Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH SISTEM PENCERNAAN DENGAN KLIEN KERACUNAN

Disusun Oleh Kelompok 5: 1. Joko Suseno 2. Khristina Damayanti 3. Lusia Felyta K 4. Maria wale liwun 5. Marieta 6. Natalia ratna W 7. Rosiana veronika 8. Setyawan 9. Sri setyani (201111065) (201111069) (201111074) (201111075) (201111081) (201111091) (201111096) (201111100)

S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETH SEMARANG 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat menyelesaikan makalah sistem Pencernaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan apendiksitis peritonitis ini dengan baik. Semoga apa yang kami tulis dan kami paparkan dalam makalah ini dapat dimengerti dan di pahami dengan baik oleh pembaca sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan meningkatkan status kesehatan dalam kehidupan sehari hari. Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 11 Juni 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan BAB II PENYAKIT APENDIKSITIS 2.1 Struktur organ saluran cerna dewasa (khususnya usus) 2.2 Fisiologi saluran cerna dewasa 2.3 Proses penyerapan makanan pada orang dewasa 2.4 Patofisiologi apendiksitis dengan peritonitis 2.5 Farmakologi pasien dengan keracunan dan implikasi keperawatan 2.6 Gizi yang tepat pada apendiksitis peritonitis serta post laparotomy serta implikasi keperawatan 2.7 Penatalaksanaan medic keracunan 2.8 Keterampilan Pemeriksaan fisik system pencernaan 2.9 Keterampilan tindakan membantu pasien muntah, melakukan

pemasanganNGT, bilas lambung, pendidikan kesehatan pertolongan pertama pada keracunan. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Saluran pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ berturut-turut dimulai dari mulut (cavum oris), kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum), usus besar (colon), dan anus. Lambung manusia terletak pada daerah kiri atas rongga perut dan merupakan bagian penting dari sistem pencernaan. Lambung terletak tepat di bawah diafragma dan otot. Jika memperhatikan gambar saluran

pencernaan, lambung didahului dengan kerongkongan dan diikuti oleh duodenum. Dengan kata lain, lambung merupakan bagian dari sistem pencernaan yang ditempatkan antara kerongkongan dan duodenum.

Esophageal sphincter mengontrol pergerakan makanan dari kerongkongan ke lambung dan sfingter pilorus bertanggung jawab untuk mengatur gerakan makanan dicerna sebagian dari lambung ke duodenum, yang merupakan bagian pertama dari usus kecil

II.

Tujuan Agar mahasiswa mengetahui fungsi dan mekanisme kerja lambung Agar mahasiswa mengetahui cara menangani pasien yang mengalami keracunan dengan tipe-tipe yang berbeda

BAB II ISI

2.1 Struktur organ saluran cerna dewasa khusunya lambung Dalam saluran

pencernaan lambung adalah organ pencernaan yang

paling melebar. Terlepas dari yang melebar, juga diperluas. struktur dengan Ini adalah

kantung-seperti volume kosong

sekitar 45 sampai 50 ml (pada manusia). Namun, pada manusia dewasa

normal, itu bisa diperbesar, sehingga terus 1 sampai 3 liter makanan. Hal ini tidak berlaku untuk bayi, yang bisa memegang hanya 30 ml dalam lambung mereka. Singkatnya,

ukuran lambung akan mendapatkan diubah sesuai jumlah makanan di dalamnya. Pada orang dewasa rata-rata, lambung memiliki panjang sekitar dua belas inci dan lebar sekitar lima belas inci.

Bagian-bagian Lambung Lambung memiliki empat bagian, yang dinamakan sebagai kardia, fundus, korpus (tubuh), antrum dan pilorus. Sementara kardia adalah bagian pertama dari lambung, yang menerima makanan dari kerongkongan, fundus adalah bahwa bagian lambung yang dibentuk oleh besar kelengkungan. Tubuh corpus

membentuk wilayah pusat utama organ dan pilorus bersama dengan antrum membentuk bagian terakhir yang mengosongkan isi lambung ke duodenum.

Lapisan Dinding Lambung Lapisan terdalam dari

dinding lambung disebut mukosa dan asam lambung diproduksi dan

disekresikan dalam lapisan ini. Lapisan berikutnya

adalah submukosa, yang terbuat dari jaringan ikat. Lapisan ini ditutupi oleh externa muskularis dan kemudian serosa. Externa muskularis terdiri dari tiga lapisan otot, yang bertanggung jawab untuk mencampur makanan dengan enzim dan gerakan makanan. Jadi, lapisan ini memiliki peran penting dalam fungsi lambung Lapisan terluar adalah serosa, yang terbuat dari jaringan ikat.

Sekresi Lambung Permukaan dalam lambung memiliki berbagai jenis sel epitel yang memproduksi berbagai sekresi yang membantu proses pencernaan. Ini termasuk sel lendir yang memproduksi lendir, yang bersifat basa di alam. Lendir ini mencegah kerusakan pada lapisan dalam lambung dari asam. Ada sel-sel utama yang menghasilkan enzim yang disebut pepsin (membantu dalam fungsi lambung mogok protein) dan sel parietal yang menghasilkan asam klorida (perkelahian mikroorganisme dan mencerna makanan). Tipe lain dari sel epitel di lambung adalah sel G yang menghasilkan hormon yang disebut gastrin. Permukaan dalam lambung memiliki beberapa foldings yang disebut sebagai ruge, yang meratakan

sebagai lambung mengembang.

2.2 Fisiologi saluran cerna dewasa Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.

Fungsi Lambung Secara umum Fungsi Organ Lambung adalah untuk mencerna dan sedikit menyerap sari-sari semua makanan yang dikonsumsi oleh kita. Adapun peran atau fungsi lain dari organ lambung dintaranya adalah: 1. Memproses dan mengubah protein menjadi peptone. 2. Lemak yang masuk ke dalam tubuh akan mulai dicerna di dalam organ lambung. 3. Membekukan susu dan mengeluarkan kasein. 4. Semua makanan yang kita konsumsi atau kita makan akan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida. Jika semua itu telah dilakukan, usus siap untuk mencerna cairan-cairan yang datang dari organ lambung.

2.3 Proses pencernaan dan penyerapan makanan pada orang dewasa Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi (mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah (1) menggiling dan memecah makanan; (2) mencampur makanan dengan air liur; dan (3) merangsang papil pengecap. Ketika merangsang papil pengecap maka akan menimbulkan sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva terkandung protein air liur

seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi saliva dalam proses pencernaan adalah: 1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase. 2. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan adanya mukus sebagai pelumas. 3. Memiliki efek antibakteri oleh lisozim. 4. Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap. 5. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies. Selanjutnya adalah proses deglutition (menelan). Menelan dimulai ketika bolus di dorong oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan secara refleks akan mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam proses menelan. Tahap menelan dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring. 2. Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yang mendorong bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk mencapai ujung esofagus.

Selanjutnya, makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses motilita. Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung, yaitu: 1. Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan lambung dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter 2. Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung, makanan yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan secara bertahap akan disalurkan dari korpus ke antrum.

3. Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan gerakan retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di antrum akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus. 4. Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum

menyebabkan juga gaya pendorong untuk mengosongkan lambung.

Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapa sekret lambung diantaranya:

HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. Fungsi HCL dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen menjadi pepsin dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan mikroorganisme dalam makanan.

Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalami penguraian oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri selsel tempat ia terbentuk.

Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada mukosa lambung.

Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitamin B12 penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12 tidak dapat diserap.

Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yang mensekresikan gastrin.

Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan mengalirnya makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat dan mulai tejadi pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di lambung adalah etil alkohol dan aspirin. Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat berlangsungnya pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu: 1. Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzimenzim pankreas. Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan

penyerapan lemak. 2. Jejenum (2,5 m/ 8 kaki) 3. Ileum (3,6 m/12 kaki)

Proses motalitas yang terjadi di dalam usus halus mencakup: 1. Segmentasi: merupakan proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Kontraksi segmental mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan ke depan karena frekuensi segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus. Kecepatan segmentasi di duodenum di ileum adalah adalah 12 9

kontraksi/menit,

sedangkan

kecepatan

segmentasi

kontraksi/menit. Segmentasi lebih sering terjadi di bagian awal usus halus daripada di bagian akhir, maka lebih banyak kimus yang terdorong ke depan daripada ke belakang. Akibatnya, kimussecara perlahan bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama proses ini kimus mengalami proses maju mundur sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal. 2. Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka proses segmentasi akan berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan menyapu bersih usus diantara waktu makan. Usus halus mensekresikan 1,5 liter larutan garam dan mukus cair yang disebut sukus enterikus ke dalam lumen yang fungsinya adalah (1) mukus menghasilkan

proteksi dan limbrikasi; (2) sekresi encer ini menghasilkan H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara enzimatik. Proses pencernaan di usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas. Dalam keadaan normal, semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan air diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejenum. Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses akan dikeluarkan oleh refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus internus (terdiri dari otot polos) untuk melemas dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi. Peregangan awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid defekasi biasanya dibantu oleh mengejan volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi tertutup sehingga meningkatkan tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran feses.

2.4 Patofisiologi keracunan Racun adalahzat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapt mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia (Brunner dan Suddarth, 2001). Arti lain dari racun adalah suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh orgenisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan (Muriel, 1995). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat,

atau secara kumulatif. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisystem dengan keadaan yang tidak jelas (Arif Mansjoer, 1999). Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi tosik, baik kecelakaan dank arena kesengajaan merupakan kondisi bahaya kesehatan. Jenisjenis keracunan (FK-UI, 1995) dapat dibagi berdasarkan: Cara terjadi Self Poisioning Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosisi yang berlebih tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuh diri, hanya bermaksud untuk mencari perhatian saja. Attempted Suicide Pada keadaan ini, pasien bermaksud bunuh diri, bisa berakhir dengan kematian atau pasien dapat sembuh bisa salah tafsir dengan dosis yang dipakai. Accidental Poisioning Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajaan Homicidal Poisioning Keracunan akibat tindakkan criminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain. Mula waktu terjadi, terdiri dari: Keracunan kronik Keracunan yang gejalanya timbul berlahan dan lama setelah pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative kecil. Cirri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjasi akumulasi. Keracunan akut Biasanya terjasi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada keracunan makanan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung), dan gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konfusi, dan koma.

Menurut alat tubuh yang terkena Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun hati, racun ginjal, racun SSP, racun jantung. Menurut jenis bahan kimia Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya golongan alcohol, fenol, logam berat, organokklorin, dan sebagainya. Penggolongan keracunan yang lain (Brunner dan Suddarth, 2001) didasarkan pada: Racun yang tertelan atau tercerna Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk alkalin (Lye, pembersih kalkulator dan kamera) dan prodak asam(pembersih toilet, kolam renang, logam dan penghilang karat juga asam baterai) Keracunan melalui inhalasi, yaitu keracunan yang disebabkan oleh gas karbon monoksida, karbondioksida dan hydrogen sufit) Keracunan kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi) Keracunan melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga ( tawon, kalajengking, dan laba-laba) dan gigitan ular. Keracunan makanan, yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia ( fermentasi ) dan pembusukan karena kerja bakteri ( daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi ketela ( singkong ) yang mengandung asam sia nida ( HCn) jengkol, tempe bongkrek, dan racun pada udang maupun kepiting. Penyalah gunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimulant ( amphetamine), depresan (barbiturate), atau halusinogen (morfin) dan penyalah gunaan alcohol

Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kasus keracunan pangan :

Meningkatnya jumlah makanan yang dimakan diluar rumah ( dalam kantin, resteurant, dll ), jika makan yang dikelolah oleh pengusaha catering tercemar oleh bakteri penyebab kerancunan pangan, sejumlah besar orang akan dirancuni.

Pengusaha catering sekarang menyiapakan lebih banyak variasi menu yang sering melakukan penyimpanan sajian dalam kondisi yang tetap hangat, sampai diperlukan.

Meningkatnya jumlah penjualan "take away meal", makanan ini sering dipanaskan kembali dan mungkin dipanasi lagi di rumah pelanggan. Intensifikasi pertanian mengakibatkan lebih banyak bahan pangan terkontaminasi oleh bakteri penyebab keracunan makanan.

Kapan gejala keracunan ini akan dirasakan?

Waktu timbulnya gejala setelah seseorang mengkonsumsi makanan beracun sangat bervariasi terggantung jenis kuman yang menginfeksi. Namun rata rata mereka akan mengeluhkan gangguan kesehatan setelah 30 menit sampai 2 minggu setelah menyantap makanan beracun. Keluhan yang dirasakan antara lain nyeri perut, mules, diare, muntah dan demam. Keluhan ini dirasakan dari tingkat ringan sampai berat.

Siapakah yang paling rentan terhadap keracunan makanan?

Bayi, anak anak dan orang tua adalah mereka yang paling rentan terkena keracunan makanan. Mengapa? Karena fungsi kekebalan tubuhnya lebih lemah bila dibandingkan dengan kelompok usia yang lain.

Bakteri yang sering menyebabkan kerancunan makanan adalah :


Oraganisme dari kelompok Salmonella Staphylococcus aureus Clostridium perfringens ( welchii ) Bacillus cereus Vibrio parahaemolyticus

Sementara itu, terdapat tiga tipe utama keracunan makanan karena bakteri: 1. Tipe infektif yang disebabkan karena memakan makanan yang mengandung sejumlah besar bakteri hidup. Stelah dimakan, bakteri tersebut menetap dalam saluran pencernaan dan jika mati, mereka melepaskan endotoksin ( misalnya kerasunan Salmonella ). 2. Tipe keracunan yang disebabkan karena memakan makanan yang ensotoksin. Toksin tersebut dilepaskan kemakanan selama bakteri itu tumbuh dan memperbanyak diri dalam makanan. Bakteri sendirinya sendiri mungkin mati jika makanan tersebut dimakan ( keracunan Staphylococcus ). 3. Tipe ini disebabkan oleh toksin, toksin ini tidak diproduksi didalam makanan, tetapi dilepaskan selama pertumbuhannya didalam sallurang pencernaan, setelah bakteri tersebut dimakan ( misalnya keracunan Clostridium perfringes)

2.5 Farmakologi pasien dengan keracunan serta implikasi keperawatan Anti dotum. Atropin sulfat ( SA ) bekerja dgn menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg Dilanjutkan dgn 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris & psikosis). Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 4 6 8 & 12 jam. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru & kegagalan pernafasan akut sering fatal. BEBERAPA CONTOH ANTIDOTUM Antidotum merupakan ramuan/obat untuk melawan atau menawarkan kerja racun. Berikut ini adalah contoh beberapa antidotum yang ada: TOKSIN Opiat Metanol, etilen glikol Antikolinergik Organofosfat/insektisida karbamat Beta bloker Digitalis, glikosida Benzodiazepin Karbon monoksida Nitrit Asetaminofen Cianida ANTIDOTUM Nalokson Etanol Fisostigmin Atropin, piridoksin Glukagon Digoksin-fragmen tertentu Flumazenil Oksigen Metilen biru N-asetilsistein Amil nitrit Natrium nitrit Natrium tiosulfat antibodi

Penghambat saluran kalsium

Kalsium glukonat

IMPLIKASI KEPERAWATAN Orang sering berpedoman pada pengunaan antidotum, padahal jumlah antidotum sangat sedikit Peran perawat sangat diperlukan mulai dari pengkajian sampai evaluasi Penilaian yang penting dalam keracunan adalah kesadaran dan aspirasi. Pengobatan spesifik dan antidotum Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida). - Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan. - Gejala : nyeri perut, muntah dan diare. - Tindakan : o Keracunan pada kulit dan mata : - irigasi dengan air mengalir - beri antibiotik dan antiinflamasi. o Keracunan ditelan / tertelan : - asam kuat dinetralisir dengan antasida - basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka - jangan bilas lambung atau tindakan emesis - beri antibiotik dan antiinflamasi. Keracunan Alkohol / Minuman Keras Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor sampai koma. Tindakan : Bilas lambung dengan air Beri kopi pahit Infus glukosa : mencegah hipoglikemia. Keracunan Arsenikum

Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok. Tindakan : Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol Atasi syok dan gangguan elektrolit Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan. Keracunan Tempe Bongkrek Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma. Tindakan : terapi simptomatik. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme) Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran. Tindakan : Bilas lambung dengan norit Beri ATS 10.000 unit. Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral. Keracunan Ikan Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan. Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar. Keracunan Jamur Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma. Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar. Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam Infus Glukosa. Keracunan Jengkol Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria anuria, muncul gejala Uremia. Tindakan :

Infus Natrium bikarbonat Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari Keracunan Singkong Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit). Tindakan : Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit. Keracunan Marihuana / Ganja Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis. Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama. Keracunan Formalin Gejala : Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala bronchitis dan pneumonia. Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis. Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok, koma, gagal nafas. - Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit / air susu Keracunan Barbiturat Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi pernafasan, syok sampai koma. Tindakan : Jangan lakukan emesis atau bilas lambung Bila sadar beri kopi pahit secukupnya Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular. Keracunan Amfetamin Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis, kegagalan pernafasan dan sirkulasi. Tindakan : Bilas lambung

Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi) Keracunan Aminopirin (Antalgin) Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis. Tindakan : Beri antihistamin im/iv Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan. Keracunan Digitalis (Digoxin) Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi. Tindakan : Propranolol KCl iv Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion) Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang. Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar Jangan diberi morfin dan aminophilin. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT) Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan ventrikel, koma. Tindakan : Jangan gunakan epinefrin Bilas lambung hati-hati Beri pencahar Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin) Gejala : Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk paru) - Tindakan :

Jangan lakukan emesis Bilas lambung hati-hati Beri pencahar Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im Pengawasan : kemungkinan edem paru. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO) Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala, dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma. Tindakan : Pasang O2 bertekanan Jangan gunakan stimulant Pengawasan : kemungkinan edem otak Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein) Gejala : mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal sampai koma. Tindakan : Jangan lakukan emesis Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB. Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik. Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.

2.6 gizi yang tepat pada pasien dengan keracunan serta implikasi keperawatan Gizi yang tepat pada pasien yang keracunan adalah makanan Tinggi karbohidrat tinggi protein Berikut ini daftar makanan mengandung karbohidrat : Sereal, Tepung dan Roti Roti tawar Nasi putih Tepung gandum Jagung Sagu

Terigu Kanji Pasta

Spageti Beras Merah

Buah-Buahan, contohnya yaitu: Aprikot Kurma Blueberry Pisang Anggur Apel Jeruk Pir Nanas Stroberi Semangka Kismis

Kacang-kacangan, contohnya yaitu: Kacang Tanah Kacang hijau Kacang merah Lentil

Umbi-Umbian, contohnya yaitu: Kentang Ubi Jalar Ketela Pohon Wortel Lobak

Produk Susu, yaitu: Susu rendah lemak Yoghurt rendah lemak Susu coklat Susu skim

Makanan Ringan, yaitu: Cokelat Permen Kue Kering Cake

10.Makanan Sumber Protein Tinggi - Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi dua, yaitu protein hewani dan protein nabati.

10 sumber makanan yang mengandung protein tinggi. A. Makanan Sumber Protein Hewani 1. Red Meat (Daging Merah) Konsumsi red meat seperti daging sapi, kambing dan domba baik untuk tubuh. Selain sebagai sumber protein, red meat juga penting sebagai sumber vitamin B12 and zat besi heme. Vitamin B12 merupakan vitamin yang sulit ditemui pada tumbuhan. Oleh sebab itu, orang yang hanya mengkonsumsi protein

nabati memiliki resiko kekurangan vitamin B12. Zat besi terdapat dalam 2 bentuk; heme dan non-heme. Zat besi heme adalah tipe zat besi yang lebih mudah untuk diserap oleh tubuh dibandingkan dengan non-heme. Oleh sebab itu, konsumsi red meat baik untuk memastikan kecukupan zat besi pada tubuh. 2. White Meat (Daging Putih) Ayam merupakan salah satu contoh sumber protein dari white meat. Sama halnya dengan red meat, ayam juga mengandung lemak dan kolesterol. Lemak ayam banyak terdapat pada kulit dan bagian paha ayam, oleh sebab itu pilihlah bagian dada ayam. 3. Fish (Ikan) Tentunya kita semua sudah tahu kalau ikan merupakan makanan tinggi protein. Namun, berbeda dengan daging, kita tidak perlu kuatir akan kandungan lemak pada ikan. Beberapa jenis ikan, seperti gindara memiliki kadar lemak yang sangat rendah. Ikan lainnya seperti salmon dan tuna memiliki kandungan lemak yang cukup banyak, namun jangan kuatir karena lemak yang terkandung di dalamnya merupakan lemak baik Omega 3. 4. Susu dan produk olahannya 80% protein pada whole milk merupakan protein kasein, sedangkan 20% sisanya adalah protein whey. Kombinasi kedua jenis protein ini akan mengoptimalkan latihan sixpack Anda. Protein whey dapat diserap dengan cepat oleh tubuh sehingga cocok untuk dikonsumsi sebelum latihan. Sebaliknya, efek slow release dari protein kasein baik untuk mempertahankan kandungan protein selama Anda tidur. Susu tinggi protein kasein dapat ditemukan pada L-Men Regular Slow Release Formula. 5. Telur Telur adalah salah satu makanan yang lazim untuk dikonsumsi oleh penggemar fitnes untuk memenuhi kebutuhan protein yang tinggi sejak dahulu kala. Why is that? Kualitas protein dinilai dengan beberapa parameter, salah satunya adalah biological value (BV). Semakin tinggi nilai BV artinya protein

semakin mudah protein terserap dalam tubuh. Dibandingkan dengan sumber protein lainnya, nilai BV (whole eggs) adalah yang paling tinggi, yaitu 100. 6. Ikan Teri Mungkin Anda akan terkejut dengan fakta ini. Yes, makanan yang sering kali disepelekan ini (sering mendapatkan predikat makanan rakyat) ternyata tinggi kandungan proteinnya. Walaupun ukurannya kecil, ternyata kandungan proteinnya mencapai 10%. Selain protein, Anda juga bisa mendapatkan kalsium dari konsumsi ikan teri. Kecil-kecil cabe rawit!

B. Makanan Sumber Protein Nabati 7. Kedelai (Beans) Kacang kedelai (soybean) merupakan protein nabati yang paling digemari. Hal ini disebabkan oleh kandungan proteinnya yang tinggi, namun harganya yang lebih terjangkau. Susu kedelai juga mempunyai manfaat bagi orang yang memiliki lactose intolerance atau alergi terhadap susu sapi. Selain itu, kacang kedelai juga mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Masih dalam kategori beans, kacang hijau (mungbean) juga merupakan alternatif makanan tinggi protein. Selain protein, kacang hijau juga memberikan nutrisi lain, seperti: vitamin, mineral, dan serat. 8. Kacang-kacangan Good news buat Anda yang suka makan kacang. Selain rasanya yang enak, ternyata kacang tinggi akan protein. Namun bagaimana dengan lemaknya? Anda tidak perlu kuatir karena lemak pada kacang merupakan lemak yang baik untuk kesehatan jantung. Namun dengan segala kebaikannya, bukan berarti Anda bisa mengkonsumsinya dalam jumlah yang terlalu banyak, bisa-bisa malah mengantarkan Anda ke perut one pack daripada sixpack. 9. Biji-bijian (Grains) Biji-bijian atau grains, seperti misalnya gandum, memang lebih banyak dikenal sebagai sumber karbohidrat. Namun, tahukah Anda kalau biji-bijian juga

mengandung protein? Pada gandum, kandungan protein bisa mencapai sekitar 9%. Surprising fact, yes? Namun demikian, konsumsi grains sebaiknya dibatasi, terutama bagi Anda yang sedang menjalani diet rendah karbo. 10. Polong-polongan (Peas) Peas atau polong-polongan (misalnya seperti kacang polong) bukanlah sayuran yang biasa dikonsumsi oleh orang Indonesia. Namun, Anda mungkin saja tertarik untuk memvariasikan diet Anda dengan kacang polong setelah mengetahui bahwa kacang polong juga mengandung protein selain serat, vitamin, dan mineral. Lalu pertanyaannya "Mana yang terbaik diantara kedua sumber protein ini?". Jawabannya adalah balance. Harus seimbang antara konsumsi protein hewani dan protein nabati, (sumber : kesehatan.gen22.net).

Hindari makanan yang mengandung racun

2.7 Penatalaksanaan medic keracunan Penatalaksanaan medic pada klien keracunan yaitu: Mencegah / menghentikan penyerapan racun Racun melalui mulut (ditelan / tertelan) o Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit). o Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara : Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang. Bilas lambung : Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.

Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).

Racun melalui melalui kulit atau mata - Pakaian yang terkena racun dilepas - Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat encer). - Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi. Racun melalui inhalasi - Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.

- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth. Racun melalui suntikan - Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit - Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im. - Beri kompres dingin di tempat suntikan

Mengeluarkan racun yang telah diserap Dilakukan dengan cara : - Diuretic : lasix, manitol - Dialisa - Transfusi exchange

Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala - Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP - Gangguan sistem susunan saraf pusat : Kejang : beri diazepam atau fenobarbital Odem otak : beri manitol atau dexametason.

