Anda di halaman 1dari 41

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga dan juga bagi bangsa. Anak-anak kita adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Betapa bahagianya orangtua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam pendidikan, dalam berkeluarga, dalam masyarakat, maupun dalam karir. Pentingnya pendidikan anak usia dini tidak perlu diragukan lagi. Para ahli maupun masyarakat umum lazimnya sudah mengakui betapa esensial dan pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak usia dini. 1 Di dalam ajaran Islam juga didapati pernyataan yang sesuai dengan pentingnya pendidikan anak itu. Firman Allah SWT dalam Surat At Tahrim ayat 6:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, dan keras, dan yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim :6). Ayat ini memerintahkan kepada setiap orang tua untuk mendidik anak-anaknya kearah yang baik dengan jalan membiasakan atau melatih mereka untuk melakukan _________________________________

1 Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Hikayat, Yogyakarta, 2005, Cet. ke-1, hlm. 114.

perbuatan-perbuatan yang baik, sehingga kelak ia menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, sehingga ia kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan dalam keluarga (rumah) dilanjutkan dengan pendidikan yang berlangsung di luar rumah (sekolah dan lingkungan). Kedua hal di luar rumah ini memiliki pengaruh yang banyak bagi pembentukan kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi motorik, fisik, bahasa, kognitif, dan sosial-emosional. 2 Proses pendidikan bagi Anak Usia Dini, yang dalam pendidikan formal berupa Taman Kank-kanak (TK) berbeda dengan pendidikan bagi orang dewasa. Pendidikan yang dilakukan hendaknya berupa pembelajaran yang mengacu pada dunia anak. Pembelajaran bagi anak usia dini ini memiliki kekhasan tersendiri. Kegiatan

pembelajaran anak usia dini mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam, dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. _________________________________
2

2 Pusat Kurikulum, Standar dan Bahan Ajar PAUD Formal , Balitbang Depdiknas, 2007, Cet. ke1, hlm. 5.

Pada hakekatnya semua anak suka bermain, hanya anak-anak yang sedang tidak enak badan (sakit) yang tidak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain, baik sendiri, dengan teman sebayanya, maupun dengan orang yang lebih dewasa. Bentuk permainannya pun juga beragam.

Berdasarkan fenomena tersebut para ahli Pendidikan Anak Usia Dini menentukan bahwa bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran dan esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini. 3 Bermain merupakan kegiatan yang menyatu dengan diri anak. Bermain dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak secara optimal, seperti perkembangan fisik & motorik, agama/moral, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para

pendidik, psikolog, ahli filsafat, dan banyak orang lagi sejak beberapa dekade yang lalu. Mereka tertantang untuk lebih memahami arti bermain dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bermain benar-benar merupakan pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka ragam bentuk. Bermain itu sendiri bukan hanya tampak pada tingkah laku anak tetapi pada usia dewasa, bahkan bukan hanya pada manusia (Spodek, 1991 dalam Patmonodewo). 4 Salah satu aspek perkembangan anak yang penting adalah perkembangan bahasa, adalah kemampuan membaca. Sebenarnya, seberapa pentingkah anak untuk ________________________________
3

Slamet Suyanto, Loc. Cit, hlm. 114.

4 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Cet. ke-2, hlm. 102.

dapat diajar membaca? Jawabannya tentulah kita sepakat semuanya bahwa hal itu penting, karena kemampuan membaca memiliki peran yang sangat menentukan dalam kehidupan manusia, dengan membaca kita bisa membuka jendela pengetahuan dan dunia, dan ini akan menjadi bekal bagi keberhasilan setiap anak (individu) baik itu di sekolah dan dalam bermasyarakat. Dengan membaca anak juga dapat mempelajari bidang-bidang ilmu dan keterampilan yang lainnya. Hampir semua bidang ilmu dan keterampilan membutuhkan kemampuan membaca. 5 Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mengajarkan anak membaca, karena kemampuan membaca tidaklah muncul begitu saja pada diri seseorang, tetapi harus mengikuti suatu proses yang panjang. Mengajarkan membaca di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama dilaksanakan sesuai dengan esensi dasar dan kaidah-kaidah yang ada dalam pendidikan anak usia dini. Banyak ahli yang telah mencoba mengembangkan teori dan cara bagaimana mengajarkan anak-anak dalam membaca, salah satunya adalah Glenn Doman, dia menjadi pelopor dalam pengembangan metode belajar membaca dan matematika bagi anak-anak usia dini. Dalam peneletian dan penerapannya Glenn Doman

mengembangkan mengembangkan metode belajar bagi anak-anak menggunakan media kartu huruf, yang disebut juga flash cards. Dengan menggunakan media kartu huruf ini Glenn Doman berhasil mengajarkan anak-anak membaca. 6 ________________________________
4

M. Aulia, Mengajarkan Balita Anda Membaca, Intan Media, Yogyakarta, 2011, Cet. ke-1, hlm.

20.

