Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
B
B
ab
ab
III
III
T
T
injauan
injauan
P
P
ustaka
ustaka
3.1 UMUM
Tinjauan Pustaka sesuai dengan rumus/formula dan standar yang telah
diberlakukan selama ini untuk perencanaan drainase perkotaan.
Kriteria perencanaan yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :
Kriteria hidrologi
Kriteria hidrolika
Kriteria perhitungan konstruksi
3.2 KRITERIA HIDROLOGI
Didalam perencanaan drainase perlu ditinjau besarnya banjir yang dapat terjadi
pada periode ulang tertentu.
Untuk menentukan besarnya debit rencana yang akan dipakai sebagai dasar
perencanaan teknis drainase, perlu ditetapkan terlebih dahulu besarnya hujan
rencana yang mengakibatkan banjir yang dimaksud. Berdasarkan analisis
frekuensi akan diperoleh besarnya hujan harian maksimum yang mungkin akan
terjadi pada periode ulang tertentu. Dengan ditetapkannya periode ulang maka
hujan rencana yang diinginkan dapat ditetapkan untuk perhitungan
selanjutnya.
Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan intensitas hujan yang dihitung
berdasarkan rumus empiris yang ada. Dalam perhitungan debit banjir dipakai
cara perhitungan dengan rumus Mononobe.
Besarnya intensitas hujan ini tergantung dari besarnya time of concentration,
jadi tergantung dari karakteristik fisik daerah alirannya.
Dengan diketahuinya intensitas hujan maka debit rencana yang dibutuhkan
untuk perencanaan bangunan air dapat dihitung dengan rumus rasional. Dari
debit rencana yang sudah diperoleh maka dimensi saluran atau bangunan air
lainnya dapat direncanakan sedemikiaan sehingga kapasitas bangunan sesuai
dengan debit rencana yang telah ditetapkan.
A. Analisis Frekuensi
Sesuai dengan data yang ada, maka perhitungan analisis frekuensi hujan
rencana dipakai cara distribusi Gumbel (Distribusi harga Ekstrim).
Rumus untuk menganalisa frekuensi hujan rencana adalah :
Sx k 0 r XT +
Laporan Pendahuluan
III-1
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Dimana :
XT r : besarnya curah hujan untuk periode tahun berulang, Tr tahun (mm)
0 : besarnya curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan
(mm)
Sx : standar deviasi
K : faktor frekuensi
Besarnya faktor frekuensi k, dalam metode ini adalah :
( )
Sn
Yn - YTr
k
Dimana :
Sn dan Yn :fungsi dari kebanyakan data
YT r : reduced variate, yang dapat dihitung dengan rumus
( ) [ ]
Tr
1
ln - -ln r YT
-1
Pengisian data hujan yang hilang dilakukan dengan cara Interpolasi linier,
sedangkan rata-rata hujannya dihitung dengan cara rata-rata aljabar
(Arithmatic).
B. Intensitas Curah Hujan
Intensitas hujan rencana atau probabilitas intensitas hujan maksimum yang
terjadi pada periode ulang tertentu dihitung dengan menggunakan rumus
mononobe :
3 / 2
24
24
24
1
]
1
c
t
R
I
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R
2 4
= Curah hujan maksimum yang terjadi selama 24 jam dalam [mm]
t
c
= Waktu konsentrasi (Time of Concentration)
Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus Kirpich, yaitu,
-0,385 0,77
c
S L 0195 , 0 t
Dimana :
t
c
= Waktu konsentrasi (menit).
L = Panjang sungai/saluran [ m ]
S = Kemiringan saluran
C. Perhitungan Debit Rencana
Laporan Pendahuluan
III-2
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Besarnya debit rencana dipengaruhi oleh intensitas hujan dan respon daerah
tangkapan yang bersangkutan terhadap air hujan yang jatuh di daerah
tersebut. Respon tersebut erat hubungannya dengan sifat permukaan lahan
yang antara lain jenis tanah, topografi serta tata guna lahan dan geometrik dari
DAS sungai yang bersangkutan.
Karena besarnya debit banjir yang terjadi di suatu sungai selalu berubah ubah
setiap saat sesuai dengan intensitas hujan dan repon dari DAS, maka perlu
suatu patokan untuk menentukan besarnya debit banjir yang akan
dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan kapasitas sungai dan
bangunan-bangunannya. Debit tersebut ditetapkan berdasarkan periode ulang
tertentu yang besarnya sesuai dengan tingkat resiko dan skala kepentingan
daerah yang dimungkinkan terkena akibat dari banjir tersebut. Menurut
Srimurni (dalam JICA 1995)
Pembakuan angka-angka periode ulang yang digunakan di Departemen PU
untuk bangunan-bangunan sungai sebagai berikut :
a. Bendung di sungai besar 100 th
b. Bendung di sungai sedan 50 th
c. Bendung di sungai kecil 25 th
d. Tanggul sungai besar/daerah penting 25 th
e. Tanggul sungai kecil/kurang penting 5 - 10 th
f. Jembatan jalan penting 25 th
g. Jembatan jalan tidak penting 10 th
Jika tidak tersedia data pengukuran banjir dalam kurun waktu tertentu di suatu
wilayah yang akan dibuat suatu bangunan, maka besarnya debit banjir rencana
ditetapkan berdasarkan hubungan antara hujan dan limpasan.
1) Metode rasional
Dalam perhitungan debit desain berdasarkan metode rasional, maka ada
beberapa asumsi yang dipakai, yaitu :
a. Debit aliran yang dihasilkan dari sembarang intensitas hujan mencapai
maksimum bilamana intensitas hujan ini berlangsung selama lebih lama
dari waktu tiba banjir.
b. Kekerapan debit maksimum sama dengan kekerapan intensitas hujan
untuk lamanya hujan tertentu.
c. Hubungan debit maksimum dengan luas DAS (daerah aliran sungai) sama
dengan hubungan antara lamanya hujan dengan intensitas hujan
d. Koefisien aliran sama untuk berbagai kekerapan
e. Koefisien aliran sama untuk semua hujan pada suatu DAS
Perhitungan debit rencana menggunakan rumus rasional adalah sebagai
berikut :
A I C 0,278 Q
Laporan Pendahuluan
III-3
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Dimana :
Q = Debit Rencana [m
3
/detik]
C = Koeffisien Pengaliran/Limpasan
I = Intensitas Hujan [ mm/jam ]
A = Luas Daerah Pengaliran [ km
2
]
Untuk menghitung harga koefisien pengaliran [C], dipakai pedoman pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Harga Koefisien Pengaliran (C) Pada Berbagai Kondisi Tanah Dan
Type Daerah Aliran
Type Daerah
Pengaliran
Kondisi C
1. Rerumputan Tanah Pasir Datar, 2% 0,05 0,10
Tanah Pasir Rata-rata,
2 7%
0,10 0,15
Tanah Pasir Curam,
7%
0,15 0,20
Tanah Gemuk Datar,
2%
0,13 0,17
Tanah Gemuk Rata-
rata, 2 7%
0,18 0,22
Tanah Gemuk Curam,
7%
0,25 0,35
2. Business Daerah Kota Lama 0,75 0,95
Daerah Pinggiran 0,50 0,70
3. Perumahan Daerah Single
Family
0,30 0,50
Multi Unit Terpisah-
pisah
0,40 0,60
Multi Unit Tertutup 0,60 0,75
Sub Urban 0,25 0,40
Daerah Rumah
Apartemen
0,20 0,70
4. Industri Daerah Ringan 0,60 0,80
Daerah Berat 0,60 0,90
5. Pertamanan, Kuburan 0,10 0,25
6. Tempat Bermain 0,20 0,35
7. Halaman Kereta Api 0,20 0,40
8. Daerah Yang Tidak
Dikerjakan
0,10 0,30
9. Jalan Beraspal 0,70 0,95
Laporan Pendahuluan
III-4
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Beton 0,80 0,95
Batu 0,70 0,95
10. Untuk Berjalan dan
Naik Kuda
0,75 0,85
11. Atap 0,75 0,95
Sumber : Iman Subarkah, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air
Intensitas hujan selama waktu tiba banjir dihitung dengan menggunakan
rumus :
67 , 0
24
24
,
_
T
R
I
Untuk dapat menghitung intensitas curah hujan terlebih dahulu harus
menghitung waktu tiba banjir dengan menggunakan rumus Bayern sebagai
berikut
W
L
T (jam)
6 , 0
72
,
_
L
H
W (km/jam)
Dimana :
T = Waktu tiba banjir (jam)
L = panjang segmen sungai dari titik terjauh dalam DAS sampai
dengan titik yang ditinjau (m)
W = Kecepatan banjir (km/jam)
l = hujan rencana
2) SCS Unit Hidrograf
Metode ini dikembangkan oleh U.S. Soil Conservation Service, di daerah
pertanian (Carbit, 1992) dan memberikan hasil cukup baik jika dipakai pada
daerah pengaliran yang luasnya kecil atau sedang. Hubungan antara hujan
limpasan dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
p
t
I A
Qp
. . 08 , 2
5 , 0
7 , 0
8 , 0
. 1900
9
100
. . 155
S
CN
L
T
C
,
_
C P
t L 6 , 0
2
D
L T
P P
+
P
t T 5
Laporan Pendahuluan
III-5
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Dimana :
Qp = debit puncak, (m
3
/dt)
A = luas daerah pengaliran, (Km
2
)
tp = waktu untuk mencapai puncak, (jam)
S = kemiringan lahan (%)
CN = curve number untuk kondisi lahan,
L = panjang lintasan terjauh, (m)
Lp = waktu dari pusat hujan hingga debit puncak, (jam)
Te = waktu konsentrasi, (jam)
D = 0,133 Te = durasi hujan yang menghasilkan hidrograf satuan, (jam)
I = hujan yang mengakibatkan aliran permukaan, (cm)
Tabel 3.2
Nilai Curve Number untuk berbagai jenis kondisi lahan
N
O
LAND USE DISCRIPTION
Hydrograf soil group
A B C D
1 Cultivated land
Without conservation treatment 72 81 88 91
With conservation treatment 62 71 78 81
2 Pasture or rang land
Poor condition 86 79 86 89
Good condition 39 61 74 80
Meadow
Good condition 30 58 71 78
3 Wood or forest land
Thin stand, poor cover 45 66 77 83
Good cover 25 55 70 77
4 Oper spaces, lawns, park ect
Good grass cover on 75 % or more of the
area
39 61 74 80
Fair condition, grass cover 50 % of the
area
49 69 79 84
Industrial district 72 % impervious 89 92 94 95
5 Residental 81 88 91 93
Average Lot Size Average %
Impervous
< 1/8 65 77 85 90 92
38 61 75 83 87
1/3 30 57 72 81 86
25 51 70 80 85
1 20 51 68 79 84
Pave parking lots, rooft etc, strss and
roads
98 98 98 98
Laporan Pendahuluan
III-6
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
N
O
LAND USE DISCRIPTION
Hydrograf soil group
A B C D
Paved eoth curbs and strom sewer 98 98 98 98
Gravel of paved with swales 76 85 89 91
Dict 72 82 87 89
Sumber : Maidment, 1993
Laporan Pendahuluan
III-7
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Tabel 3.3
Runoff Curve Number for Hydrologic Soil-Cover Complexes
NO Land Use
Cover Hydrologic soil group
Treatment
or Practice
Hydrologi
c
condition
A B C D
1 Follow Straight row -- 77 86 91 94
2
Row crops Straight row
Straight row
Contoured
Contoured
Contoured
Contoured & terraced
Poor
Good
Poor
Good
Poor
Good
72
67
70
65
66
62
81
78
79
75
74
71
88
85
84
82
80
78
91
89
88
86
82
81
3
Small grain Straight row
Contoured
Contoured & terraded
Straight row
Contoured
Contoured & terraded
Poor
Good
Poor
Good
Poor
Good
65
63
63
61
61
59
76
75
74
73
72
70
84
83
82
81
79
78
88
87
85
84
82
81
4
Close seeded
legumes *or
rotation
meadow
Straight row
Straight row
Contoured
Contoured
Contoured & terraded
Contoured & terraded
Poor
Good
Poor
Good
Poor
Good
66
58
64
55
63
51
77
72
75
69
73
67
85
81
83
78
80
76
89
85
85
83
83
80
5
Pasture of
range
Contoured
Contoured
Contoured
Poor
Good
Poor
Good
Poor
Good
68
49
39
47
25
6
30
79
69
61
67
59
35
58
86
79
74
81
75
70
71
89
84
80
88
83
79
78
6 Meadow Good 30 58 71 78
Woods Poor
Fair
Good
45
36
25
66
60
55
77
73
70
83
79
77
7 Farmsteads -- 59 74 82 86
8
Roads
dirt +
had surface +
--
--
72
74
82
84
87
90
89
92
Sumber : Corbit, 1991 * close-drilled or broadcast + including right-of-way
Tabel 3.4
Hydrology Soil Group
NO
Soil
Group
Discription
1 A
Lowest runoff potential, includes, deep sand mit very litle silt and
clay, also deep, rapidly, permeable gravel
2 B
Moderately than A, but the group as whole has above average
inviltration after throught wetting
3 C
Moderately high runoff potential, compriseshallow soil and soil
cintaining considerable clay and colloids, through less than those of
group D, the group has below average infiltration after saturation.
