Anda di halaman 1dari 4

Glukosamin Hidroklorida (GlcN-HCl) Glukosamin pertama kali diidentifikasi oleh Dr.

Georg Ledderhose pada tahun 1876, tapi struktur stereokimia tidak sepenuhnya diketahui sampai ditemukan oleh Walter Haworth pada tahun 1939 (Horton, Derek, dan Wander 1980 dalam Wales 2009). Glukosamin merupakan salah satu senyawa gula amino yang ditemukan secara luas pada tulang rawan dan memiliki peranan yang sangat penting untuk kesehatan dan kelenturan sendi (EFSA 2009). Glukosamin ditemukan pada kitin, dimana kitin adalah kopolimer dari N-acetyl-Dglukosamin dan glukosamin. Secara umum, glukosamin terbagi menjadi tiga bentuk yaitu, glukosamin hidroklorida, glukosamin sulfat, dan N-asetil glukosamin (Institute of Medicine 2004). Glukosamin sulfat (2-Amino-2-deoksi-D-glukosa sulfat) merupakan garam dari gula amino dengan rumus kimia C6H13NO5(H2SO4). Glukosamin merupakan senyawa alami yang terdapat dalam tubuh manusia yang terdiri dari glukosa dan asam amino glutamin, selain itu glukosamin adalah unsur pokok dari GAG pada tulang rawan kartilago dan cairan sinovial. Fungsi glukosamin dalam tubuh adalah untuk memproduksi cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas pada tulang rawan, sehingga pergerakan tulang menjadi baik. Kekurangan cairan sinovial dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya gangguan sendi, seperti gerakan sendi yang kaku sehingga akan berakibat terkena penyakit OA. Oleh karena itu, pemberian glukosamin sulfat secara oral dapat membantu produksi cairan sinovial sehingga dapat mencegah serta mengobati penyakit OA (Williams 2004). Berbagai studi klinis telah membuktikan bahwa glukosamin aman untuk dikonsumsi (FDA 2004; EFSA 2009). Sediaan glukosamin oral telah dipergunakan secara luas sebagai pengobatan osteoarthritis (OA), yang berfungsi dengan berbagai mekanisme berdasarkan beberapa hasil penelitian in vitro .(Bigge et al. 2006). Glukosamin dapat diperoleh dari suplemen makanan dan umumnya dikombinasikan dengan suplemen lain seperti kondroitin sulfat dan metilsulfonilmetan. Umumnya, glukosamin yang umum dikonsumsi merupakan glukosamin dalam bentuk glukosamin sulfat dan glukosamin hidroklorida. Glukosamin sulfat pada dasarnya dikemukakan dan dipelajari untuk bahan pengobatan penyakit osteoarthritis, seperti kristal glukosamin sulfat, yang secara kimia mudah ditemukan dalam bentuk substansi murni dan tersedia dalam beberapa negara di dunia (Foot et al. 2005). Penelitian Hathcock & Andrew (2006) menunjukkan bahwa dosis glukosamin yang memenuhi batas aman konsumsi oral adalah sebesar 2000 mg/hari. Mekanisme kerja glukosamin yaitu dengan menghambat sintetis glikosaminoglikan dan mencegah destruksi tulang rawan. Glukosamin dapat merangsang sel-sel tulang rawan untuk pembentukan proteoglikan dan kolagen yang merupakan protein esensial untuk memperbaiki fungsi persendian.

Wales J. 2009. Glukosamina. [20 Agustus 2010]. Horton, Derek; Wander, J.D. (1980). The Carbohydrates Vol IB. New York: Academic Press, 727-728. ISBN 042-556351-5. EFSA [European Food Safety Authority]. 2009. Scientific Opinion on the substantiation of a health claim related to glucosamine hydrochloride and reduced rate of cartilage degeneration and reduced risk of development of osteoarthritis pursuant. Parma, Italy. European Food Safety Authority 7(10): 1358. institute of Medicine and National Research Council. 2004. Prototype monograph on glucosamine. In Dietary Supplements: a framework for evaluating safety. C-1-C86 Williams GW. 2004. Osteoarthritis and Treatment: What You Need to Know. In The American Council of Science and Health. http://www.acsh.org/ publications/pubid.190/pub_detail.asp. [10 Januari 2011] foot M, Mulholland M. 2005. Classification of chondroitin sulfate A, chondroitin sulfate C, glucosamine hydrochloride and glucosamine 6 sulfate using chemometric techniques. Journal of Pharmaceutical Biomedical Anaytic 38(3): 397-407 Hathcock JN, Andrew S. 2006. Risk assessment for glucosamine and chondroitin sulfate. Regulatory Toxicology and Pharmacology 47: 7883.

Kondroitin sulfat adalah senyawa glikosaminoglikan tersulfasi yang tersusun dari rantai gula yang saling bergantian (N-asetilgalaktosamin dan asam glukoronat). Kondroitin sulfat biasanya dijumpai berikatan dengan protein sebagai bagian dari proteoglikan. Kondroitin sulfat adalah senyawa penyusun penting tulang rawan, dan memberi tulang rawan kemampuan untuk bertahan terhadap tekanan/kompresi (1). Kurangnya jumlah kondroitin sulfat pada tulang rawan dapat mengakibatkan osteoartritis.

Bersama dengan glukosamin, kondroitin sulfat seringkali digunakan dalam formulasi suplemen makanan untuk mengobati osteoartritis. Dosis oral kondroitin sulfat yang digunakan pada manusia adalah 800-1200 mg per hari. Senyawa ini diekstraksi dari jaringan tulang rawan hewan (terutama sapi dan babi), namun dapat pula diperoleh dari sumber lainnya, misalnya gamat (tripang) dan juga ikan. Akan tetapi karena senyawa ini terdapat secara alami dalam berbagai bentuk yang berbeda, maka jumlahnya dalam suplemen tersebut akan bervariasi (2). Beberapa studi klinis belum menemukan efek samping nyata akibat overdosis kondroitin sulfat, sehingga hal ini menyebabkan kondroitin sulfat aman digunakan untuk jangka panjang (3). Kondroitin sulfat diberikan secara oral, dan diserap di saluran pencernaan. Ketersediaan hayatinya (bioavailabilitas) berkisar antara 15-24% secara oral. Manfaat kondroitin sulfat bagi penderita osteoartritis nampaknya adalah akibat dari sejumlah efek termasuk aktivitas antiinflamasinya, stimulasi sintesis proteoglikan dan asam hialuronat, dan penurunan aktivitas katabolik chondrocytes yang akan menghambat sintesis enzim proteolitik, nitrat oksida, dan senyawa-senyawa lain yang merusak matriks tulang rawan. OARSI (OsteoArthritis Research Society International) dan European League Against Rheumatism (EULAR) telah merekomendasikan penggunaan kondroitin sulfat untuk mengobati osteoartritis sedang (4) CS meningkatkan produksi Hyaluronan oleh sel sinovial manusia, yang memiliki efek yang menguntungkan dalam mempertahankan viskositas dalam cairan sinovial [79]. Telah dibuktikan bahwa CS merangsang metabolisme kondrosit, yang mengarah ke sintesis kolagen dan proteoglikan, komponen dasar dari tulang rawan baru. Selanjutnya, CS menghambat elastase enzim leukosit dan hyaluronidase, yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam cairan sinovial pasien dengan penyakit rematik. CS juga meningkatkan produksi asam hyaluronic oleh sel sinovial, yang kemudian meningkatkan viskositas dan tingkat cairan sinovial. Secara umum, CS menghambat proses kerusakan tulang rawan dan merangsang proses anabolik yang terlibat dalam pembentukan tulang rawan baru (untuk review lihat [6, 69]). Selain itu, CS, ketika ditambahkan pada kultur kondrosit, menghasilkan peningkatan dosis-tergantung dalam proliferasi sel
. Baeurle SA, Kiselev MG, Makarova ES, Nogovitsin EA (2009). "Effect of the counterion behavior on the frictionalcompressive properties of chondroitin sulfate solutions". Polymer 50: 18051813 Barnhill JG, Fye CL, Williams DW, Reda DJ, Harris CL, Clegg DO (2006). "Chondroitin product selection for the glucosamine/chondroitin arthritis intervention trial". J Am Pharm Assoc (Wash DC) 46 (1): 1424

Anda mungkin juga menyukai