kasar tanpa diverticula. (c) Penyebab lain: neurogenic bladder. (4) Batu: Sering besar dan tunggal, bisa mengalami kalsifikasi atau tidak. Bisa terjadi pada dewasa atau anak-anak, bisa multipel dan/atau berlapis-lapis. (5) Kalsifikasi buli-buli yang tidak jelas, sering

disebabkan karena adanya hipertrofi otot dinding buli-buli dengan

Schistomiasis menyebabkan klasifikasi seperti kulit telur, yang bisa tipis atau tebal, pada sebagian atau seluruh buli-buli. Bila klasifikasi hanya berupa suatu bercak yang kecil, biasanya karena tuberkulosa, tetapi schistomiasis atau encrusted papillae bisa juga menyeabkan hal ini. (6) Penekanan pada Buli-buli

i. ii.

Perdarahan pelvis

Penekanan pada atap buli-buli


25

iii. iv. v.

Pembesaran prostat Karsinoma buli-buli Schistomiasis

H. Komplikasi pemberian kontras dan pencegahannya Reaksi yang tidak menguntungkan dari pemberian kontras adalah : 1. Toxic rection berupa aritmia jantung, oedem paru, perasaan nyeri dan panas pada lengan daerah yang disuntik. 2. Allergic reaction berupa urtikaria, konjungtivitis, rhinitis, bronkospasme, dan angioneurotik oedem. 3. Idiosyncratic reaction berupa akut anafilaksis, reaksi vagal, mual, muntah, perasaan tidak enak pada perut, perasaan ingin kencing atau berak, batuk dan bersin. Pencegahan terjadinya komplikasi dari pemeriksaan IVP adalah : 1. Anamnesa mencari riwayat alergi obat obatan. 2. Pengobatan pendahuluan dengan derivate steroid. 3. Pengobatan pendahuluan dengan anti histamine. 4. Uji kepekaan dengan zat kontras yang akan digunakan, kalau mungkin ganti kontras.

I. Keuntungan dan kerugian IVP

26

Keuntungan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan IVP adalah : 1. Kita mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu mendiagnosa dan terapi pada kelainan kelainan di organ traktus urinarius. 2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang terjadi komplikasi. 3. IVP merupakan proses pemeriksaan radiology yang cepat, tanpa rasa sakit dan lebih murah. Kerugian dari IVP adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang diberikan. Dan adanya efek radiology dengan adanya prosedur dari IVP tersebut.

BAB III KESIMPULAN

Dari uraian uraian diatas diambil kesimpulan sebagai berikut :

27

1. Intravena pyelografi ( IVP ) adalah pemeriksaan foto rontgen dengan cara memasukkan zat kontras melalui sebuah vena yang kemudian akan mengisi traktus urinarius. 2. Indikasi dari IVP adalah bila ada kecurigaan patologis pada traktus urinarius. 3. Keuntungan dari IVP adalah kita bisa mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu diagnosa dan terapi pada kelainan kelainan traktus urinarius. Kerugiannya adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang diberikan dan adanya efek radiasi.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FK UI, Jakarta
28

2.

Dermroredjo, Sutaryan, 1992, Pemeriksaan IVP pada Kista Ginjal Kongenital , Laboratorium Radiologi RSUP Sardjito, Yogyakarta.

3.

Radiological

Society

of

North

America,

Inc.

RSNA

),

2005,

http://www.radiologyinfo.org 4. 5. Purnomo, Basuki. B ., 2003, Dasar Dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta Palmer, PES, Cockshott, WP, Hegedus, V, Samuel,E, 1995, Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum,ECG,Jakarta 6. 7. 8. 9. Ghazali,Rusdy, 2001, Radiologi Diagnostik, FK UGM, Yogyakarta Marys, Saint, 2005, http://www.saintmarysreno.com Fasal, Arif, 2000, Kuliah Radiologi, FK UMY, Yogyakarta The Yale University of Medicine ,Intravenous Pyelography, 2006,

http://www.healthanswer.com

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Undangan Sosialisasi
    Undangan Sosialisasi
    Dokumen2 halaman
    Undangan Sosialisasi
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Proker Edit 1
    Proker Edit 1
    Dokumen18 halaman
    Proker Edit 1
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Daftar
    Daftar
    Dokumen1 halaman
    Daftar
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Proker Geritri Canva
    Proker Geritri Canva
    Dokumen15 halaman
    Proker Geritri Canva
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mingguan 3
    Laporan Mingguan 3
    Dokumen7 halaman
    Laporan Mingguan 3
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • III - XIV - 3-Pamela Actinina - BAB IV-BAB V
    III - XIV - 3-Pamela Actinina - BAB IV-BAB V
    Dokumen62 halaman
    III - XIV - 3-Pamela Actinina - BAB IV-BAB V
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Format Morpot
    Format Morpot
    Dokumen10 halaman
    Format Morpot
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii. Tinjauan Pustaka: II. 1. Anatomi A. Struktur
    Bab Ii. Tinjauan Pustaka: II. 1. Anatomi A. Struktur
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii. Tinjauan Pustaka: II. 1. Anatomi A. Struktur
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Absen Jaga Vkabs
    Absen Jaga Vkabs
    Dokumen10 halaman
    Absen Jaga Vkabs
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Judu Case
    Judu Case
    Dokumen1 halaman
    Judu Case
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Upaya Kesehatan Kerja
    Upaya Kesehatan Kerja
    Dokumen6 halaman
    Upaya Kesehatan Kerja
    JulitaMelisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen9 halaman
    Bab 2
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Refrat THT Polip Nasi Lengkap
    Refrat THT Polip Nasi Lengkap
    Dokumen18 halaman
    Refrat THT Polip Nasi Lengkap
    annajosephineyunita
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan
    Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan
    Dokumen12 halaman
    Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Format Absen
    Format Absen
    Dokumen2 halaman
    Format Absen
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar M
    Kata Pengantar M
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar M
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • ANEMIA Referat
    ANEMIA Referat
    Dokumen19 halaman
    ANEMIA Referat
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Referat: Pemeriksaan Radiologi Intravena Pyelografi
    Referat: Pemeriksaan Radiologi Intravena Pyelografi
    Dokumen1 halaman
    Referat: Pemeriksaan Radiologi Intravena Pyelografi
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • BAB II NK
    BAB II NK
    Dokumen11 halaman
    BAB II NK
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Huij
    Huij
    Dokumen2 halaman
    Huij
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Yukk
    Yukk
    Dokumen2 halaman
    Yukk
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen8 halaman
    Judul
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Huij
    Huij
    Dokumen2 halaman
    Huij
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • JDWL Anc NJN
    JDWL Anc NJN
    Dokumen1 halaman
    JDWL Anc NJN
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat
  • IKM
    IKM
    Dokumen7 halaman
    IKM
    Pamela Actinina Sri Rumata
    Belum ada peringkat