........................................................... (2.1)
S = 2,0 Ly menit
-1
, yang disebut konstana matahari
Maka energi matahari yang diterima bumi dengan jari-jari 6370 km adalah :
................................................................................. (2.2)
= 3,14 x (637 x 10
6
cm)
2
x 2 kal cm
-2
menit
-1
= 2,55 x 10
18
kal.menit
-1
= 3,67 x 10
21
kal/hari
Radiasi adalah proses perpindahan panas tanpa melalui media. Bila energi
radiasi menimpa permukaan suatu bahan, maka sebagian akan dipantulkan
(refleksi) , sebagian lagi akan diserap (absorbsi) dan sebagian lagi akan diteruskan
(transmisi). Kebanyakan benda padat tidak bisa mentransmisikan radiasi thermal
sehingga penerapan transmisivitas dianggap nol.
Terdapat dua jenis pantulan radiasi yaitu spekular dan diffuse. Jika sudut
pantulan radiasi sama, maka pantulannya disebut spektular. Jika sudut
pantulannya beragam ke semua arah maka pantulannya adalah diffuse.
Atmosfer bumi terdiri atas empat lapisan dari yang terdekat dari
permukaan bumi yaitu troposfer (0-10 km), stratosfer (10-30 km), mesosfer (30-
50 km), dan thermosfer (50-400 km).
Radiasi yang sampai di lapisan thermosfer dilambangkan (G
on
). Radiasi
yang diteruskan ke permukaan bumi dilambangkan (G
beam
). Radiasi akibat
pemantulan dan pembiasan dilambangkan (G
diffuse
).
Radiasi yang dapat ditangkap oleh luasan kolektor dengan asumsi
effisiensi kaca 90%, intensitas radiasi diperoleh dari alat ukur, dan dihitung
permenit, sehingga energi radiasi dapat di hitung mengunakan rumus (Duffie,
1980) :
16
Q = t F ..................................................................... (2.3)
Dimana: Q = Energi Radiasi Masuk Kolektor (Watt)
I = Intensitas radiasi (W/m
2
)
A = Luas penampang kolektor(m
2
)
t = Selang waktu perhitungan (s)
F = Faktor efisiensi kolektor
= Transmisifitas kaca
= Absorbsifitas pelat
2.5 Tinjauan Perpindahan Panas
Dalam perencanaan suatu alat dengan pemanfaatan tenaga surya perlu
diketahui semua jenis perpindahan panas yang terjadi selama siklus terjadi.
Seperti ketika kolektor menerima panas dari matahari maka hal itu terjadi dengan
cara radiasi, kemudian panas dari pelat dan sisi kolektor berpindah secara
konveksi dan konduksi ke udara. Untuk lebih jelasnya dapat kita perhatikan
semua jenis perpindahan panas yang terjadi.
Gambar 2.6 Perpindahan Panas Pada Kolektor Surya Pelat Datar
17
2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan panas yang mengalir dari benda yang
bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah melalui
benda penghubung yang diam (tidak dalam mengalir). Besar kecil perpindahan
panas ditentukan oleh karakteristik zat dan benda yang dilalui panas pada waktu
perpindahan dari satu benda ke benda lain. Dimana pada alat ini terjadi pada
peristiwa kehilangan panas dari kolektor surya.
Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konduksi.
Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum
Fourrier.
.
dx
dT
kA Q
c
=
......................................................................... (2.4)
Dimana,
.
Q
c
= laju perpindahan panas (Watt)
k = konduktivitas thermal ( W /m.K)
A = luas penampang yang terletak pada aliran panas (m
2
)
|
.
|
\
|
dx
dT
= gradien temperatur dalam aliran panas (K/m)
Bahan yang mempunyai konduktifitas termal yang tinggi dinamakan
konduktor, sedangkan bahan yang konduktifitas termal rendah disebut isolator.
18
Nilai angka konduktifitas termal menunjukan beberapa cepat kalor mengalir
dalam bahan tertentu.
Gambar 2.8 Perpindahan Panas Konduksi Pada Kolektor
Peristiwa perpindahan konduksi pada mesin pengering tenaga surya terjadi
pada sisi-sisi kolektor yang diisolasi oleh rockwoll, sterofoam dan kayu. Energi
panas hilang (Qloss) dan berpindah dari ruang dalam (kanal) kolektor menuju
temperatur yang lebih dingin (temperatur lingkungan).
2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi Natural
Konveksi merupakan proses perpindahan panas dari benda yang
bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah melalui
benda penghubung, dimana benda penghubung tersebut haruslah memiliki sifat
fluida (konduktivitas termal, kalor spesifik dan densitas). Syarat utama
mekanisme perpindahan panas konveksi adalah adanya aliran fluida. Perpindahan
panas konveksi pada pengering terjadi pada fluida kerja yang digunakan (udara).
Jika suatu pelat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber
gerakan dari luar, maka udara itu akan bergerak sebagai akibat terjadinya gradien
densitas di dekat pelat itu, peristiwa ini dinamakan konveksi alamiah (natural
convection) atau konveksi bebas (free convection), untuk konveksi paksa (forced
convection) terjadi apabila udara itu dihembuskan pada pelat dengan fan.
kanal
Lingkungan
Lingkungan
19
Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konveksi Paksa dan Konveksi Natural.
Untuk laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
.
.
