Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan status perekonomian yang masih terbilang belum seimbang sehingga

mengakibatkan masyarakat sulit mencari mata pencaharian yang akhirnya membawa masyarakat berusaha keras bekerja memenuhi kebutuhan hingga mereka terkadang melupakan arti kesehatan. Tanpa disadari salah satu bagian dari hal kesehatan yang sering diabaikan adalah pencernaan, dimana bukan hanya terpenuhi kebutuhan makanan saja akan tetapi yang seharusnya juga diperhatikan adalah bagaimana proses metabolik berlangsung dengan baik. Pencernaan sendiri merupakan sebuah proses metabolisme dimana suatu mahkluk hidup memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat tersebut menjadi nutrisi. Akan tetapi, apabila proses ini terjadi perubahan, maka akan terjadi gangguan pencernaan yang salah satunya adalah obstruksi usus serta hernia (Karis, 2008). Hernia banyak diderita oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah khususnya pekerja berat, kemudian pada orang yang rutin melakukan olahraga beban. Selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air, bahkan pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia. Walaupun nilai penyakit hernia terbilang kecil seharusnya hal

ini segera ditangani sedini mungkin. Bila didiamkan dan bertambah parah , nyawa bisa jadi taruhannya ( Chih Hsun, 2007). Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, baik secara kongenital atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi (Mansjoer, 2002). Sedangkan Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2004). Insiden hernia dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Sekitar 700.000 pembedahan herniorafi inguinal dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya (Black, 2006). Hernia inguinalis lateral lebih

banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari, 2005). Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18% mengalami hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi

kondisi kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut ( Clarences, 2008). Jika tidak dilakukan tindakan keperawatan yang tepat, hernia inguinalis dapat menyebabkan penyumbatan dan perdarahan pada saluran usus yang lama kelamaan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis, bila isi perut terjepit dapat mengakibatkan terjadinya syok, asidosis metabolik, abses (Price, 2005). Untuk menghindari terjadinya komplikasi, maka diperlukan tindakan bedah. Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan Bassiny plasty atau tehnik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis (Mansjoer, 2002). Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali mengganggu proses fisiologi normal pencernaan dan penyerapan. Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika digunakan anestesi spinal. Selain itu, nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari dapat terganggu (Smeltzer, 2000). Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya asuhan

keperawatan yang tepat agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta

untuk menghindari komplikasi pada klien dengan post operasi hernia ingunalis . Dalam mencermati masalah- masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra.

B. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan

Keperawatan pada Tn. M dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra di Rumah Sakit Tugurejo Semarang dengan pendekatan proses keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khususnya, dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hernia inguinalis sinistra terutama dalam hal : a. Memaparkan hasil pengkajian pada Tn. M dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra. b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada Tn. M dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra. c. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. M dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra.

d. Mendiskripsikan tindakan dari asuhan keperawatan pada Tn. M dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra. e. Mendiskripsikan evaluasi tindakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra. f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dengan post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra.

C. Metode Penulisan Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian yang dilaksanakan dengan cara: 1. Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab dengan klien, keluarga, perawat, dokter serta tim kesehatan lain tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. 2. Observasi Partisipasi Aktif Observasi partisipasi aktif yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dengan ikut berperan secara aktif dalam pengelolaan klien. Observasi dilakukan pada saat pengkajian sampai evaluasi.

3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu metode untuk mengungkapkan kebenaran mengenai suatu kejadian atau proses yang terjadi pada masa lampau, dengan cara mempelajari catatan keperawatan maupun catatan medis yang berkenaan dengan klien kelolaan. 4. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data

menggunakan buku-buku literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan klien sehingga didapat data yang teoritis.

D. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan karya tulis disusun Sistematika Penulisan yang terdiri dari 5 bab yaitu: Penyusunan karya tulis ilmiah ini terdiri dari enam bab yaitu : Bab 1 : Berisi tentang Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab 2 : Berisi tentang konsep dasar yang meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, pengkajian fokus, pathways keperawatan, dan fokus intervensi. Bab 3 : Berisi tentang tinjauan kasus, yang membahas kasus pasien, meliputi, pengkajian, pathways kasus, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Bab 4 : Berisi tentang pembahasa kasus yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab 5 : Penutup, terdiri dari simpulan dan saran. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai