Anda di halaman 1dari 17

Presentasi Kasus

KALAZION

Oleh: Dinar Handayani Asri Hariadi Bernadeta Erika Priharyuni Etika Andi Rachman G99112056 G99112032 G99112065

Pembimbing : dr. Kurnia Rosyida, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2013

STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Suku Kewarganegaraan Agama Pekerjaan Alamat Tgl pemeriksaan No. CM II. ANAMNESIS A. Keluhan utama mata kanan. B. Riwayat Penyakit Sekarang : : Benjolan pada kelopak atas dan bawah mata kiri, dan di kelopak atas : Nn. S : 19 tahun : Perempuan : Jawa : Indonesia : Islam : Karyawan : Banjarsari Surakarta : 19 Juli 2013 : 01145727

Kurang lebih sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan terdapat benjolan di kelopak bawah mata kirinya. Sejak 2 minggu yang lalu muncul benjolan juga di kelopak atas mata kiri dan di mata kanannya. Benjolan awalnya kecil dan dirasa semakin lama semakin membesar namun lambat. Benjolan dirasa mengganjal dan kadang-kadang mata menjadi gatal dan berair namun tidak ada kotorannya. Benjolan awalnya terasa perih, tetapi sekarang sudah tidak terasa nyeri. Sebelumnya pasien pernah memeriksakan benjolan tersebut ke puskesmas, diberi obat tablet dan tetes namun keluhan tidak berkurang. Tidak ada mata merah sebelumnya dan tidak didapatkan keluhan

penglihatan pengelihatan.

kabur,

maupun

dobel,

maupun

penurunan

daya

C. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Riwayat hipertensi 2. Riwayat kencing manis 4. Riwayat trauma mata 5. Riwayat kacamata D. Riwayat Penyakit Keluarga 1. 2. 3. E. Riwayat hipertensi Riwayat kencing manis Riwayat sakit serupa : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

3. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Kesimpulan Anamnesis OD Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan Komplikasi Inflamasi Kelenjar meiborn Idiopatik, blefaritis Kronis Trichiasis OS Inflamasi Kelenjar meibom Idiopatik, blefaritis Kronis Trichiasis

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup TD: 120/80 N : 80x/menit B. Pemeriksaan subyektif OD A. Visus Sentralis 1. Visus sentralis jauh 6/7 6/7 OS RR t : 16x/menit : afebril

a. pinhole b. koreksi 2. Visus sentralis dekat B. Visus Perifer 1. Konfrontasi tes 2. Proyeksi sinar 3. Persepsi warna C. Pemeriksaan Obyektif 1. Sekitar mata a. tanda radang b. luka c. parut d. kelainan warna e. kelainan bentuk 2. Supercilia a. warna b. tumbuhnya c. kulit d. gerakan
3. Pasangan bola mata dalam orbita

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

OD Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Hitam Normal Sawo matang Dalam batas normal

OS Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Hitam Normal Sawo matang Dalam batas normal

a. heteroforia b. strabismus c. pseudostrabismus d. exophtalmus e. enophtalmus 4. Ukuran bola mata a. mikroftalmus b. makroftalmus c. ptisis bulbi d. atrofi bulbi 5. Gerakan bola mata a. temporal b. temporal superior c. temporal inferior d. nasal e. nasal superior f. nasal inferior 6. Kelopak mata a. pasangannya 1.) edema 2.) hiperemi

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Kelopak atas: massa

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat
Kelopak bawah dan

3.) blefaroptosis 4.) blefarospasme 5.) trichiasis

(+), jumlah 1, berbatas tegas, kistik, diameter 3 mm, tidak terfiksir, nyeri tekan (-), merah (-)

atas: massa (+), jumlah 3, berbatas tegas, kistik, diameter 5-7 mm, terfiksir, nyeri tekan (-), memerah (-)

b. gerakannya 1.) membuka 2.) menutup c. rima 1.) lebar 2.) ankiloblefaron 3.) blefarofimosis d. kulit 1.) tanda radang 2.) warna 3.) epiblepharon 4.) blepharochalasis e. tepi kelopak mata 1.) enteropion 2.) ekteropion 3.) koloboma 4.) bulu mata 7. sekitar glandula lakrimalis a. tanda radang b. benjolan c. tulang margo tarsalis 8. Sekitar saccus lakrimalis a. tanda radang b. benjolan 9. Tekanan intraocular a. palpasi b. tonometri schiotz 10. Konjungtiva a. konjungtiva palpebra superior 1.) edema 2.) hiperemi 3.) sekret

Tidak tertinggal Tidak tertinggal 10 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sawo matang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dalam batas normal

Tidak tertinggal Tidak tertinggal 10 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sawo matang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dalam batas normal

Tidak ada Tidak ada Tidak ada kelainan

Tidak ada Tidak ada Tidak ada kelainan

Tidak ada Tidak ada Kesan normal Tidak dilakukan

Tidak ada Tidak ada Kesan normal Tidak dilakukan

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

4.) sikatrik b. konjungtiva palpebra inferior 1.) edema 2.) hiperemi 3.) sekret 4.) sikatrik c. konjungtiva fornix 1.) edema 2.) hiperemi 3.) sekret 4.) benjolan d. konjungtiva bulbi 1.) edema 2.) hiperemis 3.) sekret 4.) pterigium 5.) pinguekula e. caruncula dan plika semilunaris 1.) edema 2.) hiperemis 3.) sikatrik 11. Sclera a. warna b. tanda radang c. penonjolan 12. Kornea a. ukuran b. limbus c. sensibilitas d. keratoskop ( placido ) e. fluorecsin tes f. arcus senilis 13. Kamera okuli anterior a. kejernihan b. kedalaman 14. Iris a. warna b. bentuk c. sinekia anterior d. sinekia posterior 15. Pupil a. ukuran

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Putih Tidak ada Tidak ada 12 mm Jernih Tidak dilakukan Regular Tidak dilakukan Ada Jernih Dalam Cokelat Tampak lempengan Tidak tampak Tidak tampak 3 mm

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Putih Tidak ada Tidak ada 12 mm Jernih Tidak dilakukan Regular Tidak dilakukan Ada Jernih Dalam Cokelat Tampak lempengan Tidak tampak Tidak tampak 3 mm

b. bentuk c. letak d. reaksi cahaya langsung e. tepi pupil 16. Lensa a. ada/tidak b. kejernihan c. letak e. shadow test 17. Corpus vitreum a. Kejernihan b. Reflek fundus

Bulat Sentral Positif Tidak ada kelainan Ada Jernih Sentral Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bulat Sentral Positif Tidak ada kelainan Ada Jernih Sentral Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN A. Visus sentralis jauh B. Visus perifer Konfrontasi tes Proyeksi sinar Persepsi warna C. Sekitar mata D. Supercilium E. Pasangan bola mata dalam orbita OD 6/7 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Dalam batas normal Dalam batas normal Kelopak atas: massa (+), jumlah 1, berbatas tegas, kistik, diameter 3 mm, tidak terfiksir, nyeri tekan(-), merah(-) F. G. H. I. Ukuran bola mata Gerakan bola mata Kelopak mata Sekitar saccus Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal OS 6/7 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Dalam batas normal Dalam batas normal
Kelopak bawah dan atas: massa (+), jumlah 3, berbatas tegas, kistik, diameter 5-7 mm, terfiksir, nyeri tekan (+), memerah (-)

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal

lakrimalis J. Sekitar glandula K. lakrimalis Tekanan

intarokular L. Konjungtiva

M. N. O. P. Q. R. S. T. U.

palpebra Konjungtiva bulbi Konjungtiva fornix Sklera Kornea Camera okuli anterior Iris Pupil Lensa Corpus vitreum

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Kesan normal Bulat, warna coklat Diameter 3 mm, bulat, sentral Kesan normal Tidak dilakukan

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Kesan normal Bulat, warna coklat Diameter 3 mm, bulat, sentral Kesan normal Tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS BANDING ODS Kalazion ODS Hordeolum VI. DIAGNOSIS ODS Kalazion VII. TERAPI Gentamycin tetes mata S 6 dd gtt 1 ODS

Na diklofenac 50 mg 2x1 VIII. PROGNOSIS 1. Ad vitam 2. Ad fungsionam 3. Ad sanam 4. Ad kosmetikum OD bonam bonam bonam bonam TINJAUAN PUSTAKA KALAZION A. LATAR BELAKANG Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar Meibom atau kelenjar Zeis yang tersumbat.1 Penyebabnya tidak diketahui dan mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada kelopak. Dapat mengenai satu atau beberapa kelenjar dan terjadi secara perlahan-lahan sampai beberapa minggu.2,3 Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dan kelenjar Zeis. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus. Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata. Kalazion dapat mengenai semua umur.1,4 Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya yang mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut, 1 5 Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. OS bonam bonam bonam bonam

Nodul terdiri dari limfosit, magrofag, neutrofil, sel plasma dan sel raksasa. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.1,6 Kalazion awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip Hordeolum, yang membedakannya yaitu tidak ada tanda-tanda peradangan akut.7Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, adanya pseudoptosis, dan kalau palpebra dibalik, konjungtiva pada tempat kalazion menonjol merah. Pada ujung kelenjar Meibom terdapat masa kuning dari sekresi yang tertahan. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.2 Kadang-kadang Kalazion dapat sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat absorpsi.5 Pengobatan Kalazion yaitu dengan memberikan kompres hangat selama 1020 menit 4 kali sehari dengan pijatan ringan diatas lesi. Berikan antibiotika topikal dan steroid disertai kompres hangat. Jika kalazion tidak bisa sembuh setelah 3-4 minggu melalui terapi medis yang tepat dan pasien ingin kalazion dihilangkan maka dilakukan insisi dan kuretase. Kalazion dapat hilang beberapa bulan atau diserap setelah beberapa tahun. Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dilakukan pengeluaran isi. Dan bila terdapat sisa dapat diberikan kompres hangat.2,8 Penyulit pada kalazion besar dapat mengakibatkan astigmat dan bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosa

kemungkinan adanya karsinoma sel sebasea.2,5 Prognosis biasanya baik. Jika lesi baru sering terjadi, drainage yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini. Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten. 6 B. ANATOMI

10

Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedang di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjarkelenjar dan otot. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II n. V. Bagian-bagian kelopak mata: 1. Kelenjar : a. Kelenjar Sebasea b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga menghasilkan sebum d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum (minyak). 2. Otot-otot Palpebra: a. M. Orbikularis Okuli : Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. Fasialis. b. M. Levator Palpebra : Berorigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas dengan sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. 3. Di dalam kelopak mata terdapat : kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. b. Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan c. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan a. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau

11

ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20 buah di kelopak bawah). d. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. Palpebrae e. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari ramus frontal N. V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2). Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin. Gerakan palpebra : a. Menutup : Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M. Levator Palpebra superior. M. Riolani menahan bagian belakang palpebra terhadap dorongan bola mata. b. Membuka : Kontraksi M. Levator Palpebra Superior (N.III). M. Muller mempertahankan mata agar tetap terbuka. c. Proses Berkedip (Blink): Refleks (didahului oleh stimuli) dan Spontan (tidak didahului oleh stimuli) : Kontraksi M. Orbikularis Okuli Pars Palpebra. C. DEFINISI

Kalazion, lokasi kelenjar meibom Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom atau kelenjar Zeiss yang tersumbat.1,2 Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar

12

Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.1,4 Biasanya kelainan ini dimulai dengan penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.1,5 D. ETIOLOGI Kalazion juga disebut sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.1 Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.7 E. EPIDEMIOLOGI Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.9 F. PATOFISIOLOGI Kalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom.2 Di dalam nodul terdapat sel imun yang responsif terhadap steroid termasuk jaringan ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa multinucleate plasma, sel polimorfonuklear, leukosit dan eosinofil.1,6 Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.2 Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan

13

hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.1,6 G. MANIFESTASI KLINIS 1. Benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan. 2. Pseudoptosis 3. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. 4. Pada anak muda dapat diabsobsi spontan.2 H. DIAGNOSIS BANDING 1. Hordeoulum. 2. Dermoid Cyst. 3. Tear Gland Adenoma.7,9 I. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata. Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi.7,9 J. PENATALAKSANAAN Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorbsi (diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. 2,8 Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu: 1. Kompres hangat 10-20 menit 4 kali sehari. 2. Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan. 3. Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan pengeluaran isinya. 4. Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.

14

Untuk mengurangi gejala2 : 1. Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum. 2. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu keganasan. Ekskokleasi Kalazion2 Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pantokain. Obat anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata. Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain kalau perlu diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangat diperlukan untuk rasa sakit. Dalam menangani hordeolum dan kalazion, kemungkinan keganasan jangan dilupakan. Apabila peradangan tidak mereda perlu dilakukan pemeriksaan uji resistensi dan dicari underlying cause. Kalazion besar dapat mengakibatkan astigmat. Hati-hati kemungkinan karsinoma sel sebasea.5 K. PROGNOSIS Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.6,9 L. KOMPLIKASI Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampak atipik perlu

15

dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.7,9

DAFTAR PUSTAKA 1. External Disease and Cornea. America Academic of Ophtalmology. Singapura.2008-2009. Hal 87-88 2. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009. Hal 28-29. 3. Wijaya Nana: Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke 5. Abadi Tegal. Jakarta. 1993. Hal 20-21. 4. Kalazion. Available from: http://KALAZION/disease.asp.htm 5. Ilyas Sidarta H: Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2010. Hal 94-95 6. Wessels IF. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. Last Updated : 23 September 2002. http://KALAZION/medika-online.blogspot.com/2005/11/ hordeolum-dan-kalazion.html 7. Vaughan DG, dkk: Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika. Jakarta. 2000.

16

8. Ehlers P Justis dan Shah P Chirag: The Wills Eye Manual Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease.Wolter Kluwer.Philadelphia.2005. 9. Mansjoer, Arif. Dkk: Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. 2003.

17

Anda mungkin juga menyukai