Anda di halaman 1dari 4

1.

DEFINISI Kolera adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan Vibrio cholerae dengan

manifestasi diare disertai muntah yang akut dan hebat akibat enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut. 1 2. ETIOLOGI Vibrio cholerae adalah kuman aerob, gram negatif berukuran 0,2-0,4 mm x 1,54,0 mm, mudah dikenal dalam sediaan tinja kolera dengan pewarnaan gram sebagai batang-batang pendek sedikit bengkok (koma) tersusun berkelompok seperti kawanan ikan yang berenang. Terdapat berbagai serotipe V. Kolera yang dapat menimbulkan diare akut. V. Kolera tumbuh dengan mudah pada bermacam media laboratorium nonselektif yaitu agar Mac Conkey dan beberapa media selektif termasuk agar garam empedu, agar gliserin-telurit-taurokholat serta agar trosulfat-sitrat-garam-empedusukrosa (TCBS). 1 3. PATOMEKANISME Setelah tertelan, vibrio harus melewati lingkungan asam lambung, apabila berhasil vibrio akan membentuk koloni di usus kecil bagian atas yaitu pada permukaan sel-sel epitel di dalam lapisan mukosa. Perlekatan terutama diperantarai oleh Toxin Coregulated Pilus (TCP), dinamakan demikian karena sintosis TCP diatur secara paralel dengan toksin kolera (Kolera Toxin, CT).2 Toksin kolera tersusun dari sebagian enzimatikmonomerik (sub unit A) dan sebagian ikatan pentamerik (sub unit B). 2 Pentamer B berikatan pada ganglioside G M1, suatu reseptor glikolipid pada permukaan sel epitel jejenum, dan kemudian mengirim sub unit A ke target sistoliknya. Sub unit A aktif (A1) memindahkan secara irerversibel ribosa ADP dan nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) ke target protein spesifiknya, komponen pengaturan ikatan GTP dari adenilat siklase dalam sel epitel usus. Ketika rebosilasi ADP yang disebut protein G menaikan pengaturan sub unit katalitik siklase, hasilnya adalah tingginya kadar AMP siklik (CAMP) dalam akumulasi intraseluler. 2 CAMP sebaliknya menghambat sistem transpor ekskresi florida dalam sel kriptus sehingga menimbulkan akumulasi natrium klorida dalam lumen usus. Sejak air bergerak pasif untuk mempertahankan osmolitas, cairan isotonik terakumulasi dalam lumen. Ketika volume cairan melebihi kapasitas penyerapan usus, terjadi

diare cair. Cairan diare yang hilang bersifat isotonis terhadap plasma dan relatif mengandung konsentrasi tinggi bikarbonat dan kalium. Kehilangan cairan dengan cara demikian ini biasanya mengakibatkan defisit isotonus natrium dalam air, asidosis terjadi karena defisit biasa dan pengosongan kalium. Jika cairan dan elektrolit yang keluar tidak diganti secara adekuat, dapat terjadi syok karena.(2) 4. GEJALA KLINIS Diare cair dan muntah timbul sesudah masa inkubasi 6 jam sampai 72 jam (rata-rata 2-3 hari) kadang-kadang sampai 7 hari. Kolera dimulai dengan awitan diare berair tanpa rasa nyeri (tenesmus) dengan tiba-tiba yang mungkin cepat menjadi sangat banyak dan sering langsung disertai muntah. Feses memiliki penampakan yang khas yaitu cairan agak keruh dengan lendir, tidak ada darah dan berbau agak amis. Kolera di juluki air cucian beras (rise water stool) karena kemiripannya dengan air yang telah digunakan untuk mencuci beras. nyeri abdominal di daerah umbilikal sering terjadi. Kehilangan 5-8 %, hipotensi postural, kelemahan, takikardia dan penurunan turgor kulit, di atas 10% BB atau lebih merupakan diare masif, dimana terdapat dehidrasi berat dan kolaps peredaran darah, dengan tanda-tanda tekanan darah menurun (hipotensi) dan nadi lemah dan sering tak terukur, pernafasan cepat dan dalam, oliguria, mata cekung pada bayi, ubun-ubun cekung, kulit terasa dingin dan lembab disertai turgor yang buruk, kulit menjadi keriput, terjadi sianosis dan nyeri kejang pada otot-otot anggota gerak, terutama pada bagian betis. Penderita tampak gelisah, disertai letargi, somnolent dan koma. 2 5. DIAGNOSIS KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Dalam menegakan suatu diagnosis kolera meliputi gejala klinis,

pemeriksaan fisik, reaksi aglutinasi dengan anti serum spesifik dan kultur bakteriologis. Menegakkan diagnosis penyakit kolera yang berat terutama diderah endemik tidaklah sukar. Kesukaran menegakkan diagnosis biasanya terjadi pada kasus-kasus yang ringan dan sedang, terutama di luar endemi atau epidemi.1 1. Gejala klinik Kolera yang tipik dan berat dapat dikenal dengan adanya berak-berak yang sering tanpa mulas diikuti dengan muntah-muntah tanpa mual, cairan tinja berupa air cucian beras, suhu tubuh yang tetap normal atau menurun dan cepat

bertambah buruknya keadaan pasien dengan gejala-gejala akibat dehidrasi, renjatan sirkulasi dan asidosis yang jelas. 1 2. Pemeriksaan Fisik. Adanya tanda-tanda dehidrasi yaitu keadaan turgor kulit, mata cekung, Ubun ubun besar yang cekung, mulut kering,denyut nadi lemah atau tiada, takikardi, kulit dingin, sianosis, selaput lendir kering dan kehilangan berat badan. 1 3. Kultur Bakteriologis Diagnosis pasti kolera tergantung dari keberhasilan mengisolasi V. Kolera 01 dari tinja penderita penanaman pada media seletif agar gelatin tiosulfat-sitratempedu-sukrosa (TCBS) dan TTGA. Tampak pada TCBS organisme V. Kolera menonjol sebagai koloni besar, kuning halus berlatar belakang medium hijau kebiruan. Pada TTGA koloni kecil, opak dengan zone pengkabutan sekelilingnya. 1

4. Reaksi aglutinasi dengan antiserum spesifik Yaitu melalui penentuan antibodi-antibodi vibriosidal, aglutinasi dan

penetralisasi toksin, titer memuncrat dan ke 3 antibodi tersebut akan terjadi 714 hari setelah awitan penyakit-titer antibodi vibriosidal dan aglutinasi akan kembali pada kadar awal dalam waktu 8-12 minggu setelah awitan penyakit, sedangkan titer antitoksin akan tetap tinggi hingga 12-18 bulan. Kenaikan sebesar 4x atau lebih selama masa penyakit akut atau penurunan titer selama masa penyembuhan. 1 6. PENATALAKSANAAN Dasar pengobatan kolera yaitu pengobatan yang bersifat simtomatik, causal, penggantian cairan dan dietetik.1 a. Terapi cairan Pengobatan utama pada kolera adalah penggantian cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa yang cepat dan adekuat. Secara klinis derajat dehidrasi dibagi menurut tingkatan dehidrasi ringan, sedang, dan berat sesuai kehilangan cairan 5%, 8% dan 10% dari berat badan.1

Derajat Dehidrasi

Macam Cairan

Jumlah cairan

Jangka pemberian

waktu

Ringan

ORS

50

ml/kgBB, 3-4 jam

maks 750 ml/jam Sedang ORS 100 ml/kgBB, 3 jam

maks 750 ml/jam Berat Intravena RL 110 ml/kgBB 3 jam pertama sampai

guyur

nadi teraba kuat, sisanya dalam 2 dibagi jam

berikutnya

b. Terapi causal Pengobatan berdasarkan causal yaitu pemberian antibiotika merupakan obat utama untuk membunuh kuman vibrio dan memperpendek masa dan volume diare secara bermakna. Tetrasiklin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3 hari, umumnya efektif. Sebagai alternatif dapat dipilih obat-obat seperti siprofloksasin, doksisiklin dan tripetropin-sulfametaksazol.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Soemarsono H.S., Kolera, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3, Buku Penerbit FKUI, Jakarta, 1996, hal 443 2. Keusch G.T dan Deresiewicz R.L., Kolera, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4, Edisi 5, EGC, Jakarta, 2000, hal 766-768.

Anda mungkin juga menyukai