Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Ilmu geofisika merupakan bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi dengan
mengunakan prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika digunakan untuk mengetahui kondisi
bawah permukaan bumi yang melibatkan pengukuran diatas permukaan dari parameter-
parameter fisika yang dimiliki oleh batuan yang berada di bawah permukaan bumi. Maka dari
pengukuran tersebut akan dapat diketahui bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan
bumi baik secara vertikal ataupun secara horizontal.Metode geofisika pada umumnya dibagi
menjadi 2 macam, yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Medan alami dalam hal
ini seperti halnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi
dll. Sedangkan metode aktif adalah suatu metode yang dilakukan dengan membuat medan buatan
kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Dalam hal ini medan buatan adalah
suatu getaran atau gelombang yang dapat menimbulkan suatu respon seperti ledakan dinamit,
pemberian arus listrik, dll. Sedangkan apabila dijelaskan secara khusus maka metode geofisika
dapat dibagi menjadi beberapa macam seperti contohnya metode seismik, metode gravitasi,
metode magnet bumi, dll.
Metode magnet merupakan salah satu metode digunakan dalam teknik geofisika.
Pengukuran dengan menggunakan metode magnet yang paling banyak dilakukan adalah dengan
menggunakan alat PPM (Proton Precession Magnetometer). Metode ini pada dasarnya dilakukan
berdasarkan pengukuran anomali geomagnetik yang diakibatkan oleh perbedaan kontras
suseptibilitas, atau permeabilitas magnetik suatu jebakan dari daerah magnetik di sekelilingnya.
Disini perbedaan permeabilitas itu sendiri pada dasarnya diakibatkan oleh perbedaan distribusi
mineral yang bersifat ferromagnetik, paramagnetik, diamagnetik.





1.2 Perumusan Masalah
- Bagaimana cara mengetahui struktur bawah permukaan bumi dengan menggunakan
metode magnetik.
- Bagaimana mendeteksi letak dan batas litologi dari analisis anomali medan magnet dan
diperkuat dengan data gradien vertikal medan magnetik total yang dapat memberikan
respon jika terjadi perbedaan litologi pada suatu daerah.
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian geofisika dengan menggunakan metode magnetik ini bertujuan untuk :
- Untuk memberikan pengetahuan umum tentang metode geomagnetik.
Untuk mengetahui unsur-unsur penyusun struktur geologi yang berada di bawah
permukaan daerah tersebut.
Untuk menentukan nilai anomali magnetik maksimum dan minimum daerah tersebut
guna menentukan kelayakan untuk dilakukan eksplorasi

I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian magnetik ini adalah :
- Mahasiswa dapat memahami salah satu metode geofisika yaitu metode magnetic.
- Mahasiswa dapat menggunakan alat yang berhubungan dengan metode magnetik maupun
pengolahan menggunakan software surfer8.
- Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil yang didapat serta menjelaskan proses
pengolahan data secara umum.







1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas ini, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai
berikut :
- BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tantang latar belakang penelitian yang dilakukan, rumusan
permasalahan tujuan yang hendak dicapai penulis, dan metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan yang dilakukan
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan data-data pendukung dan menjelaskan teori teori yang dipakai
penulis dalam mengkaji masalah dalam penyusunan tugas akhir ini
- BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode yang digunakan penulis dalam penyelesaikan penelitian
untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
- BAB IV DATA
Bab ini berisi tentang data pengamatan yang dilakukan.
- BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisa data yang dilakukan penulis dan pembahasan yang terkait
hasil analisanya.
- BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bumi sebagai benda magnet sudah dikenal sejak lama. Bumi tidak dalam keadaan
homogeny, salah satu ketidak homogenan bumi disebabkan oleh perbedaan sifat kemagnetan
bahan-bahan yang menyusunnya, terutama yang terletak di dekat permukaanlah yang mudah
dirasakan. Keadaan bumi yang tidak bundar benar, nengalami pemipihan pada kedua kutubnya.
Di samping itu susunan bahannya pun tidak homogen. Kenyataan ini mengakibatkan perubahan-
perubahan pada lintasan garis gaya kemagnetan. Perubahan ini berupa penyimpangan-
penyimpangan yang dengan mudah dapat diamati di permukaan bumi. Penyimpangan ini untuk
selanjutnya disebut dengan anomali, dalam hal ini yang dimaksud adalah anomali geomagnet.
Untuk mengumpulkan data geomagnet, banyak parameter yang perlu untuk diketahui, antara lain
lokasi tempat penyelidikan (besaran deklinasi, inklinasi, intensitas vertical, dan intensitas
horizontal), sifat-sifat fisik material dan hal-hal yang terlepas dari pengamtan misalnya
perubahan harian, badai matahari, dan ketelitian dalam posisi alat selama pengukuran
berlangsung.
Alat yang dipergunakan disebut dengan magnetometer. Masing-masing alat mempunyai
kelebihan-kelebihan tersendiri, dan jenisnya bermacam-macam, ada yang mengukur komponen
vertical magnet bumi, komponen horizontal, dan komponen total.
Penyelidika geomagnet dapat diterapkan untuk mengetahui penyebaran bentuk tubuh-
tubuh benda magnetic di bawah permukaan bumi selama masih terdapat kontras dalam
kemagnetan dari pada material yang menyusunnya.
Perhitungan-perhitungan analitis serta kemajuan teknologi computer memberikan
peluang untuk melakukan interpretasi secara kuantitatif dalam usaha untuk mengetahui secara
lebih tepat bentuk dan ukuran daripada benda-benda magnetic yang terpendam.
2.1. Metode Magnetik
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana
medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil
daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi
suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik
batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.

Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap :
akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau
kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu
atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada
metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software
diperoleh peta anomali magnetik.
Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di
permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi (suseptibilitas). Variasi yang terukur (anomali) berada dalam latar belakang
medan yang relatif besar. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan
dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar
bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki kesamaan latar
belakang fisika dengan metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori
potensial, sehngga keduanya sering disebut sebagai metoda potensial. Namun demikian, ditinjau
dari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam
magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam
gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik
lebih menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki
variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan
melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian
prospeksi benda-benda arkeologi.
2.2 Medan Magnet Utama
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 10
4
km
2
. Proses
rata-rata ini tidak menghilangkan beberapa medan periodik yang berasal dari luar demikian juga
spektrum panjang gelombang dari medan magnet utama dan medan magnet local. Karena medan
magnetik utama bumi berubah terhadap waktu maka untuk menyeragamkan nilai-nilai medan
utama magnetik bumi, dibuat standard nilai yang disebut dengan International Geomagnetics
Reference Field (IGRF). Harga medan magnet utama ini ditentukan berdasarkan kesepakatan
internasional dibawah pengawasan International Association of Geomagnetic and Aeronomy
(IAGA).
IGRF diperbaharui tiap 5 tahun sekali dan diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada
daerah luasan sekitar 1 juta km yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Nilai-nilai IGRF
tersebut dibuat kontur isomagnetik yang menggambarkan kontur, dimana kontur tersebut
mempunyai nilai deklinasi, inklinasi dan intensitas medan magnetik yang sama. Peta kontur ini
menunjukkan variasi medan magnetik di permukaan bumi dan digunakan sebagai data referensi
yang memperlihatkan distribusi intensitas, deklinasi dan inklinasi medan magnetik bumi.
Intensitas medan magnetik bumi berkisar antara 25.000 65.000 nT, sedangkan untuk wilayah
Indonesia daerah yang terletak di utara khatulistiwa mempunyai intensitas sekitar 40.000 nT dan
di selatan khatulistiwa berkisar 45.000 nT.
Ada beberapa teori yang membahas penyebab medan magnet utama, diantaranya teori
magnetisasi permanen, teori perputaran muatan listrik, teori perputaran benda masif, induksi
badai magnet dan teori exsitasi diri dynamo.
Perputaran dari efek dynamo dengan cakram diandaikan sebagai inti bumi yang berputar
relatif terhadap gulungan kawat, sehingga timbul medan listrik yang kemudian menimbulkan
arus listrik dalam koil. Beda potensial pada cakram :
} } }
= = =
2
2
1
. . a B rdr B dr vxB dr E e e (1)
Impedansi dari rangkain tersebut tergantung dari tahan total R dan induksi diri dari koil L
sehingga
t
I
L IR a B
c
c
+ =
2
2
1
e (2)
jika M adalah induksi bersama dari cakram dan koil, maka hubungan medan dengan arus adalah
MI B a =
2
t B R
M
t
B
L |
.
|

