Anda di halaman 1dari 19

BAB III DISTILASI FRAKSIONASI KONTINYU

3.1 Pendahuluan Distilasi fraksionasi kontinyu biasanya dilakukan dengan rektifikasi. Destilasi dengan rektifikasi atau destilasi dengan refluks adalah proses pemisahan tahap kesetimbangan yang dilakukan dalam tahap yang berurutan (multi stage). Metode destilasi dengan refluks adalah untuk mendapatkan pemisahan yang lebih sempurna. Suatu tahap (single stage) tunggal hanya dapat memberikan pemisahan terbatas. Menyusun sejumlah stage secara bertahap akan meningkatkan kemurnian dari dibandingkan dengan pemisahan flash atau distilasi sederhana.

Gambar 3.1 Kolom Fraksionasi Kontinyu dengan Bagian Rektifikasi & Pelucutan

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

Contoh umum kolom distilasi kontinyu dengan segala perlengkapannya, seperti pada gambar 3.1. Umpan pada kolom dimasukkan pada bagian tengah kolom dengan laju tertentu. Piring (plate) tempat umpan masuk dinamakan piring umpan ( feed plate). Bagian atas kolom di atas piring umpan merupakan bagian rektifikasi bawahnya, termasuk piring umpan itu sendiri (rectification), sedangkan bagian

adalah bagian pelucutan (stripping). Umpan cair mengalir ke bawah di dalam bagian pelucutan ini sampai ke dasar kolom, di mana permukaan cairan dijaga pada tinggi tertentu. Zat cair ini lalu mengalir dengan gaya grafitasi ke dalam Reboiler. Uap yang mengalir naik melalui bagian rektifikasi, uap di bagian atas dikondensasikan seluruh atau sebagian oleh kondensor, dan kondensatnya dikumpulkan di dalam bejana penggumpul (akumulator), di mana permukaan zat cairnya juga dijaga pada ketinggian tertentu. Zat cair tersebut lalu dipompakan oleh pompa refluk ke piring teratas dalam kolom/menara. Arus zat cair ini dinamakan refluk. Arus ini menjadi zat cair yang mengalir ke bawah didalam bagian rektifikasi, yang diperlukan untuk berinteraksi dengan uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluk tidak akan ada rektifikasi yang berlangsung pada bagian rektifikasi tersebut, dan konsentrasi pada bagian atas kolom tidak akan lebih besar dari konsentrasi uap yang mengalir naik dari piring umpan. Jika tidak terjadi azeotrop baik hasil atas (destilat) maupun hasil bawah (residu), dapat diperoleh sembarang kemurnian yang dikehendaki asal saja terdapat jumlah tahap yang cukup dan refluks yang memadai. 3.2 3.2.1 Peralatan yang Digunakan untuk Distilasi Kontinyu Tray/Plate Distilasi Metode ini adalah metode praktis yang termurah untuk memisahkan komponen-komponen dari suatu campuran fase cair yang homogen. Suatu kolom yang dirancang dengan baik dapat memisahkan komponen-komponen dengan perbedaan titik didih sedekat 2 oC. Gambar 3.2 pengaturan unit-unit dalam distilasi kontinyu atau fraksionasi. Stage-stage atau plate-plate yang terletak di atas umpan disebut seksi enriching atau rectifying, sedangkan beberapa stage yang terletak pada bagian bawah umpan disebut sebagai seksi stripping.
Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

Umpan biasanya berupa cairan. Uap untuk fraksionasi dihasilkan oleh ketel atau reboiler yang terdapat pada bagian dasar kolom. Sebuah kondenser pada bagian puncak menyediakan fase cair untuk seksi enriching. Arus cairan yang dikembalikan ke dalam kolom disebut refluks. Arus produk yang diambil secara kontinyu dari kolom disebut distilat dan bottoms (residu).

Gambar 3.2 Peralatan Distilasi Fraksionasi Kontinyu Beberapa istilah yang biasa ditemukan dalam operasi kolom distilasi seperti, Tray umpan yaitu tray atau plate di mana umpan dimasukkan. Disitilahkan sebagai feed plate atau feed stage yang dilambangkan sebagai tray f. Plate-plate di atas di atas tray umpan, yaitu plate pada seksi enriching disimbolkan dengan n dan plateplate di bawah tray umpan ditandai dengan simbol m. Kondenser pada gambar 3.2
Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

disebut sebagai kondenser total jika seluruh uap V terembunkan. Jika dari kondenser arus keluar berupa uap dan cairan, kondenser tersebut merupakan kondensor parsial. Rasio arus refluks terhadap produk distilat, R = (LR/D) disebut sebagai refluks rasio. Pada kolom distilasi tipe tray, fase atau arus cairan mengalir melalui plate horizontal dan uap digelembungkan melalui fase cair. Alat kontak seperti ini ditunjukkan pada seperti pada gambar 3.2 dikenal sebagai sieve tray. Terdapat berbagai macam tipe sieve tray yang digunakan untuk aplikasi yang berbeda-beda. Jenis tray yang mula-mula dikenal adalah bubble cap tray. Jenis tray ini ditunjukkan pada gambar 3.3 . Gambar detail dari bubble cap ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.3 Penampang suatu Bubble Cap Tray


Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

Gambar 3.4 Detil dari Bubble Cup Tray 3.2.2 Destilasi Kolom Isian ( Packed bed) Metode kolom pemisah dengan penggunaan bahan isian pada kolom juga telah dipergunakan secara luas untuk fraksionasi kontinyu. Fungsi dari bahan isian adalah untuk meningkatkan turbulensi dan kontak fase uap dan cair yang lebih sempurna. Bahan isian yang digunakan harus tahan terhadap korosi dan memiliki struktur yang kuat untuk menahan beban tumpukan. Bahan isi tersebut harus memiliki fraksi ruang kosong yang besar (untuk menjaga agar pressure drop tetap rendah), dan memiliki densitas yang rendah serta berharga murah. Dilihat sekilas, kolom distilasi dengan tray dan kolom bahan isian tidak dapat dibedakan. Peralatan-peralatan pelengkap untuk keduanya sama. Gambar 3.5 menunjukkan skema pelaratan menara distilasi dengan kolom isian. Beberapa kelebihan penggunaan kolom pemisah dengan bahan isian adalah : a) Kolom bahan isian biasanya lebih murah b) Dapat digunakan untuk sistem yang korosif, karena dapat digunakan bahan isian dengan material keramik.
Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

c) Memberikan pressure drop yang lebih rendah d) Memiliki liquid holdup yang lebih singkat e) Relatif terpengaruh oleh terbentuknya busa (foaming)

Gambar 3.5 Kolom Destilasi dengan Bahan Isian


Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

3.3 Perhitungan Jumlah Tahap Kesetimbangan Teoritis dengan Metode McCabe-Thiele Metode secara grafik untuk menghitung jumlah tahap kesetimbangan teoritis pada distilasi campuran biner A dan B telah dikembangkan oleh McCabe-Thiele. Metode ini dalam perhitungan menggunakan neraca bahan pada bagian tertentu dari kolom dan kurva kesetimbangan sistem yang bersangkutan. Anggapan utama dalam perhitungan menurut metode McCabe-Thiele adalah laju alir molar konstan (constan molar overflow). Artinya laju alir fase cair dianggap konstan dari tahap ke tahap pada tiap-tiap bagian dari kolom tersebut antara umpan masuk dan pengeluaran produk. Jika laju fase cair dianggap kosntan maka laju fase uap juga konstan. Hal ini ditunjukkan pada gambar 3.6, di mana aliran fase cair dan fase uap yang masuk dan meninggalkan tray pada keadaan setimbang.

Gambar 3.6 Aliran uap dan cairan yang masuk dan meninggalkan tray Neraca massa total adalah :
Vn +1 + Ln 1 =Vn + Ln

(3-1)

Neraca massa komponen A adalah :


Vn +1 y n +1 + Ln 1 xn 1 =Vn y n + Ln x n

(3-2)

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

Dimana Vn + 1 laju alir uap dari tray n+1, Ln laju alir cairan dari tray ke n, y n + 1
xn adalah fraksi mol A pada Vn + 1 , dan 1 adalah fraksi mol A dalam Ln 1.

Komposisi y n dan xn dalam data kesetimbangan dan temperatur pada tray n adalah Tn. Jika Tn diambil sebagai basis (datum), perbedaan panas sensibel dari keempat aliran tersebut sangat kecil jika panas pelarutan diabaikan. Sehingga hanya panas laten

3.3.1

Garis Operasi Bagian Rektifikasi

3.3.2 3.4

Garis Operasi Bagian Stripping Piring Umpan (Feed Plate)

Contoh Soal 1.1 Penentuan Jumlah Stage yang Dibutuhkan untuk Memisahkan Campuran Heksana-Oktana Hitunglah kesetimbangan uap-cair pada tekanan konstan 1 standar atmosfir untuk campuran n-heptana dan n-oktana, yang dianggap sebagai larutan ideal. Penyelesaian :

