AGENDA
1. LATAR BELAKANG IMPLEMENTASI KOMERSIALISASI BBN DI PERTAMINA 2. KOMERSIALISASI DAN ROADMAP BBN PERTAMINA 3. DISTRIBUSI DAN KONTROL KUALITAS 4. KEPASTIAN PEMBELIAN BIOFUEL
Page 2
Page 3
LATAR BELAKANG
Instruksi Presiden No. 1/ 2006 tentang Penyediaan dan Keputusan Presiden No. 10/ 2006 Tentang Pembentukan Tim Nasional Pengembangan BBN untuk Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran
Pemanfaatan BBN (Biofuel) sebagai bahan bakar lain
IMPLEMENTASI
Page 4
PEMERINTAH TELAH MENETAPKAN PENTAHAPAN KEWAJIBAN PEMANFAATAN BIODIESEL DAN BIOETANOL MELALUI PERMEN ESDM No. 32/2008 BIODIESEL
BIOETANOL
Page 5
Page 6
Biofuel untuk mesin diesel yang dijual oleh Pertamina terdiri dari campuran Solar and Fatty Acid Methyl Ester (FAME)
Biofuel untuk mesin bensin yang dijual oleh Pertamina terdiri dari campuran Bensin dan Ethanol Unhydrous (purity Ethanol > 99,5% )
Page 7
2. BIO PERTAMAX
Pemasaran perdana tanggal 11 Desember 2006 di Jakarta, dilanjutkan dengan Surabaya, Malang dan Denpasar.
Launching Bio Pertamax di Jakarta tanggal 11 Desember 2006 oleh Deputi Direktur Pemasaran
3. BIO PREMIUM
Pemasaran perdana tanggal 13 Agustus 2006 hanya 1 (satu) SPBU di Malang dan dilanjutkan dengan Jakarta
Launching Bio Pertamax dan Bio Solar di Denpasar tanggal 13 November 2007 oleh Presiden RI Bpk Susilo Bambang Yudhoyono
Page 8
PERTAMINA
DISUSUN
SESUAI
2012
LOKASI: Jawa Bali Sumatra , Kalimantan & Sulawesi (sebagian)
Produk: BIOSOLAR BIOPREMIUM
2013
LOKASI: Jawa Bali Sumatra Kalimantan, Sulawesi, NTT & papua (sebagian)
Produk: BIOSOLAR/ BIOPREMIUM/
2014
LOKASI: Seluruh Indonesia (sebagian besar)
Produk:
BIOSOLAR
BIOPREMIUM BIO PERTAMAX
BIO PERTAMAX/
BIO PERTAMAX/
Page 9
ROADMAP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERTAMINA UNTUK MENDUKUNG DISTRIBUSI BIOFUEL Wilayah Jawa & Bali 2009 2010 2011 2012 2013
Page 10
Area
Fuel Retail Marketing Region I Fuel Retail Marketing Region II Fuel Retail Marketing Region III Fuel Retail Marketing Region IV
Kebutuhan
6 4 8 5
Existing
3 2 8 5
Improvement
3 2 0 0
9
4
7
0
2
4
Page 11
Prosentase maksimum FAME dalam Biosolar yang pernah diimplementasikan Pertamina adalah 10 % (B10). Sejak tahun 2010 Pertamina melaksanakan ketentuan Menteri ESDM sebesar 5 % (B5) Prosentase maksimum Ethanol Anhydrus dalam Bio Premium yang pernah diimplementasikan Pertamina adalah 5% (E5). Sejak tahun 2010 Pertamina tidak mendistribusikan Bio Premium karena tidak adanya suplai Ethanol Anhydrus ke Pertamina Prosentase maksimum Ethanol Anhydrus dalam Bio Pertamax yang pernah diimplementasikan Pertamina adalah 5% (E5). Sejak tahun 2010 Pertamina tidak mendistribusikan Bio Pertamax karena tidak adanya suplai Ethanol Anhydrus ke Pertamina
Page 12
REALISASI DISTRIBUSI BIOFUEL PERTAMINA 2006 2011 (dalam KL) BIOSOLAR 2006 TOTAL 2007 TOTAL 2008 TOTAL 2009 TOTAL 2010 TOTAL 2011 TOTAL 217,048 555,609 931,179 2,398,234 4,460,825 3,427,054 BIOPREMIUM 1,624 3,776 44,016 105,816 -
Terjadi shortage supply Ethanol Unhydrous terkait harga ekspor yang lebih menarik, sehingga sejak tahun 2010 Pertamina tidak dapat melaksanakan pendistribusian Bio Premium & Bio Pertamax
Page 13
Lampung
Bio Solar : SPBU: 15 Volume 3.878 KL / bln FAME 194 KL / bln
Sumatera Utara
Bio Solar : SPBU: 197 Volume 43.542 KL / bln FAME 2.177 KL / bln
Riau
Bio Solar : SPBU: 54 Volume 10.633 KL / bln FAME 532 KL / bln
Sumatera Selatan
Bio Solar : SPBU: 27 Volume 13.908 KL / bln FAME 695 KL / bln
Jawa Timur
Bio Solar : SPBU: 668, Non SPBU: 20 Volume 89.322 KL / bln FAME 4.466 KL / bln
Jawa Barat
Bio Solar : SPBU: 827, Non SPBU: 5 Volume 151.902 KL / bln FAME 7.595 KL / bln
Total Penjualan:
Bio Solar
SPBU: 3213, Non SPBU: 118 Volume: 547.724 KL/ bln FAME 27.386 KL/ bln
Bio Solar : SPBU: 663,Non SPBU: 25 Volume 126.021 KL / bln FAME 6.301 KL / bln
Hasil: Pada saat penggunaan awal Biosolar B10 perlu dilakukan pengecekan khususnya kebersihan filter agar tidak terjadi kebuntuan.
Pengaturan injection timing perlu di-set mundur (retard) guna meng-optimalkan sifat biodiesel yang mempunyai Cetane Number yang lebih tinggi,. Campuran Biodiesel sampai dengan maksimum B10 mempunyai karakteristik sangat mirip dengan B0 sehingga pembentukan deposit relatif tidak terjadi. Penggunaan biodiesel gas buang menjadi lebih bersih dan mesin lebih tahan lama karena biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik terhadap komponen mesin dibanding dengan solar. Hasil: 1. Hasil pengujian kehandalan operasi (reliability runtest) baik dalam arti tidak pernah terjadi gagal start, proses turun naik turun beban turbin generator normal, dan selama operasi tidak pernah mengalami trip dari faktor bahan bakar 2. Hasil pengujian unjuk kerja operasi (performance test) selama 10 hari pertama daya mampu maksimum mampu bertahan konstan dan mulai hari ke 11 mulai terjadi penurunan daya mampu rata-rata 0,075 MW/hari dan terjadinya penurunan daya mampu tersebut juga disertai trend kenaikan specific fuel consumption (SFC) rata-rata 0,001 liter/KWH per hari. 3. Hasil pengamatan gas buang masih memenuhi standar baku mutu lingkungan. Hasil: 1. Penambahan 10% bahan bakar biodiesel (FAME) ke dalam minyak solar dapat digunakan dan tidak memberi pengaruh negatif yang signifikan kepada operasional kendaraan diesel bahkan pada beberapa parameter penambahan ini justru memberi pengaruh yang sangat positif. 2. Pengaruh negatif terhadap operasional kendaraan diesel dapat terjadi bila kualitas dari bahan bakar biodiesel (FAME) tidak sesuai dengan spesifikasi, sehingga sangat diperlukan sekali pengawasan mutu yang lebih ketat terhadap biodiesel (FAME)
2.
Uji Kinerja Biodiesel di Pembangkit Jawa Bali Gresik (kerjasama dengan PLN)
3.
Uji dyno dan road test untuk Solar dan Biosolar (B10) (Kerjasama dengan Lemigas
Page 15
Page 16
Q1
TANKER FAME
KONSUMEN INDUSTRI
Q2
Inl i ne Bl endi ng Bi o Fuel TANKER BIO SOLAR (Trial ke PLN)
Q4
SPBU
Q3
INSTALASI SOLAR/ PREMIUM/ PERTAMAX
-Q1: Dilakukan pemeriksaan kualitas oleh Produsen (CoQ) -Q2: Dilakukan pemeriksaan terhadap 7 parameter produk FAME -Q3: Dilakukan pemeriksaan terhadap produk (Solar/Premium/Pertamax) -Q4: Pengambilan sample produk (Biosolar/Biopremium/Biopertamax)
Page 17
Page 18
35,000
30,597
32,344
22,183 17,911
16,910
22,320 19,330
15,000
5,000
Oct -08
Dec -08
Feb -09
Apr -09
Jun -09
Dec -09
Feb -10
Apr -10
Jun -10
Au g10
Oct -10
Dec -10
Feb -11
Apr -11
1,500
350
325
305
Ethanol
Realisasi Pembelian Ethanol (KL) - Awal Tahun 2010, tidak ada supply ethanol mengingat Harga Ethanol diatas harga index pasar BBN yang ditetapkan oleh Pemerintah - Agar Pemerintah memfasilitasi penyelesaian masalah harga dengan berkoordinasi dengan Supplier Ethanol
213
201
191
104 60 47
102 99 99 100
60 20 0 0 0
Fe b10 Apr -10
50
0 0
Ju n10
0
Au g10
0 0 0 0
Oct -10 De c10
0 0 0
Fe b11 Apr -11
Apr -08
Ju n08
Oct -08
De c08
Fe b09
Apr -09
Ju n09
Au g09
Oct -09
De c09
Page 19
Sumber: Petrocehemical Trading
PERMASALAHAN LAIN 1. Pasar Resistensi Customer untuk memakai BBN Belum semua Badan Usaha Migas mengimplementasikan pemanfaatan biofuel dalam Bahan Bakar Minyak yang dijual. Keluhan customer terjadinya penurunan output kalori atau daya yang dihasilkan bila menggunakan campuran Biofuel di dalam Bahan Bakarnya (contoh PLN terjadi penurunan 3%). 2. Infrastruktur Beberapa Depot mempunyai thruput yang kecil (apakah akan dibangun infrastruktur atau disuplai berupa produk jadi Biosolar/BioPremium). Banyak Depot yang memiliki infrastruktur sederhana dan tidak mempunyai tangki timbun FAME.
3. Kontrol Kualitas Bahan Baku Laboratorium pemeriksaan produk FAME dan Ethanol harus terakreditasi Belum semua supplier FAME dan Ethanol dapat melakukan pemeriksaan sesuai yang dipersyaratkan oleh Dirjen Migas Belum ada Pemeriksaan Halphen* di Indonesia
*) Uji Halphen : pengujian untuk mengetahui asam lemak dengan gugus sikloprophenoid di dalam biodiesel Asam lemak dinilai sebagai penyebab salah satu masalah pada biodiesel, karena itu SNI menetapkan uji Halphen yang harus menunjukkan tanda negatif. Jika uji Halphen bereaksi positif, Biodiesel dinyatakan mengandung asam lemak siklopropenoid yang akan berpolimerisasi. Akibatnya injektor mesin diesel akan tersumbat. Page 20
Page 21
Policy
Encourage investment
Mandates & Obligations Permen 32/2008 Tentang Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata
Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain PP No 45/2009 Oktober 2009 Tentang
Price
Product
Product Standards
Production
Security of Supply
Page 22
PERLU DIKEMBANGKAN ALTERNATIF SKEMA BISNIS DALAM PENDISTRIBUSIAN, MONITORING, KONTROL KUANTITAS & KUALITAS
PERTAMINA :
Kompetensi : BBM/K (Bio Pertamax, Bio Premium dan Bio Solar) Key account FAME dan Ethanol Anhydrus Mendapatkan layanan dengan skema Vendor Held Stock serta mendapatkan suplai FAME dan Ethanol Anhydrus secara tepat mutu dan tepat jumlah Menyediakan sarana dan fasilitas kepada Vendor untuk penyimpanan FAME dan Ethanol Anhydrus Membayar FAME dan Ethanol Anhydrus berdasarkan volume yang telah diblending menjadi Bio Pertamax, Bio Premium dan Bio Solar
VENDOR :
Kompetensi : FAME dan Ethanol Anhydrus Produsen / pemasok FAME dan Ethanol Anhydrus Memberikan layanan dengan skema Vendor Held Stock serta mensuplai FAME dan Ethanol Anhydrus secara tepat mutu dan tepat jumlah Mengoperasikan sarana dan fasilitas penyimpanan FAME dan Ethanol Anhydrus Mendapatkan pembayaran FAME dan Ethanol Anhydrus berdasarkan volume yang telah diblending menjadi Bio Pertamax, Bio Premium dan Bio Solar
Page 23
USULAN PERCEPATAN IMPLEMENTASI KOMERSIALISASI BIOFUEL DISTRIBUSI : Target pendistribusian Biofuel akan terpenuhi apabila suplai FAME dan Ethanol Anhydrus dapat memenuhi kebutuhan secara kontinyu dengan harga yang dapat diterima oleh semua pihak Badan usaha selain Pertamina diberikan kewajiban yang sama dalam pendistribusian Biofuel sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 tahun 2008 Pemberian insentif bagi pelaku bisnis dan customer sebagai kompensasi pemakaian Biofuel MONITORING : Monitoring implementasi dan evaluasi komersialisasi BBN dilakukan semua pihak terkait secara berkala dilanjutkan dengan penetapan rencana aksi
KONTROL KUALITAS : Kontrol kualitas dilakukan dalam rangkaian supply chain oleh semua pihak terkait dengan melibatkan lembaga yang terakreditasi untuk menjamin kesesuaian kualitas yang dipersyaratkan Perlu percepatan dalam pemenuhan sarfas pengujian termasuk SDM-nya
Page 24
Page 25
BACK UP SLIDE
Page 26
KONTROL KUALITAS PRODUK BIOFUEL PERTAMINA DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN YANG DITETAPKAN DAN DIVERIFIKASI OLEH LEMBAGA TERAKREDITASI
Page 27
KONTROL KUALITAS PRODUK BIOFUEL PERTAMINA DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN YANG DITETAPKAN DAN DIVERIFIKASI OLEH LEMBAGA TERAKREDITASI
Page 28
Page 29
Spesifikasi FAME
Spesifikasi Bioethanol
1. Untuk Jenis Biodiesel, didasarkan Harga Patokan Ekspor Biodiesel dari minyak sawit (FAME) yang ditetapkan Menteri Perdagangan setiap bulan dengan faktor konversi sebesar 870 kg/m3
2. Untuk jenis Bioetanol, didasarkan Harga publikasi Argus untuk Ethanol FOB Thailand rata-rata pada periode satui bulan sebelumnya ditambah 5% (lima persen) indeks penyeimbang produksi dalam negeri dengan faktor konversi sebesar 788 kg/m3
Page 31
Page 32
Page 33