\
|
=
c
c
t
e
2
(3)
|
.
|

\
|
=
L
L M
t B B
t
t e
2
2
exp
0
(4)
Pertambahan yang begitu besar pada t yang besar adalah tidak sesuai dengan kenyataan.
Penyelesaian persamaan (4) diperoleh dengan anggapan kecepatan sudut konstan, tanpa
memperhatikan intensitas medan magnet. Karena gaya Lorentz berlawanan dengan arah rotasi
sehingga torsi penggerak konstan. Apabila medan magnet bertambah besar maka torsi juga
bertambah sehingga berkurang sampai mencapai kesetimbangan pada kecepatan
0
.
Magnitudo dari medan magnet tidak bergantung tetapi hanya bergantung pada torsi pengerak.


Gambar 1. Sistem efek dynamo.

2.3 Medan magnetik transien
Berdasarkan tempat sumbernya maka medan magnetik transien dibagi menjadi dua yaitu,
medan magnetik transien eksternal dan medan magnetik internal.
Medan magnetik transien eksternal atau disebut medan magnetik luar adalah medan
transien yang sumbernya berasal dari luar bumi (ionosfer, magnetofer). Medan magnetik ini
merupakan medan magnetik yang dihasilkan dari oleh pengaruh proses pelepasan partikel
tersebut dengan medan magnetik utama serta dengan partikel atau ion-ion yang ada di angkasa.
Beberapa peristiwa yang menyebabkan medan ini diantaranya adalah drift dari konduktivitas
plasma (plasma adalah bagian dari angkasa luar yang mempunyai muatan posistif dan negatif
yang jumlahnya sama), absorpsi radiasi elektromagnetik matahari oleh ionosfer dan perambatan
gelombang radio di ionosfer (Parkinson, 1983). Medan magnetik transien ini diklasifikasikan
dalam beberapa bagian:
1. Regular storm field, lokasi sumber medan magnetik ini berada di magnetosfer dengan
intensitas berkisar antara 150 nT sampai dengan 500 nT dan periodenya berkisar antara 4
sampai 10 jam serta berulang dalam waktu 2 sampai 3 hari.
2. Irregular storm field & Substorm, sumber medan ini berada di ionosfer dan magnetosfer,
medan ini mempunyai intensitas antara 100 nT sampai 200 nT dan sifatnya sama di
permukaan bumi dengan periode antara 5 sampai 100 menit.
3. Diurnal variation, sumber dari medan ini berada di ionosfer dengan intensitas 50 sampai
200 nT dengan pcriode 24, 12, dan 8 jam dan sifatnya global.
4. Pulsation, medan ini bersumber di magnetosfer dcngan intensitas medan antara beberapa
nanotesla dengan sifat global dan mempunyai periode 1 sampai 300 detik, mekanisme
penyebabnya adalah osilasi gelombang hidromagnetik dalam magnetosfer pada
ketinggian satu sampai enam kali jari-jari bumi.
Medan magnetik transien internal adalah medan magnetik transien yang sumbernya
berasal dari bumi. Medan magnetik transien ini berdasarkan macam sumbernya dibagi menjadi:
1. Medan Vulkanomagnetik yang dihasilkan oleh aktivitas vulkanik gunungapi yang
berhubungan dengan tekanan dan suhu, dengan intensitas berkisar antara 3,5 nT sampai
10 nT.
2. Medan magnetik elektrofiltrasi yang dihasilkan oleh aliran air hujan yang mengalir di
celah-celah batuan di sekitar stasiun pengukuran.
3. Medan magnetik induksi yang dihasilkan oleh batuan sekitar yang mempunyai
konduktivitas tertentu, yang dipengaruhi oleh struktur geologinya. Sebagai medan
penginduksinya adalah medan magnetik transien eksternal.