T, oC 98,4 105

o PA ,mmH

o PB ,mmH

XA 1,0 0,655

YA 1,0 0,810

AB
2,27 2,25

g 760 940

g 333 417

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

110 115 120 125,6

1050 1200 1350 1540

484 561 650 760

0,487 0,312 0,1571 0

0,674 0,492 0,279


AB

2,17 2,14 2,08

0 2,02 rata-rata 2,16

3.5 Peyimpangan Positif dari Larutan Ideal (Minimum-boiling Azeotrop) Tekanan total dari suatu campuran lebih besar dari pada tekanan yang dihitung secara ideal dikatakan sebagai penyimpangan positif dari hukum Raoults. Demikian juga dengan tekanan parsial dari tiap-tiap komponen lebih besar dari tekanan parsial idealnya. Jika penyimpangan positif dari larutan ideal terlalu besar dan tekanan uap dari kedua komponen tersebut tidak terlalu jauh berbeda, maka kurva tekanan uap pada temperatur konstan naik hingga maksimum pada suatu konsentrasi tertentu (seperti gambar 1.4a). Campuran demikian dikatakan membentuk Azeotrop atau campuran titik didih konstan. Larutan azeotrop pada tekanan konstan membentuk kurva titik didih yang turun hingga temperatur minimum pada konsentrasi tertentu (seperti pada gambar 1.4.b dan 1.4.c). Larutan yang membentuk azeotrop tidak dapat dipisahkan secara sempurna dengan metoda destilasi biasa, karena pada kondisi azeotrop tersebut komposisi Y = X dan sama dengan 1,0. Campuran azeotrop jenis ini adalah sangat biasa terjadi. Salah satu contohnya adalah campuran etanol-air, yang mebentuk azeotrop pada suhu 78,2 oC. Komposisi azeotrop dapat dihilangkan dari sistim ini pada tekanan dibawah 70 mmHg.

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

Gambar 1.4 Kurva azeotrop minimum pada sistem campuran CS2-Aseton (a) pada temperatur konstan ; (b) dan (c) pada tekanan konstan 3.6 Penyimpangan Positif dari Larutan Ideal Jika tekanan total dari suatu campuran pada kesetimbangan lebih kecil dari yang dihitung secara ideal, dikatakan sebagai penyimpangan negatif dari hukum Raoult. Jika perbedaan tekanan uap parsial terlalu besar dan penyimpangan negatif dari larutan ideal terlalu besar, kurva tekanan total terhadap komposisi akan melalui suatu tekanan minimum pada temperatur konstan (seperti gambar 1.5-a), dan kurva titik didih pada tekanan konstan yang naik hingga harga maksimum pada komposisi tertentu, seperti pada gambar 1.5-b dan 1.5-c. Kurva azeotrop maksimum jarang terjadi dibandingkan kurva azeotrop minimum. Salah satu sistim yang membentuk azeotrop maksimum adalah sistim asam klorida-air (11,1 %mol HCl, pada 110 oC, 1 atm), yang mana dapat dibuat

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

10

secara mudah dengan pendidihan larutan asam klorida kuat dalam tangki terbuka. Cara ini adalah salah satu metoda untuk standarisasi larutan asam klorida

Gambar 1.5 Kurva azeotrop maksimum pada sistim aseton-kloroform (a) pada temperatur konstan ; (b) dan (c) pada tekanan konstan

3.7

Relatif Volatilitas ( ) Diagram kesetimbangan campuran biner A dan B seperti pada gambar 1.3.

Semakin besar jarak antara kurva kesetimbangan dengan garis diagonal (garis 45o),

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

11

maka semakin besar pula perbedaan komposisi uap, Y A dan komposisi cair, XA. Semakin mudah pula campuran dipisahkan. Secara numerik faktor ini disebut dengan Relatif Volatility ( AB ). Parameter ini didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi A dalam uap dengan konsentrasi A dalam cairan dibagi dengan perbandingan konsentrasi B dalam uap dengan konsentrasi B dalam cairan. Untuk larutan biner, relatif volatilitas komponen A (lebih volatil) terhadap komponen B (kurang volatil) dan dapat dinyatakan sebagai :
YA / X A YB / X A

AB =

(1-8)

Untuk campuran biner ;


Y B =1 Y A X B =1 X A

Maka persamaan (1-8) dapat dituliskan :

AB =

YA / X A (1 Y A ) (1 X A )

Dimana AB adalah Relatif volatilitas A yang berkenaan dengan B dalam sistem biner. 3.8 Penentuan Komposisi Uap-cair dengan Grafik Koefisien Distibusi (K) Pameter yang biasa digunakan untuk menyatakan hubungan komposisi phase uap dan phase cair adalah koefisien distribusi (K) komponen dalam kesetimbangan. Koefisien distribusi didefinisikan sebagai berikut :
K i =Yi / X i

(1-9)

Faktor K dapat digunakan untuk larutan ideal maupun larutan non-ideal. Nilai faktor ini tergantung pada suhu dan tekanan. Seringkali faktor K diberikan dalam grafik nomograf. Gambar 1.6.a dan 1.6.b menunjukkan nilai faktor K untuk berbagai hidrokarbon ringan. Gambar tersebut dibagi menjadi daerah suhu tinggi pada gambar 1.6.a dan daerah suhu rendah pada Gambar1.6.b.

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

12

Gambar 1.6.a Nilai faktor K untuk sistem Hidrokarbon Ringan pada kisaran suhu tinggi (Tekanan 1 atm =101,3 kPa = 760 mmHg).

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

13

Gambar 1.6.b Nilai faktor K untuk sistem Hidrokarbon Ringan pada kisaran suhu rendah (Tekanan 1 atm =101,3 kPa = 760 mmHg). Contoh Soal 1.2 Kesetimbangan Uap-Cair dari Grafik faktor K Dengan menggunakan grafik nilai K pada Gambar 1.6.a untuk menentukan nilai data kesetimbangan phase uap (X) dan phase cair (X) untuk sistem biner campuran Propona (A) dan n-heksane (B) pada tekanan 792 kPa. Penyelesaian : Menggunakan hubungan X A = definisi
XA =
o P PBo PA .X A , dan dihubungkan dengan Y = o o A PA PB P

faktor

untuk

campuran

biner

ideal

diperoleh

hubungan

(1 K B ) 1 X A dan Y A =K A X A , dan YB = 1 YA , dan juga, X B = (K A K B

1)

Titik didih komponen murni pada tekanan 792 kPa dapat dibaca pada Gambar 1.6. Temukan titik Pt = 792 kPa dengan titik KA = 1 untuk propane, kemudian tarik garis hingga memotong skala suhu. Perpotongan titik ini memberikan TA = 14,4 oC. Cara yang sama dilakukan untuk n-heksana dan diperoleh titik didih nheksana pada tekanan 792 kPa adalah 156 oC. Diagram T-x-y pada Pt = 792 kPa akan berada pada remntang suhu, 14,4 oC T 156 oC.

2)

Grafik faktor K dibaca pada rentang suhu 14,4 oC < T < 156 oC untuk mendapatkan nilai K yang akan digunakan dalam persamaan di atas. Nilai-nilai yang diperoleh kemudian ditabulasikan.

ToC 14,4 25,6 48 75

KA 1,00 1,30 2,00 3,00

KB 0,028 0,043 0,093 0,20

1 - KB 0,972 0,957 0,901 0,80

KA -KB 0,972 1,257 1,901 2,800

XA 1,000 0,761 0,474 0,256

YA 1,000 0,990 0,948 0,857

AB = KA/KB 35,7 30,0 20,0 25,0

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

14

99 120 138 156 3)

4,00 5,00 5,80 6,50

0,35 0,59 0,77 1,00

0,65 0,41 0,23 0,00

3,700 4,460 5,230 5,900

0,189 0,103 0,044 0,000

0,757 0,517 0,264 0,000

13,3 9,3 7,8 6,9

Dengan data-data dari table di atas, diagram T-x-y dan kurva kesetimbangan (diagram x-y) dapat dibuat. Relatif volatilitas untuk sistem biner propane dan nheksana mengalami perubahan yang cukup besar seiring dengan perubahan suhu. Hal ini karena propana dan n-heksana bukan komponen-komponen yang berurutan dalam seri homolog paraffin.

3.9 Penentuan Komposisi, Bubble Point dan Dew Point untuk Campuran Biner dan Multi Komponen Suhu Dew point dapat dihitung dengan cara menggunakan hubungan yang sama dengan komposisi. Dengan mengasumsikan suatu larutan ideal terbentuk saat mulai terjadi pengembunan, dengan komposisi; X A =

P PBo , atau dalam bentuk o PA PBo


. (1-

hubungan nilai koefisien ditribusi (K), X A = 10)

(1 K B ) (K A K B

Komposisi uap, YA dan tekanan total, Pt, digunakan dalam penentuan Dew point. Prosedur trial dan error diperlukan untuk menentukan Dew point, TDP. Pemilihan suhu dalam prosedur trial dan error memanfaatkan kriteria dew point, yaitu, X B + X A = 1 Metode penyelesaian perhitungan dew point adalah dengan mencoba berbagai nilai T hingga persamaan (1-10) terpenuhi. Perhitungan dew point untuk campuran biner cukup mudah.

