Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORY PERSEPSI SINUSITIS

OLEH : NI PUTU PANDE SATYA SYSTA DEWI 1102105058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2013

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN Sinusitis berasal dari akar bahasa latin, akhiran umum dalam kedokteran, itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. . Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu a. Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis b. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung c. Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

2. ETIOLOGI

a. Rinogen Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh : Rinitis Akut (influenza) Polip, septum deviasi

b.Dentogen Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas Penyebabnya adalah kuman : Streptococcus pneumoniae Hamophilus influenza Steptococcus viridans Staphylococcus aureus Branchamella catarhatis

3. KLASIFIKASI Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu berdasarkan lamanya penyakit (akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis peradangan yang terjadi (infeksi dan non infeksi). Disebut sinusitis akut bila lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut bila lamanya penyakit antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis khronis bila penyakit diderita lebih dari 3 bulan. Sinusitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus walau pada beberapa kasus ada pula yang disebabkan oleh bakteri. Sedangkan sinusitis non infeksi sebagian besar disebabkan oleh karena alergi dan iritasi bahan bahan kimia. Sinusitis subakut dan khronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akutyang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.

4. PATOFISIOLOGI Edema pada kompleks osteomeatal menyebabkan mukosa sinus paranasal yang saling berhadapan akan bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak. Akibatnya lendir tidak dapat dialirkan. Gangguan drainase ini juga diiringi oleh gangguan ventilasi dalam sinus paranasal. Selain kurang aktifnya silia, lendir yang dihasilkan oleh mukosa sinus paranasal menjadi lebih kental. Keadaan ini menjadi

media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Bila sumbatan ini berlangsung terus-menerus maka dapat terjadi hipoksia jaringan, retensi lendir dan perubahan jaringan. Retensi lendir menimbulkan infesksi bakteri anaerob. Jaringan dapat berubah menjadi hipertrofi, polipoid, polip, atau kista.
Membran Mukosa Sinus

Terinfeksi virus atau bakteri

Inflamasi

Peningkatan sekresi silia mucus

Edema, Kemerahan

Nyeri

Hipertermi a

Hilangnya fungsi normal

Pengeluaran sekresi terhambat Penumpukan Secret di Ujung saraf penghidung Penyebaran bakteri Ketidakefektif kan bersihan jalan nafas Bakteri berkembang Obstruksi sinus Insomnia pada nasal

Bakteri masuk dan berkembang

Resiko infeksi

Pengobatan tidak adekuat

Komplikasi

5. MANIFESTASI KLINIS Rinore purulen >7 hari,< 8 minggu Post nasal drip, batuk Obstruksi nasi Nyeri pada daerah sinus yang terkena Nyeri alih ke peri orbita, gigi, teliga Demam

6. TANDA DAN GEJALA Demam yang berlangsung lebih dari 10-14 hari. Terkadang demam tidak terlalu tinggi. Keluar lendir yang berwarna kuning kehijauan dari hidung. Lelehan lendir dari hidung, kadang mengarah ke atau terlihat seperti sakit tenggorokan, batuk, nafas yang berbau, pusing dan atau muntah-muntah. Sakit kepala, biasanya sebelum umur 6 tahun Mudah tersinggung/ tidak senang atau kelelahan Bengkak di sekitar mata

7. PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Sinusitis Akut Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, hal-hal yang mungkin kita temui pada pasien seperti : purulent nasal secretion, purulent posterior pharyngeal secretion, mucosal erythema, periorbital erythema, tenderness overlying sinuses, air-fluid levels on transillium of the sinuses dan facial erythema. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) dan C-reactive protein meningkat pada pasien sinusitis tapi hasil ini tidak spesifik. Hasil pemeriksaan darah lengkap juga diperlukan sebagai acuan pembanding.Pemeriksaan sitologi nasal berguna untuk menjelaskan beberapa

hal seperti allergic rhinitis, eosinophilia,nasal polyposis dan aspirin sensitivity. Kita juga dapat melakukan kultur pada produk sekresi nasal akantepai sangat terbatas karena sering terkontaminasi dengan normal flora. Pemeriksaan Imaging : pemerikasaan ini dilakukan terutama untuk mendapatkan gambaran Sinus yang dicurigai mengalami infeksi. Ada beberapa pilihan imaging yang dapat dilakukan yaitu plain radiography (kurang sensitif terutama pada sinus ethmoidal), CT scan (hasilnya lebih baik dari pada rontgen tapi agak mahal), MRI (berguna hanya pada infeksi jamur atau curiga tumor) dan USG (penggunaannya terbatas). Sinusitis Kronik Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaaan fisik pasien sinusitis kronik ditemukan beberapa hal seperti: pain or tenderness on palpation over frontal or maxillary sinuses, oropharyngeal erythema dan purulent secretions, dental caries dan ophthalmicmanifestation (conjunctival congestion dan lacrimation, proptosis). Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan kultur hapusan nasal tidak memiliki nilai diagnostik. Kadang-kadang pada hapusan nasal ditemukan juga eosinopil yang mengindikasikan adanya penyebab alergi. Pemeriksaan darah lengkap rutin dan ESR secara umum kurang membantu, akan tetapi biasanya ditemukan adanya kenaikan padapasien dengan demam. Pada kasus yang berat, kultur darah dan kultur darah fungal sangat diperlukan. Tes alergi diperlukan untuk mencari penyebab penyakit yang mendasari. Pemeriksaan ImagingImagin

8. PENATALAKSANAAN Prinsip penatalaksanaan dari sinusitis adalah: mengembalikan fungsi silia mukosa, memperbaiki drainase, eradikasi bakteri, dan menghilangkan keluhan nyeri. Seringkali sinusitis, tidak perlu dirujuk ke ahli THT, tetapi bila gagal dengan pengobatan medikamentosa, maka harus dirujuk ke ahli THT untuk penanganan lebih lanjut seperti terapi bedah, irigasi, dll. Pengobatan yang diberikan berupa terapi medikamentosa: 1. Antibiotik:

Lini I: Amoksisilin, Kotrimoksasol Lini II: Amoksisilin klavulanat Sefalosporin generasi II Makrolid, Linkosamid

Diberikan 10 14 hari, bila tak ada perbaikan perlu pemeriksaan foto polos, kultur dan test alergi. Pengobatan alergi yang mendasari timbulnya sinusitis. Penanganan alergi yang terbaik adalah adalah harus mencari dan menghindari penyebabnya. Kesulitan utama sebenarnya adalah untuk mencari penyebab alergi. 2 Terapi tambahan: 3 Dekongestan oral atau topikal Mukolitik Penderita atopi: antihistamin kortikosteroid yang semprotkan di hidung maupun yang diminum(oral)

Pembedahan jarang diperlukan, kecuali bila terjadi komplikasi ke orbita / intrakranial atau nyeri hebat karena sumbatan ostium. Pembedahan hanya dipertimbangkan jika pengobatan medis tidak memungkinkan atau jika ada gangguan hidung yang tidak dapat diperbaiki dengan obat-obatan. Tipe dari operasi yang diperlukan lebih baik ditentukan oleh ahli bedah, tetapi jaman sekarang umumnya operasi dilakukan di dalam hidung dengan bantuan dari alat endoskopi khusus.

4 Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) disarankan untuk beberapa tipe tertentu dari penyakit sinusitis. Dengan endoskopi, ahli bedah dapat melihat secara langsung ke dalam hidung, dimana pada saat yang sama mengambil jaringan yang terkena penyakit dan polip dan membersihkan saluran kecil diantara sinus. Keputusan untuk menggunakan bius setempat atau bius total harus dibuat oleh anda dan dokter anda, tergantung pada keadaaan setiap individu.

9. KOMPLIKASI Osteomyelitis & abses subperiostal: sering terjadi pada sinusitis frontal pada anak-anak. Pada sinusitis maksila dapat terjadi fistel oroantral Serosa Otitis media: dapat terjadi otitis media akut maupun kronis dan otitis media dan

Kelainan pada orbita: penyebaran dapat terjadi perkontinuitatum atau tromboflebitis. Kelainan yang terjadi: edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita Kelainan intrakranial: meningitis, abses otak, abses ektradural/subdural, trombosis sinus kavernosus Kelainan paru: bronkitis kronis , bronkiektasis. Kelainan sinus dan paru disebut: sinobronkitis

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN 1.Data Demografi Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku / bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan dan identitas penanggung jawab. 2. Riwayat Sakit dan Kesehatan a. Keluhan Utama : biasanya klien mengeluh sakit kepela sinus,dantenggorokan. b. Riwayat penyakit saat ini : klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara 2 mata dan penciuman berkurang. c. Riwayat penyakit dahulu : Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT. Klien pernah menderita sakit gigi geraham

d. Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. 3. Riwayat psiko social spiritual a. Intra personal : perasaan yang dirasakan klien ( cemas atau sedih ) b. Interpersonal : bagaimana hubungan klien dengan orang lain. 4. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup ; contohnya, untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping b. Pola nutrisi dan metabolism ; biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung. c. Pola istirahat dan tidur ; adakah indikasi klien tidak dapat istirahat karenasering flu. d. Pola persepsi dan konsep diri ; klien sering flu terus menerus danberbau,yang menyebabkan konsep diri menurun.