2.4 Anomali Medan Magnet Total Bumi
Medan magnetik lokal sering juga disebut medan magnetik anomali (crustal field). Medan
magnetik ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnetik seperti magnetite
(Fe
7
S
8
), titanomagnetite (Fe
2
TiO
4
) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik variasi medan magnetik yang terukur di permukaan
inilah yang menjadi target dari pengukuran (anomali magnetik). Secara garis besar anomali
medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan
remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah
medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat
rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan
magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnetik remanen sama dengan arah medan
magnetik induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survei
magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25
% medan magnetik utama bumi (Telford, 1979)
Di dalam penelitian dengan metode magnetik, pada umumnya proses pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan magnetometer (misalnya, PPM). Instrumen ini mengukur
besarnya (magnetude) medan magnet total tanpa memandang arah vektornya. Anomali medan
magnetik total bumi merupakan medan magnet yang dibangkitkan oleh anomali atau batuan
termagnetisasi pada kerak bumi sebagai akibat adanya induksi medan utama magnetik bumi.
Anomali ini dihitung dari pengukuran medan magnet total dikurangi medan utama magnetik
bumi tersebut (Menggunakan nilai IGRF yang sesuai dengan lokasi penelitian).
Medan utama magnetik bumi (main field) B
M
dan medan magnet benda penyebab anomali
medan magnet B
A
memberikan sumbangan dalam medan magnet total bumi sehingga medan
magnet total bumi pun berubah dan dapat ditulis dengan
B
T
= B
M
+ B
A
(5)
Jika B
T
menggambarkan medan magnet total pada suatu titik dan B
M
medan magnet utama
bumi pada suatu titik yang sama, seperti yang disajikan dalam gambar di bawah ini, maka
anomali medan magnet total diberikan oleh:

(6)







Gambar 2. Penggambaran vektor anomali medan magnet total bumi

| | | |
M T
B B T = A
Jika B menggambarkan medan akibat benda anomali, maka medan magnetik total adalah
B
T
= B
M
+ B sehingga persamaan 3 menjadi:

..(7)

Jika |B
M
| > |B| maka dapat digunakan pendekatan

...(8)


(9)

Dengan demikian dapat didekati sebagai proyeksi B (anomali medan magnetik bumi) pada
arah medan magnetik bumi (f).














| | | | | | B B B B T A = A + = A
M M
| | | |
M M
B B B T A + = A
| | 2
2
M M M
B B B B A + ~
| | ) (
1
2
2
1
M M
M M
M M
B B B
B B
B B A

+ ~
B f
B
B B
A ~
A
~
| |
M
M
T A
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Pengambilan data magnetik ini dilakukan pada hari kamis tanggal 30 September 2010 di
daerah sekitar Universitas Brawijaya tepatnya di stadion brawijaya atau daerah belakang fakultas
teknik Universitas Brawijaya dan secara geografis terletak pada koordinat 07
0
5759,6 LS dan
112
0
3644,3 BT.

3.2 Alat dan bahan
Pada penelitian di Stadion Universitas Brawijaya Malang dengan menggunakan metode
magnetik digunakan beberapa alat yaitu:
1) Magnetometer :1 buah
2) GPS :1 buah
3) Kompas :1 buah
4) Rollmeter :1 buah
5) Arloji :1 buah
6) Buku petunjuk :1 buah
7) Alat tulis menulis :1 set

3.3 Langkah Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Akuisisi Data
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada saat akuisisi data adalah noise. Dalam hal
ini yang dimaksud dengan noise dalah pada saat menentukan arah kutub utara harus
diperhatikan, karena hal ini akan berpengaruh pada data yang akan didapatkan. Dalam hal ini
penentuan kutub utara yang dianggap sebagai sumber medan magnet bumi ditentukan dengan
menggunakan kompas. Selain itu pembacaan data juga harus diperhatikan dalam penelitian ini.

3.3.1.1 Prosedur Penelitian
Sebelum memulai pengambilan data, atau pengoperasian alat-alat tersebut, pertama-tama
baterai dipasang pada console, lalu staff (tongkat penyangga) disusun dengan sensor, console
dimasukkan ke dalam backpack yang dipasang di badan kemudian setelah itu semua kabel
konektor dipasang dan dilakukan tuning dengan mengambil kuat sinyal yang paling kuat sesuai
dengan harga medan di daerah pengukuran, lalu setelah itu dilakukan pensettingan konfigurasi
waktu seperti hari,tanggal, jam, dan menit saat pengambilan data. Kemudian konfigurasi
lintasan (modus survey) dan gradiometer disetel dan interval waktu pengambilan data otomatis
atau (modus auto). Setelah itu pengambilan data dimulai, saat pengambilan data ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain adalah arah sensor harus sesuai dengan arah tanda panah
yang tergambar pada sensor, pengambilan data dengan modus AUTO dilakukan di tempat yang
tetap dan mentransfer data di memori ke computer untuk pemprosesan lebih lanjut. Dalam
mengambilan data ini dilakukan dengan settingan horizontal.

3.3.1.2 Metode Penelitian
Dalam proses pengambilan data ini area lintasan sepanjang 25 m dengan jarak antar titik
sejauh 5 meter. Titik awal pengambilan data ini disebut data sebagai base station, kemudian
bergeser ke titik berikutnya sejauh 5 m. Metode pangambilan data ini adalah looping, yang
berarti titik awal pengukuran digunakan juga sebagai titik akhir.
Metode looping dapat digambarkan dalam sebuah bidang, dalam proses pengambilan
data ini digunakan bidang persegi dengan keliling 100 meter. Dengan titik pergeseran sejauh 5
meter. Berikut ini merupakan denah pengambillan data yang dilakukan di lapangan Stadion
Brawijaya

3.3.1.3 Pengambilan Data
Lokasi :
Lapangan Sepakbola/Stadion Universitas Brawijaya (letak geografis)

Gambar 3.Peta Lokasi Penelitian

3.3.2 Pengolahan Data
Pertama adalah kita mencari nilai rata-rata dari data PPM yang kita dapatkan pada
penelitian tersebut.Data itu juga disebut data intensitas medan total. Intensitas medan magnet
total ini dikurangi dengan koreksi variasi harian dan koreksi IGRF sebesar 45300T. Anomali
medan magnet total yang diperoleh dilakukan peng-grid-an untuk mendapatkan peta anomali
medan magnet total. Permodelan dilakukan dengan mengunakan program SURFER8. Dan
selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mendapatkan informasi lokasi penelitian.

3.3.2.1 Perhitungan PPM
Dicari PPM rata-rata yang didapat dari nilai PPM yang diukur tiap titik sebanyak tiga kali
dengan rumus:





3.3.2.2 Perhitungan Koreksi Diurnal
Koreksi Diurnal (harian) adalah penyimpangan intensitas medan magnet bumi yang
disebabkan oleh adanya perbedaan waktu pengukuran dan efek sinar matahari dalam satu hari.
Koreksi harian adalah koreksi yang dilakukan terhadap data magnetik terukur untuk
menghilangkan pengaruh medan magnet luar atau variasi harian.
Stadion UB
Perhitungan dari koreksi diurnal ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
Microsoft office (excel), dimana nilai koreksi diurnal ini dihitung dengan menggunakan



Dimana :
tn = t pd titik n
Hakh = Nilai medan magnet di titik akhir
Hawl = Nilai medan magnet di titik awal

