Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RSUP dr. Hasan Sadikin Jalan pasteur no. 38 Telepon 203495 Bandung-40161
Tgl. 17/9/2010 : Ny. N. A : 46 th : Perempuan : dr. A. R : C50 Malignant neoplasm of breast sudah metastase ke hepar No. XC
R/
R/
No. X
I. SKRINING ADMINISTRATIF Tabel 1. Skrining Administratif No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Persyaratan Nama dokter SIP Alamat dokter Tanggal penulisan resep Paraf dokter Nama pasien Umur pasien Jenis kelamin pasien Berat badan pasien Cara pemakaian yang jelas Status Pasien Kartu keluarga Surat keterangan tidak mampu Surat rujukan KTP Surat jaminan pelayanan pasien Gakinda/Gakin RSHS Resep asli dan copy Keterangan Ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada Diketahui dari nama Ada Tidak ada Gakinda ada ada ada ada ada
ada
II. SKRINING FARMASETIK Tabel 2. Skrining Farmasetik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Komponen yang Dikaji Bentuk sediaan Dosis obat Potensi obat Kuantitas obat Stabilitas Inkompatibilitas Cara dan lama pemberian keterangan Ada Ada Ada Ada Stabil karena dalam kemasan utuh Tidak ada karena dalam kemasan utuh Ada
III. SKRINING FAMAKOLOGI Pada resep ini pasien menjalani terapi kanker payudara, berikut ini penjelasan tentang kanker payudara:
3.1 TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker
membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan didekatnya dan bisa menyebar (metastasis) keseluruh tubuh. Metastasis adalah proses dimana sel melewati aliran darah maupun sistem getah bening, sering sel-sel tumor dan racun yang dihasilkannya keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh. Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru (Bonadonna 1988). Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara.
B. PENYEBAB KANKER PAYUDARA Sampai saat ini penyebab pasti dari kanker payudara masih belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor risiko yang lebih memudahkan seseorang untuk mendapatkan kenker payudara, yaitu: 1. Usia Risiko kanker payudara makin besar seiring dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kanker payudara terjadi pada wanita yang berusia di atas 60 tahun. 2. Faktor genetik yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Gen
lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2 3. Riwayat keluarga Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. 4. Faktor hormonal Kadar hormon wanita yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. 5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker o Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 50 tahun dan kehamilan pertama setelah usia 30 tahun. o Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen o Obesitas (kegemukan) pasca menopause o o Konsumsi alkohol yang berlebih. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) untuk mencegah keguguran
o Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi), terutama pada dada o Pemaparan terhadap bahan-bahan kimia seperti pestisida
C. GEJALA KANKER PAYUDARA Kanker payudara stadium awal biasanya tidak menyebabkan rasa nyeri. Gejala pada stadium awal berupa terabanya benjolan pada payudara yang memiliki batas yang tidak teratur dan mudah digerakan. Bila kanker payudara makin bertumbuh, maka benjolan akan membesar dan sulit digerakan karena sudah melekat pada dinding dada atau melekat pada kulit di sekitarnya. Kulit di atas benjolan dapat mengerut dan tampak seperti kulit jeruk (peau d'orange). Dapat pula timbul pembengkakan pada payudara yang disertai dengan rasa nyeri, perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara dan timbulnya benjolan atau massa di ketiak. Puting susu dapat tertarik ke dalam dan terasa gatal, disertai dengan perubahan warna pada puting susu maupun areola (daerah berwarna kecoklatan di sekeliling puting susu). Pada stadium lanjut, dapat timbul nyeri
tulang, penurunan berat badan, pembengkakan pada lengan, dan ulserasi (luka) pada kulit. Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan antara lain : a) Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan foto Rontgen yang dilakukan pada payudara. Dari hasil mammografi dapat diketahui apakah tumor yang ada di payudara merupakan tumor yang jinak atau ganas. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia di atas 35 tahun. b) USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia di bawah umur 35 tahun saat jaringan payudaranya masih padat. c) MRI payudara
Pemeriksaan MRI payudara biasanya dianjurkan pada wanita usia muda yang telah terbukti mengalami mutasi genetik. d) Skrening tulang
Skrening tulang dilakukan jika tumor yang ada di payudara telah membesar dan ditemukan adanya perbesaran kelenjar getah bening. Selain pemeriksaan di atas dapat pula dilakukan tindakan biopsi, yaitu suatu tindakan untuk mengambil sebagian jaringan dari payudara untuk diperiksa di laboratorium terhadap adanya sel kanker. Dari pemeriksaan biopsi dapat diketahui diagnosis pasti dari kanker payudara.
