Anda di halaman 1dari 5

A.

Hari/Tanggal Kamis,16 Mei 2013

B. Tujuan 1. Untuk membuat limbah menjadi memiliki pH antara 6,0 9,5. Karena diluar pH itu limbah bersifat racun bagi kehidupan air, sehingga limbah dapat dimanfaatkan kembali. 2. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah dengan cara netralisasi 3. Untuk mengetahui kadar Cl2 hasil dari netralisasi dan kaporisasi

C. Dasar Teori Definisi Pengolahan Limbah Cair secara Kimia Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau

mengapungkan). Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan melalui penambahan atau pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut flokulan. Pada umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, flokulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses pengolahan air limbah, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan test yang merupakan model sederhana dari proses koagulasi. Dalam pengolahan limbah cair ini, hal yang penting yang harus diketahui adalah jenis dan jumlah polutan yang dihasilkan dari proses produksi. Proses pengolahan limbah cair secara kimia Pengolahan limbah cair secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang dibutuhkan. Menurut Nurika (2006), proses pemisahan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan yang semula tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil dari reaksi oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan menambahkan elektrolit yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga dapat diendapkan. Pemisahan logam berat dan fosfor dilakukan dengan menambahkan larutan alkali sehingga terbentuk endapan logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permenganat, aerasi, ozon hydrogen peroksida. Proses pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan:

Netralisasi Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam. Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 9,5. Di luar kisaran pH tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk bakteri. Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air limbah serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat menambahkan H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue gas. Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau continue, tergantung pada aliran air limbah. Netralsasi system batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi system continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis.

D. Alat dan Bahan Alat : a. Gelas Kimia b. Beaker Glass c. Komparator d. Pipet tetes e. Pengaduk f. pH universal g. Tabung reaksi Bahan : a. Limbah kimia b. Ca(OH)2 : Kapur c. CaOCl2 : Kaporit d. K2Al2(SO4)2 : Tawas e. Ortolidin f. Aquades

E. Cara Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Menyiapkan limbah kimia yang akan dinetralisasi 3. Limbah kimia ditaruh dalam beaker glass kemudian masukkan Ca(OH)2 (kapur) dan K2Al2(SO4)2 (tawas) kemudian diaduk 4. Proses pengadukannya secara cepat selama 15 menit, kemudian diaduk secara lambat selama 5 menit 5. Kemudian limbah kimia didiamkan sampai mengendap 6. Limbah kimia dicek pHnya menggunakan pH universal sampai pHnya 7 atau netral 7. Menambahkan Ca(OH)2 (kapur) apabila pH terlalu asam, apabila pH basa maka ditambahkan K2Al2(SO4)2 (tawas) 8. Melakukan kaporisasi dengan air jernih dengan cara memberikan kaporit 9. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi 2 ml limbah kimia tersebut.

10. Pada tabung B ditambahkan indikator ortolidin sebagai sampel, sementara pada tabung A hanya limbah kimia saja (dijadikan blanko) 11. Meletakkan dua tabung reaksi tersebut pada komparator untuk diukur kadar Clnya, pada tabung B yang ditambahkan indikator ortolidin diletakkan disebelah kiri 12. Melihat berapa mg/L kadar Clnya F. Hasil Pengamatan Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kadar Cl sebesar 1,5 mg/L

G. Pembahasan Netralisasi ditujukan untuk mengolah limbah kimia agar tidak bersifat beracun lagi dan dapat digunakan (dimanfaatkan) lagi. Dari hasil didapatkan bahwa kadar Cl2 pada akhir adalah 1,5 mg/L, itu artinya karna kadar limbah belum memenuhi kadar ideal yakni 2 mg/L maka harus dilakukan netralisasi ulang sampai kadar Cl2 ideal 2 mg/L agar setelah idel nantinya limbah dapat langsung dibuaang ke badan air.

H. Kesimpulan 1. Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam. Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 9,5. 2. Limbah kimia tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan lagi dengan cara dinetralisasi dan kaporisasi dengan hasil akhir kadar Cl2 sebesar 1,5 mg/L

I. Referensi Face fenz. 2012. Pengolahan Limbah cair. http://fancewaty.blogspot.com/2012/12/pengolahan-limbah-cair.html. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2013

Yogyakarta, April 2013 Mengetahui, DosenPembimbing Praktikan

Pembimbing

Vivi Indriyani

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH KIMIA 2

Disusun Oleh :

Nama NIM Kelas

: Vivi Indriyani : P07134112082 : Reguler B

POLTEKKES KESEHATAN YOGYAKARTA KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2012/2013

Anda mungkin juga menyukai