Para ahli sendiri memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang pengertian media pembelajaran, Gagne (1970) dalam Asyhar menyatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen pada lingkungan belajar yang

membantu pembelajar untuk belajar. Sedangkan Schramm menyatakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan. Selain itu masih banyak pengertian yang lainnya dari para ahli. Meskipun para ahli belum bersepakat tentang pengertian media pembelajaran itu, termasuk klasifikasi atau pengelompokkannya, secara garis besar terdapat empat kelompok besar, media pembelajaran, yaitu media visual, media audio, dan media audio visual, dan multimedia. 7 Media kartu huruf (flash card) yang digunakan oleh Glenn Doman adalah salah satu media visual. Media pembelajaran menggunakan kartu huruf ini sebenarnya bisa dimodifikasi lagi agar dapat lebih mudah digunakan oleh berbagai tipe anak, terutama anak Taman Kanak-kanak. Salah satu modifikasi yang akan digunakan adalah

menggunakan kartu huruf bergambar. Di TK Garden Kids, Sukajawa, Bandar Lampung anak-anak mengalami kesulitan didalam pembelajaran membaca permulaan, jika dilakukan dengan metode dan cara-cara konvensional yang cenderung kaku. Pembelajaran membaca dengan ________________________________
M. Aulia, Ibid, hlm. 23. Rayandra Ashar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Gaung Persada Press, Jakarta, 2011, Cet. ke-1, hlm. 7
6 7

metode konvensional/lama, yang hanya menggunakan ceramah klasikal, mendikte, mengeja tulisan yang dicontohkan guru di papan tulis/buku, atau menghafal huruf alfabet yang abstrak bagi anak-anak. Media yang digunakan dengan metode lama ini antara lain catatan di papan tulis menggunakan kapur/spidol, contoh tulisan/alfabet di buku, dan buku cetak pelajaran mengeja. Metode ini sebenarnya lebih layak untuk mengajar anak usia 7 tahun ke atas (jenjang SD). Sehingga tingkat kemampuan membaca anak didik di TK Garden Kids tersebut masih tergolong kurang baik. Dari data prasurvei anak-anak di Kelas B1 TK Garden Kids yang dilakukan pada tanggal 1-7 Desember 2011, diperoleh informasi sebagai berikut: Tabel 1 Kemampuan Membaca anak sesuai umur 5-6 tahun di TK Garden Kids

Kemampuan Membaca

Kemampuan Yang Dicapai Baik Cukup 4 6 6 4 4 4 Kurang 10 9 9 10 11 16

Jumlah murid 20 20 20 20 20 20

1. Membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal dan akhir yang sama 2. Menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya 3. Mengelompokkan kata-kata yang sejenis 4. Membaca nama sendiri dengan lengkap 5. Menulis nama sendiri dengan lengkap 6. Membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalnya

6 5 5 6 5 2

Kemudian dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca anak-anak di Kelas B1 TK Garden Kids, Bandar Lampung masih tergolong kurang baik. Sehingga untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di Kelas B1 TK Garden Kids penulis ingin menerapkan penggunaan media permainan kartu huruf bergambar dalam proses pembelajaran membaca yang dilakukan. Pemilihan media permainan kartu huruf bergambar sediri dilakukan sebagai media dalam penelitian, sebab mudah diperoleh, efektif dan lebih menarik. Kartu huruf bergambar bisa dibuat sendiri atau menggunakan gambar produksi

percetakan/pabrik.

Biaya pembuatan kartu huruf bergambar tidak mahal jika dibuat

sendiri. Efektif, digunakan karena lebih sesuai dengan esensi belajar anak dengan metode bermain, serta lebih menarik karena menambah motivasi dan gairah belajar anak-anak. Dengan demikian, penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang upaya pengajaran membaca ini dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul Penerapan Media Permainan Kartu Huruf Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak di TK Garden Kids Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah Dengan adanya latar belakang masalah dimuka, maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:

Apakah

penerapan

media

permainan

kartu

huruf

bergambar

dapat

meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di TK Garden Kids Bandar Lampung?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah penerapan media permainan kartu huruf bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di TK Garden Kids Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian a. Menambah wawasan bagi para guru agar dapat mengetahui manfaat penerapan media permainan kartu huruf bergambar dalam meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di Taman Kanak-kanak. b. Memberi kemudahan belajar dan meningkatkan kemampuan membaca bagi anak-anak TK Garden Kids Bandar Lampung. c. Memberikan sumbangsih pemikiran untuk kemajuan dunia pendidikan, khususnya di bidang pendidikan anak usia dini (PAUD).

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Penerapan media permainan kartu huruf bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di TK Garden Kids Bandar Lampung.

E. Metode Penelitian Metode merupakan aspek yang penting dalam melakukan penelitian pada bagian yang akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Jenis dan Model Penelitian (Klasifikasi Penelitian)

a. Jenis Penelitian Dilihat dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu kelompok sosial, individu, dan lembaga masyarakat. 8 Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan yang ada di lapangan, yang dalam hal ini adalah kemampuan membaca anak-anak kelas B1 di TK Garden Kids Bandar Lampung.

b. Model Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian tindakan. PTK ini dilaksanakan oleh guru di kelasnya sendiri, dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan _________________________________
8 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, Cet. ke-1, hlm. 144.

memperbaiki kinerjanya meningkat. 9

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR) adalah bagian dari Penelitian Tindakan secara umum. Penelitian Tindakan bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang telah lama dialami oleh peneliti. Dengan demikian penelitian tindakan selalu berupaya mengambil cara baru yang berbeda dari yang lama, dengan harapan jika cara yang dilakukannya baik, maka hasilnya akan baik pula.
10

Penelitian Tindakan merupakan penelitian Alasan dilakukannya

eksperimen berkesinambungan dan berkelanjutan.

berkelanjutan karena penelitian tindakan bermaksud menguji proses, sehingga kenyamanan dan kelancaran proses tersebut dirasakan oleh siswa sebagai pembelajaran yang menyenangkan dan isinya enak ditangkap. Penelitian ini mengutamakan proses, bukan materi ayang diajarkan. 11

10

Penelitian Tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bias saja bersifat kuatitatif. 12

c. Rancangan atau Desain Penelitian Pada prinsipnya, penerapan PTK atau Classroom Action Research _________________________________
9 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan kelas, Indeks, Jakarta, 2011, Cet. ke-4, hlm. 9. 10 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Ibid, hlm. 9. 11 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan , Aditya Media, Yogyakarta, 2010, Cet. ke-4, hlm. 33.

(CAR) dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di dalam kelas, menyebabkan terdapat beberapa model atau desain yang dapat diterapkan. Model atau desain itu diantaranya: 1). Model Kurt Lewin 2). Model Kemmis & Mc Taggart 3). Model Dave Ebbut 3). Model John Elliott 4). Model Hopkins 5). Model Mc Kernan, dan masih banyak yang lainnya. 13 Dalam penelitian ini sendiri penulis akan menggunakan model Kemmis & Mc Taggart, karena prinsipnya yang sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya, tetapi dapat dikembangkan lebih lanjut. Model Kemmis & Mc Taggart ini sebenarnya merupakan modifikasi atau varian dari model Kurt Lewin. Dalam desain penelitian ini, penulis hanya akan melakukannya dalam dua siklus, mengingat waktu dan biaya penelitian yang terbatas, serta pelaksanaan yang lebih mudah.

11

Dalam melaksanakan PTK ini ada beberapa langkah penelitian ini yang akan penulis lakukan sesuai dengan model desain penelitian yang dipilih, sebagaimana dikemukakan Kusumah dan Dwitagama. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan _________________________________
12 13

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 9. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Ibid., hlm. 19.

prosedur PTK sebagaimana yang diungkapkan Kusumah dan Dwitagama14 dan Arikunto. 15 Langkah-langkahnya antara lain: 1. Adanya Ide Awal

Sesorang yang hendak melukan penelitian, pasti didahului oleh ide awal atau gagasan yang hendak dilaksanakan. Di dalam bagian yang terdahulu Pendahuluan ini telah dibahas mengenai ide awal penelitian sampai dengan rumusan masalahnya.

2.

Prasurvei

Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK dilakukan oleh guru atau dosen yang menangani kelas itu, dan karena penulis adalah guru di kelas itu maka penulis sudah memahami secara detail bagaimana keadaan siswa serta metode dan sarana belajar yang ada. Tetapi secara formal prasurvei sudah dilakukan pada tanggal 1 7 Desember 2011.
12

3. Diagnosis Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas tersebut. Oleh karena itu diagnosis tidak diperlukan bagi guru yang melakukan PTK dikelasnya sendiri termasuk penulis. _________________________________
14 15

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 38. Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 107.

SIKLUS 1 1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat persiapan tentang apa yang akan dilakukan dalam tahap pelaksanaan. Perencanaan ini biasanya dimasukkan ke dalam Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Satuan Kegiatan Harian/Mingguan.16 Perencanaan yang dilakukan ini baru dilakukan untuk satu siklus saja.17 Adapun uraian yang perlu dan harus dikemukakan adalah menyusun sebuah rencana kegiatan, siswanya akan diapakan. Peneliti atau guru membuat semacam panduan (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan berapa lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa, (e) jika sudah selesai, apa tindakan lanjutannya. 18 2. Tahap Pelaksanaan Tahap Pelaksanaan/Tindakan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Dalam pelaksanaan ini peneliti akan memperhatikan
13

beberapa hal (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa/anak-anak berjalan cukup lancar, (b) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat, (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu.19

14

Gambar 1 Desain PTK Model Kemmis & Mc Taggart


Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS SIKLUS 1 1

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS SIKLUS 2 2

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS SIKLUS 3 3

Pengamatan

15

3. Tahap Pelaksanaan Tahap Pelaksanaan/Tindakan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Dalam pelaksanaan ini peneliti akan memperhatikan

beberapa hal (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa/anak-anak berjalan cukup lancar, (b) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat, (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu.

4. Tahap Pengamatan Pengamatan/observasi/monitoring adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah Antara pelaksanaan dengan pengamatan

disebutkan dalam pelaksanaan.

sebetulnya bukan merupakan urutan karenaa waktu atau saat terjadinya bersamaan. Dalam PTK, pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan

format pengamatan. 19 Ada dua kemungkinan pengamatan yang bisa dilakukan oleh peneliti: (a) pengamatan yang dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamat yang diminta

_________________________________
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 39. Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 107. 18 Suharsimi Arikunto, Ibid , hlm. 107. 19 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 40.
16 17

16

oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan, yaitu mengamati apa yang dilakukan oleh peneliti/guru, siswa/anak-anak, maupun peristiwanya. (b) pengamatan yang dilakukan sendiri oleh peneliti/guru, tetapi guru harus bersikap obyektif dalam hal ini. 20

5. Tahap Refleksi Refleksi/perenungan adalah merenung atau memikirkan kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh peneliti/guru dan siswa. Dalam perenungan ini peneliti membayangkan kembali peristiwa yang sudah lampau, yaitu ketika tindakan berlangsung. 21 Refleksi ini dilakukan dengan

kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan

(replanning/perencanaan kembali) dilakukan dalam siklus berikutnya. 22

SIKLUS 2 1. Tahap Perencanaan 2

Pada tahap ini peneliti membuat persiapan tentang apa yang akan dilakukan dalam tahap pelaksanaan berdasarkan analisis dan refleksi selama berlangsungnya Siklus 1. Uraian perbedaan antara Tahap Perencanaan di ________________________________
Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 19. Suharsimi Arikunto, Ibid , hlm. 19. 22 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 40.
20 21

17

Siklus 1 dan Tahap Perencanaan di Siklus 2 akan lebih nampak nanti di dalam pembahasan Bab Metodologi Penelitian dan Hasil Penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan 2 Pada Tahap Pelaksanaan 2/Tindakan 2 ini dilakukan implementasi halhal yang belum terselesaikan di dalam Tahap Pelaksanaan 1/Tindakan 1 yang dilakukan dalam Siklus 1. Oleh karena itu Tahap Pelaksanaan 2/Tindakan 2 ini memang sangat tergantung dari bagaimana implementasi dalam siklus pertama.23 3. Tahap Pengamatan 2 Pada Tahap ini kembali dilakukan pengamatan terhadap Tahap Pelaksanaan 2/Tahap Observasi 2 yang dilakukan dalam Siklus 2. Tahap

Observasi selalu dilakukan jika ada pengulangan siklus. Jika dalam setiap pertemuan dalam kegaiatan belajar mengajar di kelas Tahap Perencanaan tidak selalu diulang bentuknya, maka dalam Tahap Pelaksanaan/Tindakan dan Tahap Pengamatan/Observasi selalu diulang dalam setiap siklus.24

4. Tahap Refleksi 2 Refleksi merupakan tahap terakhir dalam sebuah siklus. Tahap Refleksi yang merupakan tahap perenungan terhadap peristiwa yang telah berlalu ini selalu dilakukan dengan pengecekan terhadap 3 hal:

18

(a) what apa yang direfleksikan? (b) who siapa yang dilibatkan dalam refleksi?, dan (c) how bagaimana jalannya refleksi.25 Demikianlah tahap-tahap penelitian dalam Siklus 1 dan Siklus 2 berlangsung.

d. Data dan sumber data/Populasi dan sampel Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, lembar pengamatan, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran , hasil tugas atau pekerjaan siswa, dan sebagainya.
26

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Garden Kids Bandar Lampung yang berjumlah 20 anak. Jumlah tersebut terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Seluruh siswa B1 di TK Garden Kids Bandar Lampung ini juga sekaligus merupakan populasi dalam penelitian ini. Alasan penulis

mengambil populasi hanya kelas B1 karena usia anak di kelas B1 rata-rata 5 s.d 6 tahun, sehingga lebih mudah mengikuti agenda kegiatan penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam

menentukan besarnya sampel yang diambil dalam suatu populasi, jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sebagai sampel, sehingga ________________________________
Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 107. Suharsimi Arikunto, Ibid , hlm. 111. 25 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 112. 26 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 64.
23 24

19

penelitiannya berupa penelitian populasi, tetapi jika subyeknya lebih dari 100 maka diambil sampel 10-15% atau 20-25% atau lebih. Jadi menurut pendapat

di atas sistem pengambilan sampelnya dengan menggunakan populasi. Dengan adanya pendapat SuharsimiArikunto tersebut, maka penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian populasi. 26 Untuk memperolah data yang akurat

dilakukan triaguliasi Kepala TK, peneliti dan guru selama berlangsungnya penelitian.

e. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tindakan ini adalah TK Garden Kids, Kelurahan Sukajawa, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung. Adapun pertimbangan

pemilihan lokasi ini karena TK ini merupakan tempat penulis ditugaskan sebagai guru Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Observasi (pengamatan) Jenis observasi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, tempat
27

yaitu peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah

dilakukannya observasi. Hal-hal yang diselidiki atau diobservasi adalah

________________________________
26 27 Wijaya

Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 200. Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 71.

20

tentang kondisi objek penelitian, aktifitas guru dan murid serta sarana dan prasarana TK Garden Kids Bandar Lampung.

b. Metode Interview (wawancara) Teknik interview/wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, yaitu proses kemajuan pertanyaan yang dilakukan secara bebas tetapi isi pertanyaannya berpedoman kepada pokok-pokok yang ditetapkan terlebih dahulu. Interview ini ditujukan kepada sebagian guru & murid mengenai aspek perkembangan kemampuan dasar anak, khususnya bahasa (membaca). 28

c. Metode Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, RPP, buku sumber, hasil tes siswa, foto, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebaginya.28 Jadi metode dokumentasi adalah suatu cara

memproleh data atau keterangan-keterangan melalui dokumen-dokumen, dimana data atau keterangan yang diperlukan tidak biasa ada orang yang mengetahui lagi pada waktu peristiwa itu terjadi.

________________________________
28 29 Suharsimi

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 77. Arikunto, Op. Cit , hlm. 177.

21

3. Metode Analisis Data

Dari semua data yang sudah diperoleh dalam penelitian, tidak akan ada apaapanya kalau belum dilakukan pengolahan atau analisis data, sehingga nantinya akan mendapatkan kesimpulan sesuai dengan apa yang diharapkan dari penelitian yang telah dilakukan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dicatat dalam lembar pengamatan dan lembar catatan penelitian yang lainnya. Memperhatikan jenis data yang

dikumpulkan, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. 29 Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian. Bagaimana teknik analisis data dalam PTK sangat tergantung pada data yang terkumpul. Seperti halnya penelitian jenis lain, data dalam PTK dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai instrumen penelitian (alat monitoring), seperti: catatan harian, lapangan, berkala, lembar observasi; pedoman wawancara; lembar angket/kuesioner, soal prestasi; lembar masukan peserta didik (refleksi tindakan); tugas portofolio; dokumen; lembar penilaian unjuk kerja, instrumen perekam gambar/suara (video); dan lain-lain. Semua instrumen tersebut harus dipersiapkan secara baik dan matang sebelum kita mulai melakukan PTK. Pada umumnya analisis kualitatif terhadap data PTK dapat dilakukan dengan tahap-tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi,

memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis),


22

membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992) yang meliputi: (a) reduksi data (memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), hanya data-data yang berkaitan langsung dengan penelitian saja yang dilaporkan. (b) sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis dan logis, agar data yang ada dapat dipahami oleh orang lain, maka data tersebut harus disajikan. Bentuk penyajian datanya adalah teks naratif (pengungkakapan secara tertulis), sehingga dapat mendeskripsikan jalannya peristiwa, dengan demikian peneliti mudah mengambil kesimpulan.
(c) penyimpulan dari hasil yang disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya). Data

yang sudahdisusun ini kemudian disimpulkan, dan selalu diverifikasi selama penelitian berlangsung, sehingga dapat diperbaiki. 29 Model analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

________________________________
29 30

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Op. Cit., hlm. 9. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 183.

23

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Kemampuan Membaca Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi setiap manusia. Demikian juga halnya juga bagi anak-anak. Oleh karena itu bahasa sangat penting peranannya dalam mengungkapkan berbagai keinginan dan kebutuhan anak tersebut. Anak-anak yang memiliki kemampuan yang berbahasa yang baik pada umumnya memiliki pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, kemampuan mendengar dan menyimak, menulis, serta keterampilan berkomunikasi lainnya. Menurut Cochrane Efal dalam Nurbiana Dhieni (2005), perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 46 tahun berlangsung dalam lima tahap yakni8: (1) Fantasi Tahap ini orang tua harus jeli, karena tahap ini adalah tahap anak mulai belajar menggunakan buku. Anak mulai berfikir bahwa buku itu penting, ini bisa dilihat ketika anak mempunyai ketertarikan dengan membolak-balik buku. ________________________________
8

M. Aulia, Mengajarkan Balita Anda Membaca, Intan Media, Yogyakarta, 2011, Cet. ke-1, hlm.

20.

24

Kadang-kadang anak juga suka membawa-bawa buku kesukaannya. Pada tahap ini orang tua hendaknya memberikan model atau contoh akan pentingnya membaca dengan metode membacakan sesuatu untuk anak, atau membicarakan tentang buku bersama anak. (2) Pembentukan Konsep Diri Anak-anak sudah memposisikan dirinya sebagai pembaca dan mulai menyibukkan dirinya dalam kegiatan membaca, ia pura-pura membaca buku. Orang tua atau orang dewasa perlu memberikan rangsangan dengan jalan membacakan buku pada anak. Langkah sederhana yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah dengan memberikan akses pada anak-anak memperoleh buku-buku kesukaannya.

(3) Membaca Gambar Anak mulai menyadari tulisan yang tampak dan mulai dapat menemukan kata yang sudah dikenal. Pada tahap ini orang tua sudah harus membacakan sesuatu kepada anak, serta menghadirkan berbagai kosa kata pada anak seperti melalui nyanyian atau puisi dan yang penting berikan kesempatan kepada anak untuk membaca sesering mungkin. (4) Pengenalan Bacaan Tahap ini anak sudah menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic, dan syntactic) secara bersama-sama. Anak-anak mulai tertarik pada bacaan dan mulai

25

membaca tanda-tanda yang ada dilingkungan sepertimembaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca tulisan yang tertera pada cemilan mereka kardus susu, tulisan di dinding dan lain-lain. Pada tahap ini orang tua tetap harus membacakan sesuatu pada anak, namun jangan paksa anak untuk membaca huruf demi huruf dengan sempurna. (5) Membaca Lancar Nah pada tahap ini sudah dapat membaca berbagai jenis buku secara bebas. Dan yang sangat penting bahwa orang tua dan guru tetap harus membacakan buku pada anak. Tindakan tersebut dimaksudkan dapat mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya. Dan orang tua sudah mengarahkan anak untuk memilih bacaan yang sesuai untuknya.

B. Peranan Bermain bagi Anak Usia Dini 1. Pengertian Bermain Secara umum pengertian bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan bermain bagi anak-anak lebih sederhana daripada tujuan bermain bagi para pendidik. Bermain itu bukan bekerja, sebab bermain itu pura-pura sedang bekerja berkaitan dengan hasil. Khusus bagi orang dewasa selalu berhubungan dengan uang. Jadi bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh. Anak

26

yang sedang bermain dapat membentuk dunianya, sehingga sering dianggap nyata. Ini menurut pandangan anak yang bermain. 9 Selain itu menurut Wang dalam Foster (1984) menyebutkan bermain adalah suatu kegiatan alamiah yang dilakukan oleh anak atas keinginan sendiri dalam rangka mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari guna memperoleh kesenangan dan kepuasan. 10 Dari pengertian bermain itu dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu proses alamiah yang dengan sendirinya akan dilakukan oleh semua anak-anak. Anak-anak tidak perlu disuruh ataupun dilarang untuk bermain. Namun secara

naluriah anak-anak akan melakukan aktivitas bermain. Melalui bermain anak-anak akan mengeksplorasi semua perasaan. Anak-anak juga akan berlatih menyelesaikan konflik yang dialaminya, misalnya konflik dengan teman sebayanya. 11 Dari pendapat beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan sesuatu yang dibutuhkan anak-anak dalam masa perkembangannya, baik itu perkembangan fisik-motoriknya, perkembangan kognitif/intelektual, perkembangan moral, perkembangan sosial-emosional, maupun perkembangan bahasa.

________________________________
9

Soegeng Santoso, Pendidikan Anak Usia Dini, Citra Pendidikan, Jakarta, 2002, Cet. ke-1, hlm.

46.
10 RaniYulianty Iskandar, Permainan Yang Meningkatkan Kecerdasan Anak, Laskar Aksara, Jakarta, Cet. ke-1, 2011, hlm. 7. 11 RaniYulianty Iskandar, Ibid, hlm. 8.

27

2. Esensi Bermain Meskipun bentuk permainan anak-anak di seluruh dunia dari waktu ke waktu berbeda-beda, tetapi tampaknya esensinya tetap sama. Esensi bermain antara lain: a. Aktif Pada hampir semua jenis permainan anak aktif, baik secara fisik maupun psikis. Anak melakukan eksplorasi, investigasi, eksperimentasi, dan ingin tahu tentang orang, benda, ataupun kejadian. bermain. Anak menggunakan berbagai benda untuk

Mereka juga mampu menggunakan suatu bendadan memainkannya

menjadi benda lain. Misalnya, sebuah balok kayu bisa menjadi mobil. Anak berpura-pura menggerakkan balok kayu tersebut seperti gerakan mobil sambil menirukan suara mobil. Anak juga senang bermain dengan berbagai gerakan,

seperti berlari, mengejar, menangkap, dan melompat. Jadi, saat bermain anak aktif melakukan berbagai kegiatan, baik fisik maupun psikis. 12

b. Menyenangkan Kegiatan bermain tampak sebagai kegiatan yang bertujuan untuk bersenangsenang. Meskipun tidak jarang pada saat bermain menimbulkan tangis diantara anak yang terlibat, tetapi anak-anak menikmati permainannya. Mereka bernyanyi, tertawa, berteriak lepas, dan ceria seakan, tidak memiliki beban hidup. 13 _________________________________
12 Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Hikayat, Yogyakarta, 2005, Cet. ke1, hlm. 117. 13 Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 118.

28

c. Motivasi Internal Anak ikut dalam suatu kegiatan permainan secara sukarela. Mereka termotivasi dari dalam dirinya (motivasi internal) untuk ikut bermain. Bentuk permainannya juga dipilih dan ditentukan bersama. Begitupula peran tiap-tiap anak ditentukan secara adil sesuai aturan yang berlaku oleh mereka. 14

d. Memiliki Aturan Setiap permainan ada aturannya. Untuk bermain petak umpet misalnya, ada

aturannya, baik untuk menentukan anak yang akan berperan sebagai pencari maupun yang dicari. Aturan tersebut misalnya dengan ping sut atau hom pim pa, dan sebagainya. Demikianlah anak-anak bermain dengan membuat aturannya masing-masing sesuai kebutuhan mereka. 15

e. Simbolis dan Berarti Pada saat bermain anak menghubungkan antara pengalaman lampaunya yang tersimpan dalam memori otaknya dengan kenyataan yang ada. Pada saat bermain anak bisa berpura-pura menjadi orang lain dan menirukan. Ia bisa menjadi seorang guru, polisi, ayah, ibu, atau menjadi bayi. Jadi, bermain memungkinkan anak _________________________________
14 15

Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 118. Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 118.

29

menggunakan berbagai obyek sebagai simbol dari benda atau orang lain sehingga bermain disebut simbolis. Banyak anak-anak yang sejak kecil suka berpura-pura berperan sebagai dokter, ternyata ketika dewasa menjadi dokter sungguhan. Hal itu bukan hal yang kebetulan, tetapi apa yang dimainkan anak memiliki arti bagi dirinya. 16

3. Fungsi Bermain Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, bermain memiliki fungsi yang penting dalam proses perkembangan anak, pada hampir semua bidang perkembangan anak. Ada beberapa bidang yang berkembang dengan bermain: a. Bermain mengembangkan Kemampuan Motorik Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan anatara pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Melalui bermain anak belajar mengontrol gerakannya menjadi gerakan terkoordinasi.

b. Bermain mengembangkan Kemampuan Kognitif Bermain memberikan peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak untuk berfikir logis, imajinatif, dan kreatif.

_________________________________
16

Slamet Suyanto, Ibid, hlm. 119.

30

c. Bermain mengembangkan Kemampuan Afektif Setiap permainan memiliki aturan. Dengan bermain anak-anak belajar mematuhi aturan bermain. Ini menjadi dasar untuk perkembangan moral (afeksi) si anak.

d. Bermain mengembangkan Kemampuan Sosial Pada saat bermain anak berinteraksi dengan anak yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak cara merespons, memberi dan menerima, menolak atau setuju dengan ide dan perilaku anak yang lain.

e. Bermain mengembangkan Kemampuan Bahasa Pada saat bermain anak menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan temannya maupun sekedar menyatakan pikirannya (thinking alaoud). Sering kita menjumpai anak kecil bermain sendiri sambil mengucapkan kata-kata seakan-akan ia bercakap-cakap dengan diri sendiri. Ia sebenarnya sedang membahasakan apa yang ada di dalam pikirannya. Ketika anak bermain dengan temannya mereka juga saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak, dan itu berarti secara tidak langsung anak belajar bahasa. 17

________________________________
17 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Cet. ke-2, hlm. 104.

31

4. Berbagai Bentuk Bermain Bentuk permainan anak sangat bervariasi. Antardaerah, antaretnis, dan antarbangsa berbeda-beda. Dari berbagai jenis permainan itu pada dasarnya dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis sebagai berikut: a. Bermain Sosial Parten (1932) dalam Brewer (1992) menjelaskan perkembangan bermain pada anak yang menggambarkan pula perkembangan sosial anak. tingkatan dalam bermain sosial: (1) (2) (3) (4) Bermain Seorang Diri (Soliter Play) Bermain dengan Melihat Cara Temannya Bermain (Onlooker Play) Bermain Secara Pararel dengan Temannya (Parallel Play) Bermain dengan Aturan (Asosatif Play) (5) Bermain Secara Bersama-sama dengan Temannya (Cooperatif Play) 18 b. Bermain dengan Benda Piaget (1962) mengemukakan bahwa ada beberapa tipe bermain dengan objek/benda yang meliputi: (1) Bermain praktis (2) Bermain simbolik (3) Bermain dengan peraturan-peraturan Contoh: pada penggunaan alat permainan kartu kwartet. Bila anak masih pada tahapan bermain praktis, kartu-kartu hanya dilihat-lihat saja. Kalau anak sudah pada tahapan bermain simbolik, kartu-kartu dapat digunakannya sebagai pagarpagar atau dinding ruangan dalam rumah-rumahan. Kalau anak sudah pada ________________________________
18

Ada lima

Soemiarti Patmonodewo, Ibid, hlm. 106.

32

tahapan bermain dengan peraturan, maka anak sudah dapat bermain kwartet yang disertai atau sesuai dengan peraturan-peraturan tertentu. 19 c. Bermain Sosio-dramatik Bermain sosiodramatik banyak diminati oleh para peneliti Smilansky (1972) dalam Brewer (1992), mengamati bahwa bermain sosio-dramatik memiliki beberapa elemen: (1) Bermain dengan melakukan imitasi. Misalnya anak berpura-pura menjadi ibu, ayah, dan orang lain disekitarnya. (2) Bermain berpura-pura seperti suatu objek. Misalnya anak berpura-pura menirukan suara mobil. (3) Bermain peran dengan menirukan gerakan. Misalnya anak menirukan pembicaraan guru dan murid. (4) Persisten. Anak melakukan kegiatan bermain dengan tekun sedikitnya 10 menit. (5) Interaksi. Paling sedikit ada 2 orang dalam satu adegan. (6) Komunikasi verbal. Pada saat adegan ada interaksi verbal antar anak yang bermain. 20

C. Media Kartu Huruf Bergambar Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa informasi atau pesan dalam interaksi proses pembelajaran. Penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran merupakan suatu strategi dalam pembelajaran. 21

________________________________
Soemiarti Patmonodewo, Ibid, hlm. 107. Soemiarti Patmonodewo, Ibid, hlm. 107. 21 Rayandra Ashar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Gaung Persada Press, Jakarta, 2011, Cet. ke-1, hlm. 25
19 20

33

Secara umum, ada

empat jenis media pembelajaran, yakni media visual, Dalam penelitian ini akan

media audio, media audio-visual, dan multimedia.

digunakan mediakartu huruf bergambar. Media kartu huruf bergambar merupakan salah satu jenis media visual. Media visual, yaitu media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, kartu, globe bumi, peta, foto, dan sebagainya. 22 Media kartu huruf pertama kali dikenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter bedah otak, pada tahun 1961. Glenn Doman merupakan pendiri Institute for the Achievement of Human Potential (IAHP) di Amerika Serikat. Glenn Doman terkenal dengan konsep pengajaran berdasarkan tingkat perkembangan otak anak yang masih terbatas. Dia juga menjadi pelopor dalam pengembangan metode belajar membaca

dan matematika bagi anak-anak usia dini. 23 Dalam mengajar anak-anak ini Glenn Doman menyakini bahwa metode pengajaran konvensional sangat mengeksploitasi gairah anak untuk memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan lain. Berdasarkan usia, anak memang masih memiliki keterbatasan yang tak dapat dipaksakan. Seperti, jika orang dewasa berkata dengan berbisik, maka anak usia 18 bulan tak akan memberi respons karena ________________________________
Rayandra Ashar, Ibid, hlm. 77 Mengajar Bayi Membaca Metode Glenn Doman. http://dranak.blogspot.com/2006/06/mengajar-bayi-anda-membaca-metode.html. (Diakses 15 April 2012). Hlm.1-4.
22 23 Didinkaem.

34

pendengaran belum cukup berkembang untuk menangkap bisikan itu atau anak tak bisa membaca jelas karena kemampuan visualnya belum sempurna untuk melihat huruf yang kecil. Sebaiknya anak disajikan gambar yang besar dengan warna terang.

Metode ini dijalankan dengan menggunakan flashcards yang disertai petunjuk, ideal dilakukan bagi anak usia 10-18 bulan. 24

1) Cara Kerja Metode Glenn Doman Metode ini dilakukan secara bertahap, yaitu dengan menggunakan beberapa alat media berupa flash card (kata yang ditulis pada karton putih dengan ukuran huruf tinggi: 12.5 cm dan lebar: 10 cm, huruf ditulis dengan warna merah dan menggunakan huruf kapital) dan dot card (jumlah angka yang ditulis pada karton putih dengan ukuran 28 x 28 cm dengan menggunakan titik bulat berbentuk bola berwarna merah. Ini digunakan untuk mengajar berhitung). Pengajaran membaca pada anak ini perlu dilakukan dalam beberapa tahap. 25 Pertama yaitu dengan mengenalkan kata maksimal tiga kali sehari dengan jumlah lima kata. Hal itu dilakukan dengan duduk berhadapan antara ibu dan anak dengan jarak 1 sampai dengan 1.5 meter, dalam mengajarkan anak dalam keadaaan rileks dan mau bermain flashcard, ibu menyiapkan 5 atau 10 kartu dari kelompok yang sama misalnya kelompok buah, apabila diperlukan dapat memberikan anak ________________________________
24 Hamiseno. Mengajar Anak Membaca dengan Metode Glenn Doman. http://hamiseno.blogspot.com. (Diakses 17 Desember 2011). hlm. 1-2

35

kartu yang bergambar, anak tidak boleh mengikuti apa yang diucapkan oleh ibu, saat mem-flash dengan kecepatan tidak lebih dari 1 detik untuk tiap tulisan dan gambar karena dengan kartu yang yang cepat ini akan memicu otak kanan untuk bekerja menerima informasi yang ada di flashcard, apabila sudah selesai maka tunjukkan rasa senang ibu dengan memuji, memeluk dan mencium anak, mem- flash dilakukan setiap hari selama satu minggu, kemudian setelah satu minggu diganti dengan kata lain yang berbeda, begitu pula selanjutnya. Orangtua ataupun terapis terjun di dalam pengajaran tersebut. Tanpa ada

tekanan ataupun pemaksaan pada anak. Pengajaran dilakukan dengan sambil bermain agar anak dapat merespon dengan baik apa yang telah diajarkan pada anak tersebut. Dalam mengajar dengan menggunakan metode Glenn Doman terdapat beberapa tahapan yaitu: 26 1. Tahap satu Words (kata) a. Membuat 15 kata dibagi dalam 3 set yaitu: set A, set B dan set C b. Angkat salah satu kata, misalnya mama dan katakan pada anak ini dibaca mama. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Memberikan tidak lebih dari satu detik 2) Mengambil kartu dari belakang 3) Wajah anak pun perlu diperhatikan dengan baik dan serius, karena sang ibu atau terapis dapat mengetahui kata mana yang disukai oleh anak. 4) Tidak boleh meminta anak mengulang kata-kata yang ibu atau terapis/peneliti bacakan.

________________________________
25 26

M. Aulia, Op Cit., hlm. 62. M. Aulia, Ibid., hlm. 67.

36

5) Setelah membaca lima kata, sang ibu atau terapis berhenti untuk memberi kata kembali, lalu peluk anak dengan hangat, hal ini menunjukan kebahagiaan dan kegembiraan sang ibu atau terapis dengan nyata dan luar biasa, sehingga anak dapat memahami dan merasakan bahwa kegiatan tersebut membuat sang ibu atau terapis gembira. c. Hari pertama set A sebanyak tiga kali. d. Hari kedua set A sebanyak tiga kali dan ditambah set B tiga kali e. Hari ketiga set A sebanyak tiga kali, set B sebanyak tiga kali dan set C sebanyak 3 kali juga f. Hari keempat sampai hari ke enam sama seperti hari ketiga

2. Tahap dua Couplets (untaian kata) a. Tahap ini merupakan tahap jembatan antara kata pada susunan kata b. Menambahkan beberapa kata lainnya. Misalnya: nama warna, beberapa lawan kata dan sebagainya c. Dilakukan seperti tahap pertama, dibaca setiap set 5 couplets diulang dengan jumlah yang sama.

3. Tahap tiga Phrases (susunan kata) a. Tahapan ini merupakan tahapan jembatan antara untaian kata pada susunan kata, yang nantinya akan membentuk kalimat b. Tambahkan beberapa kata dan membuat kalimat pendek. Misalnya: mama memotong manga

37

c. Dilakukan seperti tahap kedua, tiap set dibaca lima susunan kata. 4. Tahap empat Sentences (kalimat) a. Membuat tambahan kata seperti sebuah b. Membuat kata tambahan objek c. Membuat kalimat seperti: mama memotong sebuah mangga harumanis. d. Kumpulan kata-kata yang pernah dibaca, dikumpulkan kembali, lalu meminta anak untuk menyusun sendiri kalimat mereka

5. Tahap lima Buku Setelah anak menguasai 50 sampai dengan 150 kata. Maka anak mulai belajar membaca dengan buku ataupun sebuah cerita yang dibuat berhubungan denga kata yang telah dikuasai. Sejak itu diharapkan anak mulai dapat benar-benar membaca.

2) Faktor Penting dalam Mengajar Metode Glenn Doman Terdapat dua faktor dalam mengajar anak menurut Glenn Doman yaitu27: 1. Sikap dan Pendekatan Orangtua. Yaitu bahwa antara orangtua dan anak harus Karena belajar membaca merupakan

memiliki pendekatan yang menyenangkan.

suatu permainan yang bagus sekali. Yang harus dperhatikan, belajar membaca ini adalah: a) Hadiah bukan hukuman b) Permainan yang paling menggairahkan bukan bekerja c) Bersenang-senang, bukan bersusah payah d) Suatu kehormatan, bukan kehinaan.

38

2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini, sehingga dilakukan dengan secara singkat dan tidak lupa menghentikan permainan sebelum anak mengajukan permintaan. 3. Jangan pernah memaksa anak untuk belajar membaca, tanpa kemauan anak sendiri. Belajar membaca hendaknya dilakukan dengan adanya motivasi internal, dan kegembiraan dari anak itu sendiri.

3) Kartu Huruf Bergambar Gambar memiliki kekuatan besar dalam merespon otak anak. Oleh karena itu dilakukanlah modifikasi terhadap media kartu huruf yang dicontohkan dalam metode Glenn Doman, dengan cara menambahkan gambar dalam kartu ini. Jika pada anak usia 10-18 bulan metode Glenn Doman ini terbukti efektif, maka jika dimodifikasi untuk anak-anak yang berusia lebih besar, usia 5-6 tahun, diharapkan dapat lebih mudah lagi permain belajar membaca ini terlaksana. Tambahan gambar dalam kartu huruf juga diharapkan menarik minat dan memudahkan si anak dalam belajar membaca. 28 Dengan adanya media kartu huruf yang bergambar, selain anak menangkap bunyi lafal dari suatu huruf atau nama tertentu, ia juga dapat mengingat bentuk dari ________________________________
25 26

M. Aulia, Ibid, hlm. 72. M. Aulia, Ibid, hlm. 84.

39

nama-nama benda tersebut. Alhasil, anak-anak diharapkan mampu mencerna apa yang diajarkan secara lebih menyenangkan. Kartu huruf bergambar dapat dibuat dengan manual/menggunakan tangan dan spidol warna atau dapat menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Selanjutnya kartu huruf bergambar tersebut diprintout dan dilapisi dengan karton sesuai dengan petunjuk pembuatan flashcard dalam metode Glenn Doman.

40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dilihat dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu kelompok sosial, individu, dan lembaga masyarakat. 8 Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan yang ada di lapangan, yang dalam hal ini adalah kemampuan membaca anak-anak kelas B1 di TK Garden Kids Bandar Lampung.

41

Anda mungkin juga menyukai