D. DIAGNOSIS Diagnosis dari kanker payudara dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu: adanya perbesaran kelenjar getah bening. Selain pemeriksaan di atas dapat pula dilakukan tindakan biopsi, yaitu suatu tindakan untuk mengambil sebagian jaringan dari payudara untuk diperiksa di laboratorium terhadap adanya sel kanker. Dari pemeriksaan biopsi dapat diketahui diagnosis pasti dari kanker payudara. Diagnosis dari kanker payudara dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu:
Stadium 0 Kanker in situ dimana sel-sel kanker masih berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.
Stadium I Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara
Stadium IIa Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar gatah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIb Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIIa Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIb Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada
Stadium IV Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang, atau paru-paru
menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah
dilakukannya biopsi. Pengobatan untuk kanker payudara dapat berupa terapi pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, atau terapi hormonal. Pilihan pengobatan yang paling baik untuk kanker payudara dipilih berdasarkan stadium dari penyakit. Pada stadium I biasanya pengobatan yang dipilih berupa operasi dan kemoterapi. Pada stadium II dilakukan operasi, dilanjutkan dengan kemoterapi ditambah dengan terapi hormonal. Kanker payudara stadium III diobati dengan operasi, dilanjutkan dengan kemoterapi ditambah terapi radiasi. Sedangka stadium IV diobati dengan kemoterapi yang dilanjutkan dengan terapi radiasi dan terapi hormonal. Untuk kanker payudara pada stadium yang sudah lanjut, biasanya pengobatan yang dilakukan hanya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, karena harapan hidup untuk penderita paling lama 4 tahun.
3.2 KAJIAN RESEP R/ Xeloda tab. 2 dd 3 R/ Ketopropen tab. 2 dd 1 Mografi Sediaan 1. XELODA No. XC
No. X
Kandungan : Capecitabine adalah turunan dari fluoropirimidi karbamat Bentuk sediaan: 500 mg Indikasi : pengobatan kanker payudara dan kanker usu besar. Kontraindikasi : hipersensitivitas 5-fluorouracil, serta pada pasien dengan gangguan ginjal berat (kreatinin di bawah 30 mL)
farmakologi : Capecitabine mencapai tingkat puncak dalam darah sekitar 1,5 jam (Tmax) dengan tingkat puncak 5-FU sedikit terjadi kemudian, pada 2 jam. Makanan mengurangi kedua tingkat dan tingkat penyerapan capecitabine dengan Cmax mean dan AUC0- menurun sebesar 60% dan 35%,
Mekanisme Aksi: Kedua sel normal dan tumor memetabolisme 5-FU untuk 5-fluoro-2'-deoxyuridine monofosfat (FdUMP) dan trifosfat 5fluorouridine (FUTP). Metabolit ini menyebabkan cedera sel oleh dua mekanisme yang berbeda. Pertama, FdUMP dan kofaktor folat, 2N510-methylenetetrahydrofolate, mengikat timidilat sintase (TS) untuk membentuk suatu kovalen terikat kompleks terner. Pengikatan ini menghambat pembentukan timidilat dari 2'-deoxyuridylate. Timidilat adalah prekursor diperlukan trifosfat timidin,yang penting untuk sintesis DNA, sehingga kekurangan senyawa ini dapat menghambat pembelahan sel. Kedua, enzim transkripsi nuklir keliru dapat menggabungkan FUTP di tempat uridin trifosfat (UTP) selama sintesis RNA. Ini kesalahan metabolik dapat mengganggu proses RNA dan sintesis protein.
