Anda di halaman 1dari 5

Agen penyebab luka

1. Luka akibat kekerasan benda tumpul Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti memiliki permukaan benda tumpul. Yang dapat terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (eksokoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum) a. Memar atau hematom adalah suatu pendaran dalam jaringan bawah kulit atau kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang di sebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadang kala memberi petunjuk tentang bentuk penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu pendarahan tepi (marginal haemorrhage) Letak, bentuk dan luas luka memar di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : - Besarnya kekerasan, - Jenis benda penyebab (karet, kayu, besi ), - Kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), - Usia, - Jenis kelamin, - Corak dan warna kulit, - Kerapuhan pembuluh darah (hipertensi, penyakit cardiovascular,diatesis haemorrgik) Pada bayi, hematoma atau memar cenderung lebih mudah terjadi, karena sifat kulit yang longgar, dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut sehubungan dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang kurang terlindungi. Akibat gravitasi, lokasi hematoma mungkin terletak jauh dari letak benturan, misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematoma palbera ( kelopak mata) atau kekerasan benda tumpul pada paha, dengan patah tulang paha menimbulkan hematoma pada sisi luar tungkai bawah. Umur luka memar secara kasar dapat di perkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat

timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang, dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi, tergantung derajat dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut di setai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup, maupun pada orang yang telah meninggal, luka memar akan memberikan gambaran yang makin jelas. Hematom ante-mortem yang timbul, beberapa saat sebelum kematian, biasanya akan menunjukan pembengkakan dan infiltrasi darah di dalam jaringan, sehingga dapat di bedakan dari lebam mayat (hipostasis pasca mati) dengan cara melakukan penyayatan pada kulit. Pada lebam mayat, darah akan keluar dari pembuluh darah yang tersayat, sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan bersih. Sedangkan pada hematom, penampang sayatan tetap berwarna kehitaman. Tetapi perlu di ingat bahwa pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan. b. Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Manfaat interpretasi luka lecet di tinjau dari aspek medikolegal sering kali di remehkan, padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan di TKP dapat mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet yang semula di perkirakan sebagai akibat jatuh dan terbentur aspal jalan atau tanah, seharusnya di jumpai pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. Bila setelah di lakukan pemeriksaan secara teliti, tidak di jumpai benda asing tersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke aspal atau tanah, tapi mungkin akibat tindakan kekerasan. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression,impact abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion). 1. Luka lecet gores Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi. 2. Luka lecet serut Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. 3. Luka lecet tekan

Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati. 4. Luka lecet geser Di sebabkan oleh tekanan linear pada kulit, di sertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut atau cambuk. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup, mungkin sulit di bedakan dari luka lecet yang terjadi segera pasca mati. 5. Luka robek Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang kesatu arah, dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka. Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila terdapat lebih dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan, maka garis patah yang terjadi belakangan akan berhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya. Patah tulang jenis impresi, terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada tulang, dengan luas persinggungan yang kecil dan dapat memberikan gambaran bentuk penyebabnya. Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindungi oleh kulit, hanya mampu menahan benturan sampai 40 pound/inchi, tetapi bila terlindungi oleh kulit, maka dapat menahan sampai 425900 pound/inchi. Selain kelainan pada kulit kepala dan patang tulang tengkorak, cedera kepala dapat juga mengakibatkan pendarahan dalam rongga tengkorak, berupa pendarahan epidural, subdural dan subaracnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak. Pendarahan Epidural, sering terjadi pada usia dewasa sampai usia pertengahan, dan sering di jumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah pelipis dan belakang kepala, akibat garis patah yang melewati sulcul arteria meningea, tetapi pendarahan Epidural tidak selalu di sertai patah tulang. Pendarahan Subdural, terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan (bridging vein), arteri basilaris atau berasal dari pendarahan Sub aracnoid. Pendarahan Sub aracnoid, biasanya berasal dari fokus kontusio/laserasi jaringan otak. Perlu di ingat bahwa pendarahan ini juga bisa terjadi secara spontan pada sengatan matahari, leukemia, tumor, keracunan CO, dan penyakit infeksi tertentu.

Lesi otak tidak selalu terjadi hanya pada daerah benturan (coup), tetapi dapat terjadi di seberang titik benturan (contre coup) atau diantara keduanya (intermediate lesion). Lesi contre coup terjadi karena adanya liquor yang mengakibatkan terjadinya pergerakan otak, saat terjadinya benturan, sehingga pada sisi kontralateral terjadi gaya posif akibat akselerasi, dorongan liquor dan tekanan oleh tulang yang mengalami deformitas. Penelitain lain menyatakan contre coup terjadi karena adanya deformitas tulang tengkorak yang dapat menimbulkan tekanan negatif pada sisi kontra lateral. Cedera kontra lateral terjadi bila tekanan negatif yang terjadi minimal 1atm(atmosfir absolut). Konstusio biasanya terjadi bila ada kekerasan paling tidak sebesar 250g gaya gravitasi, sedangkan komosio kira -kira 60100g. Cedera leher (whiplah injury) dapat terjadi pada penumpang kendaraan yang di tabrak dari belakang. Penumpang akan mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiper ekstensi kepala yang di sussusl dengan hiperfleksi. Cedera terjadi terutama pada ruas tulang leher ke empat dan kelima yang membahayakan sumsum tulang belakang. Kerusakan pada Medula oblongata ( batang otak) dapat berakibat fatal. Timbulnya cedera leher ini juga di pengaruhi oleh bentuk sandaran tempat duduk dan kelengahan korban. Pola Trauma Tumpul Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya : 1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut. 2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat kecelakaan terjadi. 3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul. 4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala

Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma.

2. Luka akibat kekerasan benda setengah tajam Yang dimaksud benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan benda tumpul yang mempunyai tepi rata. Misalnya lempengan besi, tepi meja. Luka yang terjadi adalah luka degan cirri-ciri luka akibat kekerasan tumpul namun bentuknya beraturan. Jejas-Gigit (bite-mark) merupakan luka lecet tekan atau hematoma berbentuk garis-garis lengkung terputus-putus. Misalnya pada bekas gigitan. Ref. Ilmu kedokteran forensic fkui. Hal 37-42 http://somelus.wordpress.com/2009/11/22/trauma-tumpul/

DERAJAT CAUSE OF DAMAGE A1 : luka lecet di pelipis A2 : kerusakan jaringan A3 : trauma tumpul An : B :-

Anda mungkin juga menyukai