Nilai indeks atopometri (BB/U, TB/U, BB/TB) dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS 2. Dengan menggunakan batas ambang (cut-of point) untuk masing-msing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan. 3. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi
Batas ambang dan istilah status gizi untuk indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan hasil kesepakatan pakar gizi pada bulan Mei tahun 200 di Semarang mengenai standar baku nasional di Indonesia, disepakati sebagai berikut : 1. Indeks BB/U a. Gizi lebih, bila Z_score terletak >SD b. Gizi baik, bila Z_score terletak dari -2 SD s/d +2 SD c. Gizi kurang, bila Z_score terletak dari <-2 SD sampai 3 SD d. Gizi buruk, bila Z_score terletak <-3 SD 2. Indeks TB/U a. Normal, bila Z_score terletak 2 SD b. Pendek, bila Z_score terletak <-2 SD 3. Indeks BB/TB a. Gemuk bila Z_score terletak +2 SD b. Normal bila Z_Score terletak dari -2 SD sampai +2 SD c. Kurus (wasted) bila Z_score terletak dari <-2SD sampai -3SD d. Kurus Sekali bila Z_score bila Z_score teletak < - 3 SD
Rujukan antropometri dibentuk berdasarkan sebaran normal nilai Indikator pada populasi sehat, tidak mempunyai masalh social ekonomi,
PENYAKIT-PENYAKIT GIZI
Penyakit-penyakit atau ganggua kesehatan akibat dari kelebihan dan kekurangan zat gizi dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia antara lain sebagai berikut: Kekurangan Energi Protein Disebabkan oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang dalam makanan sehari hari dengan jangka waktu yang cukup lama. Pada umumnya KEP, disebabkan oleh : Faktor kemiskinan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan pemberian makanan sesudah bayi disapih Pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Klasifikasi KEP menurut % Median WHO-NCHS KEP Ringan : BB/U 70 80 % Median WHO-NCHS KEP Sedang: BB/U 60 70 % Median WHO-NCHS KEP Berat : BB/U < 60 % Median WHO-NCHS Pada anak-anak, KEP dapat : Menghambat pertumbuhan Rentan terhadap penyakit infeksi Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan Pada orang dewasa, KEP dapat Menurunkan produktifitas kerja Menurunkan derajat kesehatan Rentan terhadap serangan penyakit
Anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti Orang tua Cengeng, rewel Lapisan lemak bawah kulit sangat sedikit Kulit mudah diangkat, kulit terlihat longgar, kulit paha berkeriput Otot menyusut (wasted), lembek tulang rusuk tampak terlihat jelas terlihat tulang belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy pant ) Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam Tek. Darah, detak jantung pernafasan berkurang
b. Kwashiorkor = kekurangan protein Oedema (terutama kaki bagian bawah) Bentuk muka bulat seperti bulan (moon face) Rambut tipis, warna coklat kemerahan (pirang/abu-abu dan mudah lepas/mudah dicabut tanpa rasa sakit c. Marasmic-kwashiorkor = Kekurangan energi dan protein Gabungan dari tanda marasmus dan kwashiorkor Gangguan pertumbuhan Crazy pavement dermatosis Rambut tipis, pirang dan mudah dicabut Muka seperti orang tua Oedema hanya pada anggota gerak bagian bawah PEMBAHASAN 1.1 Kurang Energi Protein a. Total jumlah penderita KEP Pencapaian BGM/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang September dan Oktober 2011 September Oktober
No. 1. 2. 3. 4.
BGM 7 4 4 0 15
BGM 7 2 4 0 13
Cakupan Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/U Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang September-Oktober 2011 Sasaran No. Kelurahan D September BRK % K % D B R K 2 1 0 0 3 Oktober % K %
1. 2. 3. 4.
2 1 3 0 6
5 2 1 0 8
5 1 4 0 10
Cakupan Gizi Balita Berdasarkan Indikator TB/U Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang September-Oktober2011 Sasaran No. 1. Kelurahan Ps.Ambacang 1722 D 1245 September Pdk 5 % 0,29 N 2 % 0,11 D 896 Pdk 6 Oktober % 0,34 N 1 % 0,05
2. 3. 4.