Dosis dan cara penggunaannya: Dalam penggunaan capecitabine menggunakan perhitungan dosis obt dengan luas permukaan tubuh (body surface area, BSA). Berikut ini rumor BSA: Luas permukaan tubuh (m2) = Tabel 3. Dosis Capecitabine
Dosis 1250 mg/m2 2x1 tablet Luas permukaan tubuh Dosis sekali 2 (m ) minum 1,26 1500 1,27-1,38 1650 1,39-1,52 1800 1,53-1,66 2000 1,67-1,78 2150 1,79-1,92 2300 1,93-2,06 2500 2,07-2,18 2650 2,19 2800 Jumlah tablet pada pagi hari 150 mg 500 mg 1 2 1 2 1 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 Jumlah tablet pada malam hari 150 mg 500 mg 1 2 1 2 1 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5
( ) ( )
Interaksi Obat dengan Obat Antasida : Efek dari aluminium hidroksida dan magnesium-hidroksidamengandung antasida Antikoagulan : Pasien yang menerima seiring capecitabine dan antikoagulan kumarin-derivatif oral terapi harus memiliki respon antikoagulan dan dosis antikoagulan harus disesuaikan Interaksi obat dengan makanan : Sebaiknya di konsumsi waktu 30 menit setelah makan.
Efek samping : Diare, mual-muntah, Syndrome Tangan-dan-Foot (eritema nyeri dan pembengkakan tangan dan/ atau kaki dan/ atau kegiatan yang mempengaruhi ketidaknyamanan pasien hidup sehari-hari), Stomatitis (eritema edema, sakit atau borok mulut atau lidah, tetapi bisa makan) Perhatian dan peringatan : Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko D
2. KETOPROPEN Kandungan ketoprofen Bentuk sediaan : tablet 50 mg, tab 100 mg, kapsul CR 200 mg, suppositoria 100 mg, ampul 50 mg/ml Indikasi : :
Rheumatoid arthritis, Juvenile Arthritis, Osteoarthritis, Ankylosing Spondilitis, Penanganan nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan,ortopedi dan nyeri karena kanker. dismenorea Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ketoprofen, adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh aspirin atau golongan AINS lain, pasien hamil trimester ke-3, pasien menyusui (atau hentikan menyusui), pasien di bawah usia 12 tahun
Dosis,cara pemberian dan lama pemberian: Dosis disesuaikan dengan keadaan pasien (sangat individual) Penyakit inflamasi : Dosis awal untuk penanganan gejala rheumatoid arthritis dan osteo arthritis akut maupun kronis adalah 75mg, 3X sehari atau 50 mg 4 kali sehari atau kapsul lepas lambat 200mg sekali sehari. Dosis ini dapat digunakan untuk penanganan ankylosing spondilitis Nyeri dan Dismenore : 25mg atau 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati : Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi sehari adalah 150mg. Untuk pasien dengan kerusakan ginjal/hati berat (kadar creatinin clearence <25mL/mnt per 1.73m2 atau konsentrasi albumin <3.5g/dL, dosis tertinggi 100mg. Jika memiliki kerusakan ginjal dan hipoalbuminemia sekaligus, sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan diawasi dengan ketat. Farmakologi :
Bioavailabilitas 90% Waktu paruh eliminasi 2,1 jam Waktu untuk mencapai kadar puncak 0,5-2 jam Ikatan protein >99% Efek Samping :
- Saluran cerna : (terjadi pada 10-30% Pasien) Keluhan saluran cerna, tukak peptik, mual, diare, sakit pada bagian abdomen, sembelit, kembung, tidak ada nafsu makan, mulut kering, gastritis, pankreatitis, sampai pendarahan pada saluran cerna. - Sistem Saraf Pusat : (lebih dari 3% Pasien) Sakit kepala, eksitasi (insomnia, bermimpi, cemas, takut), pusing, depresi, sulit berkonsentrasi, lelah, bingung, migrain, rasa berputar, halusinasi. - Ginjal dan Saluran kemih : (3-8% Pasien) Meningkatkan serum kreatinin, BUN, pendarahan saluran kemih dan edema.
- Mata dan telinga : (1-3% Pasien) Gangguan penglihatan dan tinitus - Gangguan jantung : (2% Pasien) peripheral edema
- Kulit : (1-3% Pasien) Gatal, eksim dll
Perhatian dan peringatan: - Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko B - Pengaruh terhadap laktasi : diekskresikan dalam ASI - Pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan
- Pasien menggunakan obat-obat yang berinteraksi dengan
Ketoprofen Interaksi Obat-Obat: Obat antikoagulan dan antitrombosis : Sedikit memperpanjang waktu prothrombin menggunakan dan Waktu thromboplastin (warfarin) parsial. atau zat Jika Pasien
antikoagulan
thrombolitik
(streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium Obat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan munculnya efek samping Obat Diuretik : Meningkatkan risiko kerusakan ginjal AINS : Meningkatkan efek samping Probenesid : meningkatkan toksisitas Ketorolac. Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan
menurunkan eliminasi di ginjal. Interaksi Obat-makanan: Pemberian bersama dengan makanan dan susu dapat meminimalkan gangguan gastrointestinal.
3.3 KAJIAN DRP (Drug Related Problems) Tabel 4. Kajian DRP Jenis DRP Ada indikasi tidak diobati Tidak ada indikasi tetapi diobati Dosis rendah Dosis tinggi Efek samping Penilaian X X X X Efek samping yang perlu diwaspadai adalah mual-muntah yang hebat Interaksi obat Ketidakpatuhan pengobatan Kesalahan pemilihan obat X X X
Dari kajian resep diatas dapat diketahui bahwa kemungkinan efek samping yang bisa terjadi adalah mual-muntah karena efek dari obat Xeloda dan ketopropen. Apabila terjadi mual-mutah, dapat disarankan kepada dokter untuk memberikan obat anti mual-muntah seperti Ondansetron atau Domperidon. Penggunaan Xeloda pada resep ini sebaiknya dicantumkan berat bandan dan tinggi badan agar dapat dikaji dalam ketepatan pemberian dosisnya. Penggunaan ketopropen dalam resep ini kemungkinan sudah cukup adekuat mengatasi nyeri yang dialami pasien, dapat dilihat dengan dosis yang diberikan 2xsehari 50 mg. Dimana penggunaan ketopropen dalam 1 hari masih berada dalam rentang konsentrasi (dalam batas yang dipersyratkan).
3.5 KIE Berdasarkan drug related problems yang didapat maka pelayanan informasi obat yang dapat diberikan kepada pasien sebagai berikut: 1. Tanyakan kepada pasien mengenai: - Apa yang pasien ketahui mengenai penyakitnya - Apa yang pasien ketahui mengenai obat-obatnya - Apa harapan pasien setelah mengkonsumsi obat-obatnya
2.
Jelaskan mengenai indikasi masing-masing obat: - Xeloda (capecitabine) untuk pengobatan kanker payudara pasien - Ketopropen untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien.
3.
Tanyakan mengenai riwayat alergi pasien terhadap obat-obatan. Jika mempunyai riwayat alergi terhadap obat yang akan dilakukan terapi
4.
Jika pasien sedang hamil maka obat capecitabine dan ketoprofen harus diganti. Ketoprofen tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita hamil terutama pada akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem kardiovaskuler janin (penutupan prematur duktus arteriosus) dan kontraksi uterus. (PIO Depkes RI, 2009). Faktor risiko ketoprofen terhadap kehamilan: B (A-Z drug facts, 2003). Faktor risiko ondansetron terhadap kehamilan: D (DIH, 2009).
5.
Jika pasien sedang menyusui maka konsumsi obat harus ditunda setelah menyusui atau hentikan menyusui untuk sementara. Ketoprofen
didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yang sedang menyusui (DIH, 2009). 6. Tanyakan apakah pasien mempunyai gangguan hati dan ginjal atau tidak. Jika ya maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dan tes fungsi hati dan ginjal secara berkala. 7. Konsumsi obat capetabine sebaiknya dikonsumsi 30 menit setelah makan dan ketoprofen dilakukan bersamaan dengan makanan untuk meminimalkan efek samping pada gastrointestinal. Maka regimen obat yang dapat diberikan yaitu: - Capecitabine dikonsumsi 2 x 3 tablet sehari, dimana pada pagi hari (pukul 06.30) diminum 3 tablet setelah makan dengan jarak 30 menit. Kemudian pada pukul 18.30 pasien meminum 3 tablet setelah makan dengan jarak 30 menit. - Ketopropen dikonsumsi 2 x sehari pagi (pukul 08.00) dan malam hari (pukul 18.30) saat makan dan langsung ditelan (tidak dikunyah)
8.
Sampaikan efek samping umum yang biasanya terjadi karena obat-obatan tersebut seperti mual, muntah, inflamasi dan nyeri pada tangan dan kaki, serta pembengkakan pada mulut.
9.
Segera beritahukan kepada dokter atau apoteker bila mengalami reaksi alergi terjadi.
Tanggal : Senin-Jumat, 20-24 September 2010 Hari ke : 11, 12, 13, 14, dan 15
Kegiatan Uraian Tugas Kajian Kajian resep tentang rawat jalan di depo GAKINDA Resep Rawat Jalan Gakinda Resep yang diberikan sebagai berikut:
RSUP dr. Hasan Sadikin Jalan pasteur no. 38 Telepon 203495 Bandung-40161
Tgl. 17/9/2010 : Ny. N. A : 46 th : Perempuan : dr. A. R : C50 Malignant neoplasm of breast sudah metastase ke hepar No. XC
R/
R/
No. X
I.
SKRINING ADMINISTRATIF
Skrining administratif yang dilakukan meliputi ada atau tidaknya : Nama dokter SIP Alamat dokter Tanggal penulisan resep Paraf dokter
Nama pasien Umur pasien Jenis kelamin Berat badan Cara pemakaian yang jelas Status Pasien
Dari resep di atas dapat di dapat dilihat bahwa persyratan administratif sudah lengkap.
II.
SKRINING FARMASETIK
Skrining farmasetik yang dilakukan meliputi ada atau tidaknya : Bentuk sediaan Dosis obat Potensi obat Kuantitas obat Stabilitas Inkompatibilitas Cara dan lama pemberian
III.
SKRINING FAMAKOLOGI Pada resep ini pasien mendapatkan obat untuk kemoterapi kanker.
fluoropirimidi karbamat Bentuk sediaan: 500 mg Indikasi : pengobatan kanker payudara dan kanker usu besar. Kontraindikasi : hipersensitivitas 5-fluorouracil, serta pada pasien dengan gangguan ginjal berat (kreatinin di bawah 30 mL)
farmakologi : Capecitabine mencapai tingkat puncak dalam darah sekitar 1,5 jam (Tmax) dengan tingkat puncak 5-FU sedikit terjadi kemudian, pada 2 jam. Makanan mengurangi kedua tingkat dan tingkat penyerapan capecitabine dengan Cmax mean dan AUC0- menurun sebesar 60% dan 35%, Mekanisme Aksi: Kedua sel normal dan tumor memetabolisme 5-FU untuk 5-fluoro-2'-deoxyuridine monofosfat (FdUMP) dan trifosfat 5-fluorouridine (FUTP). Metabolit ini menyebabkan cedera sel oleh dua mekanisme yang berbeda. Pertama, FdUMP dan kofaktor folat, 2N5-10-methylenetetrahydrofolate,
mengikat timidilat sintase (TS) untuk membentuk suatu kovalen terikat kompleks terner. Pengikatan ini menghambat pembentukan timidilat dari 2'-
deoxyuridylate. Timidilat adalah prekursor diperlukan trifosfat timidin,yang penting untuk sintesis DNA, sehingga kekurangan senyawa ini dapat menghambat pembelahan sel. Kedua, enzim transkripsi nuklir keliru dapat menggabungkan FUTP di tempat uridin trifosfat
(UTP) selama sintesis RNA. Ini kesalahan metabolik dapat mengganggu proses RNA dan sintesis protein.
Dosis dan cara penggunaannya: Dalam penggunaan capecitabine menggunakan
perhitungan dosis obt dengan luas permukaan tubuh (body surface area, BSA). Berikut ini rumor BSA: Luas permukaan tubuh (m2) =
( ) ( )
Interaksi Obat dengan Obat Antasida : Efek dari aluminium hidroksida dan magnesium-hidroksida-mengandung antasida Antikoagulan capecitabine : dan Pasien yang menerima seiring
antikoagulan
kumarin-derivatif
oral terapi harus memiliki respon antikoagulan dan dosis antikoagulan harus disesuaikan Interaksi obat dengan makanan : Sebaiknya di konsumsi waktu 30 menit setelah makan.
Efek samping : Diare, mual-muntah, Syndrome Tangan-dan-Foot
(eritema nyeri dan pembengkakan tangan dan/ atau kaki dan/ atau kegiatan yang mempengaruhi ketidaknyamanan pasien hidup sehari-hari), Stomatitis (eritema edema, sakit atau borok mulut atau lidah, tetapi bisa makan) Perhatian dan peringatan : Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko D
KETOPROPEN Kandungan ketoprofen Bentuk sediaan : tablet 50 mg, tab 100 mg, kapsul CR 200 mg, suppositoria 100 mg, ampul 50 mg/ml Indikasi : :
Rheumatoid arthritis, Juvenile Arthritis, Osteoarthritis, Ankylosing Spondilitis, Penanganan nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan,ortopedi dan nyeri karena kanker. dismenorea Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ketoprofen, adanya riwayat gatalgatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh aspirin atau golongan AINS lain, pasien hamil trimester ke-3, pasien menyusui (atau hentikan menyusui), pasien di bawah usia 12 tahun Dosis,cara pemberian dan lama pemberian: Dosis disesuaikan dengan keadaan pasien (sangat
individual) Penyakit inflamasi : Dosis awal untuk penanganan gejala rheumatoid arthritis dan osteo arthritis akut maupun kronis adalah 75mg, 3X sehari atau 50 mg 4 kali sehari atau kapsul lepas lambat 200mg sekali sehari. Dosis ini dapat digunakan untuk penanganan ankylosing spondilitis Nyeri dan Dismenore : 25mg atau 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati : Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi sehari adalah 150mg. Untuk pasien dengan
kerusakan ginjal/hati berat (kadar creatinin clearence <25mL/mnt per 1.73m2 atau konsentrasi albumin
<3.5g/dL, dosis tertinggi 100mg. Jika memiliki kerusakan ginjal dan hipoalbuminemia sekaligus, sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan diawasi dengan ketat. Farmakologi :
Bioavailabilitas 90% Waktu paruh eliminasi 2,1 jam Waktu untuk mencapai kadar puncak 0,5-2 jam Ikatan protein >99% Efek Samping :
- Saluran cerna : (terjadi pada 10-30% Pasien) Keluhan saluran cerna, tukak peptik, mual, diare, sakit pada bagian abdomen, sembelit, kembung, tidak ada nafsu makan, mulut kering, gastritis, pankreatitis, sampai pendarahan pada saluran cerna. Perhatian dan peringatan: - Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko B - Pengaruh terhadap laktasi : diekskresikan dalam Asi - Pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan
- Pasien menggunakan obat-obat yang berinteraksi dengan
Ketoprofen Interaksi Obat-Obat: Obat antikoagulan dan antitrombosis prothrombin Jika atau Pasien zat : dan Sedikit Waktu
menggunakan thrombolitik
(streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium Obat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan
munculnya efek samping Obat Diuretik : Meningkatkan risiko kerusakan ginjal AINS : Meningkatkan efek samping Probenesid : meningkatkan toksisitas Ketorolac. Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan menurunkan eliminasi di ginjal. Interaksi Obat-makanan: Pemberian bersama dengan makanan dan susu dapat meminimalkan gangguan gastrointestinal.
KAJIAN DRP (Drug Related Problems) Dari kajian resep diatas dapat diketahui
bahwa
kemungkinan efek samping yang bisa terjadi adalah mualmuntah karena efek dari obat Xeloda dan ketopropen. Apabila terjadi mual-mutah, dapat disarankan kepada dokter untuk memberikan obat anti mual-muntah seperti Ondansetron atau Domperidon. Penggunaan Xeloda pada resep ini sebaiknya
dicantumkan berat bandan dan tinggi badan agar dapat dikaji dalam ketepatan pemberian dosisnya. Penggunaan ketopropen dalam resep ini kemungkinan sudah cukup adekuat mengatasi nyeri yang dialami pasien, dapat dilihat dengan dosis yang diberikan 2xsehari 50 mg. Dimana penggunaan ketopropen dalam 1 hari masih berada dalam rentang konsentrasi (dalam batas yang dipersyratkan). KIE Konsumsi obat capetabine sebaiknya dikonsumsi 30 menit setelah makan dan ketoprofen dilakukan bersamaan dengan makanan untuk meminimalkan efek samping pada gastrointestinal.
Sampaikan efek samping umum yang biasanya terjadi karena obat-obatan tersebut seperti mual, muntah, inflamasi dan nyeri pada tangan dan kaki, serta pembengkakan pada mulut.
Segera beritahukan kepada dokter atau apoteker bila mengalami reaksi alergi terjadi.
Pembimbing RSHS
TUGAS KAJIAN RESEP RAWAT JALAN GAKINDA DENGAN KASUS KANKER PAYUDARA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT