Anda di halaman 1dari 5

1.

Latar belakang Penanaman rumput pakan dan leguminose sebagai penguat teras merupakan teknik konservasi vegetatif yang sudah diyakini dapat menurunkan erosi tanah (Rachman et al, 1989 ; Sembiring, 1991 dan Sembiring, 1994). Teknik ini dapat digunakan baik pada lahan yang sudah diteras maupun yang belum diteras. Selain dapat mengendalikan erosi tanaman penguat teras juga bermanfaat sebagai pakan ternak, sehingga meningkatkan daya dukung lahan terhadap ternak. Dari segi biaya teknik konservasi vegetatif ini relative murah dan terbukti mudah diadopsi petani di lahan kering. Menurut Lal (1988) tanaman legum pohon dan semak yang ditanam rapat sebagai tanaman pagar hidup dapat memperkuat struktur teras, dapat memberikan mulsa untuk meningkatkan kesuburan tanah dan benteng untuk mencegah erosi tanah. Legum pohon dan semak juga merupakan andalan untuk menyediakan pakan ternak, khususnya pada musim kemarau dimana produksi rumput menurun.

2. Metodologi Kegiatan ini ditekankan pada model penataan teras dan komposisi hijauan yang mendukung konservasi tanah dan ketersediaan pakan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Terpisah diulang 3 kali. Sebagai petak utamanya adalah bentuk teras yaitu : A. Teras bangku B. Tanpa teras. Sedangkan anak petaknya adalah tanaman legum pohon penguat teras yang terdiri dari : 1. L1 : Tanaman Flemingia sebagai penguat teras. 2. L2 : Tanaman Lamtoro sebagai penguat teras. 3. L3 : Tanaman Glirisideae sebagai penguat teras. 4. L4 : Tanaman Kaliandra sebagai penguat teras. 5. L5 : Kontrol (tanpa tanaman penguat teras) Petak percobaan berupa lahan yang sudah berteras dengan ukuran 14 m x 4 m memanjang searah lereng. Tanaman legum ditanam pada bibir teras dimana pada setiap baris ditanami 2 strip legum dengan jarak antar strip 50 cm, sedangkan jarak antar tanaman dalam strip 20 cm. Diantara 2 baris tanaman legum ditanam tanaman penutup tanah sedangkan jarak antar tanaman cover crop) seperti sentro atau kalopo dan pada tampingan teras ditanam rumput sebagai penguat teras. Teras yang sudah ada diperbaiki, kemudian pada bibir teras ditanami tanaman legum sesuai dengan perlakuan. Pada tampingan teras ditanami rumput gajah sebagai penguat teras dan pada bidang olah antar teras ditanami cover crop seperti sentro atau kalopo. Pemupukan dilakukan sama untuk semua petak, tanaman legum ditanam

dengan menggunakan biji atau stek. Pemangkasan pertama dilakukan pada umur 7 bulan setelah tanam dengan tinggi pangkasan masing-masing 1 meter di atas permukaan tanah, selanjutnya hasil pangkasan legume dilakukan setiap 45 hari. Hasil pangkasan seluruhnya diberikan untuk pakan ternak kambing demikian pula hasil rumput gajah dan tanaman penutup tanah (cover crop) semuanya diberikan kepada ternak kambing. Untuk pemeliharaan kambing dilaksanakan setelah pakan tersedia. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan tanaman legum, berat brangkasan basah, produksi rumput pakan, produksi tanaman legume penutup tanah, berat ternak awal dan akhir dan produksi kotoran kambing.

3. Hasil Dikarenakan mundurnya musim hujan di daerah pengkajian maka tanaman leguminosa pohon yang ditanam pada dua macam teras baru dapat diamati pertumbuhan tinggi tanamannya (Tabel 1 dan 2). Dari hasil pengamatan tinggi tanaman terlihat tanaman lamtoro yang ditanam pada teras-teras gulud menunjukkan tinggi tanaman tertinggi baik pada bulan pertama maupun bulan kedua yaitu masing-masing 48,83 cm dan 57,77 cm. Sedangkan pertumbuhan tanaman terendah yaitu pada tanaman kaliandra yang di tanam pada teras bangku yaitu 17,93 cm pada bulan pertama dan 27,30 cm.

Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa pertumbuhan awal tanaman lamtoro tumbuh paling cepat melebihi ketiga tanaman leguminose lainnya, terlebih lagi pada tanaman lamtoro yang ditanam pada teras gulud yang menunjukkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 57,77 cm pada umur 2 bulan dan berbedanyata dengan ke 3 tanaman leguminose yang lain. Pertumbuhan yang paling rendah pada penelitian ini adalah tanaman kaliandra yang pada umur 2 bulan hanya mencapai tinggi tanaman antara 27,3 31,57 cm pada teras bangku dan teras gulud. Rendahnya pertumbuhan tanaman kaliandra ini dikarenakan tanaman kaliandra yang ditanam pada kedua teras ini berasal dari cabutan di alam sehingga mengalami stagnasi pertumbuhan, sedangkan untuk ketiga leguminose yang lain ditanam dari biji yang telah disemaikan terlebih dahulu dalam polybag sehingga pada waktu ditanam di lapang tidak mengalami stagnasi pertumbuhan. Namun demikian pertumbuhan tanaman kaliandra relatif cepat, karena selama satu bulan bertambah panjang kurang lebih 10 cm. Pertambahan tinggi yang paling rendah pada penelitian ini selama dua bulan adalah tanaman flemingia yang hanya bertambah tinggi 3 cm. Hal ini dikarenakan tanaman flemingia untuk tumbuh dengan baik membutuhkan perawatan selama 2-3 bulan setelah itu akan tumbuh dengan baik (Budelman, 1989). Tetapi dilihat dari lebar kanopi, tanaman flemingia dan glirisideae relatif memiliki kanopi yang lebih lebar sehingga dalam menahan curah hujan yang menyebabkan erosi lebih baik dibandingkan tanaman lamtoro maupun kaliandra. Pertumbuhan rumput gajah pada musim hujan yang ditanam pada tampingan teras bangku dan gulud relatif cepat tumbuh sehingga setelah di tanam kurang dari 3 bulan ternyata sudah dapat dipangkas untuk pakan ternak, walaupun hasilnya masih sedikit yaitu kurang dari 4 kg/5 meter. Ini menunjukkan bahwa rumput gajah sangat baik digunakan sebagai tanaman tampingan yang dapat memperkuat teras dan merupakan sumber hijauan pakan ternak. Dari penelitian Hardianto, dkk. (1990); Hermawan dan T. Prasetyo (1991), produksi rumput gajah memang lebih tinggi disbanding rumput raja, rumput setaria dan rumput segal. Selain itu rumput gajah juga lebih tahan terhadap pangkasan.

4. Kesimpulan Dan Saran Pertumbuhan tanaman lamtoro pada awal pertumbuhan relatif lebih baik dibandingkan tanaman legume lainnya terutama yang ditanam pada teras gulud, tetapi dari segi konservasi gliresidea dan flemingia memiliki kanopi dan daun yang lebih lebar sehingga dapat menahan curahan air hujan yang menyebabkan erosi. Dalam rangka pengembangan pemanfaatan lahan berteras, tanaman lamtoro, glirisdidea dan flemingia yang ditanam pada bibir teras dapat disarankan untuk dikembangkan karena merupakan sumber hijauan pakan ternak dan dapat mendukung usaha konservasi tanah.

Anda mungkin juga menyukai