e. Pola sensorik ; pola penciuman klien menjadi terganggu karena hidung buntukarena flu yang terus menerus ( baik purulen,serous, maupun mukopurulen ) 5. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah menggunakan pemeriksaan ROS (Review Of Sistem ). Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan umum persistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda - tanda vital, B1 (Breathing ), B2 ( Blood ), B3 ( Brain ), B4 ( Bladder), B5 ( Bowel ), dan B6 (Bone ). a. B1 ( breathing ) / Pernafasan Bentuk dada normal, pola nafas tidak teratur, suara nafas ronkhy, sesaknafas, adanya retraksi oto bantu nafas, bantuan O2 2 lpm. b. B2 ( blood ) / sistem kardiovaskuler Irama jantung regular, tidak ada nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat. c. B3 ( brain ) / persarafan Tidak ada gangguan pendengaran, adanya gangguan pada penciuman, kesadaran gelisah, reflex normal. d.B4 ( bladder ) / perkemihan Bentuk alat kelamin normal, uretra normal, produk urin normal. e.B5 ( bowel ) / pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis, mulut bersih, mukosa lembab, BAB normal. f.B6 ( bone ) / musculoskeletal Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh kelelahan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan infeksi Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit Hipertermia berhubungan dengan penyakit Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri)

3. ASUHAN KEPERAWATAN ( terlampir )

4. EVALUASI ( terlampir ) ASUHAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI No . 1 Diagnosa Ketidakefektifa n Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan infeksi Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .x 24 jam, diharapkan jalan nafas klien dapat kembali normal dengan criteria hasil : NOC Label Airway Patency Frekuensi pernafasan klien normal ( 1218x/mnt) dengan skala 5 Ritme pernafasan klien teratur (skala 5) Klien mampu mengeluarkan secret (skala 4) Kedalaman inspirasi klien normal (skala 5) Intervensi NIC Label Airway Management 1. Posisikan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (posisi semiflower) 2. Memantau nilai gas darah dan kadar saturasi oksigen Airway Suctroning 1. Monitor status pernafasan klien dan oksigenasi 2. Monitoring pola pernafasan termasuk tingkat kedalaman dan usaha nafas Rasional Airway Management 1. Untuk membantu klien bisa bernafas dengan lebih bebas ( posisi semiflower memberikan klien berinspirasi lebih dalam) 2. Untuk mengetahui apakah klien masih merasakan kekurangan oksigen atau tidak Airway Suctroning 1. Untuk memantau Evaluasi klien dapat bernafas secara normal klien tidak mengalami gangguan dalam bernafas klien tidak menyatakan sulit bernafas klien tidak menyatakan sesak

keadaan klien 2. Untuk mengetahui kemampuan klien dalam bernafas , menggunakan otot bantu atau tidak 2 Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam, diharapkan nyeri klien dapat berkurang dengan criteria hasil : NOC Label Pain Control Pasien dapat mendeskripsikan rasa nyeri yang dialami skala 4 Pasien dapat menjelaskan factor penyebab nyeri skala 4 Pasien dapat melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi level nyeri skala 4 NIC Label Pain Management Lakukan pengkajian kompherensif pada nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan factor presipitasi nyeri Observasi respon nonverbal dari rasa tidak nyaman pasien Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui riwayat pengalaman nyeri Untuk menentukan lokasi dan tindakan management nyeri yang tepat unuk pasien Respon nonverbal dapat menunjukkan level nyeri serta menunjukkan persepsi dan intensitas nyeri Strategi terapeutik membuat pasien merasa nyaman untuk menceritakan keluhan serta pengalaman Klien mengatakan nyeri sudah dapat berkurang Klien tidak tampak meringis Klien tidak tampak melokalisasi nyeri Klien tidak tampak menangis Klien mampu mengontrol rasa nyerinya Klien

Pasien mampu mengatakan rasa nyeri dapat diatasi skala 4 -

serta kemampuan klien merespon nyeri Kaji efek nyeri pada kualitas hidup klien ( misalkan tidur, nafsu makan, aktifitas, kognisi, perasaan, hubungan, peran dalam pekerjaan Ajarkan klien teknik penanganan nyeri non farmakologi secara mandiri (relaksasi progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, acupressure) NIC Label Vital Sign Monitoring 1. Memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan -

nyeri Mengetahui seberapa besar pengaruh nyeri pada hidup klien

mengatakan perubahan gejala nyeri

Knowledge : Pain Management Dapat mengetahui penyebab nyeri skala 5 Dapat mengenali tanda dan gejala nyeri skala 5 Memahami tindakan penanganan nyeri Dapat melakukan tindakan penanganan nyeri Dapat melakukan teknik relaksasi : guide imagery, distraksi, back massage 3 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien dapat kembali dalam rentang normal dengan criteria hasil :

1. Dapat memberikan gambaran umum keadaan klien 2. Untuk mengurangi

Suhu tubuh klien normal

dengan penyakit selama .x 24 jam,

Klien tidak tampak mengigil

NOC Label Thermoregulation Vital Sign Klien mengetahui batas normal suhu tubuh Klien mampu mengatasi hipertermi

respirasi yang tepat 2. Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi 3. Memonitor tekanan darah klien setelah klien melakukan pengobatan jika memungkinkan

hipertermi klien 3. Memastikan tekanan darah klien tetap stabil

Insomnia berhubungan dengan n fisik (nyeri)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .x 24 jam, tidur dengan criteria hasil : NOC Label Sleep Jam tidur sesuai : Bayi : 16-18 jam Dewasa : 7-8 jam Lansia: 4-6 jam Pola tidur membaik Kualitas tidur baik ( nyenyak ) Tidak mengalami kesulitan untuk

NIC Label Sleep Enhancement 1. Tentukan pola tidur/aktivitas klien 2. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang adekuat selama sakit 3. Diskusikan dengan pasiendan keluarga mengenai teknik peningkatan tidur

1. Agar pola tidur/aktivitas klien teratur 2. Agar klien mengetahui pentingnya tidur yang adekuat selama masa dia sakit 3. Untuk menentukan teknik terbaik yang dapat digunakan agar tidur klien optimal

Klien tidak terbangun dimalam hari

ketidaknyamana diharapkan klien dapat

Klien dapat tidur dengan nyenyak

memulai tidur Rutinitas tidur klien tidak terganggu Klien mampu tidur sepanjang malam secara konsisten

Resiko

Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko infeksi dapat berkurang dengan criteria hasil : NOC Label Risk Control : Infectious Process Mampu mengetahui risiko infeksi Klien mengetahui konsekuensi personal yang berhubungan dengan infeksi Klien dapat mengidentifikasi risiko infeksidalam kehidupan seharihari Klien mampu

NIC Label Infection Control 1. Ajarkan klien untuk meningkatkan kebersihan tangan untuk menjaga kesehatan diri 2. Anjurkan intake nutrisi yang tepat Infection Protection 1. Inspeksi kulit dan mukosa membrane terhadap kemerahan, kehangatan ektrem atau drainase 2. Tingkatkan asupan cairan

Infection Control 1. Kebersihan tangan untuk menghindari infeksi mikroorganisme 2. Untuk meningkatkan system kekebalan tubuh klien Infection Protection 1. Untuk mengetahui adanya tanda dan gejala infeksi 2. Untuk menjaga homeostatis tubuh 3. Terkait

Suhu tubuh klien normal

berhubungan

dengan penyakit selama .x 24 jam,

Klien tidak mengeluh adanya infeksi

Klien tidak mengeluh sakit

Tidak ada pembengkak akn pada luka klien

mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala yang mengindikasikan potensi risiko Klien mampu mengidentifikasi untuk melindungi dari penyebab infeksi Mampu memonitor kebiasaan diri yang berhubungan dengan factor resiko infeksi Menjaga lingkungan tetap bersih Mampu memonitor waktu inkubasi penyakit infeksi Tidak ada kemerahan Suhu tubuh normal (370,5) Tidak terjadi pembengkakan pada daerah kulit Klien tidak

dengan tepat 3. Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan melaporkan kepada penyedia pelayan kesehatan apabila ada tanda dan gejalan infeksi 4. Jauhkan bunga segar dan tanaman dari area klien

pengetahuan klien dan keluarga untuk mengetahui tanda dan gejala sehinggabisa dilaporkan kepada petugas kesehatan apabila menemukan tanda dan gejala infeksi 4. Mencegah adanya mikroorganisme dalam tanaman yang memicu terjadinya infeksi

mengeluh nyeri

DAFTAR PUSTAKA

1. Digna Pustaka 2. 3. 4.

Martha&Kelly. 2010. Diagnosa Keperawatan Nanda, Yogyakarta : Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah volume 3, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai