Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diare Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorbs, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. (Adnyana, 2004) Diare akut dapat dibedakan berdasarkan penyebab terjadinya seperti diare akibat virus (Virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan), diare bakterial (Bakteri yang berasal dari makanan yang terinfeksi menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa kemudian memperbanyak diridan membentuk toksin-toksin yang diresopsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat), diare parasiter (disebabkan oleh parasit

seperti Entamoebahistolytica, Giardia Llambia, Cryptosporidium, dan Cyclospora), diare akibatenterotoksin (akibat kuman-kuman yang membentuk enterotoksin. Toksin melekatpada sel-sel mukosa dan merusaknya, diare ini bersifat selfmiting yaitu akan sembuh sendiri tanpa pengobatan setelah sel mukosa yang rusak diganti dengan yang baru) (Tjay, 2002). Disamping itu, ada juga diare kronis (dapat disebabkan oleh penyalahgunaan laksatif, intoleransi laktosa, penyakit peradangan usus, sindrom malabsorpsi, kelainan endokrin, sindrom usus iritabel, dan kelainan lain). Pengobatan diare kronik harus ditujukan untuk memperbaiki penyebab diare dan bukan meredakan gejalanya. Pengobatan dengan zat-zat antidiare nonspesifik dapat menutupi kelainan yang mendasarinya (Mutschler, 1991).Ada obat yang menimbulkan diare sebagai efek samping, misalnya antibiotikan berspektrum luas. Namun, ada pula akibat penyakit seperti kankerusus, dan beberapa penyakit cacing (misalnya cacing pita, cacing gelang) (Tjay,2002). 2.2 Mekanisme Diare

Diare dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu : 1. Peningkatan osmolaritas intraluminer, disebut diare osmotik. Diare osmotik timbul pada pasien yang saluran ususnya terpapar dan tak mampu menahan beban hiperosmolar, yang biasanya

terdiri dari karbohidrat atau ion divalen. Contohnya : intoleransi laktosa, malabsorpsi asam empedu. 2. Adanya peningkatan sekresi cairan usus. Organisme yang menimbulkan diare sekresi melepaskan toksin atau senyawa lain yang menyebabkan usus halus aktif mensekresikan cairan dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan terjadinya diare sekretorik. 3. Malabsorpsi asam empedu dan malabsorpsi lemak akibat gangguan pembentukan micelle empedu. 4. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit menyebabkan gangguan absorpsi Na+ dan air. 5. Motilitas dan waktu transit usus abdonimal. Terjadi motilitas yang lebih cepat dan tidak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorpsi. Mekanismenya ditandai dengan disfungsi motilitas yang berbeda tetapi dengan kapasitas pencernaan yang normal. Diare hasilnya bersifat multifaktor dan lazim melibatkan unsur salah cerna dengan diikuti komponen osmotik dan sekresi. 6. Gangguan permeabilitas usus. Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam atau elektrolit terganggu. 7. Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan. Sehingga terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus.

2.3 Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa. Diare sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh juga. Karena diare membuang semua virus dan bakteri yang mengganggu sistem pencernaan. Begitu juga dengan muntah. Maka dari itu jika penyakitnya belum keluar semua, kemudian diare di-stop, atau muntah di-stop, kuman akan berputar-putar disaluran cerna, berkembang biak lebih banyak, dan bisa mengakibatkan penyakit bertambah berat. Prinsipnya : cegah dehidrasi. Walau diare lebih

dari 10 kali perhari tetapi tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan anak masih sadar, tidak perlu khawatir.

2.4 Pengobatan Diare A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon. 1. Racecordil Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut. 2. Loperamide Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.

3. Nifuroxazide Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa. 4. Dioctahedral smectite Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang

diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut. B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara: 1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna). 2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium. 3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium. C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium. 2.5 Loperamid Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam. Kurang dari 2% dieliminasi renal tanpa diubah, 30% dieliminasi fekal tanpa diubah dan

sisanya dieliminasi setelah mengalami metabolisme dalam hati sebagai glukoroid ke dalam empedu.

2.6 Oleum Ricini Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15 sampai 30 ml), diberikan sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer. 2.7 Norit Norit adalah karbon berasal dari tumbuhan tumbuhan yang diaktifkan dengan kuat. Oleh karena itu pengobatan dengan memakai Norit walaupun dalam jumlah banyak tidak berbahaya terhadap anak-anak maupun orang dewasa. Obat ini berwarna hitam, isinya adalah karbon (bahasa awamnya arang). Sifat dari arang ini adalah mengabsorbsi atau menyerap apapun disekitarnya, sehingga jika dimasukan kedalam pencernaan akan menyerap segala yang ada di situ seperti racun, cairan-cairan, gas-gas, sampe sari-sari makanan. Meminum norit harus diimbangi dengan minum air putih yang banyak, tujuannya agar sari-sari makanan yang tadi diserap dapat tergantikan dengan cepat. Norit digunakan untuk memberantas penyakit-penyakit seperti diare, dan alergi yang dikarenakan keracunan makanan. Norit hanya bekerja di saluran pencernaan saja, tidak ada efek samping karena Norit tidak diserap kedalam darah. Tidak ada yang tersisa dan tidak ada yang mengendap didalam tubuh sehingga aman jika diminum banyak. Norit hanya efektif bekerja dalam kurun waktu paling lama 3 jam setelah makanan yang membuat tubuh keracunan masuk ke pencernaan.

2.8 Obat Antidiare (Diapet) Psidii Folium (daun jambu biji) 24% Curcumae domesticae Rhizoma 20% (rimpang kunyit) Tiap Kapsul Coicis Semen (biji jali) 41% Mengandung Chebulae Fructus (buah mojokeling) 8% Granati Pericarpium (kulit buah 7% delima) Mengobati mencret dan memadatkan kembali Khasiat dan faeces yang cair kegunaan obat Mengatasi rasa mulas Berbagai penyakit dapat diatasi dengan menggunakan tanaman herbal asli Indonesia, seperti halnya penyakit diare. Tanaman asli Indonesia yang sudah terbukti dan sering digunakan untuk mengatasi penyakit diare adalah jambu biji, kunyit, buah delima, tanaman jarak, daun teh, dan buah mojokeling. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa tanin dalam tanaman herbal tersebut bersifat antibakteri dan dapat membantu mengurangi rasa mulas akibat diare. Dari semua tanaman herbal untuk mengatasi diare tersebut, daun jambu biji merupakan salah satu tanaman herbal favorit yang paling sering digunakan untuk mengatasi masalah diare. Secara tradisional, air rebusan daun jambu biji dipercaya untuk mengatasi diare yang sifatnya non spesifik

1.4

Loperamid Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam. Kurang dari 2% dieliminasi renal tanpa diubah, 30% dieliminasi fekal tanpa diubah dan sisanya dieliminasi setelah mengalami metabolisme dalam hati sebagai glukoroid ke dalam empedu.

Anda mungkin juga menyukai