Pengobatan spesifik dan antidotum a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida). - Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan. - Gejala : nyeri perut, muntah dan diare. - Tindakan : Keracunan pada kulit dan mata : irigasi dengan air mengalir, beri antibiotik dan antiinflamasi. Keracunan ditelan / tertelan : asam kuat dinetralisir dengan antasida, basa kuat

dinetralisir dengan sari buah atau cuka, jangan bilas lambung atau tindakan emesis, beri antibiotik dan antiinflamasi.

b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras - Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor sampai koma. - Tindakan : Bilas lambung dengan air Beri kopi pahit Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.

c. Keracunan Arsenikum - Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok. - Tindakan : Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol Atasi syok dan gangguan elektrolit Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.

d. Keracunan Tempe Bongkrek - Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma. - Tindakan : terapi simptomatik.

e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme) - Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran. - Tindakan :

Bilas lambung dengan norit Beri ATS 10.000 unit. Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.

f. Keracunan Ikan - Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan. - Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.

g. Keracunan Jamur - Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma. - Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar. Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam Infus Glukosa.

h. Keracunan Jengkol - Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria anuria, muncul gejala Uremia. - Tindakan : Infus Natrium bikarbonat Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari

i. Keracunan Singkong - Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit). - Tindakan : Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

j. Keracunan Marihuana / Ganja - Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis - Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.

k. Keracunan Formalin - Gejala : Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala bronchitis dan pneumonia. Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis. Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok, koma, gagal nafas. - Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit / air susu

l. Keracunan Barbiturat - Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi pernafasan, syok sampai koma. - Tindakan : Jangan lakukan emesis atau bilas lambung Bila sadar beri kopi pahit secukupnya Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.

m. Keracunan Amfetamin - Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis, kegagalan pernafasan dan sirkulasi. - Tindakan : Bilas lambung Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)

n. Keracunan Aminopirin (Antalgin) - Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis - Tindakan : Beri antihistamin im/iv Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.

o. Keracunan Digitalis (Digoxin) - Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi - Tindakan : Propranolol KCl iv

p. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion) - Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang. - Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar Jangan diberi morfin dan aminophilin.

q. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT) - Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan ventrikel, koma - Tindakan : Jangan gunakan epinefrin Bilas lambung hati-hati Beri pencahar Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.

r. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin) - Gejala : Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk paru) - Tindakan : Jangan lakukan emesis Bilas lambung hati-hati Beri pencahar Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im Pengawasan : kemungkinan edem paru.

s. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO) - Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala, dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma. - Tindakan : Pasang O2 bertekanan Jangan gunakan stimulant Pengawasan : kemungkinan edem otak

t. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein) - Gejala : mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal sampai koma. - Tindakan : Jangan lakukan emesis Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB. Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik.

Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.

2.8 Pemeriksaan fisik system cerna 1. Pengertian Tindakan Pemeriksaan fisik abdomen pada prinsipnya sama dengan pemeriksaan fisik umum yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Namun, bagian tubuh yang akan diperiksa adalah sekitar wilayah abdomen (suatu rongga dalam badan di bawah diafragma sampai dasar pelvis). Pemeriksaan abdomen dapat bersifat kompleks karena organ-organ yang terletak di dalam dan di dekat rongga abdomen. Pemeriksaan fisik abdomen terdiri dari pengkajian struktur traktus gastrointestinal dibawah selain hati, lambung, uterus, ovarium, ginjal, dan kandung kemih. Pemeriksaan daerah abdomen atau perut di bawah arkus kosta kanan-kiri sampai garis lipat paha atau daerah inguinal. 2. Tujuan Tindakan a. Menjelaskan struktur anatomi dan fungsi system pencernaan dan perkemihan. b. Mencari atau mengidentifikasi kelainan di sistem gastrointestinal, atau sistem ginjal dan saluran kemih atau genitalia/perineum (jarang) 3. Kompetensi Dasar Lain yang harus dimiliki a. Mengetahui dan Memahami dasar-dasar pengkajian fisik secara umum (IPPA) b. Kemampuan anamnesis. 4. Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi Indikasi: Klien dengan keluhan pada sekitar abdomen atau sistem gastrointestinal Kontraindikasi: Komplikasi: 5. Alat dan Bahan a. Stetoskop b. Penggaris Kecil c. Pita Pengukur

d. Pensil Gambar e. Bantal Kecil 6. Anatomi daerah Target Di dalam abdomen terdiri dari beberapa system tubuh, yaitu pencernaan dan perkemihan. System pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ pencernaan tambahan. Adapun organ-organ pencernakan adalah sebagai berikut : mulut-kerongkongan-lambung-usus halus-usus besar-rektum-anus. System percernaan Pada pemeriksaan fisik abdomen bagian system pencernakan yang di periksa adalah: a. Lambung ( gaster ) Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri. Bagian-bagian lambung terdiri dari : Fundus ventrikuli, Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, kurvatura minor, kurvatura mayor, osteum kardiakum. b. Usus halus / intestinum minor Lapisan usus halus : lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M.sirkuler), lapisan otot memanjang ( M. longitudinal ) dan lapisan serosa ( sebelah luar ) Adapun bagian-bagian dari usus halus adalah sebagai berikut : Duodenum ( usus 12 jari ), Yeyenum dan Ileum. c. Usus besar / Intestinum mayor Lapisan usus besar dari dalam ke luar : Selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat Bagian bagian dari usus besar adalah sebagai berikut : Seikum, kolon asenden, appendiks, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, rectum

Sistem Perkemihan terdiri dari ginjal dll.

7. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang harus diperhatikan Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kencing Jaga privasi klien dengan menutupi dada atas dan tungkai Posisikan klien secara terlentang tangan di kedua sisi sedikit menekuk Letakan bantal di bawah lutut pasien Letakan bantal di bawah kepala pasien Klien haruslah serileks mungkin, karena otot abdomen yang mengencang menyembunyikan keakuratan palpasi dan auskultasi. Ruangan yang digunakan haruslah hangat dan tungkai klien sebaiknya diberi selimut. Klien berbaring telentang dengan posisi dorso rekumben dengan lengan di kedua sisi dan lutut sedikit di tekuk. Selain itu, letakkan bantal kecil dibelakang lutut klien. Jika klien meletakkan lengan di bawah kepala, otot abdomen dapat mengencang.

8. Prosedur Tindakan Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Hasil pemeriksaan auskultasi yang akurat didahulukan sebelum

palpasi dan perkusi sebelum melakukan manipulasi terhadap abdomen. Bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus. Pemeriksaan ini mencakup pengkajian struktur traktus gastrointestinal ( GI ) bawah. Nyeri pada abdomen merupakan gejala paling umum yang dilaporkan klien ketika pergi ke layanan medis. Pengkajian yang akurat membutuhkan pencocokan data riwayat klien dengan pengkajian yang cermat terhadap lokasigejala fisik. Untuk menentukan letak organ pada pemeriksaan abdomen dikenal dengan dua cara pembagian abdomen yaitu

pembagian menurut 4 kuadran dan pembagian menurut 9 region. 1) Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah. Pembagian 4 kuadran dilakukan dengan, perawat membuat garis vertical dariprocessus xiphoideus ke arah simfisis pubis, dan dibuat garis horizontal yang memotong umbilicus.

RIGHT UPPER QUADDRAN ( RUQ) Liver, Gallbladder, duodenum, head of pancreas, right kidney and

LEFT UPPER QUADDRAN ( LUQ) Stomach, spleen, left lobe of liver, body of pancreas, left kidney and adrenal, splenic flexure of colon, part of transverse and descending colon

adrenal, hepatic flexure of colon, part of ascending and transverse colon

RIGHT LOWER QUADDRAN ( RLQ) Cecum, appendix, right ovary and tube, right ureter, right spermatic cord MIDLINE Aorta, Uterus, Bladder

LEFT LOWER QUADDRAN ( LLQ) Part of descending colon, sigmoid colon, left ovary and tube, left ureter, left spermatic cord.

2) Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis vertikal. Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS) Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line abdomen. Terbentuklah daerah hipokondrium

kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.

Pengkajian & Anamnesis Tanyakan kebiasaan BAB Klien Perhatikan gerakan dan posisi Klien Tanyakan apakah klien pernah operasi Tanyakan perubahan BB 24 jam terakhir Kaji sendawa, sulit menelan, flatulensi,diare,dst Tanyakan riwayat kanker ginjal Tentukan klien hamil atau tidak Tanyakan apakah klien dlm pengaruh obat Minta klien menunjukkan lokasi nyeri sebelum pemeriksaan

Penatalaksanaan 1. Inspeksi 1. Mintalah pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh.

Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk melemaskan/ relaksasi otot- otot abdomen 2. 3. Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen. pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan warna

abdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola vena, dan striae serta bayangan vena dan pergerakkan abnormal. 4. 5. Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus. perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau penegangan.

Bila abdomen tampak menegang, minta pasien untuk berbalik kesamping dan inspeksi mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga-iga dan panggul, tanyakan kepada pasien apakah abdomen terasa lebih tegang dari biasanya 6. Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan memasang

tali/ perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah simpul dikedua sisi tali/ perban untuk menandai dimana batas lingkar abdomen, lakukan monitoring, bila

terjadi peningkatan perenggangan abdomen, maka jarak kedua simpul makin menjauh 7. 8. Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal. Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan

peristaltik atau denyutan aortik.

Klien yang bebas dari nyeri abdomen tidak akan membungkuk atau membelat abdomen. Untuk menginspeksi gerakan atau bayangan abnormal pada abdomen, perawat berdiri di sisi kanan klien dan melakukan inspeksi dari atas abdomen. Dengan posisi duduk untuk melihat tegak lurus pada abdomen, perawat mengkaji kontur. Keadaan kulit Warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman) Elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi) Kering (dehidrasi) atau lembab (asites) Adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya) Pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal)

- Umbilikus Posisi, bentuk, warna, dan tanda inflamasi, rabas, atau massa yang menonjol harus diperhatikan. Normalnya umbilicus datar atau cekung hemisfer di tengah antara proseus sifoideus dan simfisis pubis. Warnanya sama dengan kulit sekitarnya. Umbilikus yang menonjol ke luar biasanya menunjukkan adanya distensi. Hernia (penonjolan organ abdomen melewati dinding otot) menyebabkan penonjolan umbilicus ke atas. Normalnya tidak ada rabas yang ke luar dari area umbilicus. - Kontur dan simetrisitas

Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan permukaan abdomen, memperhatikan adanya massa, penonjolan atau distensi. Abdomen datar membentuk bidang horizontal dari proseus sifoideus sampai simfisis pubis. Abdomen yang bulat menonjol ke dalam bola cekung dari bidang horizontal. Setiap hasil temuan tersebut normal jika bentuk abdomen simetris. Gastro intestinal,tumor, atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan distensi. Jika distensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan abdomen akan menonjol. Kulit sering tampak tegang seperti diregangkan diatas abdomen. Jika terjadi distensi abdomen, perawat dapat mengukur lingkar abdomen dengan meletakkan pita ukur disekeliling abdomen setinggi umbilicus. Pengukuran berurutan akan menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan distensi. Gunakan pena untuk menunjukkan dimana pita ukur itu diletakkan. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung). - Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,

splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis) Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.

- Pembesaran organ atau massa Sambil mengobservasi kontur abdomen, perawat meminta klien menarik napas dalam dan menahannya. Kontur tersebut harus tetap halus dan simetris. Manuver ini mendorong diafragma ke bawah dan mengurangi ukuran rongga abdomen. Organ-organ yang membesar di rongga abdomen bagian atas, misalnya hati atau limpa, dapat menurun ke bawah rongga iga sehingga meneyebabkan tonjolan. - Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour). - Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

2. Auskultasi Siapkan stetoskop Tanyakan kepada klien kapan terakhir makan Letakan sisi diafragma pada kuadran kiri bawah Dengarkan peristaltik usus (suara seperti bunyi

berkumur). Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus.

Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).

Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang. Suara usus terdengar tidak ada Hipoaktif/ sangat lambat (misalnya sekali dalam 1 menit ), Hiperaktif (misalnya setiap 3 detik Normoperistaltik (tiap 5 20 dtk) Bila usus jarang sekali atau tidak ada, maka tahan selama 3 5 menit Letakan bagian bel stetoskop di atas aorta, arteri renal, arteri iliaka untuk mendengarkan suara pembuluh darah. Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolik, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium. Aorta di bawah superior umbilikus Arteri renal pada garis tengah perut atau ke arah kiri atau ke kanan dari garis perut bagian atas mendekati panggul Arteri iliaka pada area bawah umbilikus sebelah kiri atau kananGunakan diafragma stetoskop untuk mendengarkan bising usus dan gunakan bell untuk

mendengarkan bunyi vascular. Auskultasi bising usus dimulai dari daerah kuadran kanan bawah; perhatikan karakter dan frekuensi suara, hitung bising usus minimal selama 60 detik. Motilitas usus Merupakan fungsi normal usus halus dan usus besar. Bising usus merupakan bunyi lintasan udara dan cairan yang diciptakan oleh motilitas usus/peristalsis. Diagram stetoskop yang dihangatkan diletakkan sedikit diatas setiap kuadran. Normalnya udara dan cairan yang mengalir melewati usus menimbulkan bunyi berdeguk atau bunyi klik yang terjadi tidak teratur 5 sampai 35 detik per menit. Bunyi tersebut dapat berlangsung selama detik sampai beberapa detik. Normalnya diperlukan 5 sampai 20 detik untuk mendengar bising usus. Saat terbaik untuk mengauskultasi adalah diantara waktu makan. Pada saat perawat mengauskultasi tepat setelah makan atau lama sesudah klien makan, bising usus cenderung meningkat. Bunyi biasanya digambarkan sebagai normal, dapat terdengar, tidak ada, hiperaktif, atau hipoaktif. Tidak ada bunyi yang mengindikasikan berhentinya motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat obstruksi usus tahap akhir, ileus paralitik, atau peritonitis. Bunyi vaskuler Bruit mengindikasikan penyempitan pembuluh darah dan gangguan aliran darah. Adanya bruit pada area abdomen dapat mengungkapkan adanya aneurisma atau stenosis pembuluh darah. Perawat menggunakan bel stetoskop untuk

mengauskultasi region epigastrik dan keempat kuadran. Normalnya tidak ada bunyi vaskuler yang terdengar di aorta (garis tengah abdomen), atau arteri femoral (kuadran bawah). Bruit arteri renalis dapat terdengar dengan meletakkan stetoskop di atas setiap kuadran atas secara anterior atau di atas sudut kostovertebrata secara posterior.

3. Perkusi

Lakukan perkusi pada ke- 4 kuadran abdomen untuk menentukan tingkat timpani dan dullness. a. Perkusi Lambung 1. 2. 3. Posisi pasien tidur terlentang Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian

Epigastrium kiri 4. Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani

b. Perkusi Ginjal 1. 2. 3. 4. Posisi pasien duduk atau berdiri. Pemeriksa dibelakang pasien Perkusi sudut kostovertebral di garis skapular dengan sisi ulnar tangan kann Normal perkusi tidak mengakibatkan rasa nyeri

4. Palpasi Tujuan: untuk menentukan ukuran dan letak organ, ketegangan otot, adanya massa, nyeri, dan adanya cairan. Identifikasi daerah nyeri sebelum palpasi. Palpasi pada daerah nyeri dilakukan terakhir. a. Palpasi abdomen secara dangkal Letakkan tangan dan jari-jari pada abdomen. Tekan ke dalam abdomen secara dangkal dengan menggunakan jari-jarin tangan. Pindahkan tangan ke seluruh 4 kuadran dengan cara mengangkat tangan kemudian meletakkannya pada daerah lain. Jangan menggeser atau menarik tangan pada permukaan kulit. Catatan: Rigid, disertai nyeri dan batuk memungkinkan adanya spasm (kejang) otot, inflamsi atau infeksi (peritonitis)

Nyeri tekan mengindikasikan inflamsi peritoneal Jika dicurigai hernia, minta klien menaikkan kepala dan punggung, kemudian observasi tonjolan yang muncul pada abdomen

Jika klien merasakan ada massa saat ditekan, hal ini memungkinkan adanya penyakit kolon, aneurisma vaskuler, pembengkakan usus, distensi kandung kemih atau kanker. b. Palpasi abdomen dengan menggunakan tekanan sedang palpasi hepar

Lakukan seperti langkah di atas Berikan tekanan pada abdomen kurang lebih 2 inch (6 cm) Lakukan pada ke-4 kuadran Bila klien gemuk lakukan palpasi dengan cara bimanual Identifikasi ukuran organ bawahnya, apakah ada nyeri atau massa. Jika klien merasakan ada massa saat ditekan, hal ini memungkinkan adanya penyakit kolon, aneurisma vaskuler, pembengkakan usus, distensi kandung kemih atau kanker. c. Palpasi hepar

Letakkan tangan kiri di bawah toraks posterior kanan pada tulang rusuk ke-11 dan pinggang Instruksikan klien untuk rileks di atas kiri pemeriksa Angkat daerah tulang rusuk tersebut dengan tangan kiri Letakkan tangan kanan pada abdomen atau di bawah batas hepar kemudian tekan ke dalam dan ke atas sepanjang lengkung tulang rusuk Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam. Pada saat inhalasi pemeriksa meraba tepi hepar. d. Palpasi Limfa

Letakkan tangan kiri di bawah lengkung rusuk sebelah kiri dan lengkung tersebut untuk memindahkan posisi limfa ke anterior Tekan ujung jari-jari tangan kanan ke dalam batas rusuk kearah klien

Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut, karena diafragma akan turun dan limfa bergerak kea rah ujung jari-jari tangan kanan pemeriksa. e. Palpasi ginjal

Atur

posisi

supinasi

dengan

perawat

berdiri

disisi

kanan

klien

Palpasi ginjal kanan, letakan tangan kiri di bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior Letakan tangan kanan pd dinding perut anterior pd garis midklavikularis dari tepi batas costa Tekan tangan kanan secara langsung ke atas (klien suruh menarik nafas panjang) Pada orang dewasa normal tidak teraba tetapi pada orang yg sangat kurus bagian bawah ginjal teraba. Bila ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan nyeri tekan Untuk ginjal kiri lakukan disisi seberang klien, letakan tangan kiri di bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti palpasi ginjal kanan. 9. Hal-hal Penting yang Harus diperhatikan oleh Perawat Perawat harus memperhatikan kenyamanan, keluhan dan hasil dari setiap pemeriksaan (IPPA) 10. Hal-hal Penting yang Harus dicatat setelah Tindakan Waktu pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan Colok Dubur Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendicitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Tanda-Tanda Khusus 1. Psoas Sign Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam posisi terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh hiperekstensi atau fleksi aktif. Psoas sign (+) bila terasa nyeri di abdomen kanan bawah.

2. Rovsing Sign Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan 3. Obturator Sign Dilakukan dengan menyuruh penderita tidur terlentang, lalu dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan bawah. bawah

2.9 Keterampilan tindakan membantu pasien muntah, melakukan pemasangan NGT, bilas lambung KETERAMPILAN TINDAKAN MEMBANTU PASIEN MUNTAH Mengatasi keracunan : Bila racun tertelan :

Encerkan : dengan memberi minum air susu,dll ! Muntahkan / keluarkan : dengan mengupayakan pasien muntah kecuali yang bersifat korosif (minyak tanah dan Bensin)karena akan membuat daerah yang dilalui muntahan akan terjadi iritasi.

Netralkan : dengan memberikan antidotum Bila racun melalui kulit atau mata :

Lepaskan pakaian yang terkontaminasi Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air Penolong jangan sampai jadi korban berikutnya.

Bila racun melalui Inhalasi (pernapasan) :


Pindahkan penderita ke tempat aman Beri oksigen Tidak melakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut

KETERAMPILAN PEMASANGAN NGT DENIFISI NGT NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu: 1. Dewasa ukurannya 16-18 Fr 2. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr 3. Bayi ukuran 6 Fr Indikasi pemasangan NGT indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut: 1. Pasien tidak sadar 2. pasien Karena kesulitan menelan 3. pasien yang keracunan 4. pasien yang muntah darah 5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut

Tujuan Pemasangan NGT Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai berikut: 1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan 2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar 3. Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan. 4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung Kontraindikasi pemasangan NGT

1. Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus 2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal

Peralatan yang dipersiapkan diantaranya adalah; 1. Selang NGT ukuran dewasa, anak anak dan juga bayi. Melihat kondisi pasiennya 2. Handscun bersih 3. Handuk 4. Perlak 5. Bengkok 6. Jelli atau lubricant 7. Spuit 10 cc 8. Stetoskop 9. Tongue spatel 10. Plaster 11. Pen light 12. Gunting

Langkah Pemasangan NGT Langkah langkah dalam pemasangan NGT diantaranya dengan: 1. Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas termasuk plester 3 untuk tanda, fiksasi di hidung dan leherdan juga ukuran selang NGT 2. Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan jelaskan pada pasien atau keluarganya tujuan pemasangan NGT 3. Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika perawat saat memasang NGT berda di sebelah kanan pasien 4. Pakai handscun kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper ekstensi

5. Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien muntah 6. Letakkan bengkok di dekat pasien 7. Ukur selang NGT mulai dari hidung ke telinga bagian bawah, kemudian dari telinga tadi ke prosesus xipoidius setelah selesai tandai selang dengan plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan 8. Masukkan selang dengan pelan2, jika sudah sampai epiglottis suruh pasien untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai batas plester cek apakah selang sudah benar2 masuk dengan pen light jika ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan pasang lagi 9. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar2 masuk lambung atau trakea dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah benar masuk lambung. Kemuadian aspirasi kembali udara yang di masukkan tadi 10. Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi 11. Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher. Jangan lupa mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk 12. Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga. 13. Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus dilepas dan di pasang NGT yang baru. 14. Langkah langkah pemberian makanan cair lewat NGT

Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah sebagai berikut: 1. Siapakan spuit besar ukuran 50 cc 2. Siapakan makanan cairnnya ( susu, jus) 3. Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok

4. Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak kemasukan udara dengan mengklem. 5. Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung. 6. Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan lambung, biarkan makanan mengalir mengikuti gaya gravitasi 7. Makanan yang di masukkan max 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka bisa dilakukan 4 kali . 8. Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa mencuci dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa mengundang bakteri. 9. Jika sudah rapikan peralatan

BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE) Pengertian Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah dilakukan selama 200 tahun dengan indikasi : 1. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam 2. Overdosis obat/narkotik 3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas. 4. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut. 5. Dekompresi lambung 6. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh racun dari dalam tubuh, sampai dengan menguras isi lambung

sampai bersih. Untuk mengetes benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung, harus didengarkan dengan menginjeksekan udara dan kemudian mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-paru.

Cairan yang digunakan Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya digunakan air hangat (tap water) atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.

Bagaimana tindakan dilakukan Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke esophagus. Dan berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi harus diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan mencegah pasien untuk memuntahkan kembali tube/pipa yang sedang di masukkan. Peralatan suction di siapkan apabila terjadi aspirasi isi perut. Bilas lambung terus diulangi pada pasien yang keracunan sampai perutnya bersih. Pada pasien yang tidak sadar dan tidak dapat menjaga jalan nafas mereka, sebelum dilakukan bilas lambung/ menginseresikan tube untuk bilas lambung, terlebih dahulu pada pasien dipasang intubasi.

Persiapan pelaksanaan Prosedur Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas lambung, akan tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan

menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat sementara.

Kontra Indikasi Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas, menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan nafasnya, serta mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas. komplikasi 1. Aspirasi 2. Bradikardi 3. Hiponatremia 4. Epistaksis 5. Spasme laring 6. Hipoksia dan hiperkapnia 7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas 8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit 9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi

2.10

Kasus

Tn Berlin (20 thn) dibawa ke RS karena mengalami keracunan obat serangga. Dari hasil pengkajian pada keluarga, klien baru diputusin pacaranya dan meminum obat serangga 4 jam yang lalu, di rumah sempat diberi susu sebanyak 1 gelas dan klien memuntahkannya. Dirumah sakit klien muntah dan ada bercak darahnya. Kesadaran menurun, bising usus menurun. Di rumah sakit pasien dilakukan bilas lambung.

Analisa data Data DS : keluarga Problem pasien Ketidakefektifan Etiologi perfusi Hipoventilasi dan

mengatakan

meminum gastrointestinal

obat serangga 4 jam yang cerebral lalu, di rumah sempat diberi susu sebanyak 1 gelas dan klien memuntahkannya. DO: Dirumah sakit klien muntah dan ada

bercak darahnya. Kesadaran menurun, bising

usus menurun.

Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral dan gastrointestinal berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan keluarga pasien mengatakan bahwa klien baru diputusin pacaranya dan meminum obat serangga 4 jam yang lalu, di rumah sempat diberi susu sebanyak 1 gelas dan klien memuntahkannya. Dirumah sakit klien muntah dan ada bercak darahnya. Kesadaran menurun, bising usus menurun

Perencanaan Tanggal /jam NO. DP Tujuan dan kriteria Hasil Ketidakefektif an jaringan 14.00 cerebral dan perfusi 1. Monitor TTV ( N, 1. Pasien TD, T,RR) gangguan jaringan dengan perfusi cerebral Intervensi Rasional

11 juni 1. 2013

RR>21x/menit, N>100x/menit, TTD

gastrointestinal dapat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x 24 jam dengan 3. Monitor bising usus teratasi 2. Monitor (GCS)

kesadaran 2. Pasien mengalami perubahan kesadaran

dengan

gangguan kesadaran

status

kriteria hasil : 1. Bising usus 5-35x /menit 2. Kesadaran composmen tis 3. Karakteristi k muntah

3. Pasien gangguan

dengan

gastrointestinal mengalami penurunan kesadaran 4. Monitor muntah 4. Pasien dengan pasien dan gangguan karakteristik muntah gastrointestinal dilihat dari

tanpa darah

mual/muntah 5. Lanjutkan lambung bilas 5. Klien keracunan

perlu dilakukan bilas lambung untuk

mengeluarkan racun di lambung

6. Anjurkan

pasien 6. Fungsi susu untuk menetralkan racun

untuk minum susu

7.

Kolaborasi pemberian O2

7. Pasien gangguan

dengan cerebral

diberikan terapi O2 bertujuan memenuhi kebutuhan O2 8. Kolaborasi ahli nutrisi membantu pengeluaran racun gizi dengan untuk yang 8. Gizi yang tepat untuk

diberikan pada klien dengan keracunan

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak di sebelah kiri rongga perut sebagai tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas (kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan bagian bawah (pilorus).

3.2 SARAN Diharapkan setelah mahasiswa mempelajari system pencernaan dengan klien yang mengalami keracunan, mahasiswa mampu menangani berbagai macam jenis keracunan yang dialami oleh klien.

DAFTAR PUSTAKA http://www.squidoo.com/Med_term Anonim, 2007. FARMAKOLOGI DAN TERAPI. Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Teraputik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta: EGC. Prince S.A, Wilson L.M. 2006, Patofisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai