Anda di halaman 1dari 5

OTOPSI adalah proses dari seorang ahli medis untuk mengetahui sebab-sebab kematian seseorang yang mayatnya masih

segar misalnya: kecelakaan, dan atau kematian yang tidak wajar lainnya. seseorang yang meninggal secara tidak wajar bisa tidak di otopsi atau di visum dengan syarat pihak keluarga membuat surat pernyataan atau permohonan yang isinya tidak akan menuntut bila kelak terjadi hal-hal yang bisa merugikan korban setelah pemakaman. Autopsi forensik/medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri. Tujuannya antara lain untuk mengidentifikasi mayat, menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian. Secara yuridis, persetujuan keluarga jenazah tidak diperlukan dalam prosedur autopsi forensik. Dokter hanya merupakan pelaksana permohonan penyidik (dalam hal ini Kepolisian) untuk melakukan autopsi, sehingga apabila keluarga keberatan atas pelaksanaan autopsi, keberatan dapat disampaikan pada penyidik. Pelaksanaan autopsi untuk dapat dilakukan apabila : 1) ada surat permintaan dari Kepolisian, 2) dalam waktu 224 jam tidak ada keluarga korban yang datang ke rumah sakit, dan 3) diduga jenazah menderita penyakit yang berbahaya bagi masyarakat. Otopsi (juga dikenal pemeriksaan kematian atau nekropsi) adalah investigasi medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian. Kata "otopsi" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lihat dengan mata sendiri". "Nekropsi" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "melihat mayat".Ada 2 jenis otopsi: a. Forensik: Ini dilakukan untuk tujuan medis legal dan yang banyak dilihat dalam televisi atau berita. b. Klinikal: Cara ini biasanya dilakukan di rumah sakit untuk menentukan penyebab kematian untuk tujuan riset dan pelajaran. Macam Macam Tujuan Membedah Jenazah

Di lihat dari tujuannya praktek bedah dan otopsi mayat ada beberapa macam, namun yang paling sering dilakukan adalah Pertama, Untuk mengetahui penyebab kematiannya, saat terjadi tindakan kriminal. Untuk keperluan ini seorang dokter mengotopsi jenazah untuk mengetahui penyebab kematiaannya. Apakah mayat tersebut meninggal secara wajar atau karena tindak kriminal. Kedua, Untuk mengetahui penyebab kematian secara umum. Dengan otopsi ini seorang dokter dapat mengetahui penyakit yang menyebabkan kematian jenazah tersebut, sehingga kalau memang itu suatu wabah dan dikhawatirkan akan menyebar, bisa segera diambil tindakan preventif, demi kemashlahatan. Ketiga, otopsi untuk praktek ilmu kedokteran. Otopsi ini dilakukan oleh para mahasiswa fakultas kedokteran untuk mengetahui seluk beluk organ tubuh manusia. Ini sangat diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit pada organ tubuh tertentu secara tepat

Ketentuan dan etika Otopsi Pertama: Dibolehkan melakukan otopsi terhadap mayat selama bertujuan salah satu dari hal-hal di bawah ini: a. Kepastian tuduhan yang bersifat kriminal untuk mengetahui penyebab kematian seseorang. Hal itu apabila hakim kesulitan untuk memastikan penyebab kematian. Kecuali hanya dengan jalan otopsi saja. b. Kepastian tentang penyebab suatu penyakit yang hanya bisa dibuktikan lewat otopsi. Demi untuk mendapatkan kejelasan penyakit tersebut serta menemukan obat penangkalnya. c. Untuk pengajaran kedokteran dan pembelajarannya, yaitu seperti yang dilakukan di fakultas-fakultas kedokteran. Kedua: Bila otopsi itu bertujuan untuk pembelajaran, maka harus mengacu kepada hal-hal berikut ini: a. Bila jasad itu milik orang yang diketahui identitasnya, maka dibutuhkan izinnya sebelum meninggal atau izin dari keluarga ahli warisnya. Dan tidak boleh

mengotopsi orang yang darahnya terlindungi (muslim atau kafir zimmy) kecuali dalam keadaan darurat. b. Wajib melakukan otopsi dalam kadar yang minimal atas tidak merusak jasad mayat. c. Mayat wanita tidak boleh diotopsi kecuali hanya oleh dokter wanita juga, kecuali bila memang sama sekali tidak ada dokter wanita. Ketiga: Wajib dalam segala keadaan untuk menguburkan kembali semua jasad mayat yang telah diotopsi.

Prinsip pemeriksaan jenazah Landasan 1. Ada surat penyerahan jenazah forensik, ditandai dengan serah-terima barang bukti jenazah forensik 2. Ada surat permintaan sementara dari pihak penyidik untuk korban jenazah forensik dengan atau dilampiri surat persetujuan keluarga untuk dilakukan pemeriksaan luar saja atau pemeriksaan luar dan dalam untuk menghindari materai 6000,00 surat pernyataan dengan kode di kiri atas PRO JUSTISIA 3. Ada surat permintaan Visum et Repertum definitif, dilampiri surat pernyataan pihak keluarga untuk dilakukan pemeriksaan luar saja atau pemeriksaan luar dan dalam Setiap pemeriksaan jenazah forensik hanya luar saja: diambil darah untuk golongan darah, deteksi alkohol dan narkoba (untuk identifikasi) ditampung cairan dari hidung dan mulut bila ada praduga keracunan diambil jaringan pada tempat luka untuk pemeriksaan Patologi Anatomi, adanya tanda-tanda intravital diambil odontologi bila jenazah tidak dikenal Untuk pemeriksaan otopsi disamping dilakukan pemeriksaan luar tersebut di atas, dilakukan otopsi dimana irisan median tergantung dari:

Agama jenis kelamin umur (bayi dan tidak bayi/anak) peristiwa

Pemeriksaan penunjang: 1. Odontologi bila tak dikenal, koordinasi dengan dokter gigi 2. Sidik jari (daktiloskop), kerjasama dengan dokter anthropolog 3. Patologi anatomi 4. Toksikologi bila: Dugaan, cukup lambung dan isinya Indikasi keracunan, yang diambil: Lambung dan usus Hepar, lien, ginjal Paru, otak, lidah Rambut, kuku, kulit( keracunan kronis)

Pemeriksaan penunjang mempergunakan formulir yang tersedia dengan pengiriman (surat ini): 1. Golongan darah deteksi alkohol dan narkoba 2. PA ke Instalasi PA RSUP Dr. Sardjito 3. Toksikologi sederhana ke BLK (Balai Laboratorium Kesehatan) DIY 4. Toksikologi luas ke Labkrim (Laboratorium Kriminal) Polda Jateng 5. Larva ke Laboratorium Parasitologi untuk kasus membusuk dengan ditemukannya lalat (menentukan umur lalat dan penunjang saat kematian) 6. Mikrobiologi berupa sampel darah dari ruang jantung bila ada dugaan sepsis

7. Anthropologi berupa sampel tulang-tulang untuk identifikasi (umur, jenis kelamin,ras)

Surat-Surat Surat-surat sementara dari pihak penyidik, tetapi segera ditanyakan surat definitifnya Bila korban sudah dirawat di Rumah Sakit/Puskesmas/Dokter, supaya membuat surat permintaan informasi data medik sesuai kebutuhan untuk kelengkapan data pembuatan Visum et Repertum Kasus-kasus kecelakaan yang dicurigai adanya praduga kriminal, supaya minta informasi data dari pihak penyidik yang mengirim yaitu hasil pemeriksaan TKP dan keterangan saksi atau keluarga Semua kasus, tugas wartawan forensik merupakan kunci, terutama kasus-kasus kriminal Semua data terkumpul di TU (Tata Usaha), tidak boleh dibawa pulang oleh siapapun supaya jangan sampai dituduh menghilangkan barang bukti Surat-surat pelayanan kedokteran forensik termasuk surat pemeriksaan penunjang/ laboratorium toksikologi dalam status Visum et Repertum Surat-surat pemeriksaan keluarga korban dan surat-surat lain dari pihak penegak hukum.

Anda mungkin juga menyukai