3.3.2.3 Perhitungan Koreksi IGRF
Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnet terukur untuk
menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi. Harga rata-rata intensitas medan magnet
utama bumi untuk daerah Jawa timur, yaitu sebesar 45300 nT. Nilai inilah yang akan digunakan
dalam pengolahan terhadap koreksi IGRF
Pengolahan terhadap koreksi IGRF ini menggunakan perangkat lunak Microsoft office
(excel), dimana nilai koreksi IGRF ini dapat dihitung dengan persamaan


Ha = Anomali medan magnetik total
Hrata-rata = Nilai rata-rata H di tiap stasiun
Hvar = Koreksi variasi harian
HIGRF = Koreksi IGRF (45300nT)








( )
aw ak
aw ak
aw n
D
H H
t t
t t
H
|
|
.
|

\
|

=
O D
H H H H = A















Gambar 4.Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik

3.3.3 Interpretasi Data
Hasil pengukuran magnetometer adalah berupa penjumlahan dari medan magnet bumi
utama yang dibangkitkan oleh outer core dan dihilangkan dengan koreksi IGRF, variasi medan
magnet bumi yang berhubungan dengan variasi kerentanan magnet batuan, medan magnet
remanen yang merupakan sasaran survey geomagnetik, dan variasi harian akibat aktivitas
matahari yang dihilangkan dengan koreksi variasi harian.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data
standar yaitu hasil yang diperoleh merupakan data anomali magnetik total (dalam nT) setelah
dikoreksi variasi harian dan IGRF. Setelah diperoleh nilai medan magnetik hasil koreksi harian
dan IGRF, selanjutnya data tersebut dapat dikonturkan dengan menggunakan bantuan software
Surfer8 sehingga akan terlihat anomali medan magnetik pada daerah yang disurvey. Secara
umum proses penelitian dapat digambarkan sebagai berikut

Data lapangan
Koreksi variasi
Koreksi IGRF

Anomali medan magnet total
Pembuatan peta anomali
medan magnet total
Pemodelan
selesai















Diagram Alir Penelitian
Gambar 5.Diagram penelitian













Mulai
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Penentuan Lokasi dan
Survey Awal
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Interpretasi
Selesai
BAB IV
DATA

IV.1 Data
Tael 1.Data Pengamatan
NO
Nama
Titik
Posisi PPM Rata-
rata
waktu
X Y H
1 BS 677719 9120910 508 13317 0
2 titik 1 677719 9120916 514 8809.667 60
3 titik 2 677720 9120922 517 9803 120
4 titik 3 677719 9120924 518 8766.333 180
5 titik 4 677718 9120924 515 7533.667 240
6 titik 5 677721 9120936 515 8005.667 300
7 titik 6 677719 9120934 510 9475 360
8 titik 7 677711 9120938 514 8599.333 420
9 titik 8 677710 9120932 515 10273 480
10 titik 9 677710 9120928 515 9707.667 540
11 titik10 677707 9120922 515 10722.33 600
12 Titik11 677707 9120918 510 10068.67 660
13 Titik12 677707 9120912 513 9996.333 720
14 Titik13 677711 9120910 510 9422.67 780
15 Titik14 677718 9120910 519 10117.33 840
16 BS 677719 9120910 508 14394.33 900








BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengolahan Data
Dari data yang diperoleh dapat dilakukan pengolahan sebagai berikut:

5.1.1 Pengolahan Tabel
Tabel 2.Pengolahan data
NO
Nama
Titik
Posisi PPM
Rata-rata waktu
Koreksi
Diurnal
Koreksi
IGRF X Y H
1 BS 677719 9120910 508 13317 0 0 -31983
2 titik 1 677719 9120916 514 8809.667 60 71.822 -36562.2
3 titik 2 677720 9120922 517 9803 120 143.644 -35640.6
4 titik 3 677719 9120924 518 8766.333 180 215.466 -37049.1
5 titik 4 677718 9120924 515 7533.667 240 287.288 -38053.6
6 titik 5 677721 9120936 515 8005.667 300 359.11 -37653.4
7 titik 6 677719 9120934 510 9475 360 430.932 -36255.9
8 titik 7 677711 9120938 514 8599.333 420 502.754 -37203.4
9 titik 8 677710 9120932 515 10273 480 574.576 -35637.6
10 titik 9 677710 9120928 515 9707.667 540 646.398 -36238.7
11 titik10 677707 9120922 515 10722.33 600 718.22 -35295.9
12 Titik11 677707 9120918 510 10068.67 660 790.042 -36021.4
13 Titik12 677707 9120912 513 9996.333 720 861.864 -36165.5
14 Titik13 677711 9120910 510 9422.67 780 933.686 -36811
15 Titik14 677718 9120910 519 10117.33 840 1005.08 -36187.8
16 BS 677719 9120910 508 14394.33 900 1077.33 -31983