) (
= T T hA Q
s h
................................................................... (2.5)
Dimana, h = koefisien konveksi ( W / m
2
. K )
A = luas permukaan kolektor surya (m
2
)
s
T = temperatur dinding ( K )
T
(
3
.............................................................. (2.6)
Ral x ...................................................................... (2.7)
.............................................................................. (2.8)
20
Dimana:
Grl = Bilangan Grashoff
= (kg/m
3
)
= (m/
)
= pada temperatur film (1/K)
= Panjang Kolektor (m)
= (N.s/m
2
)
Ral =
= Bilangan Prandt
= Bilangan Nusselt
= Lebar Kolektor (m)
= Koefisien konveksi (W/m
2
.K)
= Konduktivitas termal (W/m.K)
Penentuan kondisi aliran pada kasus konveksi natural adalah menggunakan
bilangan Ra yang telah didefenisikan pada persaman:
2
3
) (
u
L T T g
Ra
r s
L
=
|
............................................................ (2.9)
Menurut bidangnya, konveksi natural dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Bidang vertikal
Arah aliran fluida akibat konveksi natural pada bidang vertikal mempunyai
dua kemungkinan. Pertama temperatur bidang lebih tinggi dari temperatur fluida
sehingga fluidanya mengalir ke atas atau sebaliknya temperatur bidang lebih
rendah dari temperatur fluida, sehingga arah aliran ke bawah. Secara kuantitatif
persamaan mencari nilai bilangan Nu adalah sama, hanya arahnya saja yang
berbeda.
Parameter bilangan Rayleigh dihitung dengan menggunakan panjang
bidang L dan dinyatakan dengan
L
Ra . Untuk kasus ini ada beberala alternatif yang
dapat digunakan. Persamaan yang paling sederhana dapat dijumpai pada
McAdams (1954), Warner dan Arpaci (1968), dan Bayley (1955), yaitu:
25 , 0
59 , 0 Nu
L
Ra = untuk
9 4
10 10 s s
L
Ra (2.10)
3 1
1 , 0 Nu
L
Ra = untuk
13 9
10 10 s <
L
Ra (2.11)
21
2. Bidang miring
Bidang vertikal dapat dianggap sebagai bidang miring dengan kemiringan
90
o
. Dengan kata lain bidang miring adalah bidang vertikal yang sudut
kemiringannya kurang dari 90
o
. Jika fakta ini dibawa ke kasus konveksi natural,
maka semua persamaan pada bidang vertikal dengan satu catatan kemiringannya
harus diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya sebuah pelat yang panas dimiringkan
dengan sudut kemiringan
0
90 < u terhadap vertikal ditampilkan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.10 Konveksi Natural Dan Tebal lapisan Batas Pada Bidang Miring
Pada ruang pengering (kanal) kolektor surya ini perpindahan panas yang
terjadi menuju ruang pengering (drying chamber) adalah perpindahan panas
konveksi natural, sehingga aliran udara bergerak yang terjadi melalui kolektor
adalah akibat perpindahan panas konveksi natural.
Perpindahan panas pada kolektor dianalisa dengan plat absorber adalah plat
miring dan dengan temperatur seragam.
Profil kecepatan dalam lapisan batas adalah:
(
.............................................................. (2.12)
22
Dengan adalah tebal lapisan batas (m) adalah daerah yang mengalami
hambatan karena adanya tegangan geser pada permukaan plat dan kaca sehingga
partikel fluida terpaksa berhenti pada sekitar permukaan benda, baik di permukaan
plat maupun di permukaan kaca. V
c(y)
adalah kecepatan karakteristik yang
merupakan fungsi jarak searah panjang plat (sumbu-y). Pada posisi y yang sama,
kecepatan karakteristik ini sama sepanjang x. persamaan untuk mencari kecepatan
karakteristik adalah:
3(
)
(
........................................... (2.13)
Dan tebal lapisan batas,
(
........................................ (2.14)
Konstanta gravitasi pada persamaan diatas adalah gravitasi yang searah dengan
plat miring (g cos ).
Pada gambar dapat dilihat bahwa pada bidang miring dengan sudut
kemiringan u terhadap vertikal, percepatan gravitasi dapat diproyeksikan menjadi
u cos g yang sejajar dengan bidang. Ini berarti bidang miring dapat dianggap
sebagai pelat vertikal tetapi percepatan gravitasinya menjadi u cos g . Maka untuk
bidang miring semua persamaan pada kasus bidang vertikal dengan
s
T dan q' '
konstan dapat digunakan. Tetapi gravitasi g harus diganti menjadi u cos g saat
menghitung bilangan Ra.
vo
u|
3
) ( cos L T T g
Ra
r s
L
= ........................................................... (2.15)
Setelah menghitung bilangan Ra, maka semua persamaan untuk pelat vertikal,
persamaan (2.18) sampai dengan persamaan (2.19) dapat digunakan. Kita tinggal
memilih persamaan mana yang sesuai untuk kasus yang sedang dibahas.
23
2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas dari benda bertemperatur tinggi
ke benda bertemperatur rendah dimana tidak diperlukan zat atau benda
penghubung, serta panas memancar dengan cara radiasi gelombang
elektromagnetik. Perpindahan panas radiasi pada alat ini terjadi pada absorber
kolektor surya. Peristiwa radiasi yang dipancarkan oleh matahari, dan
dikonversikan dalam bentuk panas terjadi pada plat absorber serta adanya
pengaruh dari emisifitas permukaan benda hitam (plat absorber).
Perhitungan panas radiasi yang hilang pada kolektor surya adalah (Duffie
dan Backman,1980):
(
....................................................................... (2.16)
Dimana :
= Emisivitas pelat
= Emisivitas kolektor
Perpindahan panas secara radiasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luas permukaan benda yang bertemperatur, yang akan menentukan besar
kecil jumlah pancaran yang akan dapat dilepaskan.
2) Sifat permukaan yang berhubungan dengan kemudahan memancarkan atau
menyerap panas.
3) Kedudukan masing-masing permukaan satu terhadap yang lain akan
menentukan besar fraksi pancaran yang dapat diterima oleh permukaan
lain.
24
Karakteristik Radiasi dari Permukaan Benda Hitam:
1 Emisi Permukaan
Sifat dari permukaan radiasi (emisivitas) didefinisikan sebagai
perbandingan radiasi yang dihasilkan oleh permukaan benda hitam pada
temperatur yang sama. Emisivitas mempunyai nilai yang berbeda tergantung
kepada panjang gelombang dan arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0-1, di
mana benda hitam mempunyai nilai emisivitas 1.
2 Absorbsivitas (Penyerapan)
Absorbsi adalah proses pada saat suatu permukaan menerima radiasi.
Akibat langsung dari proses penyerapan ini adalah terjadinya peningkatan energi
dari dalam medium yang terkena panas tersebut.
3 Transmisivitas
Transmisivitas adalah fraksi dari jumlah energi radiasi yang
ditransmisikan perjumlah total energi radiasi yang diterima suatu permukaan.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret
2013. Lokasi penelitian bertempat di Gedung Magister Pascasarjana Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Metode Desain
Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu
produk yang kebutuhannya dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah perancangan
selesai maka kegiatan yang menyusul adalah pembuatan produk. Cara merancang
terdiri dari 4 tahap atau fase, yang masing-masing terdiri dari beberapa langkah
(Pahl dan Beitz). Keempat fase tersebut adalah :
1. Fase Perumusan . (Formulation Phase)
2. Fase Fungsi (Functional Phase)
3. Fase Perancangan (Design Phase)
4. Hasil (Result)
Perencanaan alat pengering meliputi kolektor dan boks pengering.
Kolektor yang dipilih dalam perancangan ini adalah kolektor pelat datar, karena
tingkat kesulitan pembuatan yang rendah namun memiliki efisiensi yang cukup
baik dan sesuai dengan kebutuhan untuk penelitian. Perencanaan kolektor yang
akan dibahas meliputi pelat absorber, penutup transparan (kaca), dan isolasi pada
kolektor. Pada boks terdapat rak tray dan cerobong. Rak tray berfungsi sebagai
tempat meletakkan sampel, sementara cerobong berfungsi sebagai tempat
keluarnya udara dari boks.
Perencanaan alat pengering bertujuan untuk membantu para petani dalam
mengolah hasil produksi perkebunan dan pertanian. Oleh karena itu pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengering yaitu: ekonomis,
produktifitas tinggi, mudah pembuatan, kuat dan mudah dioperasikan.
26
Gambar 3.1 Kolektor
3.2.1 Perancangan Pelat Absorber
Pelat absorber berfungsi untuk menyerap radiasi surya dan
mengkonversikan menjadi panas. Energi dialirkan melalui fluida kerja udara
secara konveksi. Dengan mengacu fungsi absorber maka dipilih sifat bahan antara
lain:
- Absorbsivitas tinggi ()
- Emisifitas panas rendah ()
- Kapasitas panas kecil (Cp).
- Konduktifitas besar (k)
- Refleksi rendah ()
- Tahan panas dan tahan korosi
- Kaku dan mudah dibentuk
- Ada dipasaran
Bahan-bahan yang biasa dipakai untuk pelat pengumpul yaitu: seng, aluminium,
tembaga, kuningan, dan baja. Dalam perancangan ini digunakan seng sesuai
pertimbangan di atas. Seng yang digunakan mempunyai ketebalan 0,35 mm.
Permukaannya dilakukan pelapisan dengan cat semprot hitam kusam, agar jangan
terjadi refleksi dan mempunyai absorsivitas maksimum.
kayu
sterofoam
rockwool
kaca
27
3.2.2 Perancangan Kaca Penutup
Kaca penutup berfungsi untuk meneruskan radiasi surya dan mencegah
panas yang keluar dari kolektor ke lingkungan pada bagian atas. Berdasarkan
fungsi ini maka kaca penutup harus mempunyai sifat:
- Transmisivitas tinggi ()
- Absorsivitas rendah ()
- Refleksivitas rendah ()
- Tahan panas
- Ada dipasaran dan kuat
Dengan pertimbangan sifat di atas, maka digunakan dua lapis kaca bening dengan
ketebalan 5mm. Transmisivitas kaca ()= 0,85, refleksi () = 0,09 dan absorsivitas
() = 0,06.
3.2.3 Perancangan Isolasi
Isolasi berfungsi untuk memperkecil panas yang hilang dari kolektor ke
lingkungan pada bagian belakang dan samping kolektor. Pada isolasi terjadi
perpindahan panas secara konduksi sehingga kehilangan panas dipengaruhi oleh
sifat-sifat bahan. Isolasi yang digunakan adalah:
- Konduktifitas termal bahan (k) kecil.
- Mudah dibentuk dan praktis
- harga murah dan ada dipasaran
- Tahan lama.
Isolator yang dipilih dalam perancangan terdiri dari tiga lapisan yaitu
rockwoll dimana kehantaran termalnya 0.042 W/m
o
C, sterofoam dimana
kehantaran termalnya 0.036 W/ m
o
C dan kayu dimana kehantaran termalnya 0.19
W/ m
o
C.
3.2.4 Perancangan Rangka Mesin Pengering
Rangka mesin pengering terbuat dari besi siku 30 mm yang kemudian
dirangkai dan dilas agar bisa sebagai tumpuan absorber dan boks pengering.
Pemilihan rangka mesin pengering ini mempertimbangkan beban yang akan
28
dipikul oleh rangka tersebut dengan kemiringan kolektor 60
o
agar dapat berdiri
kokoh.
3.2.5 Perancangan Boks Pengering
Boks pengering adalah tempat terjadinya proses pengeringan,dimana udara
panas yang dihasilkan oleh kolektor disalurkan ke dalam boks pengering untuk
mengeringkan produk yang akan dikeringkan.
Gambar 3.2 Boks Pengering
Boks pengering terbuat dari pelat seng dengan tebal 0.35 mm yang dicat
dengan warna hitam buram, agar dapat menyerap panas dengan lebih cepat. Untuk
dinding boks pengering sengaja tidak dibuat isolator, agar panas akibat radiasi
sinar matahari pada dinding dapat membantu proses pengeringan. Boks pengering
dirancang agar pada ruang boks pengering dapat berada pada suhu minimal 45
o
C
dan tidak lebih dari 80
o
C tujuannya untuk mendapatkan kualitas yang baik.
Pada boks pengering dilengkapi dengan pintu yang berguna untuk
memasukkan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan. Dibagian atas boks
pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara
pada proses pengeringan.
Rangka boks pengering terbuat dari besi siku 30 mm yang kemudian
dirangkai dan dilas agar bisa sebagai tumpuan boks pengering dan juga kolektor.
