Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH




Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
1
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

1. LINGKUP

Percobaan ini mencakup uji kuat geser untuk
tanah berbentuk silinder dengan diameter
maksimum 75 mm. Pengujian dilakukan
dengan alat konvensional dalam kondisi
contoh tanah tidak terkonsolidasi dan air pori
tidak teralir (unconsolidated undrained).

2. DEFINISI

Uji Triaxial UU adalah uji kompresi triaxial
dimana tidak diperkenankan perubahan kadar
air dalam contoh tanah. Sampel tidak
dikonsolidasikan dan air pori tidak teralir saat
pemberian tegangan geser.

Bidang bidang tegangan utama adalah 3
bidang yang saling tegak lurus dimana bekerja
tegangan tegangan normal dan tanpa tegangan
geser.

Tegangan tegangan utama o1, o3 adalah
tegangan normal yang bekerja pada bidang
bidang tegangan utama.

Tegangan deviator adalah selisih antara
tegangan utama terbesar (o1) dan tegangan
utama terkecil (o3).

Lingkaran Mohr adalah representasi secara
grafis kondisi tegangan tegangan pada suatu
bidang dinyatakan dalam tegangan normal dan
tegangan geser.

Garis keruntuhan adalah garis atau kurva yang
menyinggung lingkaran lingkaran Mohr pada
kondisi keruntuhan pada sampel yang memiliki
tegangan tegangan keliling yang berbeda.
Mempunyai persamaan tf = c + o tan |

Bidang keruntuhan adalah bidang dimana kuat
geser maksimum dari tanah telah termobilisasi
saat keruntuhan. Secara teoritis pada uji
triaxial, bidang tersebut menyudut (45 + |/2)
terhadap bidang horizontal.

Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb adalah
kuat geser tanah yang diperoleh dari uji
triaxial, dinyatakan dalam persamaan
tf = c + o tan |

Kohesi, c adalah kuat geser tanah bila tidak
diberikan tegangan keliling.

Sudut geser dalam, | adalah komponen kuat
geser tanah yang berasal dari gesekan antara
butir tanah.

3. MAKSUD DAN TUJUAN SERTA
APLIKASI UJI TRIAXIAL UU

Maksud uji triaxial UU adalah untuk
mengetahui kekuatan geser tanah; yaitu c
(kohesi) dan | (sudut geser dalam), dalam
tegangan total ataupun efektif yang mendekati
keadaan aslinya di lapangan.

Tujuannya adalah untuk digunakan dalam
analisis kestabilan jangka pendek (short term
stability analysis)

4. MANFAAT

Keuntungan uji ini adalah karena
pelaksanaannya cepat.

5. KETERBATASAN

Uji ini tidak dapat digunakan untuk sampel
dengan ukuran butir yang besar (gravel). Di
samping itu pengukuran tekanan air pori tidak
dapat dilakukan.

6. PERALATAN

Alat-alat yang digunakan :
- Alat Triaxial
- Membran karet
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
2
- Strecther
- Stopwatch
- Alat untuk mengeluarkan tanah dari
tabung (piston plunger)
- Silinder untuk mengambil contoh tanah
- Oven
- Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr
- Cawan (container)
- Desikator
- Pisau

7. KETENTUAN

Kecepatan pengujian ditentukan 2% per menit
atau ekivalen 1.5 mm/menit untuk sampel
dengan tinggin 76 mm.

8. PROSEDUR UJI

1. Contoh tanah diambil dengan ring silinder
ukuran tinggi 76 mm dan diameter 38
mm, kedua permukaannya diratakan.
2. Keluarkan contoh tanah dari silinder
dengan menggunakan piston plunger.
3. Ukur diameter dan tinggi sampel secara
lebih akurat.
4. Timbang sampel.
5. Dengan bantuan stretcher, contoh tanah
diselubungi membran karet.
6. Pasang batu pori di bagian bawah.
7. Membran bagian bawah dan atas diikat
dengan karet membran.
8. Letakkan contoh tanah tersebut pada alat
triaxial.
9. Sel triaxial diisi air destilasi hingga penuh
dan meluap, tegangan air pori dinaikkan
hingga sesuai tegangan keliling yang
diinginkan.
10. Tekanan vertikal diberikan dengan jalan
menekan tangkai beban di bagian atas
contoh tanah yang dijalankan oleh mesin
dengan kecepatan tertentu.
11. Pembacaan diteruskan sampai pembacaan
proving ring dial memperlihatkan
penurunan sebanyak 3 kali atau sampai
regangan mencapai 15%.
12. Keluarkan contoh tanah dari sel Triaxial
kemudian digambar bidang runtuhnya.
13. Contoh tanah dibagi menjadi 3 bagian
untuk ditentukan kadar airnya.
14. Percobaan dilakukan lagi dengan
tegangan sel yang lebih besar dengan
prosedur seperti di atas.

9. PELAPORAN HASIL UJI

Pelaporan hasil uji meliputi :
1. Nama instansi / perusahaan
2. Nama proyek
3. Lokasi
4. Deskripsi tanah
5. Tanggal pengujian
6. Kedalaman tanah
7. Nama operator
8. Nama engineer yang bertanggung jawab
9. Kurva tegangan regangan
10. Kurva keruntuhan dan nilai c dan |
11. Nilai modulus (Eu) dan angka poisson (v)
































UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
1
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

Tegangan keliling (o3 - 1) = kg/cm
2
Deform.
dial
read
Load dial
read
Sample
Deform.
AL
Unit
Strain
(c)
Area
Correction
Factor
Corrected
Area
Total
Load
Sample Stress
(o)
(div.) (div.) (cm) AL/Lo CF = 1-c A' = Ao/CF ( kg ) ( kg/cm
2
)
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

290

300


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
2
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

Tegangan keliling (o3 - 2) = kg/cm
2
Deform.
dial
read
Load dial
read
Sample
Deform.
AL
Unit
Strain
(c)
Area
Correction
Factor
Corrected
Area
Total
Load
Sample Stress
(o)
(div.) (div.) (cm) AL/Lo CF = 1-c A' = Ao/CF ( kg ) ( kg/cm
2
)
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

290

300


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
3
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

Tegangan keliling (o3 - 3) = kg/cm
2
Deform.
dial
read
Load dial
read
Sample
Deform.
AL
Unit
Strain
(c)
Area
Correction
Factor
Corrected
Area
Total
Load
Sample Stress
(o)
(div.) (div.) (cm) AL/Lo CF = 1-c A' = Ao/CF ( kg ) ( kg/cm
2
)
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

290

300


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
4
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

TX-UU DATA

Sampel 1 2 3
Tegangan Keliling, o3 (kg/cm2)
Tinggi Awal Sample, h0 (cm)
Tinggi final, ht (cm)

Diameter, D0 (cm)

Luas Penampang Awal, A0 (cm)

Berat Ring Silinder (gram)

Berat Ring Silinder+Tanah Basah (gram)

Kalibrasi Proving Ring (kg/div)


PEMERIKSAAN KADAR AIR SETELAH PENGUJIAN

Berat kontainer, W1 (cm) 1 2 3
Berat kontainer + tanah basah, W2 (cm)
Berat kontainer + tanah kering, W3 (cm)

Berat tanah basah, W4 = W2 W1 (cm)

Berat tanah kering, W5 = W3 W1 (cm)

Berat air, W6 = W4 W5 (cm)

Kadar air, w (%) = (W6/W5) x 100%







UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
5
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

GRAFIK TRIAXIAL UU



Modulus, E (kg/cm
2
) untuk o3-1 =
Modulus, E (kg/cm
2
) untuk o3-2 =
Modulus, E (kg/cm
2
) untuk o3-3 =
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
6
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

LINGKARAN MOHR

Kohesi, cu (kg/cm
2
) =
Sudut geser dalam, | (
0
) =

Catatan :






UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
7
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

SKETSA GARIS KERUNTUHAN SAMPEL 1

























Tampak Atas Tampak Bawah
Tampak Samping Kiri Tampak Samping Kanan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
8
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

SKETSA GARIS KERUNTUHAN SAMPEL 2

























Tampak Atas Tampak Bawah
Tampak Samping Kiri Tampak Samping Kanan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
9
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

SKETSA GARIS KERUNTUHAN SAMPEL 3

























Tampak Atas Tampak Bawah
Tampak Samping Kiri Tampak Samping Kanan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


Jl . Dr. Set i abudi 229 Bandung 40154 I ndonesi a Tel p. 62222013161/ 4 ext . 34044
10
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED)
ASTM D-2850-95

Nama Instansi :



Kedalaman Sampel Tanah :
Nama Proyek :



Nama Operator :
Lokasi Proyek :



Nama Engineer : Rizky M. Faisal
Deskripsi Tanah :



Tanggal Pengujian :

FOTO ALAT UJI













FOTO PROSES PENGUJIAN


Peralatan Pengujian TX-UU

Peralatan Pengujian TX-UU

Pengujian TX-UU Pengujian TX-UU

1/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
Konsultasi Islam
Mengatasi Masalah dengan Syariah
Euthanasia Menurut Hukum Islam
Posted by Farid Ma'ruf pada 26 Januari 2007
Soal :
Apakah euthanasia dibolehkan dalam Islam ?
Jawab :
EUTHANASIA MENURUT HUKUM ISLAM
Pengertian Euthanasia
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik, dan thanatos, yang berarti kematian (Utomo, 2003:177).
Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar
kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada
dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145).
Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan
dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan pada saat keadaan
penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa
sembuh atau bertahan lama. Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa pengobatan yang diberikan hanya akan
memperpanjang penderitaan pasien serta tidak akan mengurangi sakit yang memang sudah parah (Utomo, 2003:176).
2/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
Contoh euthanasia aktif, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali
pingsan. Dalam hal ini, dokter yakin yang bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi
(overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus (Utomo, 2003:178).
Adapun euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah
tidak mungkin lagi dapat disembuhkan. Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim dikemukakan
dokter adalah karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi, sedangkan
fungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi. Terdapat tindakan lain yang bisa digolongkan euthanasia pasif, yaitu
tindakan dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian medis masih mungkin sembuh. Alasan yang
dikemukakan dokter umumnya adalah ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi, yang tidak mampu lagi membiayai dana pengobatan
yang sangat tinggi (Utomo, 2003:176).
Contoh euthanasia pasif, misalkan penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan
pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau, orang yang terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati maka dapat
mematikan penderita. Dalam kondisi demikian, jika pengobatan terhadapnya dihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya (Utomo,
2003:177).
Menurut Deklarasi Lisabon 1981, euthanasia dari sudut kemanusiaan dibenarkan dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang
tidak dapat disembuhkan. Namun dalam praktiknya dokter tidak mudah melakukan euthanasia, karena ada dua kendala. Pertama, dokter
terikat dengan kode etik kedokteran bahwa ia dituntut membantu meringankan penderitaan pasien Tapi di sisi lain, dokter menghilangkan
nyawa orang lain yang berarti melanggar kode etik kedokteran itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain merupakan
tindak pidana di negara mana pun. (Utomo, 2003:178).
Pandangan Syariah Islam
Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala persoalan di segala waktu dan tempat. Berikut ini solusi syariah
terhadap euthanasia, baik euthanasia aktif maupun euthanasia pasif.
A. Euthanasia Aktif
Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-amad), walaupun niatnya
baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau keluarganya.
Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun
membunuh diri sendiri. Misalnya firman Allah SWT :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS Al-
Anaam : 151)
Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) (QS An-Nisaa` : 92)
3/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS An-Nisaa` : 29).
Dari dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia aktif. Sebab tindakan itu termasuk ke dalam
kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-amad) yang merupakan tindak pidana (jarimah) dan dosa besar.
Dokter yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi
qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :
Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. (QS Al-Baqarah : 178)
Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya
mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat (tebusan), atau memaafkan/menyedekahkan.
Firman Allah SWT : Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). (QS Al-Baqarah : 178)
Diyat untuk pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di antaranya dalam keadaan bunting, berdasarkan hadits Nabi
riwayat An-Nasa`i (Al-Maliki, 1990: 111). Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang perak), maka diyatnya adalah 1000
dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar = 4,25 gram emas), atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1 dirham = 2,975 gram
perak) (Al-Maliki, 1990: 113).
Tidak dapat diterima, alasan euthanasia aktif yang sering dikemukakan yaitu kasihan melihat penderitaan pasien sehingga kemudian dokter
memudahkan kematiannya. Alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada aspek-aspek lainnya yang tidak
diketahui dan tidak dijangkau manusia. Dengan mempercepat kematian pasien dengan euthanasia aktif, pasien tidak mendapatkan manfaat
(hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah kepada-Nya, yaitu pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda,Tidaklah menimpa kepada
seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah
menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang menimpanya itu. (HR Bukhari dan Muslim).
B. Euthanasia Pasif
Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan
berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan yag dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan sembuh kepada
pasien. Karena itu, dokter menghentikan pengobatan kepada pasien, misalnya dengan cara menghentikan alat pernapasan buatan dari tubuh
pasien. Bagaimanakah hukumnya menurut Syariah Islam?
Jawaban untuk pertanyaan itu, bergantung kepada pengetahuan kita tentang hukum berobat (at-tadaawi) itu sendiri. Yakni, apakah berobat
itu wajib, mandub,mubah, atau makruh? Dalam masalah ini ada perbedaan pendapat. Menurut jumhur ulama, mengobati atau berobat itu
hukumnya mandub (sunnah), tidak wajib. Namun sebagian ulama ada yang mewajibkan berobat, seperti kalangan ulama Syafiiyah dan
4/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
Hanabilah, seperti dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Utomo, 2003:180).
Menurut Abdul Qadim Zallum (1998:68) hukum berobat adalah mandub. Tidak wajib. Hal ini berdasarkan berbagai hadits, di mana pada satu
sisi Nabi SAW menuntut umatnya untuk berobat, sedangkan di sisi lain, ada qarinah (indikasi) bahwa tuntutan itu bukanlah tuntutan yang
tegas (wajib), tapi tuntutan yag tidak tegas (sunnah).
Di antara hadits-hadits tersebut, adalah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian! (HR Ahmad, dari Anas
RA)
Hadits di atas menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berobat. Menurut ilmu Ushul Fiqih, perintah (al-amr) itu hanya memberi
makna adanya tuntutan (li ath-thalab), bukan menunjukkan kewajiban (li al-wujub). Ini sesuai kaidah ushul :
Al-Ashlu fi al-amri li ath-thalab
Perintah itu pada asalnya adalah sekedar menunjukkan adanya tuntutan. (An-Nabhani, 1953)
Jadi, hadits riwayat Imam Ahmad di atas hanya menuntut kita berobat. Dalam hadits itu tidak terdapat suatu indikasi pun bahwa tuntutan itu
bersifat wajib. Bahkan, qarinah yang ada dalam hadits-hadits lain justru menunjukkan bahwa perintah di atas tidak bersifat wajib. Hadits-
hadits lain itu membolehkan tidak berobat.
Di antaranya ialah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, bahwa seorang perempuan hitam pernah datang kepada Nabi SAW lalu
berkata,Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan (epilepsi) dan sering tersingkap auratku [saat kambuh]. Berdoalah kepada Allah untuk
kesembuhanku! Nabi SAW berkata,Jika kamu mau, kamu bersabar dan akan mendapat surga. Jika tidak mau, aku akan berdoa kepada
Allah agar Dia menyembuhkanmu. Perempuan itu berkata,Baiklah aku akan bersabar, lalu dia berkata lagi,Sesungguhnya auratku
sering tersingkap [saat ayanku kambuh], maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap. Maka Nabi SAW lalu berdoa
untuknya. (HR Bukhari)
Hadits di atas menunjukkan bolehnya tidak berobat. Jika hadits ini digabungkan dengan hadits pertama di atas yang memerintahkan berobat,
maka hadits terakhir ini menjadi indikasi (qarinah), bahwa perintah berobat adalah perintah sunnah, bukan perintah wajib. Kesimpulannya,
hukum berobat adalah sunnah (mandub), bukan wajib (Zallum, 1998:69).
Dengan demikian, jelaslah pengobatan atau berobat hukumnya sunnah, termasuk dalam hal ini memasang alat-alat bantu bagi pasien. Jika
memasang alat-alat ini hukumnya sunnah, apakah dokter berhak mencabutnya dari pasien yag telah kritis keadaannya?
Abdul Qadim Zallum (1998:69) mengatakan bahwa jika para dokter telah menetapkan bahwa si pasien telah mati organ otaknya, maka para
dokter berhak menghentikan pengobatan, seperti menghentikan alat bantu pernapasan dan sebagainya. Sebab pada dasarnya penggunaan
alat-alat bantu tersebut adalah termasuk aktivitas pengobatan yang hukumnya sunnah, bukan wajib. Kematian otak tersebut berarti secara
pasti tidak memungkinkan lagi kembalinya kehidupan bagi pasien. Meskipun sebagian organ vital lainnya masih bisa berfungsi, tetap tidak
5/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
akan dapat mengembalikan kehidupan kepada pasien, karena organ-organ ini pun akan segera tidak berfungsi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pasien adalah sunnah, karena termasuk aktivitas berobat
yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasif dalam arti menghentikan pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada
pasien setelah matinya/rusaknya organ otakhukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter. Jadi setelah mencabut alat-alat tersebut
dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya itu (Zallum,
1998:69; Zuhaili, 1996:500; Utomo, 2003:182).
Namun untuk bebasnya tanggung jawab dokter, disyaratkan adanya izin dari pasien, walinya, atau washi-nya (washi adalah orang yang
ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak mempunyai wali, atau washi, maka wajib diperlukan izin dari pihak
penguasa (Al-Hakim/Ulil Amri) (Audah, 1992 : 522-523).
Wallahu alam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maliki, Abdurrahman. 1990. Nizham Al-Uqubat. Beirut : Darul Ummah.
An-Nabhani, Taqiyuddin. 1953. Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah. Juz III. Al-Quds :
Mansyurat Hizb Al-Tahrir.
Audah, Abdul Qadir. 1992. At-Tasyri Al-Jina`i Al-Islami. Beirut : Muassasah Ar-Risalah.
Az-Zuhaili, Wahbah. 1996. Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu. Juz IX (Al-Mustadrak).
Damaskus : Darul Fikr.
Hasan, M.Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islam. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Utomo, Setiawan Budi. 2003. Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. Jakarta
: Gema Insani Press.
Zallum, Abdul Qadim. 1997. Hukm Asy-Syari fi Al-Istinsakh, Naql Adha`, Al-Ijhadh,
Athfaal Al-Anabib, Ajhizatul Inasy At-Tibbiyah, al-Hayah wa al-Maut. Beirut :
Darul Ummah.
Zallum, Abdul Qadim. 1998. Beberapa Problem Kontemporer dalam Pandangan Islam :
Kloning, Transplantasi Organ Tubuh, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ
6/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati. Bangil : Al Izzah.
Zuhdi, Masjfuk. 1993. Masail Fiqhiyah. Cetakan VI. Jakarta : CV. Haji Masagung
Content cannot currently be displayed
Error code: #130
Entri ini dituliskan pada 26 Januari 2007 pada 6:32 am dan disimpan dalam Kesehatan. Dengan kaitkata: bunuh diri, euthanasia. Anda bisa
mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu
sendiri.
18 Tanggapan to Euthanasia Menurut Hukum Islam
1. rievaz berkata
About these ads
7/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
24 Agustus 2007 pada 7:39 am
saya inginkan, kalau ada berita baru masuk ke websait atau email saya
Balas
2. rievaz berkata
4 Desember 2007 pada 7:27 am
saya harap semoga banyal lagi tulusan tentang eutanasha
Balas
3. putri berkata
21 Januari 2009 pada 10:16 am
bermanfaat sekali bagi saya yang sedang belajar di fk
terimakasih
Balas
4. Ninin berkata
12 Februari 2009 pada 6:48 pm
Assalamualaikum. Ini sangat membantu saya dalam penyusunan materi, tugas dari sekolah.
Syukron
Wslm.
8/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
Balas
5. akmal berkata
26 Maret 2010 pada 8:51 am
terima ksih banyak Mas!!
ini sangat bermanfaat bagi ummat..termasuk saya!!
Balas
6. nu'man berkata
21 Juli 2010 pada 10:20 am
Matur Nuwun
Balas
7. selvi berkata
19 November 2010 pada 7:54 pm
hatur nuhun.
ini sgt beranfaat bagi semua pembaca termasuk saya,,,
n alhamdullillah tugas ku bisa di selesaikan.
makasihhhh.
Balas
9/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
8. mukhlisoh cutes berkata
14 Desember 2010 pada 3:29 pm
ass,apakh sudh trjdi knyatan ..
sesuai dg bacan d ats??
klo ada info tlong krm k almt email q..
he:)
Balas
9. Euthanasia Killing keperawatanreligionrahmanugraheni berkata
20 Desember 2010 pada 1:13 pm
[...] http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/ [...]
Balas
10. Mavalda j.s berkata
6 Januari 2011 pada 10:19 pm
Alhamdulillah.
Bacaan di atas memberi manfaat bagi saya
Semoga selalu dalam penjagaan Allah S.W.T dalam smua tulisannya
Balas
10/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
11. naya berkata
17 Januari 2011 pada 8:52 pm
makasih info mengenai euthanasia.sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan sy g sebelumnya tidak mengetahui istilah ini.
Balas
12. ririn berkata
31 Januari 2011 pada 10:20 am
terimakasih infoa..
sangat bermanfaat,
Balas
13. yanti berkata
14 Maret 2011 pada 4:50 pm
makasihh yaa,,sangat bermanfaat.
Balas
14. info beasiswa berkata
8 April 2011 pada 8:05 pm
11/12
ijin kopi, buat referensi
Balas
15. Meilinda Wulandari C berkata
6 Oktober 2011 pada 6:01 pm
Good article
Balas
16. taedyminnie berkata
24 Februari 2012 pada 9:44 pm
Terima kasih ya..
Balas
17. taedyminnie berkata
24 Februari 2012 pada 9:55 pm
Makasih
Balas
18. Via berkata
12/12 konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
2 Juni 2012 pada 7:09 pm
Assalamualaikum,
Saya berencana ingin membuat proposal tentang euthanasia ini, mohon apabila ada info2 tentang euthanasia mohon di publish makasihh
Balas
Sanksi Bagi Perampok
APAKAH BUNGA BANK TERMASUK RIBA?

Blog pada WordPress.com. | Tema: Andreas09 oleh Andreas Viklund.

Anda mungkin juga menyukai