5.1.2 Pengolahan Grafik dan Anomali
Dari data yang telah di olah didapatkan suatu hubungan antara koreksi IGRF dan titik
amat adalah sebagai berikut


Gambar 6.Kurva hubungan antara titik amat dengan koreksi IGRF


Gambar 7.Anomali magnetik setelah dilakukan koreksi IGRF







-40000
-38000
-36000
-34000
-32000
-30000
-28000
B
S
t
i
t
i
k

2
t
i
t
i
k

4
t
i
t
i
k

6
t
i
t
i
k

8
t
i
t
i
k

1
0
t
i
t
i
k

1
2
t
i
t
i
k

1
4
K
o
r
e
k
s
i

I
G
R
F

Nama titik
hubungan IGRF
dan titik
6
7
7
7
1
0
6
7
7
7
1
5
6
7
7
7
2
0
9
1
2
0
9
1
0
9
1
2
0
9
1
5
9
1
2
0
9
2
0
9
1
2
0
9
2
5
9
1
2
0
9
3
0
9
1
2
0
9
3
5
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1050
5.2 Pembahasan
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang termasuk kedalam metode
geopotensial. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data standar,
yaitu hasil yang diperoleh merupakan data anomali magnetik total (dalam nT) setelah dikoreksi
variasi harian dan IGRF. Koreksi dengan menggunakan IGRF dilakukan untuk menghilangkan
efek-efek diurnal medan magnet, yang disebabkan oleh pasang surut bulan dan pasang surut
matahari.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, kita dapat menganalisa hasil yang didapat dan
menggolongkan daerah atau lokasi penelitian berdasarkan nilai supsetibilitas dari bahan atau
batuan yang terkandung didalamnya. Setiap batuan yang terdiri dari bermacam-macam mineral,
yang memiliki sifat magnetik dan susceptibilitas yang berbeda, masing-masing dikelompokkan
kedalam:
1. Diamagnetisme
Batuan ini mempunyai susceptibilitas negatif dan nilainya kecil serta susceptibilitas tidak
bergantung pada temperatur dan magnet luar H. Mineral ini mempunyai harga
susceptibilitas (-8<k<310)x10
-6
emu, contoh:bismut, gipsum, marmer, dan lain-lain.
2. Paramagmetisme
Sifat ini material ini adalah nilai susceptibilitas positif dan sedikit lebih besar dari satu
serta nilai susceptibilitas tergantung pada temperatur. Mineral ini mempuunyai
susceptibilitas (4<k<36000)x10
-6
emu, contoh: pyroxene, fayalite, amphiboles, biotite,
garnet. Efek paramagnetik merupakan suatu efek orientasi, mirip dengan efek orientasi
dari molekul-molekul polar yaitu dalam hal sifatnya yang bergantung pada temperatur,
membesar jika temperatur menurun karena agitasi termis dari atom-atom atau melekul-
molekul cenderung untuk mencegah orientasi.
3. Ferromagnetik
Sifat yang dimiliki oleh material ini adalah susceptibilitas positif dan jauh lebih besar dari
satu, serta nilai susceptibilitasnya bergantung pada temperatur. Nilai susceptibilitas
mineral ini adalah (100<k<(1.6x10
6
))x10
-6
em, contoh: besi, nikel, dan kobal. Bahan-
bahan feromagnetik intensitas magnetisasi besarnya sejuta kali lebih besar daripada
bahan-bahan diamagnetik dan paramagnetik.

Secara lebih spesifik batuan terbagi menjadi tiga macam, yaitu batuan sedimen, batuan
beku, batuan metamorf yang memiliki susceptibilitas yang berbeda, berikut nilai susceptibilitas
masing-masing batuan :
1. batuan sedimen, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (0-4000)x10
-6
emu
dengan rata-rata (10-75)x10
-6
emu, contoh: dotomine, limestone, sandstone dan shales.
2. batuan beku, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (0-97)x10
-6
emu dengan
rata-rata (200-13500) emu, contoh granite,rhyolite, basalt, dan andesit.
3. batuan metamorf, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas(0-5800)x10
-6
emu
dengan rata-rata(60-350)x10
-6
emu, contoh amphibolite, shist,phyllite, gneiss, quartzite,
serpentine dan slate.

Pada gambar 7 merupakan gambaran tentang struktur pada bawah permukaan daerah
penelitian. Dari gambar dapat diketahui penyebaran anomaly medan magnet memiliki nilai yang
relative tinggi yaitu antara -100 sampai dengan 1000 nT. Dari nilai tersebut anomali medan
magnet dapat digolongkan termasuk dalam anomali magnet positif. Anomali magnet positif
ditafsirkan berkaitan dengan bahan-bahan yang bersifat ferromagnetik dimana memeliki
supsetibilitas yang besar dan lebih dari satu seperti contohnya batuan sedimen, batuan beku dan
metamorf. Akan tetapi pada anomali medan magnet tersebut juga terdapat nilai negative, jadi
dapat disimpulkan pula bahwa pada daerah penelitian ini juga terdapat bahan-bahan yang
bersifat diamagnetic yang memiliki nilai supsetibilitas rendah dan negative seperti contohnya
lumpur, pasir dan kerikil
Pada pengolahan data ini belum dapat diketahui jenis batuan apa yang terkandung dalam
lapisan tersebut. Untuk mengetahui jenis batuan tertentu perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut,
yaitu dengan menggunakan software lainnya.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Metode magnetic merupakan metode yang berdasarkan pengukuran anomali
geomagnetik yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas, atau
permeabilitas magnetik suatu jebakan dari daerah magnetik di sekelilingnya.
2. Metode magnetic dapat digunakan untuk eksplorasi pendahuluan minyak bumi,
panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek
benda-benda arkeologi.
3. Eksplorasi yang dilakukan umumnya yaitu, akuisisi data lapangan, processing,
interpretasi. Pada tahap processing dilakukan koreksi diurnal, koreksi IGRF,
koreksi topografi, dan koreksi lainnya. Dan pada tahap interpretasi dilakukan
interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif.
4. Dalam pengukuran metode magnetic, berdasarkan nilai supsebilitasnya dapat
digolongkan menjadi diamagnetic, paramagnetic, dan ferromagnetic
5. Pada daerah penelitian pada koordinat 07
0
5759,6 LS dan 112
0
3644,3 BT
memiliki nilai supsebilitas yang tinggi, sehingga dapat digolongkan pada daerah
ferromagnetic.
5.2 Saran
Dalam melakukan penelitian selanjutnya di harapkan memperkecil noise dan lebih teliti
dalam pembacaan data agar data yang diperoleh lebih valid dan untuk melakukan pengolahan
data lebih lanjut mengenai jenis batuan yang terkandungnya bisa menggunakan jenis software
lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

- Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Penerbit ITB: Bandung.
- Telford, W.M. 1976. Applied Geophysics. Cambridge University Press: London.
- Sartono. 1998. Geofisika Eksplorasi. Dewan Riset Nasional: Jakarta.
- http://www.scribd.com/doc/55146268/Teori-Dasar-Metode-Magnetik
- http://www.academia.edu/2289694/INTERPRETASI_METODE_MAGNETIK_UNTUK_P
ENENTUAN_STRUKTUR_BAWAH_PERMUKAAN_DI_SEKITAR_GUNUNG_KELUD_
KABUPATEN_KEDIRI

Anda mungkin juga menyukai