Anda di halaman 1dari 23

REVISI TUGAS AKHIR

ANALISIS TRIP TRAFO AKIBAT GANGGUAN PENYULANG 20 kV

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk penyusunan Tugas Akhir

Oleh :

Anggi Pramita Sari

/ 3.39.10.1.02 /LT 3D

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2013

Form-1: Surat Permohonan Tugas Akhir

JURUSAN T.ELEKTRO POLINES SURAT PERMOHONAN TUGAS AKHIR FORM-1

Semarang, 1 Maret 2013 Kepada Yth. Kaprodi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama/NIM/Kelas: 1. Anggi Pramita Sari / 3.39.10.1.02 /LT 3D

Judul TA

ANALISIS TRIP TRAFO AKIBAT GANGGUAN PENYULANG 20 kV Pembimbing Utama

Nama NIP

: :

Mengajukan permohonan untuk melakukan tugas akhir.

a.n.Pemohon,

Anggi Pramita Sari NIM : 3.39.10.1.02

Form-2 : Surat Kesanggupan Pembimbing JURUSAN T.ELEKTRO POLINES

SURAT KESANGGUPAN SEBAGAI PEMBIMBING TUGAS AKHIR

FORM-2

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : 1. Anggi Pramita Sari / 3.39.10.1.02 /LT 3D

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

ANALISIS TRIP TRAFO AKIBAT GANGGUAN PENYULANG 20 kV

Semarang, 1 Maret 2013 Pembimbing Utama Pembimbing Kedua

Mengetahui, Kaprodi Teknik Listrik

Form-3 : Surat Pernyataan Penjaminan Karya

JURUSAN T.ELEKTRO POLINES

SURAT PERNYATAAN PENJAMINAN KARYA TUGAS AKHIR

FORM-3

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama/NIM/Kelas:

1. Anggi Pramita Sari

/ 3.39.10.1.02 /LT 3D

Jurusan

: Teknik Elektro

Program Studi : Teknik Listrik

Menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh sebutan keahlian di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuan dalam naskah/karya tugas akhir ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 1 Maret 2013 a.n. Mahasiswa,

Anggi Pramita Sari NIM : 3.39.10.1.02

1. Judul ANALISIS TRIP TRAFO AKIBAT GANGGUAN PENYULANG 20 kV

2.Latar Belakang PT. PLN (Persero) memiliki visi untuk menjadi perusahaan berkelas dunia. Ciri-ciri utama perusahaan berkelas dunia adalah memiliki cakrawala pemikiran yang mutakhir, dan terdepan dalam pemanfaatan teknologi. Diri ini diwujudkan dengan melakukan berbagai inovasi yang mendukung kualitas pelayanan penyaluran energy listrik, salah satunya adalah keandalan system proteksi baik di penyulang maupun transmisi.

PT. PLN (Persero) melakukan inspeksi, pengujian maupun kesepakatan anata unit-unit terkait khususnya pada jaringan transmisi secara periodic untuk menjaga keandalan dan memastikan system penyaluran energy dalam kondisi yang baik. Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu adanya koordinasi system yang baik pula baik dari system pembangkittan ke transmisi dan transmisi ke distribusi. Dengan demikian perlu adanya kerjasama yang baik antara unit-unit yang terlibat. Kerjasama tersebut dapat diatur dalam sebuah kesepakatan bersama yang dibuat oleh unit-unit terkait. Dengan dibuatnya kesepakatan ini, diharapkan semakin memperjelass otoritas atau batas-batas asset yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing unit.

Salah satu bentuk kesepakatan bersama yang dibuat oleh PT. PLN (Persero) adalah mengenai proteksi trafo dan penyulang 20 kV. Mengingat banyaknya kejadian trip trafo akibat gangguan penyulang. Kesepakatan bersama ini antara Penyaluran dan Pusat pengatur Beban Jawa Bali (P3B-JB) dengan pihak distribusi (APD). Ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam kesepakatan bersama ini adalah sebagai berikut : 1. Penetapan setelan/koordinasi system proteksi; 2. Investigasi penyebab gangguan; 3. Proses pemulihan pasca gangguan; 4. Pengembangan system proteksi; 5. Pengelolaan relai frekuensi rendah (UFR) untuk pelepasan beban penyulang

6. Penyetelan ulang (resetting) system proteksi; 7. Pemeliharaan system proteksi.

Namun kesepakatan ini dirasa belum cukup karena belum adanya wadah yang memberikan gambaran real mengenai koordinasi setting relai dimasing-masing unit tersebut. Hal ini yang mendorong kami untuk membuat suatu simulasi sederhana dengan Microsoft excel, dimana pada program tersebut terdapat nilai setting OCR yang berada disisi trafo 150 kV, di sisi 20 kV dan di sisi penyulang dengan dilengkapi grafik yang dapat menggambarkan kondisi. Dengan demikian trip trafo akibat gangguan penyulang dapat diminimalisir. Maka dari itu saya membuat tugas akhir dengan judul : ANALISIS TRIP TRAFO AKIBAT GANGGUAN PENYULANG 20 kV Di GI SRONDOL150 kV

3. Pembatasan Masalah Untuk mengantisipasi dan menghindari meluasnya pembahasan permasalahan yang kurang relevan dengan laporan akhir ini, maka perlu dibangun suatu kesepahaman dengan memberikan pembatasan atas permasalahan yang diangkat dan disajikan sebagai berikut: a. Hanya menjelaskan pengaturan setting kerja OCR/GFR di sisi trafo dan penyulang. b. Tidak membahas peralatan lain seperti CT, Tafo, PMT secara detil dan tidak membahas secara detil relay-relay pengaman lain yanga ada di trafo. c. Pengaturan simulasi sederhana dengan menggunakan program Microsoft excel dengan hasil waktu kerja OCR/GFR pada trafo dan penyulang dan hasil grafik yang dihasilkan dari penyettingan tersebut.

4. Tujuan a. Lebih bisa memahami sebab-sebab dari tripnya trafo yang di sebabkan karena kesalahan koordinasi OCR/GFR, dan mencari solusi yang sederhana. b. Sebagai salah satu ikhtiar dalam memberikan kontribusi pemikiran untuk mengantisipasi terjadi trip trafo yang diakibatkan karena salah koordinasi relai

OCR atau macetnya relay pengaman OCR yang diharapkan dapat meminimalisir segala kerugian baik jiwa maupun materi.

5. Metodologi Proses penyusunan naskah laporan akhir ini menggunakan beberapa metode pendekatan ilmiah sebagai berikut : a. Metode Literatur Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang di peroleh baik dari bukubuku refrensi yang relevan, catatan selama proses perkuliahan,referensi PUIL maupun dokumen-dokumen lainnya. b. Metode Observasi Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung pada tempat atau lokasi yang akan diambil sebagai bahan perhitungan dalam tugas akhir. c. Metodologi Interview Metode ini dilakukan dengan mengadakan diskusi maupun tanya jawab dengan pihakpihak terkait baik dosen pembimbing maupun pihak dari pegawai PLN untuk berkonsultasi dan memperdalam materi sesuai kejadian sebenarnya di lapangan. d. Metode simulasi Metode ini dilakukan dengan dangan mengadakan perancangan dan pembuatan benda simulasi. Percobaan ini dibuat denga menggunakan program yang sangat sederhana yaitu miicrosoft excel untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan setting OCR dsn korelasinya agar dari penyettingan trafo itu tidak ada kesalahan atau overlap yang akan menyebabkan tripnya trafo dan mungkin saja dapat menyebabkan rusak/turunya umur trafo itu.

6. Tinjauan Pustaka

Pengertian Rele Proteksi Rele adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur / memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain. Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan komponen-komponen berikut : sistem yang terdiri dari

1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT). 2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran listrik primer dari sistem yang diamankan ke rele (besaran listrik sekunder). 3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu. 4. Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk bekerjanya rele, peralatan bantu triping. 5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau tegangan), sirkit triping dan sirkit peralatan bantu.

Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama, seperti pada blok diagram (gambar.1), dibawah ini :

Ke rangkaian Pemutus/sinyal I

Elemen Pembanding

Elemen Pengindera

Elemen Pengukur

(+) Gambar 1. Blok diagram utama rele proteksi

Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :

Elemen pengindera. Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding.

Elemen pembanding. Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.

Elemen pengukur/penentu. Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal. Pada sistem proteksi menggunakan relay proteksi sekunder (gambar . 2), digambarkan sebagai berikut :

Relay CT Batere PMT

Rangkaian Trip Gambar 2. Rangkaian rele proteksi sekunder

Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan membandingkan dengan besar penyetelan dari kerja relay. Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energi/[enggerak adalah sumber arus searah atau batere. arus

Fungsi dan Peranan Rele Proteksi

Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, dengan cara : 1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan atau sistem. 2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi. 3. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya. 4. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen. 5. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Syarat-syarat Rele Proteksi

Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem proteksi yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

Sensitif. Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk dalam jangkauan pengamanannya. Relay proteksi mendetreksi adanya gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.

Selektif. Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Relay proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.

Cepat. Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.

Andal. Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila mengakibatkan kerusakan yang lebih parah relay gagal bekerja dapat

pda peralatan yang diamankan atau

mengakibatkan bekerjanya relay lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka relay proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik.

Ekonomis. Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan relay proteksi mempunyai kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.

Sederhana. Perangkat relay proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan fleksibel.

Penyebab Terjadinya Kegagalan Poteksi

Jika proteksi bekerja sebagaimana mestinya, maka kerusakan yang parah akibat gangguan mestinya dapat dihindari/dicegah sama sekali, atau kalau gangguan itu disebabkan karena sudah adanya kerusakan (insulation break down di dalam peralatan), maka kerusakan itu dapat dibatasi sekecilnya. Proteksi yang benar harus dapat bekerja cukup cepat, selektif dan andal sehingga kerusakan peralatan yang mungkin timbul akibat busur gangguan atau pada bagian sistem /peralatan yang dilalalui arus gangguan dapat dihindari dan kestabilan sistem dapat terjaga. Sebaliknya jika proteksi gagal bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka arus gangguan ini berlangsung lebih lama, sehingga panas yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan kebakaran yang hebat, kerusakan yang parah pada peralatan instalasi dan ketidak stabilan sistem. Tangki trafo daya yang menggelembung atau jebol akibat gangguan biasanya karena kegagalan kerja atau kelambatan kerja proteksi. Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi juga akan mengakibatkan bekerjanya proteksi lain disebelah hulunya (sebagai remote back up) sehingga dapat mengakibatkan pemadaman yang lebih luas atau bahkan runtuhnya sistem (collapse).

Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi dapat disebabkan antara lain oleh :

Relainya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya. Setelan (seting) relenya tidak benar(kurang sensitif atau kurang cepat). Baterenya lemah atau kegagaLan sistem DC suply sehingga tidak mampu mengetripkan PMT-nya.

Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus. Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah atau meleset.

Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan oleh arus gangguanya terlalu besar melampaui kemampuan pemutusan (interupting capability), atau kemampuan pemutusannya telah menurun, atau karena ada kerusakan.

Kekurang sempurnaan rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan kontak yang kurang baik.

Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi. Trafo arus terlalu jenuh.

PROTEKSI TRAFO TENAGA Proteksi transrmator daya terutama bertugas untuk mencegah kerusakan transformator sebagai akibat adanya gangguan yang terjadi dalam petak/bay transformator, disamping itu diharapkan juga agar pengaman transformator dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan selektifitas sistem, sehingga pengamanan transformator hanya melokalisasi gangguan yang terjadi di dalam petak/bay transformator saja.

Tujuan pemasangan rele proteksi Trafo Tenaga.

Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi pada transformator daya adalah untuk mengamankan peralatan /sistem sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara :

Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ketidak normalan yang terjadi pada transformator atau gangguan pada bay transformator.

Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan atau sistem.

Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.

4 5

Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen.

Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Gangguan pada Trafo Tenaga

Gangguan pada transformator daya tidak dapat kita hindari, namun akibat dari gangguan tersebut harus diupayakan seminimal mungkin dampaknya. Ada dua jenis penyebab gangguan pada transformator, yaitu gangguan eksternal dan gangguan internal.

Ganggauan eksternal.

Gangguan eksternal sumber gangguannya berasal dari luar pengamanan transformator, tetapi dampaknya dirasakan oleh transformator tersebut, diantaranya :

gangguan hubung singkat pada jaringan beban lebih surja petir .

Gangguan internal

Gangguan internal adalah gangguan yang bersumber dari daerah pengamanan/petak bay transformator, diantaranya : - gangguan antar fasa pada belitan - fasa terhadap ground antar belitan transformator - gangguan pada inti transformator - gangguan tap changer - kerusakan bushing - kebocoran minyak atauminyak terkontaminasi - suhu lebih.

Jenis Proteksi Trafo Tenaga. Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983 Bagian Satu, C) : Rele arus lebih Rele arus hubung tanah Rele beban lebih Rele tangki tanah Rele ganggauan tanah terbatas (Restricted Earth Fault) Rele suhu Rele Bucholz Rele Jansen Rele tekanan lebih Rele suhu Lightning arrester Relle differensial

P51N NP51
96T 26 63 87T

S51- S51-2

PU

64 Gambar 26. Blok Diagram Proteksi Trafo Tenaga

RELE ARUS LEBIH ( OVER CURRENT RELAY )

OCR bekerja apabila terjadi terjadi arus yang melebihi arus setting. Relay ini bekerja untuk melindungi peralatan listrik lain saat terjadi arus lebih akibat : 1. Adanya penambahanbeban atau perkembangan beban 2. Adanya gangguan hubung singkat di jaringan maupun instalasi listrik, gangguan hubung singkat terjadi antar fasa yaitu dua fasa maupun tiga fasa.

Karakteristik Relay Arus Lebih 1. Relai arus lebih seketika (moment, instant) 2. Relai arus lebih waktu tertentu (definit time) 3. Relai arus lebih waktu terbalik (inverse time) 4. Kombinasi waktu seketika dengan waktu tertentu 5. Kombinasi waktu seketika dengan waktu terbalik

DGFR (Directional Fault Relay/ Relay Arus Gangguan Tanah )

DFGR adalah perpaduan 2 karakteristik relay yaitu : 1. DGR ( Directional Ground Relay ) Relay gangguan tanah berarah dipasang pada penyulang 20 kV sebagai pengaman utama untuk mengamankan gangguan 1 pasa ke tanah. Relay ini bekerja berdasarkan dua besaran. Yaitu arus Io (dari ZTC yang baru memang baru muncul kalau ada gangguan tanah ) dan Vo (dari PT) Open Delta yang menghasilkan suatu sudut dan arah tertentu. Bila sala satu komponen tidak terpenuhi maka relay tidak akan bekerja. 2. GFR ( Ground Fault Relay/Earth Relay ) Relay arus lebih tanpa arah atau GFR adalah relay yang bekerja apabila dilalui arus yang melebihi arus setting. Arus lebihh yang dideteksi relai ini berasal dari gangguan fasa tanah.

STANDAR WAKTU KERJA RELAI Karakteristik waktu berdasarkan BS 142 / IEC 255-3 /IEEE ANSI

Standart Inverse

Very Inverse [ ]

Extremely Inverse

Longtime inverse [ ]

Short time inverse

Dampak dari Trip Incoming : 1. Apabila beban total penyulang saat incoming trip besar dapat berakibat pada kerusakan trafo 2. Penyulang yang tidak mengalami gangguan ikut padam (gangguan meluas) 3. Daya yang terjual ke konsumen berkurang akibat gangguan 4. Pendapatan perusahaan otomatis berkurang

5. Kualitas pelayanan konsumen menurun 6. Nilai SAIDI dan SAIFI meningkat 7. Kualitas kinerja menurun

Penetapan atau Perencanaan Koordinasi Sistem Proteksi Berdasarkan kesepakatan bersama yang dibuat antara pihak P3B JB dengan pihak distribusi ditetapkan bahwa pelaksanaan koordinasi pada masing-masing instalasi di trafo dan penyulang berpedoman pada system 20 kV radial, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Setelan relay untuk OCR, GFR/DGR, SBEF dan recloser, ditetapkan oleh masing masing pihak dengan mengikuti batasan batasan teknis dengan tetap memperhatikan kualitas pelayanan. 2. Kaidah besar dalam koordinasi penyetelan relai arus lebih menggunakan pola cascade, adalah dengan menyetel relai disisi hilir lebih cepat dari sisi hulu dengan beda waktu minimal 0.3-0.4 detik. Kaidah dasar penyetelan batas arus lebih adalah sebesar 1.2 kali kemampuan peralatan terendah. Setelan tersebut harus dipastikan masih dapat bekerja dengan baik. Untuk itu perlu adalah kewajiban dari masing-masing pihak dalam menetapkan koordinasi system proteksi trafo-penyulang 20 kV, kewajiban dari masing-masing pihak adalah sebagai berikut: A. PLN P3B JB (APP Semarang) a. Menyediakan data hubung singkat di rel tegangan tinggi (150 dan 70 Kv) yang akan dipakai PLN Distribusi sebagai dasar dalam menetapkan setelan relai OCR/GFR penyulang 20 kV b. Menetapkan dan melaksakan penyetelan relai SBEF di NGR dan OCR di incoming sisi sekunder trafo. c. APP terkait menginformasikan kepada PLN Distribusi setelan relai tersebut diatas berikut data trafo arusnya.

B. PLN Distribusi

a. Menyediakan data-data yang tersedia disisi penyulang seperti DFR, SCADA di APD atau RCC P3B JB, rekaman gangguan yang terukur oleh relai, dan laporan operator. b. APD menentukan dan menerapkan nilai setting yang baru dari penyulang esuai kaidah. c. APD menyampaikan penerapan perubahan setting kepada PLN P3B JB APP terkait.

7. Sistematika Untuk mempermudah dalam mencerna dan memahami substansi dri naskah

Laporan Akhir ini, maka dilakukan pembahasan serta penjelasan tentang pokok pikiran yang terkandung didalamnya. Laporan akhir ini terdiri dari 5 Bab yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah ,metodologi serta sistematika penulisan yang menjadi landasan dalam penyusunan Laporan Akhir ini.

BAB II

DASAR TEORI Pada bab ini membahas tentang teori-teori dasar peralatan maupun kompenen-kompenen instalasi listrik yang berhubungan dengan sistem koordinasi trafo.

BAB III

ANALISA PENYETTINGAN OCR Pada bab ini akan membahas tentang cara penyettingan OCR pada sisi trafo dan di sisi penyulang 20 kV. Dan analisa gangguan gangguan yang pernah terjadi akibat kesalahan koordinasi dan karena relai pengaman OCR itu macet.

BAB IV

SIMULASI SEDERHANA Pada bab ini membahas tentang pembuatan simulasi sederhana penyettingan OCR dengan cepat dengan menggunakan program Microsoft

excel untuk mempermudah pembandingan nilai setting yang di berikan oleh APP Semarang BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan, saran dan daftar pustaka.

1. Anggaran biaya

Biaya pengetikan dan penjilidan

Rp. 30.000,-

2. Jadwal Pelaksanaan KEGIATAN Pengenalan Dasar Pengambilan masalah Pengambilan data Penyusunan Laporan JANUARI FEBRUARI MARET

DAFTAR PUSTAKA http://kk.mercubuana.ac.id/files/14047-4-821425052424.pdf KESEPAKATAN BERSAMA. 2012. Pengelolaan Sistem Proteksi Trafo-Penyulang 20 kV. Suswanto, Daman. 2010. Analisis Gangguan Pada Jaringan Distribusi. Zulkarnaeni, Eko Saputra H. 2011. Evaluasi Koordinasi Relay Proteksi Pada Feeder Distribusi Tenaga Listrik.

Anda mungkin juga menyukai