4 D
Higest runoff potential, includes mostly clay of high of high swelling
percentage, but the group also includes some shallow soil with nearly
impermeable subhorizons near the surface
Laporan Pendahuluan
III-8
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Adapun besarnya hujan yang mengakibatkan aliran langsung dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut.
( )
( ) S P
S P
I
. 8 , 0
. 2 , 0
2
+
,
_
10
1000
54 , 2
CN
S
dimana :
P = hujan selama durasi tertentu (D), (cm)
S = retensi maksimum yang mungkin terjadi, (cm)
3.3. KRITERIA HIDROLIKA
Analisis Hidrolika dimaksud untuk mencari dimensi hidrolis dari saluran
drainase ataupun bangunan-bangunan pelengkapnya.
Didalam analisis hidrolika ini sudah termasuk perencanaan kemiringan saluran,
perhitungan tinggi kehilangan tenaga (head losses) dari bangunan-bangunan
pelengkap dengan mempertimbangkan potensi beda tinggi (potensial head)
keseluruhan, antara muka air di hilir outlet (down stream control) sampai
dengan permukaan tanah terjauh atau terendah yang harus dibuang.
Perhitungan hidrolis tersebut dipergunakan selanjutnya sebagai bahan
masukan analisis struktur dan perencanaan teknis bangunan dalam sistem
jaringan drainase.
A. Perencanaan Saluran
I. Konstruksi Saluran
Dalam menentukan pilihan
konstruksi saluran, beberapa
hal yang dipakai sebagai
pertimbangan adalah factor
stabilitas bangunan, kekuatan
konstruksi, kemudahan operasi
dan pemeliharaan serta
ketersediaan lahan. Jenis-jenis saluran dapat digolongkan menjadi 3 jenis,
yaitu :
Saluran terbuka
Laporan Pendahuluan
III-9
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Kehilangan keluar
H
keluar
=
keluar
( )
2.g
V Va
2
cos
360
2 180
sin
2
aR R A
R
a
arc
+
+
dimana :
Q = debit ( m
3
/det )
= 0,85 - 0,90
b = lebar gorong-gorong ( m )
h = dalam air depan gorong-gorong ( m )
h
1
= dalam air di dalam gorong-gorong ( m )
z = kehilangan tinggi energi ( m )
b. Terjunan Tegak
Bangunan terjun dipakai di tempat-tempat dimana kemiringan medan lebih
besar daripada kemiringan saluran. Disamping itu bangunan-bangunan ini
juga berfungsi untuk menurunkan muka air.
Kehilangan tinggi energi di bangunan terjun dihitung sebagai berikut :
L I H H Z
hilir hulu
Type yang biasa dipakai di saluran tersier adalah bangunan terjun type
tegak, dengan syarat z < 1 meter dan debitnya kecil.
Laporan Pendahuluan
III-18
h
b
R
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Perencanaan hidrolis didasarkan rumus Etcheverry :
z hc C 0,35 L
1
+
Dimana :
( )
3
1
z hc 0,7
z
hc 1,1
2,5 C +
+
( )
3
1
2
g q hc
( )
1
b 0,8 Q q
Dimana :
Q = Debit rencana (m
3
/dt)
L = Panjang kolam olak hilir (m)
B = Lebar bukaan = 0,8 x lebar dasar saluran (m)
Z = Tinggi terjunan
q = Debit persatuan lebar (m
3
/dt/m)
b
1
= Lebar dasar saluran (m)
h
c
= Kedalaman kritis
c. Terjunan Miring
Perencanaan geometri didasarkan kepada perhitungan ruang olakan
berdasar prinsip-prinsip hidraulic jump.
Type terjun miring ini hanya digunakan untuk z /h
c
>1.
3.4. KRITERIA PERHITUNGAN KONSTRUKSI
A. Tipical Saluran
Tipical saluran pada dasarnya disesuaikan dengan bentuk dan fungsinya,
adapun bentukbentuk penampang saluran antara lain sebagai berilkut :
Trapesium
Saluran dengan bentuk trapesium lebih cocok diterapkan pada daerah-
daerah (lokasi) yang masih cukup lahan (tidak melewati daerah-daerah yang
padat pemukimannya), fluktuasi debit yang kecil.
Trapesium Ganda
Sama dengan saluran trapesium, tetapi dengan fluktuasi debit yang besar.
Pada saat debit minimum, aliran air berada pada penampang trapesium
bagian bawah.
Trapesium Dikombinasi
Sama dengan trapesium ganda, hanya saja untuk aliran dengan debit
minimum dipergunakan saluran dengan bentuk dengan bentuk setengah
lingkaran
Segi Empat
Laporan Pendahuluan
III-19
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Saluran dengan bentuk segi empat cocok diterapkan pada daerah-daerah
(lokasi) yang melewati permukiman yang padat dan fluktuasi debit alirannya
kecil.
Segi Empat Dikombinasi
Sama dengan bentuk segi empat, tetapi dengan fluktuasi debit aliran yang
besar.
B. Jenis Material Konstruksi
Jenis material untuk konstruksi merupakan salah satu faktor penting yang perlu
mendapat pertimbangan agar tidak terjadi perubahan-perubahan antara
perencanaan dengan pelaksanaannya.
Pada dasarnya pelaksanaan fisik faringan drainase perkotaan yang
berlandaskan pada konsep pembangunan berwawasan lingkungan diarahkan
pada pemakaian sarana yang berteknologi tepat guna dan memberikan nilai-
nilai sebagai berikut :
Menunjang faktor kesehatan lingkungan.
Tingkat pelayanan memberikan daya guna bagi pemerintah
daerah
Dapat memanfaatkan material dan tenaga kerja setempat secara
optimal
Dari hasil survey material untuk konstruksi di lapangan maka jenis konstruksi
untuk saluran dan bangunan pelengkap yang memungkinkan diterapkan
adalah :
1. Tanpa Pasangan
2. Pasangan Batu Kali
3. Beton Tumbuk (beton tanpa pasangan)
4. Beton Bertulang
C. Stabilitas Konstruksi
Untuk menjamin keamanan konstruksi sarana drainase yang akan dibuat,
seperti saluran, gorong-gorong atau bangunan pelengkap lainnya, maka
perencanaan sarana drainase tersebut akan diperhitungkan terhadap beberapa
tinjauan keamanan, yaitu :
1. Stabilitas Tanah Pondasi
a. Daya Dukung Tanah
Daya penahan tanah ditentukan oleh besarnya beban tertinggi yang dapat
ditahan oleh tanah pada setiap satuan luas sebelum keseimbangan tanahnya
dilampaui.
Tegangan tanah yang diperkenankan adalah sebagian dari daya penahannya,
yaitu daya penahannya dibagi dengan satuan angka kemanan tertentu.
Laporan Pendahuluan
III-20
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Dalam perencanan konstruksi sarana drainase ini secara umum akan banyak
dijumpai kondisi kedalaman pondasi yang tidak terlalu dalam (dangkal) dengan
jenis pondasi langsung.
Untuk merencanakan pondasi langsung yang tidak terlalu dalam dipakai rumus
perhitungan pondasi yaitu teori Daya Dukung Terzaghi. Teori tersebut
didasarkan pada anggapan bahwa kekuatan geser tanah dapat dinyatakan
dengan rumus :
C S tan +
Dimana :
S = Kekuatan geser tanah.
C = Kohesi Tanah
= Tegangan normal pada bidang kritis
= Sudut geser dalam
Analisa keruntuhan menurut Teori Terzaghi untuk pondasi dangkal dapat
digambarkan seperti pada Gambar dibawah ini.
Gambar 3-1
Analisis Keruntuhan Untuk Pondasi Dangkal
Menurut Teori Terzaghi
Teori daya dukung Terzaghi untuk jenis pondasi langsung yang tidak begitu
dalam menghasilkan rumus :
Nr B r
2
1
N D r Nc c q
g ult
+ +
Dimana :
q
ult
= Daya dukung keseimbangan (Ultimit Bearing Capacity)
B = Lebar pondasi (cm)
D = Dalam pondasi (cm)
= Berat isi tanah (kg / cm
3
)
c = Kohesi (kg / cm
2
)
= Sudut perlawanan geser ( )
Nc, Nq dan N adalah faktor daya dukung yang tergantung harga . Nilai Nc,
Nq dan N dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Laporan Pendahuluan
III-21
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Gambar 3-2
Grafik Harga Faktor Daya Dukung
Menurut Terzaghi
Rumus terzaghi diatas berlaku juga untuk pondasi menerus/memanjang.
Untuk Pondasi Bujur Sangkar :
Nr B r 4 , 0 N D r Nc c 3 , 1 q
g ult
+ +
Dimana :
B = Lebar Pondasi
Untuk pondasi lingkaran :
Nr R r 6 , 0 N D r Nc c 3 , 1 q
g ult
+ +
Rumus-rumus diatas dipakai dengan anggapan bahwa :
Dasar pondasi tidak licin atau gesekan antara dasar pondasi dengan tanah
cukup tinggi
Kekuatan tanah di kanan kiri pondasi tidak diperhitungkan, hanya bebannya
saja yang diperhitungkan.
Jelaslah dari rumus diatas, sifat tanah yang perlu diketahui untuk menentukan
daya dukung tanah ini adalah :
Berat isi tanah ()
Konstanta kekuatan geser c dan .
b. Tegangan Tanah Ijin
Nilai daya dukung menurut rumus diatas adalah tegangan terbesar yang dapat
dipikul diatas tanah tersebut. Untuk mendapatkan nilai tegangan yang dipakai
dalam perencanaan pondasi, nilai q tersebut dibagi dengan faktor kemanan
(safeti faktor).
Tegangan ijin atau tegangan yang diperbolehkan, yaitu:
Laporan Pendahuluan
III-22
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
FS
q
q
ult
d a
Dimana :
q
a d
= Tegangan yang diijinkan
q
ult
= Tegangan/daya dukung tanah
FS = Angka Keamanan (safety faktor = 3)
2. Stabilitas terhadap gaya-gaya / beban horizontal & vertical
Resultante gaya-gaya akibat beban horizontal dan beban vertikal akan
menyebabkan momen guling dan gaya geser pada konstruksi. Untuk menjamin
kestabilan konstruksi letak titik resultante gaya di dasar pondasi untuk
memenuhi syarat batas pergeseran.
Gaya horizontal akibat tekanan tanah diperhitungkan dengan mengambil
tekanan tanah aktif, sedangkan tekanan pasif diabaikan.
Gambar 3-3
Diagram Gaya-Gaya Pada Dinding
- Stabilitas terhadap guling
Keamanan terhadap guling dihitung dengan rumus :
Ijin Sf
Mv
Mh
Sf
Dimana :
Sf = Angka keamanan terhadap guling
Sf ijin diambil = 2
Mh = Momen akibat gaya horizontal
Mv = Momen akibat gaya vertikal / gravitasi
- Stabilitas terhadap geser
Laporan Pendahuluan
III-23
KHARISMA KARYA, pt
Engineering Consultant
Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene
Keamanan terhadap geser dihitung dengan rumus :
Ijin Sf
H
V
f Sf
Dimana :
Sf = Angka keamanan terhadap geser
f = Koefisien geser antara dasar pondasi dengan tanah
Tanah berbutir kasar tanpa silta , f = 0,55
Tanah berbutir kasar + Silta, f = 0,45
Pasir berbutir kasar, f = 0,35
V = Jumlah gaya geser vertikal
H = Jumlah gaya geser horizontal
- Kontrol Eksentrisitas
Eksentrisital resultante gaya di dasar pondasi dihitung dengan rumus :
6
B
V
Mv Mh
2
B
e
Dimana :
e = Eksentrisitas gaya
B = Lebar pondasi
Mh = Momen akibat gaya horizontal
Mv = Momen akibat gaya vertikal / gravitasi
V = Jumlah geser vertikal
Laporan Pendahuluan
III-24