Anda di halaman 1dari 14

GAWAT JANIN (FETAL DISTRESS) Gawat janin adalah bradikardi janin persisten yang apabila tidak segera ditangani

dapat menimbulkan dekompresi respon fisiologis dan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain serta kematian. Terdapat beberapa etiologi (penyebab) dari gawat janin. Etiologi fetal distress- Ibu a) penurunan kemampuan membawa oksigen ibu b) Anemia yang signifikan c) penurunan aliran darah uterin d) posisi supine atau hipotensi lain, preeklampsia e) kondisi ibu yang kronis f) hipertensi Etiologi Faktor Uteroplasental a) Kontraksi uterus seperti hiperstimulas dan solusio plasenta b) disfungsi uteroplasental infark plasental korioamnionitis disfungsi plasental ditandai oleh IUGR, oligohidramnion Etiologi Faktor Janin a) kompresi tali pusat oligohidramnion prolaps tali pusat puntiran tali pusat b) Penurunan kemampuan janin membawa oksigen anemia berat, misal : isoimunisasi, perdarahan feto-maternal Kesejahteraan Janin dalam Persalinan Asfiksia intrapartum dan komplikasi: Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit sekuele neurologis neonatal disfungsi multiorgan neonatal pH arteri tali pusat 7,0 defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L Fetal distress merupakan asfiksia janin yang progresif yang dapat menimbulkan berbagai dampak seprti dekompresi dan gangguan sistem saraf pusat serta kematian. KESIMPULAN Gawat Janin merupakan hal yang serius dan perlu dikenal&tindakan Sebaiknya ada bukti Asidemia (pH darah) Pemantauan denyut jantung penting : tiap 30 menit dalam kala 1 dan tiap 510 menit dalam kala 2.

FAKTOR RISIKO TERJADI FETAL DISTRESS PADA PERSALINAN POST TERM

ABSTRAK Latar Belakang: Pada kehamilan postterm telah terjadi perubahan produk kehamilan. Terkadang hal tersebut kurang disadari sehingga menghasilkan luaran janin dengan risiko mortalitas dan morbiditas tinggi. Tujuan: Memahami faktor risiko terjadi fetal distress pada persalinan postterm. Sehingga sejak dini dapat diwaspadai dan diantisipasi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal. Bahan: Studi pustaka Ringkasan: Pada kehamilan postterm terjadi perubahan plasenta, cairan amnion dan janin. Hal ini meningkatkan risiko terjadi oligohidramnion, aspirasi mekonium, asfiksia janin dan distosia bahu. Induksi persalinan dilakukan bila tidak ditemukan adanya kontra indikasi. Selama persalinan pola denyut jantung janin dimonitor untuk menditeksi terjadinya fetal distress. Pengelolaan yang tepat selama kehamilan dan persalinan dapat menurunkan risiko mortalitas dan morbiditas janin. Kata kunci: postterm, fetal distress,mortalitas PENDAHULUAN Kehamilan postterm menurut American College of Obstetrian & Gynaecologyst adalah usia kehamilan genap atau lebih dari 42 minggu (294 hari) dari hari pertama menstruasi terakhir. Istilah lain yang sering digunakan selain postterm adalah postdates, post matur.1 Angka kejadian postterm sekitar 8% dari 4 juta kelahiran di United States selama 1977. Analisa dari 27.677 kelahiran wanita Norwegia, terjadi peningkatan dari 10% ke 27%, jika kelahiran pertama postterm. Dan menjadi 39% jika dua kali kelahiran postterm.1 Pada kehamilan postterm terjadi perubahan keadaan plasenta, cairan amnion dan janin. Perubahan tersebut meningkatkan risiko luaran perinatal yang buruk. Beberapa keadaan yang penting untuk diwaspadai adalah oligohidramnion, aspirasi mekonium, asfiksia janin dan distosia bahu.1-3

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka perlu memahami faktor risiko dan mempersiapkan secara seksama pengelolaan sebelum dan selama persalinan. PERUBAHAN PADA KEHAMILAN POSTTERM Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada kehamilan postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar untuk mengelola persalinan postterm. Perubahan cairan amnion Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42,43 dan 43 minggu. Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan postterm dan menyebabkan oligohidramnion.2 Selain perubahan volume terjadi pula perubahan komposisi cairan amnio menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan lepasnya sejumlah lamellar bodies dari paru-paru janin dan perbandingan Lechitin terhadap Spingomielin menjadi 4:1 atau lebih besar. Dengan adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning.1,2 Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada persalinan postterm. Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat diukur dengan pemeriksan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat populer. Dengan mengukur diameter vertikal darikantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil penjumlahan empat kuadran disebut Amniotic Fluid Index (AFI). Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligohidramnion. AFI 5-10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10-15 cm adalah normal. AFI 15-20 cm terjadi peningkatan volume cairanamnion. Afi lebih dari 25 cm indikasi polihidramnion.1,2,4,5 Perubahan pada plasenta Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran gas antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka terjadi pula perubahan struktur plasenta.

Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan diameter dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau didahului dengan titiktitik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Pada kehamilan atterm terjadi infark 10%-25% sedangkan pada postterm terjadi 60%-80%. Timbunan kalsium pada kehamilan postterm meningkat sampai 10 g/100g jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan atterm hanya 2-3g/100g jaringan plasenta kering.2 Secara histologi plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan infark plasenta, kalsifikasi, trombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus, trombosis arteial dan endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan asfiksia.5 Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut: Piring korion: lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal. Jaringan plasenta: berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari satu kotiledon (ada daerah dengan densitas gema tinggi dari proses kalsifikasi, mungkin memberikan bayangan akustik). lapisan basal: daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran bayangan akustik. Keadaan plasenta ini dikategorikan tingkat tiga.4 Perubahan pada janin Sekitar 45% janin yang tidak dilahirkan setelah hari perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu dapat terjadi berat lebih dari 4000g. Keadaan ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan 38-40 minggu insiden janin besar sekitar 10% dan 43 minggu sekitar 43%. Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan risiko persalinan traumatik. Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain yaitu: rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium. 2,5 PENGELOLAAN ANTEPARTUM Dalam pengelolan antepartum diperhatikan tentang umur kehamilan. Menentukan umur kehamilan dapat dengan menghitung dari tanggal menstruasi terakhir, atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan 12-20 minggu. Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.

Untuk menilai kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 40 minggu dengan pemeriksaan Non Stess Test (NST). Pemeriksaan ini untuk menditeksi terjadinya insufisiensi plasenta tetapi tidak adekuat untuk mendiagnosis oligohidramnion, atau memprediksi trauma janin. Secara teori pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain NST juga menilai volume cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus janin dan gerakan janin. Pemeriksaan lain yaituOxytocin Challenge Test (OCT) menilai kesejahteraan janin dengan serangkaian kejadian asidosis, hipoksia janin dan deselerasi lambat. Penilaian ini dikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41 minggu. Setelah umur kehamilan 41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2 kali seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk menentukan pengelolaan.2,4 Penulis lain melaporkan bahwa kematian janin secara bermakna meningkat mulai umur kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan kesejahteraan janin dimulai dari umurkehamilan 41 minggu.5 TABEL-2: Skoring biofisik menurut Manning Dikutip dari: Hidayat W, Pemantauan biofisik Janin, jilid 1, Unpad, Bandung, 1997 Variabel biofisik Nilai 2 Nilai 0 Gerak nafas Dalam 30 menit ada gerak nafas minimal selama 30 detik Tidak ada gerak nafas lebih dari 30 detik Gerak janin Dalam 30 menit minimal ada 3 gerak janin yang terpisah

Gerak kurang dari 3 kali Tonus Ada gerak ekstensi dan fleksi sempurna, atau gerak membuka dan menutup tangan Tidak ada gerak/ekstensi lambat disusul fleksi parsial NST reaktif Dalam 30 menit minimal 2 akselerasi selama 15 detik dengan amplitudo 15 kali/menit Kurang dari 2 akselerasi, kurang dari 15 kali/menit Cairan amnion Minimal ada satu kantung amnion dengan ukuran vertikal >1 cm Kantung amnion <> Penatalaksanaan: Nilai 10: janin normal, dengan risiko rendah terjadi asfiksia kronik. Pada postterm pemeriksaan diulang 2 kali seminggu Nilai 8: Janin normal, dengan risiko rendah terjadi asfiksia kronik. Bila ada ologohidramnion dilakukan terminasi kehamilan. Nilai <>

Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi janin segera dilahirkan dan memerlukan amnioinfusion untuk mengencerkan mekonium. Dilaporkan 92% wanita hamil 42 minggu mempunyai serviks tidak matang dengan Bishop score kurang dari 7. Ditemukan 40% dari 3047 wanita dengan kehamilan 41 minggu mempunyai serviks tidak dilatasi. Sebanyak 800 wanita hamil postterm diinduksi dan dievaluasi di Rumah Sakit Parkland. Pada wanita dengan serviks tidak dilatasi, dua kali meningkatkan seksio cesarea karena distosia.2 PENGELOLAAN INTRAPARTUM Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi bahaya pada janin. Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus dipastikan adakah disporposi kepala panggul, profil biofisik janin baik. Induksi kehamilan 42 minggu menjadi satu putusan bila serviks belum matang denganmonitoring janin secara serial. Pilihan persalinan tergantung dari tanda adanya fetal compromise. Bila tidak ada kelainan kehamilan 41 minggu atau lebih dilakukan dua pengelolaan. Pengelolaan tersebut adalah induksi persalinan dan monitoring janin. Dilakukan pemeriksaan pola denyut jantung janin.5 Selama persalinan dapat terjadi fetal distress yang disebabkan kompresi tali pusat oleh karena oligohidramnion. Fetal distress dimonitor dengan memeriksa pola denyut jantung janin. Bila ditemukan variabel deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang panjang maka seksio cesarea segera dilakukan karena janin dalam bahaya.1 Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka kemungkinan terjadi aspirasi sangat besar. Aspirasi mekonium dapat menyebabkan disfungsi paru berat dan kematian janin. Keadaan ini dapat dikurangi tetapi tidak dapat menghilangkan dengan penghisapan yang efektif pada faring setelah kepala lahir dan sebelum dada lahir. Jika didapatkan mekonium, trakea harus diaspirasi segera mungkin setelah lahir. Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.2 The American College of Obstetricians and Gynecologist mempertimbangkan bahwa kehamilan postterm (42 minggu) adalah indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan induksi persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.6 RINGKASAN Pada kehamilan postterm terjadi perubahan plasenta, cairan amnion dan janin. Keadaan tersebut meningkatkan risiko terjadi luaran janin yang buruk. Untuk menurunkan risiko tersebut perlu pemeriksaan dan monitoring janin yang tepat selama kehamilan dan persalinan.

Putusan pengelolaan persalinan pervaginam atau perabdominal berdasarkan pemeriksaan pematangan serviks dan memprediksi kesulitan persalinan dan menilai risiko bahaya janin. Selama persalinan dilakukan pengawasan ketat terhadap pola denyut jantung janin dan keadaan ibu. DAFTAR PUSTAKA 1. F. Gary C, et.al, Postterm Pregnancy in Williams Obstetrics, 21st ed, USA, 2001;729-741 2. Arias F, Prolonged Pregnancy in Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery,2nded, Mosby Year book, Inc,1993; 150-160 3. Gordon C.S, Life table analysis of the risk of perinatal death atterm and postterm in singelton pregnancies, Am J Obstet Gynecol 2001;184;489-96 4. Hidayat W, Firman F, Pemantauan Biofisik Janin; Bandung, 1997 5. Michael Y, et al, Fetal and neonatal mortality in postterm pregnancy: The impact of gestational age and fetal growth restriction, Am J Obstet Gynecol 1998;178:72631 6. P. Barbara, et al, Temporal changes in rates and reasons for medical induction of term labor, 1980-1996, Am J Obstet Gynecol 2001;184;611-9

Gawat janin atau secara umum disebut fetal distress perlu dibahas dan dirumuskandengan kompromi, karena sampai saat ini belum ada kesepakatan. Gawat janinselama persalinan menunjukkan hipoksia janin pada saat kontraksi rahim. Tanpaoksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya danm e n u n j u k k a n d e s e l e r a s i l a n j u t p a d a k o n t r a k s i u t e r u s . A d a y a n g b e r p e n d a p a t bahwa gawat janin memang benar terjadi berkaitan dengan asfiksia. Asfiksia barudapat ditentukan bila terdapat gejala neurologik atau skor APGAR kurang daritiga (Gulardi, 2004). Akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna . Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejalalanjut yang mungkin timbul (Asril, 1999). Gawat janin relatif cukup banyak ( 14,7%) dan terutama terjadi pada persalinan. Sebaiknya sectio caesaria dilakukan bilaterjadi deselerasi lambat berulang, variabilitas yang abnormal (< 5/20 menit).K e h a m i l a n l e w a t w a k t u a t a u b i a s a d i s e b u t k e h a m i l a n p o s t t e r m d a p a t mengakibatkan kondisi yang tidak baik bagi janin, diduga adanya kadar kortisoly a n g r e n d a h p a d a j a n i n , j u g a k u r a n g n y a air ketuban dan insufisiensi plasenta b e r h u b u n g a n d e n g a n k e h a m i l a n l e w a t w a k t u . K e h a m i l a n p o s t t e r m i n i meningkatkan resiko kematian perinat a l 3 k a l i l e b i h b e s a r d i b a n d i n g k a n kehamilan aterm. Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu terjadi pada 30%sebelum persalinan, 55% dalam persalinan dan 15% post natal. Induksi persalinan bisa dilakukan asalkan kondisi janin cukup optimal.Tanda postterm dapat dibagi dalam 3 stadium : 1 . S t a d i u m 1 Kulit menunjukkan kehilangan vernik kaseosa dan maserasi berupakulit kering, rapuh dan mudah mengelupas2 . S t a d i u m I I Gejala diatas disertai pewarnaan mekoneum (kehijauan) pada kulit. 3 . S t a d i u m I I I Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku,kulit dan tali pusat.(sarwono 2006)

Fetal Distress1 . D e f i n i s i F e t a l d i s t r e s s a d a l a h a d a n y a s u a t u k e l a i n a n p a d a f e t u s a k i b a t gang guan oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut (kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasentainsufisiensi) (Bisher and Mackay, 1986). 2. Etiologi Penyebab dari fetal distress diantaranya :a . I b u : h i p o t e n s i a t a u s y o k y a n g d i s e b a b k a n o l e h a p a p u n , penyakit kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafas a n , m a l n u t r i s i , asidosis dan dehidrasi. b . U t e r u s : k o n t r a k s i u t e r u s y a n g t e l a l u k u a t a t a u t e r l a l u lama, degenerasi vaskuler.c . P l a s e n t a : d e g e n e r a s i v a s k u l e r , h i p o p l a s i p l a s e n t a . d . T a l i p u s a t : k o m p r e s i t a l i p u s a t . e . F e t u s : i n f e k s i , m a l f o r m a s i d a n l a i n - l a i n . 2.Pembagian gawat janin a . G a w a t j a n i n s e b e l u m p e r s a l i n a n Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat j a n i n y a n g b e r s i f a t k r o n i k b e r k a i t a n d e n g a n f u n g s i p l a s e n t a y a n g menurun atau bayi sendiri yang sakit (Hariadi, 2004). 1 . D a t a s u b y e k t i f d a n o b y e k t i f Geraka n j a n i n m e n u r u n . P a s i e n m e n g a l a m i k e g a g a l a n dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar.U t e r u s y a n g l e b i h k e c i l d a r i p a d a u m u r k e h a m i l a n y a n g diperkirakan memberi kesan retardasi pertumbuhan intrauterin atauoligohidramnion. Riwayat dari satu atau lebih faktor-faktor resikotinggi, masalah-masalah obstetri, persalinan prematur atau lahir m a t i d a p a t m e m b e r i k a n k e s a n s u a t u p e n i n g k a t a n r e s i k o g a w a t janin . 2 . F a k t o r p r e d i s p o s i s i Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi,diabetes mellitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, dan lain-lain. 3 . D a t a d i a g n o s t i k t a m b a h a n Pemantaua n denyut jantung janin menyingkirkan gawat j a n i n s e p e n j a n g ( a ) d e n y u t j a n t u n g d a l a m b a t a s n o r m a l ( b ) akselerasi sesuai denga n g e r a k a n j a n i n ( c ) t i d a k a d a d e s e l e r a s i lanjut dengan adanya kontraksi uterus.Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapatm e n g u n g k a p k a n b u k t i d i n i d a r i r e t a r d a s i p e r t u m b u h a n i n trauterin. Gerakan pernafasan janin, aktifitas janin danvolume cair an ketuban memberikan penilaian tambahan k e s e k a t a n j a n i n . O l i g i h i d r a m n i o n m e m b e r i k e s a n a n o m a l i janin atau retardasi pertumbuhan. 4 . P e n a t a l a k s a n a a n Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin inutero dan maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan j a n i n y a n g m e n u r u n p e m a n t a u a n d e n y u t j a n t u n g j a n i n a t a u dimiringkan atau oksitosin challe

n g e t e s t s e r i n g m e m b e r i k a ketenangan akan kesehatan janin. Jik a j a n i n i m a t u r d a n k e a d a a n insufisiensi plasenta kurang tegas, dinaseh atkan untuk mengadakano b s e r v a s i t a m b a h a n . S e k a l i j a n i n m a t u r , k e j a d i a n i n s u f i s i e n s i plasenta biasanya berarti bahwa kelahiran dianjurkan. Persalinand a p a t d i i n d u k s i j i k a s e r v i k d a n p r e s e n tasi janin menguntungkan.Selama induksi denyut jantung janin har u s d i p a n t a u s e c a r a t e l i t i . Dilakukan sectio secaria jika terjadi gawat janin, sectio sesaria jugadipilih untuk kelahiran presentasi bokong atau jika pasien pernahmegalami operasi uterus sebelumnya. b . G a w a t j a n i n s e l a m a p e r s a l i n a n Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin.T a n p a o k s i g e n y a n g a d e k u a t , d e n y u t j a n t u n g j a n i n k e h i l a n g a n variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksiuterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asamlaktat dengan pH janin yang menurun. 1 . D a t a s u b y e k t i f d a n o b y e k t i f Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakangawat janin. Tetapi biasanya tidak ada gejalagejala subyektif.Seringkali indikator gawat janin yang pertama adalah perubahand a l a m p o l a d e n y u t j a n t u n g j a n i n ( b r a d i k a r d i a , t a k i k a r d i a , t i d a k adanya variabilitas, atau deselerasi lanjut).H i p o t e n s i p a d a i b u , s u h u t u b u h y a n g m e n i n g k a t a t a u kon traksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhandapat menyebabkan asfiksia janin.2 . F a k t o r f a k t o r e t i o l o g i a.Insufisiensi uteroplasental akut1 . a k t i v i t a s u t e r u s b e r l e b i h a n . 2 . h i p o t e n s i i b u . 3 . s o l u t i o p l a s e n t a . 4 . p l a s e n t a p r e v i a d e n g a n p e n d a r a h a n . b.Insufisiensi uteroplasental kronik 1 . p e n y a k i t h i p e r t e n s i . 2 . d i a b e t e s m e l l i t u s . 3 . i s o i m u n i s a s i R h . 4 . p o s t m a t u r i t a s a t a u d i s m a t u r i t a s c.Kompresi tali pusat d.Anestesi blok paraservikal3.Data diagnostik t a m b a h a n Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janinyang segera dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterusmemberika suatu penilaian kesehatan janin yang sangat membantudalam persalinan.Indikasiindikasi kemungkinan gawat janin adalah:1 . b r a d i k a r d i : d e n y u t j a n t u n g j a n i n k u r a n g d a r i 1 2 0 k a l i permenit.2.takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang(> 160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu sekunder terhadap terhadap infeksi intrauterin. Prematuritas dan atropin j u g a d i h u b u n g k a n d e n g a n d e n y u t j a n t u n g d a s a r y a n g meningkat.3 . v a r i a b i l i t a s : d e n y u t j a n t u n g d a s a r y a n g m e n u r u n , y a n g berarti depresi sistem saraf ot o n o m j a n i n o l e h m e d i k s i i b u i (atropin, skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dananalgesik

narkotik).4 . p o l a d e s e l e r a s i : D e s e l e r a s i l a n j u t m e n u n j u k a n h i p o ksia janin yang disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksiu t e r u s a d a l a h l e b i h s e r i n g d a n m u n c u l u n t u k m e n u n j u k a n ko mpresi sementara waktu saja dari pembuluh darah umbilikus Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasilanjut, penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola gelombang sinus.4 . P e n a t a l a k s a n a a n Prinsip-prinsip umuma . b e b a s k a n setiap kompresi tali pusat. b.perbaiki aliran darah uteroplasental.c.menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal a t a u terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahirandidasarka n pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya persalinan.Langkah-langkah khusus :a . p o s i s i i b u d i u b a h d a r i p o s i s i t e r l e n t a n g m e n j a d i m i r i n g , s e b a g a i u s a h a u n t u k m e m p e r b a i k i a l i r a n d a r a h b a l i k , c u r a h jantung, dan aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam posis juga dapat membebaskan kompresi tali pusat. b . o k s i g e n d i b e r i k a n 6 l i t e r / m e n i t , s e b a g a i u s a h a meningkatkan penggantian oksigen fetomaternal.c . o k s i t o s i n d i h e n t i k a n k a r e n a k o n t r a k s i u t e r u s a k a n mengganggu sirkulasi darah keruang intervilli.d . h i p o t e n s i d i k o r e k s i d e n g a n i n f u s I V D 5 % d a l a m R L . Transfusi darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik. e.pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusatdan menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janins e cara lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.f . p e n g i s a p a n m e k o n e u m d a r i j a l a n n a f a s i b a y i b a r u l a h i r mengurangi resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersikan dari mekoneum dengankateter penghisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harusd i l i h a t d e n g a n l a r i n g o s k o p i l a n g s u n g s e b a g a i u s a h a u n t u k m e n y i n g k i r k a n m e k o n e u m d e n g a n p i p a e n d o t r a k e a l (Melfi awati, 1994).

Kehamilan Postdate1

Kehamilan post date adalah kehamilan yang telah melewati hari perkiraan kelah i r a n , y a i t u 2 8 0 h a r i , d i h i t u n g d a r i h a r i p e r t a m a menstruasi terakhir. 2. Etiologi (Sarwono)Tidak timbulnya his rendahnya kadar kortisol bayi-> rentan stres-> tidak timbul his kurangnya air ketuban insufisiensi plasenta 2 . K r i t e r i a D i a g n o s i s Usia kehamilan telah melewati 280 hari. P a l p a s i b a g i a n - b a g i a n j a n i n l e b i h j e l a s k a r e n a berkurangnya air ketuban. K e m u n g k i n a n d i j u m p a i a b n o r m a l i t a s d e n y u t jantung janin. P e n g a p u r a n a t a u k a l s i f i k a s i p l a c e n t a p a d a pemeriksaan USG. (Chrisdiono, 2004) D. Hubungan antara hamil postdate dengan fetal distress Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dankemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikandengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi p l a s e n t a b e r k a i t a n d e n g a n f e t a l d i s t r e s s d e n g a n r isiko 3 kali. Akibat dari p r o s e s p e n u a a n p l a s e n t a m a k a p e m a s o k a n m a k a n a n d a n o k s i g e n a k a n menurun disamping adanya spasme arteri spiralis. Kemampuan plasenta tuau n t u k m e m p e r b a i k i k e r u s a k a n y a n g d i a k i b a t k a n k e k u r a n g a n o k s i g e n a t a u iskhemi.Pada kehamilam umur 36 minggu, kalsium menumpuk dipermukaanv i l l i p l a s e n t a m e n g h a m b a t p e r t u k a r a n z a t m a k a n a n a n t a r a i b u d a n janin.Setelah kehamilan 42 minggu e f i s i e n s i p l a s e n t a l a m b a t l a u n a k a n berkurang dan tidak lagi mampu memberi suplai nutrisi bagi janin. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dankemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikandengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi p l a s e n t a b e r k a i t a n d e n g a n f e t a l d i s t r e s s d e n g a n r isiko 3 kali. Akibat dari p r o s e s p e n u a a n p l a s e n t a m a k a p e m a s o k a n m a k a n a n d a n o k s i g e n a k a n menurun disamping adanya spasme arteri spiralis. Kemampuan plasenta tuau n t u k m e m p e r b a i k i k e r u s a k a n y a n g d i a k i b a t k a n k e k u r a n g a n o k s i g e n a t a u iskhemi.Pada kehamilam umur 36 minggu, kalsium menumpuk dipermukaanv i l l i p l a s e n t a m e n g h a m b a t p e r t u k a r a n z a t m a k a n a n a n t a r a i b u d a n janin.Setelah kehamilan 42 minggu e f i s i e n s i p l a s e n t a l a m b a t l a u n a k a n berkurang dan tidak lagi mampu memberi suplai nutrisi bagi janin.

Anda mungkin juga menyukai