Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini

diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius. Sebenarnya, keberadaan limbah cair dapat memberikan nilai negatif bagi suatu kegiatan industri. Namun, penanganan dan pengolahannya membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga kurang mendapatkan perhatian dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan industri kecil dan menengah. Kedelai dan produk makanan yang dihasilkannya merupakan sumber makanan yang dapat diperoleh dengan mudah dan murah serta memiliki kandungan gizi yang tinggi. Industri tempe dan tahu menghasilkan limbah organik baik dalam bentuk cair maupun padat, namun kebanyakan industri tersebut membuang limbahnya secara langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga mencemari lingkungan. Teknologi pengolahan limbah baik cair maupun padat merupakan kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah cair dan limbah padat baik domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara masyarakat setempat. Jadi teknologi yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Industri tahu mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu dihasilkan limbah sebanyak 3.000 - 5.000 liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu. Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani dengan system bilogis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organic seperti karbohidrat, vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan secara biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan

sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen dan fosfor.

PENANGANAN AIR LIMBAH TAHU MELALUI PENGEMBANGAN MODEL USAHA INDUSTRI NATA DE SOYA DI KOTAMADYA BENGKULU I. P. Handayani, P. Prawito dan H. Bustamam Fakultas Pertanian, UNIB Di Kodya Bengkulu, pencemaran akibat air limbah tahu merupakan masalah utama yang mengganggu kesehatan lingkungan. khususnya pada musim kemarau. Selama ini air limbah tahu tersebut belum pernah dimanfaatkan, padahal limbah tersebut mempunyai peluang ekonomis dan potensi gizi yang baik bila diolah menjadi produk pangan nato de soya. Oleh karena itu, pengembangan model usaha nata de soya perlu dilakukan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk membina pengusaha tahu dalam masyarakat di sekitar industri tahu dalam hubungannya dengan proses produksi, pengemasan dan pemasaran nata de soya. Pelatihan dan pendampingan bertujuan untuk membimbing peserta supaya dapat melakukan keseluruhan proses produksi dan pemasaran nata de soya dan memotivasi masyarakat sekitar industri tahu agar dapat mengembangkan wirausaha tersebut secara mandiri. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nata de soya berasal dari limbah cair asal industri

tahu "Azis". Khalayak sasaran yang dipilih adalah seluruh pegawai industri tahu "Azis", kelompok PKKI kelompok Remaja Putri dan kelompok Arisan Keluarga desa Kebun Beler, Kecamatan Gading Cempaka Kotamadya Bengkulu. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa air limbah tahu mempunyai potensi dan peluang untuk dikembangkan menjadi produk , nata de soya secara massal apabila limbah yang dihasilkan lebih dari 15 liter per hari. Produk nata de soya yang dipasarkan lebih disukai konsumen dalam bentuk siap saji dengan berbagai kemasan dan rasa. Hasil uji coba dan pendampingan juga membuktikan bahwa model usaha nata de soya di Kodya Bengkulu dapat memberikan peluang bisnis akrab lingkungan yang dapat berdampak positif terhadap perekonomian dan gizi masyarakat. khususnya masyarakat sekitar industri tahu. Senin, 25 Februari 2008 Sumber : http://www.w3.org BAB II PEMBAHASAN II. 1 Limbah Cair Industri Pengolahan Tahu Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai, sedangkan bahan pencemarnya kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai dan COD 130 g/kg bahan baku kedelai (EMDI & BAPEDAL, 1994). Industri pembuatan tahu harus berhati-hati dalam program kebersihan pabrik dan pemeliharaan peralatan yang baik karena secara langsung hal tersebut dapat mengurangi kandungan bahan protein dan organik yang terbawa dalam limbah cair. Kunci untuk mengurangi pencemaran adalah mencegah bahan-bahan yang masih bermanfaat terbawa limbah cair. Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian

awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih (EMDI & BAPEDAL, 1994). Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar (Sugiharto, 1987). II. 2 Penanganan Limbah Air Tahu Menjadi Nata de Soya Salah satu tujuan dari penanganan limbah dalam industri pangan adalah agar limbah dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan mentah baru atau produk baru. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menangani limbah air tahu ini, misalnya dengan teknik bio-prosess, metode kayu apu, atau dengan cara fermentasi. Dalam makalah ini, kami akan membahas penanganan limbah tahu dengan cara fermentasi, yaitu dengan di buatnya Nata de Soya dari air limbah tahu. Pembutan Nata de Soya ini tidak hanya akan mengurangi pencemaran terhadap lingkungan dan masyarakat tetapi juga memiliki peluang ekonomis dan potensi gizi yang baik. Menurut Kepala Balai Pengembangan Makanan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBIHP) Bogor, Ir Basrah, yang bersama Ir Dadang Supriatna telah meneliti hal tersebut, nata adalah sejenis makanan penyegar yang bahan bakunya kini dari air kelapa dan biasa dikenal dengan sebutan nata de coco. Sebagai makanan atau lauk pauk yang realtif murah dan bergizi, tahu juga dikenal berprotein tinggi. Jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien (protein, karbihidrat, dan bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru dapat menimbulkan pencemaran.

Whey tahu selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lesitin dan oligosakarida. Whey tahu mempunyai prospek unutk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya bakteri asam asetat Asetobacter sp termasuk bakteri Asetobacter xylinum. Asetobacter xylinum dapat mengubah gula subtat menjadi gel selulosa yang biasa dikenal dengan nata. Teknologi pembuatan nata de soya cukup sederhana karena semua bahan baku baik limbah tahu maupun enzimnya yaitu Asetobacter xylinum semuanya dapat diperoleh dengan mudah. Dengan pertolongan bakteri tersebut (Asetobacter xylinum) maka komponen gula yang ditambahkan ke dalam subtrat air limbah tahu dapat diubah menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media.

Pembuatan nata de soya adalah limbah cair tahu yang masih segar disaring dan dipanaskan kemudian ditambahkan gula pasir, pupuk urea, fosfat dengan cara dilarutkan dalam limbah tahu yang panas dan dimasukkan ke dalam panci melalui saringan kain lalu dimasak sampai mendidih selama 5-10 menit. Setelah itu ditambahkan asam asetat glasial sehingga mencapai pH sekitar 4 dalam larutan yang masih hangat sambil diaduk. Selanjutnya larutan tadi dimasukkan ke dalam tempat fermentasi dan ditutup dengan wadah kertas dan diikat dengan karet, dibiarkan hingga dingin. Setelah campuran dingin ditambahkan starter dan disimpan di tempat datar selama 8-12 hari, selama penyimpanan wadah tidak boleh digoyang atau diganggu.

Lalu setelah 8-12 hari nata yang terbentuk diambil, dicuci dan direndam dengan air berulang kali hingga rasa asam asetat hilang. Kemudian nata dapat disimpan dalam kulkas atau dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai