Anda di halaman 1dari 1

Evaluasi pemanfaatan limbah pertanian menjadi produk furfural

Evaluation on utilization of agricultural wastes as a sources of furfural Oleh: Suripto Dwi Yuwono Dibuat: 2000-09-00 , dengan 1 file(s).

Keywords: Agricultural wastes, furfural

Hidrolisis hemiseluloasa dari berbagai limbah pertanian telah dilakukan dengan menggunakan autoclave 2 L. Asam sulfat dengan jumlah 5% bahan baku digunakan sebagai katalis dan jumlah cairan pemasak adalah 8 mL/g untuk tiap gram padatan umpan. Konversi hemiselulosa menjadi furfural meningkat dengan temperatur pemasakan. Konversi furfural tertinggi diperoleh pada temperatur pemasakan 150oC. Berturut-turut konsentrasi furfural dalam hidrolisa sebagai berikut: sekam padi 3,27 g/L, tongkol jagung 5,87 g/L, ampas tebu 5,84 g/L dan Tandan Kosong Sawit (TKS) 4.57 g/L. Pembentukan gula tertinggi diperoleh pada temperatur pemasakan 110oC. Konsentrasi gula dalam hidrolisat berturut-turut adalah sebagai berikut: sekam padi 12,05 g/L, tongkol jagung 15,54 g/L, ampas tebu 25,56 g/L dan TKS 9,01 g/L. Potensi pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku furfural juga telah dinilai dengan menggunakan model Waste Utilization Value. Parameter yang diperhatikan dalam penyusunan model ini adalah: ketersediaan bahan baku, persiapan bahan baku, harga bahan baku, padatan residu hidrolisis, cairan limbah hidrolisis, produk furfural yang dihasilkan. Berdasarkan evaluaasi tersebut, TKS merupakan bahan baku furfural yang sangat menarik, disusul dengan ampas tebu, tongkol jagung dan sekam padi. Daaya tarik pemanfaatan TKS sebagai sumber bahan baku furfural semakin meningkat jika proses hidrolisis diintegrasikan dengan proses pulping untuk menghasilkan bahan baku kertas.

Anda mungkin juga menyukai