Contoh Soal 1.3 Penentuan Dew Point Menggunakan Data Tekanan Uap
Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

15

Data tekanan uap komponen murni dapat digunakan untuk menentukan titik embun (dew point) campuran. Suatu campuran mengandung 80% n-heksana dan 20% oktana pada 500 kPa. Perkirakan titik embunnya? Penyelesaian : Langkah pertama adalah titik didih normal, TDP dari n-heksana (A) dan oktana (B), diperoleh : 56 oC < T < 101 oC. Trial 1 : Ambil T = 80 oC, dari data tekanan uap, PAo = 1100 kPa dan PBo = 180 kPa, dengan asumsi larutan ideal.
o X A = Y A ( Pt / PA ) = 0,8 (500 / 1100) = 0,364

o X B = YB ( Pt / PAB ) = 0,2 (500 / 180) = 0,364

X A + X B = 0,364 + 0,556 = 0,92

1,00,

Nilai T yang diambil terlalu besar, trial salah. Trial 2 : Ambil T = 79 oC, dari data tekanan uap, PAo = 1050 kPa dan PBo = 175 kPa, dengan asumsi larutan ideal.
o X A = Y A ( Pt / PA ) = 0,8 (500 / 1050) = 0,381
o X B = YB ( Pt / PAB ) = 0,2 (500 / 175) = 0,571

X A + X B = 0,364 + 0,556 = 0,952

1,00,

Nilai T yang diambil masih terlalu besar, trial salah. Trial 3 : Ambil T = 77 oC, dari data tekanan uap, PAo = 1000 kPa dan PBo = 165 kPa, dengan asumsi larutan ideal.
o X A = Y A ( Pt / PA ) = 0,8 (500 / 1000) = 0,4

o X B = YB ( Pt / PAB ) = 0,2 (500 / 165) = 0,606

X A + X B = 0,364 + 0,556 = 1,006

1,00,

Nilai T yang diambil sudah benar, trial dapat diterima. Jadi suhu dew point campuran biner tersebut adalah, TDP = 77 oC. Algoritma perhitungan dapat dilihat pada Gambar 1.7 berikut :

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

16

Gambar 1.7 Algoritma penentuan suhu dan komposisi dew point Prosedur yang sama dapat diterapkan untuk menentukan 3.10 Penutup Data kesetimbangan uap-cair didasarkan pada data tekanan uap atau grafik koefisien ditribusi (K). Tekanan uap komponen murni dapat dibaca pada tabel dibuku teks atau diprediksi dengan Persamaan Antoine. Data kesetimbangan uap-cair untuk sistem biner dapat dinyatakan dalam plot Tx-y maupun plot x-y. Grafik-grafik ini dapat disusun dari data tekanan uap atau grafik faktor K. Grafik ini biasanya dinyatakan dalam tekanan tatap, tetapi kadang-kadang juga plot isothermal juga digunakan. Pada grafik isothermal Grafik P-x-y akan menggantikan T-x-y. Larutan dapat bersifat ideal dan non-ideal . Pada larutan ideal, berlaku Hukum Roults, Pi = Pi o . X i Relatif volatilitas, didefinisikan sebagai,

AB

o PA K = o = A , merupakan KB PB

variabel yang berguna. Relatif volatilitas digunakan dalam perhitungan bubble point dan dew point. Suhu bubble point adalah suhu dimana uap pertama kali terbentuk, atau dengan kata lain suhu dimana penguapan dimulai. Suhu dew point adalah suhu dimana phase cair pertama kali terbentuk, atau dengan kata lain suhu dimana pengembunan dimulai. Istilah tekanan dew point dikenal juga dalam kesetimbangan uap-cair.
Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

17

Kurva bubble point dan kurva dew point membatasi daerah dua phase pada diagram T-x-y dan P-x-y. Phase-phase yang berada dalam kesetimbangan terhubung oleh suatu garis horizontal yang disebut tie line.

Perhitungan suhu bubble point dilakukan secara trial dan error. Suhu bubble point dipenuhi pada kriteria, Yi = 1. Sedangkan suhu dew point dipenuhi pada kriteria Xi = 1.

Faktor K adalah konstanta kesetimbangan atau konstanta distribusi antara komposisi phase cair dan phase uap pada temperatur tertentu. Faktor didefinisikan sebagai K i =Yi / X i dan ditentukan secara eksperimen.

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

18

Bab III. Distilasi Fraksionasi Kontinyu

19

Anda mungkin juga menyukai