4 4 0 13
0 0 0 2
0 0 0 0,04
0 4 0 10
0 0,40 0 0
0 0 0 1
0 0 0 0,02
Cakupan Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/TB Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang September-Oktober 2011 Sasaran No. 1. 2. 3. 4. Kelurahan Ps.Ambacang Anduring Lubuk Lintah Ampang Puskesmas 1722 1374 997 710 4803 D 1245 841 436 388 2910 September KS 0 0 0 0 0 % 0 0 0 0 0 K 1 0 1 0 2 % 0,05 0 0,10 0 0,04 D 896 891 643 457 2887 KS 0 0 0 0 0 Oktober % 0 0 0 0 0 K 0 2 1 0 3 % 0 0,14 0,10 0 0,06
Posyandu 28
Pratama 0
Madya 17
Purnama 8
Mandiri 3
Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 Sasaran Jumlah Rata-rata Tahun Pencapaian D/S Balita Tahun Tahun
No. Kelurahan
Balita 2010
2010
2009 2008
1. 2. 3. 4.
Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 Sasaran No . Kelurahan Balita Th 2010 Jumlah Ratarata D Jumlah Ratarata Balita yg naik Berat badannya/Th 1. 2. 3. 4. Ps.Ambacan g Anduring Lubuk Lintah Ampang Puskesmas 1614 1287 934 665 4500 722,17 385,25 247,58 335,33 1702,58 647,33 326,75 213,58 306,67 1494,33 89,64 84,82 86,27 91,45 87,77 76,50 70,11 77,69 74,76 75,30 68,71 75,43 82,21 65,03 73,06 Pencapaian N/D Balita Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008
Target N/D balita tahun 2010 dan 2009 : 89 % Target N/D balita tahun 2008 : 88 %
Pencapaian BGM/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 Cakupan BGM/D Balita No. Kelurahan Tahun 2010 Tahun 2009
1. 2. 3. 4.
1. Penjaringan Kasus Balita KEP Tujuan : Untuk mengetahui kejadian dan jumlah balita KEP Ruang Lingkup : Wilayah kerja puskesmas Uraian umum : Pelacakan adalah menemukan kasus balita KEP melalui pengukuran BB dan melihat tanda-tanda klinis Langkah-langkah kegiatan : 1) Mendatangi Posyandu atau rumah balita yang diduga menderita KEP 2) Menyiapkan atau menggantungkan dacin pada tempat yang aman 3) Menanyakan tanggal / kelahiran anak 4) Menimbang balita 5) Mencatat hasil penimbangan 6) Menilai status gizi balita dengan indeks BB/U standart WHO-NCHS 7) Mencatat nama balita menderita KEP 8) Membuat laporan KLB ke DKK 2. Pelayanan Balita KEP Puskesmas Tujuan : Memberikan pelayanan balita KEP di puskesmas dengan baik Ruang lingkup : Puskesmas
Uraian umum : Balita KEP adalah anak yang berumur 0-5 tahun yang BB/Unya & ndash; 3 SD standart WHO-NCHS dan mempunyai tandatanda klinis ( marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor ) Langkah-langkah kegiatan : 1) Identifikasi balita KEP 2) Pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis 3) Mengatasi hipoglikemi 4) Mengatasi dehidrasi 5) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 6) Mengobati infeksi 7) Pemberian makan 8) Pengamatan tumbuh kejar kembang 9) Tindak lanjut setelah sembuh 10) Pelacakan balita KEP dengan cara investigasi 3. Pelacakan Balita KEP Dengan Cara Investigasi Tujuan : Untuk mengetahui faktor faktor yang berkaitan dengan kejadian balita KEP melalui wawancara dan pengamatan. Ruang Lingkup : Wilayah kerja Puskesmas Uraian Umum : Investigasi adalah mencari faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian KEP melalui wawancara dan pengamatan. Langkah-langkah kegiatan : 1) Mendatangi rumah balita KEP 2) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungan 3) Melakukan wawancara dan pengamatan sesuai kuesioner 4) Melakukan pengukuran ulang ( bila diperlukan ) 5) Mengamati tanda klinis dengan fokus marasmus / kwashiorkor. 6) Menjelaskan kondisi kesehatan dan akibat yang mungkin terjadi 7) Memberikan motivasi pada keluarga ( orangtua ) agar balita mau dirujuk ( ke Puskesmas ) 8) Melakukan dokumentasi
4. Pelayanan Balita KEP Di Rumah Tangga Tujuan : Untuk meningkatkan status gizi balita KEP Ruang Lingkup : rumah tangga Uraian Umum : Pelayanan gizi adalah pelayanan yang difokuskan pada PMT Pemulihan dan KEP adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan BB pada KMS berada di Bawah Garis Merah (BGM )atau BB/ U 3 SD standart WHO-NCHS Langkah-langkah kegiatan : 1) Menghitung kebutuhan zat gizi berdasarkan BB 2) Menentukan jenis PMT-Pemulihan berdasar BB 3) Mendemonstrasikan cara menyiapkan PMT-P pada ibu 4) Menjelaskan cara pemberian ( frekuensi dan lama pemberian ) PMT-P 5) Menganjurkan untuk tetap memberi ASI sampai umur 2 tahun 6) Menganjurkan pemberian MP-ASI sesuai usia balita 7) Menganjurkan makanan seimbang sesuai umur dan kondisi kesehatan 8) Menganjurkan anak ditimbang secara teratur setiap bulan 9) Memberikan PMT-Pemulihan 5. Koordinasi Lintas Sektoral Dalam Upaya Penanggulangan Balita KEP Tujuan : Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan balita KEP Ruang Lingkup : Koordinasi Lintas Sektor tingkat Kabupaten dan Kecamatan Uraian Umum : Dukungan sektor terkait dalam penanggulangan balita KEP dan Lintas Sektor terdiri dari Pertanian BKKBN, Depag, PKK, Camat Langkah-langkah kegiatan : 1) Menyiapkan bahan rapat koordinasi 2) Membuat surat undangan 3) Mengedarkan surat undangan 4) Menyiapkan sarana dan prasarana 5) Menyampaikan masalah KEP 6) Membuat kesepakatan tindak lanjut / rencana kerja penanggulangan
7) Membuat notulen 8) Melaporkan hasil rapat 9) Umpan balik 6. Program penaggulangan KEP lainya meliputi : Intervensi yang dilakukan pada saat skreening kasus, intervensi antara lain penyuluhan individual dan konseling, pengetahuan tentang pola asuh keluarga dan PMT. Intervensi di bidang pertanian, mikronutrien, penyediaan air minum yang aman dan sanitasi yang baik, pendidikan tentang gizi dan makanan, memberikan perhatin khusus kepada kelompok yang rentan serta pengadaan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan dan bila keadaan status gizi anak belum mengalami perbaikan maka diteruskan dengan pemberian makanan tambahan pemeliharaan. Pada kasus - kasus kronis yang memerlukan rawatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) maka kasus di rawat inapkan bahkan bila memerlukan rawatan lanjutan dapat di rujuk ke RSUD, biaya rujukan sementara di dapat dari biaya APBN Memperbaiki pola pertumbuhan anak dan status gizi anak dari tidak normal menjadi normal atau lebih baik. Oleh karena pola pertumbuhan dan status gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan, maka pendekatan ini mengharuskan program gizi dikaitkan dengan kegiatan program lain diluar program pangan secara konvergen seperti dengan program air bersih dan kesehatan lingkungan, imunisasi, penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.program yang bersifat terintegrasi seperti itu, program gizi akan rasional untuk menjadi bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Peningkatan pendapatan, pendidikan gizi, suplementasi makanan hingga subsidi bahan pangan, serta tindakan lain yang berefek pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.
KEP yang umumnya terjadi di daerah dengan kondisi miskin, fokus harus diarahan pada kondisi spesifik yang ada. Pengobatan infeksi cacing 3 kali setahun misalnya akan sangat bermanfaat dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penanganan diare yang saling terkait dan seperti membentuk lingkaran setan dengan KEP juga memerlukan perhatian khusus. Penyuluhan mengenai pentingnya ASI, peningkatan kondisi air bersih dan kebersihan lingkungan, monitoring pertumbuhan anak melalui sarana pelayanan kesehatan telah terbukti sangat efektif. Oleh karena itu hal yang sangat mungkin namun sulit diwujudkan adalah mengaktifkan kembali posyandu-posyandu terutama yang sudah tidak berjalan pada tingkat dusun. Meningkatkan variasi jenis makanan terutama yang berasal dari kebun dan ternak sendiri juga sangat efektif. Penyuluhan gizi sebaiknya diberikan pada tingkat rumah tangga untuk meningkatkan produksi sayur-sayuran berdaun hijau tua, buah-buahan berwarna kuning dan orange, unggas, telur, ikan dan susu. Program penyuluhan gizi mengenai keberadaan produk pangan yang kaya protein dan mikronutrien di daerah setempat akan sangat efektif dan bekesinambungan.
f. Jenis PMT Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sasaran. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani maupun nabati (misalnya telur/ ikan/daging/ayam, kacang-kacangan atau
penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang terutama berasal dari sayursayuran dan buah-buahan setempat. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan /makanan lokal ada 2 jenis yaitu berupa: a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan) b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa makanan keluarga. Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode rehabilitasi. 2. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari. 3. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari. 4. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut:
Bahan makanan sumber mineral khusus Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam. Sumber Cuprum : tiram, daging, hati Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai Sumber Magnesium : daun seldri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam, Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak. 1. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema dikurangi 2. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik 3. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering 4. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah laktosa dan rendah serat, (lihat tabel 1 formula WHO dan modifikasi). 5. Terus memberikan ASI 10. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:
BB <7 kg diberikan kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap, (lihat tabel 2). 11. Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi (lihat lampiran 4). Tabel 1 :
Energi
100 Kkal/KgBB/hr
150 Kkal/KgBB/hr
150-200 Kkal/KgBB/hr
Protein
1-1,5 g/KgBB/hr
2-3 g/KgBB/hr
4-6 g/KgBB/hr
Vitamin A
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Asam Folat
Idem
Idem
Idem
Zink
Idem
Idem
Idem
Cuprum
Idem
Idem
Idem
Fe
Idem
Idem
Idem
Cairan
150 ml/KgBB/hr
150-200 ml/KgBB/hr
JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP MINUM FASE WAKTU PEMBERI AN Stabilisasi Hari 1-2 F75/modifikasi F75/Modisco Hari 3-4 F75/modifikasi F75/Modisco Hari 3-7 F75/modifikasi F75/Modisco 12 x (dg ASI) 12 x (tanpa ASI) 8 x (dg ASI) 8 x (tanpa ASI) 6 x (dg ASI) 6 x (tanpa ASI) 45 45 65 65 90 90 65 65 100 100 130 130 90 130 175 110 160 220 JENIS MAKANAN FREKWENSI MENURUT BB ANAK 4 Kg 6 Kg 8 Kg 10 Kg
Transisi
Minggu 2-3
130 90
195 130
175
220
Rehabilitas i
Minggu 3-6
3 x (dg/tanpa ASI )
90
100
150
175
3 x 1 porsi
BB >7 Kg
3 x 1 porsi
1 2 x 1 buah
*) 200 ml = 1 gelas Contoh : Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi :Energi : 1200 Kkal 400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah.
Tabel 3
FORMULA WHO
Bahan
Per 100 ml
F 75
F 100
F 135
FORMULA WHO Susu skim bubuk Gula pasir Minyak sayur Larutan elektrolit Tambahan air s/d NILAI GIZI Energi Protein Lactosa Potasium Sodium Magnesium Seng Copper % energi protein % energi lemak Osmolality Keterangan : F75 : Setiap 100 ml mengandung 75 kalori Kalori g g Mmol Mmol Mmol Mg Mg Mosm/l 750 9 13 36 6 4.3 20 2.5 5 36 413 1000 29 42 59 19 7.3 23 2.5 12 53 419 1350 33 48 63 22 8 30 3.4 10 57 508 g g g Ml Ml 25 100 30 20 1000 85 50 60 20 1000 90 65 75 27 1000
F100 : Setiap 100 ml mengandung 100 kalori F135 : Setiap 100 ml mengandung 135 kalori
FASE Bahan Makanan F75 I Susu skim bubuk (g) Susu full cream (g) Susu sapi segar (ml) Gula pasir (g) Tepung beras (g) Tempe (g) Minyak sayur (g) Margarine (g) Lar. Elektrolit (ml) Tambahan air (L) 25 70 35 27 20 1
100 50 50 1
100 50 50 1
25 75 50 150 60 27 1
120 75 50 1
*) M : Modisco
Keterangan :
1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi. Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung 2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau modifikasi 3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula WHO 135 sampai makanan biasa