Pemilihan rangka kolektor ini mempertimbangkan beban yang akan dipikul oleh
rangka tersebut agar dapat berdiri kokoh.
29
3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan
3.3.1 Peralatan pengujian
Adapun beberapa alat pengujian yang digunakan adalah :
1. Alat Pengering
Spesifikasi :
Kolektor :
Tipe = Pelat datar
Panjang kolektor = 2 m
Lebar kolektor = 0,5 m
Tinggi kolektor = 0,17 m
Luas kolektor = 1 m
2
Kemiringan = 60
o
Boks Pengering :
Panjang boks = 0,5 m
Lebar boks = 0,5 m
Tinggi boks = 0,7 m
Tinggi kaki boks = 1,12 m
Tinggi chimney boks = 0,198 m
Diameter chimney = 0,05 m
Gambar 3.3 Alat Pengering
30
Rak Tray :
Panjang tray = 0,4 m
Lebar tray = 0,4 m
Mesh tray = 30
2. Laptop
Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapatkan
dari Hobo Microstation data logger dan Agilient 34972 A.
Gambar 3.4 Laptop
Spesifikasi:
a. MSi VR440 series
b. Intel pentium dual-core processor
c. 14" widescreen
d. Os: Microsoft windows xp
3. Agilient 34972 A
Alat ini dihubungkan dengan termokopel yang dipasang pada titik-titik
yang akan diukur temperaturnya. Pencatatan data pengukuran disimpan
pada flashdisk yang dicolokkan pada bagian belakang alat ini.
31
Gambar 3.5 Agilient 34972 A
Dengan Spesifikasi :
a. Daya 35 Watt
b. Jumlah saluran termokopel 20 buah
c. Tegangan 250 Volt
d. Mempunyai 3 saluran utama
e. Ketelitian termokopel 0.03
o
C
f. Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik
g. Mempunyai 8 tombol panel dan sistem kontrol
h. Fungsional antara lain pembacaan suhu termokopel, Resistance
Temperature Detector (RTD), dan termistor, serta arus listrik AC
4. Hobo Microstation Data Logger
Alat ini di hubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke
komputer untuk diolah datanya. Dengan Spesifikasi :
a. Skala pengoperasian: 20
o
C -50
o
C dengan baterai alkalin 40
o
C -70
o
C
dengan baterai lithium
b. Input Processor: 3 buah sensor pintar multi channel monitoring
c. Ukuran: 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm
d. Berat: 0,36 Kg
e. Memori: 512 Kb Penyimpanan data nonvolatile flash
f. Interval Pengukuran : 1 detik 18 jam (tergantung pengguna)
g. Akurasi Waktu: 0 2 detik
32
Terdapat beberapa alat ukur pada Hobo Micro station data logger yaitu :
Gambar 3.6 Hobo Microstation data logger
Keterangan
1) Pyranometer
Alat ini digunakan untuk mengukur radiasi matahari pada suatu lokasi.
Satuan alat ukur ini adalah W/m
2
.
Tabel 3.1 Spesifikasi pyranometer
Parameter
pengukuran
intensitas radiasi dengan interval 1 detik
Rentang
Pengukuran
0 sampai 1280 W/m
2
Temperatur kerja Temperature: -40C to 75C (-40F to 167F)
Akurasi
10.0 W/m
2
or 5% . Tambahan temperatur error
0.38 W/m
2
/C from 25C (0.21 W/m
2
/F from
77F)
Resolusi 1.5 W/m
2
Penyimpangan <2% per Year
Panjang kabel 3 Meters (9.8 ft)
Berat 120 grams (4.0 oz)
Dimensi 41mm Height x 32mm Diameter (1 5/8" x 1 1/4")
1
2
3
4
33
2) Wind Velocity Sensor
Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan alat
ukur ini adalah m/s. Berikut adalah spesifikasi wind velocity sensor.
Tabel 3.2 Spesifikasi Wind Velocity Sensor
Parameter
pengukuran
Kecepatan angin rata-rata
Kecepatan angin terttinggi
Data Channels 2 Channel, 1 Port
Rentang pengukuran 0 to 45 m/s (0 to 100 mph)
Operasi kerja Temperatur: -40C to 75C (-40F to 167F)
Akurasi 1.1 m/s (2.4 mph) atau 4%
Resolusi 0.38 m/s (0.85 mph)
Ambang batas awal 1 m/s (2.2 mph)
Kecepatan angin
maksimum
54 m/s (120 mph)
Radius pengukuran 3 Meter
Housing 3 buah Anemometer dengan bantalan
Teflon Bearings dan poros Hardened
Beryllium
Panjang kabel 3.0 Meters (10 ft)
Dimensi 190 cm x 51 cm (7.5" x 3.2")
Berat 300 gram (10 oz)
3) Ambient Measurement apparatus
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan sekitar.
Satuan alat ukur ini adalah C. Dengan spesifikasi:
Tabel 3.3 Spesifikasi Measurement Apparatus
Rentang
pengukuran
-40C to 125C (-40F to 257F)
Akurasi 0.22C at 25C (0.4F at 77F) see
Diagram
Resolusi 0.02C @ 25C (0.04F @ 77F)
34
Penyimpangan 0.05C/yr + 0.1C/1000 hrs above 100C
Waktu Respon Water: 3.5 minutes to 90%
Air: 10 minutes to 90% ( Moving at 1m/sec)
Akurasi Waktu 2 Minutes per Month at 25C (77F)
Sampling Rate 1 Second to 18 Hours
kapasitas
penyimpanan data
43,000 12-bit Samples/Readings
Konstruksi housing 316L Stainless Steel with O-ring seal
Tekanan/kedalaman
kerja
2200 psi (1500 m/4900 ft) maximum
Lingkungan kerja Air, Water, Steam (0 to 100% RH)
Berat 72 g (2.5 oz)
Dimensi 10.1cm long x 1.75cm diameter
4) T and RH Smart Sensor
Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban. Besarnya nilai yang
diukur oleh alat ini dalam persen (%).
Tabel 3.4 Spesifikasi T dan RH Smart Sensor
Channel 1 Channel kelembapan
Rentang pengukuran -40C - 100 C (-40F - 212F)
Akurasi < 0.2C - 0C sampai 50C (< 0.36F @
32C-122F)
Resolusi < 0.03C dari 0 C - 50C
(< 0.054F dari 32F - 122F)
Penyimpangan < 0.1C (0.18F)/tahun
Waktu Respon kurang 2.5 Menit sampai RH 90% dalam 1
m/det gerakan udara
Housing Stainless Steel Sensor Tip
Pilihan operasi pengukuran Tersedia
Kondisi Lingkungan Kabel dan Sensor Tahan air selama 1
tahun dengan Temperatur sampai 50C
35
Berat w/ 17 Meter Cable: 880 grams (12.0 oz)
Dimensi 7 mm x 38 mm (.28" x 1.50") - (Sensor
saja)
5) USB Load cell
Load Cell terhubung ke komputer dan digunakan untuk mengukur
berat produk yang akan dikeringkan secara real time. Pada komputer
terdapat software yang berfungsi mencatat hasil pengukuran selama
pengeringan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengurangan berat produk setelah mengalami proses pengeringan
dengan alat pengering.
(a) (b)
Gambar 3.7 (a) Weight Display (b) load cell
Spesifikasi
- Material : Alloy steel atau stainless steel
- Kapasitas : 5 kg
- Temperatur kerja max : 60 C
- Recommend excitation : 10v DC/AC
36
3.3.2 Bahan Pengujian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian sebelumnya sudah
dibahas pada tahap perancangan. Bahan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah:
1. Ubi Kayu
Sampel yang dipergunakan dalam proses pengeringan ini adalah ubi kayu
yang berkadar air 60% yang akan dikeringkan untuk mencapai kadar air
>10%, merupakan standar kering ubi kayu. Kemudian sampel di potong
dadu 1cm x 1cm x 1cm.
Gambar 3.8 Sampel Ubi Kayu
2. Triplek
Bahan ini digunakan sebagai kerangka luar dari pada solar collector yang
akan dibuat. Juga digunakan sebagai isolator, sehingga dapat
meminimalkan panas yang hlang.
Gambar 3.9 Triplek
37
3. RockWool
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, digunakan untuk mencegah
panas dari solar collector hilang keluar. Jenis Rockwool yang dipakai
adalah jenis Wire Mesh yang memiliki konduktivitas 0.043
.
Gambar 3.10 Rockwool
4. Kaca
Bahan ini digunakan sebagai jalur masuknya radiasi matahari. Digunakan
jenis double glasses, untuk meningkatkan performance dari solar
collector. Digunakan dua lapis kaca bening dengan ketebalan 5mm.
Transmisivitas kaca () = 0,85, refleksi () = 0,09 dan absorsivitas () =
0,06.
Gambar 3.11 Kaca
38
5. Sterofoam
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, digunakan untuk mencegah
panas dari solar collector hilang keluar.
Gambar 3.12 Sterofoam
6. Pelat Seng
Bahan ini digunakan sebagai absorber. Pelat Seng yang memiliki
konduktivitas yang bagus dan di beri cat hitam agar radiasi yang masuk
pada solar collector akan diserap sepenuhnya oleh pelat seng.
Gambar 3.13 Pelat Seng
7. Cat
Bahan ini digunakan untuk mencat pelat seng. Cat yang digunakan adalah
cat berwarna gelap (hitam).
39
3.4 Persiapan Penelitian
Penelitian dimulai dengan menghubungkan kabel-kabel termokopel antara
agilient dan parameter-parameter yang akan diukur temperaturnya. Flashdisk
dimasukkan ke agilient untuk pencatatan/penyimpanan data selama pengukuran.
Setelah agilient membaca temperatur selama waktu yang telah diatur, flashdisk
dicabut dan dibaca dalam bentuk Microsoft Excel pada komputer.
Gambar 3.14 Experimental Setup
Adapun beberapa parameter yang diukur ialah :
1. Temperatur Permukaan Kayu (T
1
)
2. Temperatur Ruang Kolektor (T
2
)
3. Temperatur Permukaan Kaca (T
3
)
4. Temperatur Lingkungan Sekitar (T
4
)
5. Temperatur Permukaan Plat (T
5
)
6. Intensitas Radiasi Matahari (G
a
)
Parameter diatas digunakan untuk menghitung besarnya nilai energi panas
yang hilang pada kolektor surya dan nilai dari effisiensi kolektor surya.
40
3.5 Prosedur Penelitian
Kolektor surya adalah alat untuk mengkonversikan energi surya ke dalam
energi panas. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor surya,
sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian
besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas. Pada absorber, radiasi
surya di serap, kemudian dilalui fluida kerja udara sebagai pembawa energi panas
menuju boks pengering.
Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah :
1. Alat pengering kolektor surya dipersiapkan (portable).
2. Pengering dipasang dalam posisi yang baik dan benar.
3. Semua alat ukur yang dibutuhkan selama pengujian dan ubi kayu
dipersiapkan.
4. Kabel-kabel termo couple dari agilient dipasang pada pelat absorber, boks
pengering dan inti ubi kayu.
5. Load cell dihidupkan, sebelum merekam data load cell ditare kan terlebih
dahulu agar di layar laptop massa berada pada posis 0 gr.
6. Ubi kayu ditimbang dan dimasukkan kedalam boks pengering.
7. Proses perekaman data dimulai.
8. Pengeringan dilakukan sampai massa ubi kayu mencapai titik equilibrium.
9. Hasil dari pengujian dianalisis.
41
Berikut diagram alir tahapan dalam pengerjaan tugas akhir :
Perhitungan dan Diskusi Perancangan Pengering
Pabrikasi dan Memodifikasi Pengering
Pengukuran Data Awal Sampel
Pengambilan Data Mesin Pengering
Hasil
Pengambilan data
HOBO dan Agilent
Analisa hasil
percobaan
Kesimpulan
Selesai
Mulai
Studi Literatur
Buku Referensi,
Jurnal, Internet, dll
Validasi
Tidak
42
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA
4.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari (Solar Radiation)
4.1.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran
Kita dapat menghitung data intensitas radiasi matahari secara pengukuran
dengan menggunakan sensor radiasi. Sensor radiasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah Hobo Micro station Data Logger. Alat ukur Hobo Micro
station Data Logger ini dapat menghitung data intensitas radiasi matahari,
kecepatan angin, temperatur, dan RH. Sehingga kita dapat melihat data-data dari
sensor tersebut secara bersamaan dalam bentuk Microsoft Excel. Sensor ini dapat
mencatat data-data dalam interval waktu 1 menit. Alat ukur Hobo Micro station
Data Logger ini berada di Laboratorium Teknik Pendingin Departemen Pasca
Sarjana Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin. Berikut data intensitas radiasi
matahari per 15 menit pada tanggal 1 Maret 2013.
Tabel 4.1 Data Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran (Hobo) 1 Maret 2013
Waktu
(WIB)
I= Radiation
W/m
Waktu
(WIB)
I = Radiation
W/m
Waktu
(WIB)
I = Radiation
W/m
8:00
85.6
11:15
640.6
14:30
176.9
8:15
114.4
11:30
574.4
14:45
151.9
8:30
133.1
11:45
531.9
15:00
183.1
8:45
228.1
12:00
866.9
15:15
159.4
9:00
326.9
12:15
926.9
15:30
173.1
9:15
315.6
12:30
248.1
15:45
171.9
9:30
764.4
12:45
443.1
16:00
175.6
9:45
654.4
13:00
263.1
16:15
173.1
10:00
731.9
13:15
250.6
16:30
176.9
10:15
749.4
13:30
215.6
16:45
56.9
10:30
776.9
13:45
120.6
17:00
59.4
10:45
278.1
14:00
144.4
11:00
455.6
14:15
145.6
Dari data intensitas radiasi matahari pengukuran, radiasi rata-rata pada tanggal 1
Maret 2013 mulai pukul 08.00 WIB 17.00 WIB adalah 337.6148 W/m
2
.
43
4.1.2 Perbandingan Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran
Perbandingan antara intensitas radiasi matahari dengan menggunakan hasil
pengukuran hobo dan pengukuran dari BMKG wilayah Medan pada tanggal 1
Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Perbandingan Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan
BMKG Selama Penelitian
Waktu
Intensitas Radiasi Matahari (W/m2)
1 Maret 2013 2 Maret 2013 5 Maret 2013 6 Maret 2013
BMKG HOBO BMKG HOBO BMKG HOBO BMKG HOBO
8:00 - 50.940 80 99.127 130 105.165 30 90.122
9:00 270 170.210 220 178.527 390 308.085 170 265.853
10:00 750 449.412 350 379.643 510 447.522 490 353.578
11:00 800 513.792 790 684.653 390 517.752 590 617.102
12:00 860 585.438 770 750.455 450 621.788 750 721.877
13:00 200 605.103 750 417.773 800 381.482 500 432.897
14:00 840 214.877 780 238.145 670 284.273 300 206.833
15:00 730 163.772 680 449.818 600 399.625 670 301.272
16:00 430 173.007 370 361.792 520 415.702 210 246.875
17:00 270 191.433 100 169.520 200 105.813 170 51.292
Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran
Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 1
Maret 2013.
Grafik 4.1 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran
BMKG Pada Tanggal 01 Maret 2013
44
Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran
Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 02
Maret 2013.
Grafik 4.2 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran
BMKG Pada Tanggal 02 Maret 2013
Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran
Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 05
Maret 2013.
Grafik 4.3 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran
BMKG Pada Tanggal 05 Maret 2013
45
Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran
Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 06
Maret 2013.
Grafik 4.4 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran
BMKG Pada Tanggal 06 Maret 2013
Dari grafik 4.1 sampai dengan grafik 4.4 diatas menunjukkan adanya bias
antara hasil pengukuran intensitas radiasi matahari oleh alat pengukur Hobo dan
hasil pengukuran intensitas radiasi matahari dari alat ukur solarmeter oleh Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah Medan. Terdapatnya
bias pengukuran disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya
perbedaan tempat pengukuran atau letak alat ukur, dimana pengukuran oleh Hobo
dilakukan di gedung Magister Teknik Mesin USU lantai empat sedangkan
pengukuran oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
dilakukan di kantor BMKG Sampali. Faktor lain diantaranya adalah ketinggian
pengukuran.
46
4.2 Desain Kolektor Surya
Desain Kolektor Surya adalah tipe boks bentuk persegi panjang tanpa
dengan mengunakan penutup yang berlapiskan dua kaca. Berikut adalah gambar
Kolektor Surya beserta ukurannya dengan satuan cm.
Gambar 4.1 Rancangan Kolektor Surya
Kolektor Surya diisolasi dengan empat lapisan dinding berupa kayu,
sterofoam, rockwool dan seng. Berikut dimensi dan ukuran dari Kolektor Surya:
Diketahui :
A = Luas ; p = panjang ; l = lebar ; t = tebal
3
3
3
47
Gambar 4.2 Penampang Kolektor Surya
Konduktivitas bahan (Sumber: Incropera, 1985).
= 0.19
= 0.042
= 0.036
= 116
4.3 Perhitungan Kehilangan Panas Kolektor Surya
Pada perhitungan kehilangan panas berikut digunakan data pengujian pada
sampel satu tanggal 1 Maret 2013 pada pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul
12.15 WIB. Temperatur permukaan plat, permukaan kayu, permukaan kaca dan
temperatur dalam kolektor diperoleh dari data agilent rata-rata. Temperatur
lingkungan dan intensitas radiasi matahari diambil dari data Hobo rata-rata.
48
Gambar 4.3 Gradient Perpindahan Panas Pada Isolator
Berikut adalah grafik temperatur permukaan kaca, temperatur dalam ruang
kolektor, temperatur permukaan kayu, temperatur lingkungan dan temperatur
permukaan plat pada tanggal 1 Maret 2013 pukul 12.00 WIB 12.15 WIB.
Grafik 4.5 Waktu vs Temperatur 1 Maret 2013 pukul 12.00-12.15
4.3.1 Menghitung Kecepatan Profil Dalam Kolektor (
Perhitungan kecepatan profil didalam kolektor ( digunakan untuk
menentukan nilai koefisien udara yang dipengaruhi kecepatan angin (h
w
) pada
rumus perhitungan kehilangan panas pada sisi atas Q
3
. Temperatur lingkungan
(T
r
) vs Temperatur plat (T
p
).
Diketahui:
Temperatur Lingkungan (T
r
) = 32.48
o
C = 305.48
o
K
Temperatur Plat (T
a
) = 80.42
o
C = 353.41
o
K
Temperatur Film (T
f
) =
= 56.44
o
C
Sifat fisik pada temperatur 56.449
o
C:
T
r
(
o
K)
(kg/m
3
)
Cp
(J/kg K)
x 10
-5
(N.s/m
2
)
k x10
-2
(W/m.k)
x10
-5
(m
2
/s)
Pr
305.48
1.060834
1006.596
1.44
2.86
2.67558
0.7006726
49
- Menghitung bilangan Grashof (Gr
L
):
Rumus:
2
3 2
) ( cos
u| L T T g
Gr
r s
L
=
Dengan :
= = 1.060834 (kg/m
3
)
= = 9.81(m/
)
= Kemiringan kolektor = 60
o
= Koefisien udara =
3
= 0.003273543 (1/
o
K)
L = Panjang kolektor = 2 (m)
= Viskositas = 1.44x10
-5
(N.s/m
2
)
Maka :
Gr
L
=
3
333 ( (333
Gr
L
= 3.323 x 10
+10
- Menghitung tebal lapisan batas (
Rumus:
(
( (
( x
= 0.02497 m
- Menghitung kecepatan karakteristik (
(
:
Rumus:
(
3(
)
(
50
3
x
x ( x (
(x
(
4.9830
Diperoleh persamaan profil kecepatan kolektor (:
Rumus:
(
- Menghitung laju aliran massa keluar kolektor (
Rumus:
(
Dengan D = Lebar kolektor = 0.5 m
x
= 0.0055007 kg/s
- Menghitung Kecepatan profil kolektor (:
Rumus:
A (D .
=
3
0.415246632 m/s
51
4.3.7 Menghitung Kehilangan Panas Pada Dinding
1. Menghitung Koefisien Konveksi Permukaan Luar
Koefisien konveksi melalui udara lingkungan terhadap permukaan kayu,
h
1
(koefisien konveksi natural). Temperatur lingkungan (T
r
) vs Temperatur
permukaan kayu (T
s
).
Penyelesaian :
Diketahui :
Temperatur Lingkungan (T
r
) = 32.48
o
C = 305.48
o
K
Temperatur Kayu (T
s
) = 55.39
o
C = 328.39
o
K
Temperatur Film (T
f
) =
= 43.93
o
K
Sifat fisik udara pada temperatur 43.93
o
C :
- Menghitung bilangan Grashof (Gr
L
):
Rumus:
2
3 2
) ( cos
u| L T T g
Gr
r s
L
=
Dimana :
= = 1.100848 (kg/m
3
)
= = 9.81(m/
)
= Kemiringan kolektor = 60
o
= Koefisien udara =
3
= 0.0032735 (1/
o
K)
L = Panjang kolektor = 2 (m)
= Viskositas = 1.3856 x 10
-5
(N.s/m
2
)
Maka :
Gr
L
=
33 ( (33
(3
Gr
L
= 1.8574 x 10
+10
Tr
(
o
K)
(kg/m
3
)
Cp
(J/kg K)
x 10
-5
(N.s/m
2
)
k x10
-2
(W/m.k)
x10
-5
(m
2
/s)
Pr
305.48 1.100848 1005.765 1.3856 2.7603 2.49302 0.7032482
52
- Menghitung bilangan Rayleigh (Ra
L
):
Rumus:
Ra
L
= Gr
L
x Pr
Dimana:
Ra
L
=
Gr
L
= Bilangan Grashoff = 1.8574 x 10
+10
= Bilangan Prandt = 0.7032482
Maka:
Ra
L
= 1.8574 x10
+10
x 0.7032482
Ra
L
= 1.3062 x10
+10
- Menghitung bilangan Nusselt (Nu
x
):
Rumus:
25 , 0
59 , 0 Nu
L x
Ra =
untuk
9 4
10 10 s s
L
Ra
3 1
1 , 0 Nu
L x
Ra =
untuk
13 9
10 10 s <
L
Ra
Karena Ra
L
diantara 10
9
< Ra
L
< 10
13
maka bilangan Nusselt yang dipakai
adalah:
Nu
x
= 0.1 Ra
L
1/3
Dimana:
Nu
x
= Bilangan Nusselt
Ra
L
=
Maka:
Nu
x
= 0.1 x (1.3062 x10
+10
)
1/3
Nu
x
= 235.5071562
53
- Menghitung koefisien konveksi (h
1
):
Rumus:
Dimana :
Nu
x
= Bilangan Nusselt = 235.5071562
= Lebar penampang kayu = 0.17 (m)
= Konduktivitas termal udara = 2.7603x10
-2
(W/m.K)
Maka:
h
1
=
3 3
(
(
h
1
= 38.2388952 W/m
2
K
2. Menghitung Koefisien Konveksi Permukaan Dalam
Koefisien konveksi melalui udara dalam kolektor terhadap permukaan
plat, h
2
(koefisien konveksi natural). Temperatur udara dalam kolektor (T
r
) vs
Temperatur permukaan Plat (T
s
).
Penyelesaian :
Diketahui :
Temperatur Udara Kolektor (T
r
) = 62.01
o
C = 335.013
o
K
Temperatur Plat (T
s
) = 80.42
o
C = 353.419
o
K
Temperatur Film (T
f
) =
= 71.216
o
C
Sifat fisik udara pada temperatur 71.216
o
C :
Tr
(
o
K)
(kg/m
3
)
Cp
(J/kg K)
x 10
-5
(N.s/m
2
)
k x10
-2
(W/m.k)
x10
-5
(m
2
/s)
Pr
353.419 1.017210 1007.787 1.51199 2.96998 2.89716 0.69789
h
1
54
- Menghitung bilangan Grashof (Gr
L
):
Rumus:
2
3 2
) ( cos
u| L T T g
Gr
r s
L
=
Dimana :
= = 1.017210 (kg/m
3
)
= = 9.81(m/
)
= Kemiringan kolektor = 60
o
= Koefisien udara =
33
= 0.002984956 (1/
o
K)
L = Panjang kolektor = 2 (m)
= Viskositas = 1.51199 x 10
-5
(N.s/m
2
)
Maka :
Gr
L
=
( (33
333
Gr
L
= 9.7578 x 10
+9
- Menghitung bilangan Rayleigh (Ra
L
):
Rumus:
Ra
L
= Gr
L
x Pr
Dimana:
Ra
L
=
Gr
L
= Bilangan Grashoff = 9.4969 x 10
+9
= Bilangan Prandt = 0.69789
Maka:
Ra
L
= 9.7578x10
+9
x 0.69789
Ra
L
= 6.8099 x 10
+9
55
- Menghitung bilangan Nusselt (Nu
x
):
Rumus:
25 , 0
59 , 0 Nu
L x
Ra =
untuk
9 4
10 10 s s
L
Ra
3 1
1 , 0 Nu
L x
Ra =
untuk
13 9
10 10 s <
L
Ra
Karena Ra
L
diantara 10
9
< Ra
L
< 10
13
maka bilangan Nusselt yang dipakai
adalah:
Nu
x
= 0.59 Ra
L
0.25
Dimana:
Nu
x
= Bilangan Nusselt
Ra
L
=
Maka:
Nu
x
= 0.59 x (6.8099 x 10
+9
)
0.25
Nu
x
= 169.48732
- Menghitung koefisien konveksi (h
2
):
Rumus:
Dimana :
Nu
x
= Bilangan Nusselt = 169.48732
= Lebar penampang plat = 0.10035 (m)
= Konduktivitas termal udara = 2.96998x10
-2
(W/m.K)
Maka:
h
2
=
3
(
3 (
h
2
=
h
2
56
3. Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Dinding
Rumus:
Dimana :
h
1
= Koefisien konveksi permukaan luar (W/m
2
.K)
k
kayu
= Konduktifitas termal kayu (W/m.K)
k
sterofoam
= Konduktifitas termal sterofoam (W/m.K)
k
rockwoll
= Konduktifitas termal rockwoll (W/m.K)
k
seng
= Konduktifitas termal seng (W/m.K)
h
2
= Koefisien konveksi permukaan dalam (W/m
2
.K)
t
1
= Tebal kayu (m)
t
2
= Tebal sterofoam (m)
t
3
= Tebal rockwoll (m)
t
4
= Tebal plat seng (m)
A
= Luas total sisi dinding
Penyelesaian :
Keterangan :
33
= 0.0769016 K/W
= 0.108359 K/W
=
3 3
= 2.1302 K/W
=
3
= 3.24793 K/W
=
3
= 1.50336x10
-5
K/W
= 0.09933 K/W
57
Maka :
33 3
33
33
33
Karena bagian dinding boks terdiri dari 2 sisi maka total kehilangan panas
dinding adalah x 2 =
= 16.93166411 Watt
(Tiap 15 menit).
Ketidakpastian Pengukuran
(
-
= 0.17659 watt
-
= - 0.17659 watt
Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q dinding :
wQ = (
wQ =
maka total kehilangan panas Q
1
pada dinding adalah
.
58
4.3.3 Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Alas
Pada perhitungan kehilangan panas pada sisi alas, nilai koefisien konveksi
permukaan luar (h
1
) dan koefisien konveksi permukaan dalam (h
2
) diasumsikan
sama dengan koefisien konveksi pada dinding.
Rumus:
Dimana :
h
1
= Koefisien konveksi permukaan luar (W/m
2
.K)
k
kayu
= Konduktifitas termal kayu (W/m.K)
k
sterofoam
= Konduktifitas termal sterofoam (W/m.K)
k
rockwoll
= Konduktifitas termal rockwoll (W/m.K)
k
seng
= Konduktifitas termal seng (W/m.K)
h
2
= Koefisien konveksi permukaan dalam (W/m
2
.K)
t
8
= Tebal kayu (m)
t
7
= Tebal sterofoam (m)
t
6
= Tebal rockwoll (m)
t
5
= Tebal plat seng (m)
A
= Luas total sisi alas
Penyelesaian :
Keterangan :
33
= 0.020888 K/W
= 0.029427 K/W
=
3
= 0.60282 K/W
=
3
= 0.895175 K/W
59
=
3
= 3.01724x10
-6
K/W
= 0.019936 K/W
Maka :
33 3
Ketidakpastian Pengukuran
(
-
= 0.63766 watt
-
= - 0.63766watt
Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q pada alas :
wQ = (
wQ = 0.18326 watt
maka total kehilangan panas Q
2
pada alas
adalah
0.18326
watt.
60
4.3.4 Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Atas
Rumus:
Q
3
= Ua. A. (T
p
-T
a
)
Dimana:
N = Jumlah penutup / kaca = 2
Tp = Temperatur plat absorber = 80.42
o
C
= Konstanta Stefan-Boltzman = 5.67x10
-8
W/m.C
4
Ta = Temperatur lingkungan = 32.48
o
C
C = 520(1 - 0,0000512 ) untuk 0 70 = 424.528
e = 0.43 (1 - (100/Tp)) = 0.30833147
k
= Emisivitas Kaca = 0.88
p
= Emisivitas Plat = 0.97
hw = Koefisien perpindahan kalor konveksi 2.8+3v = 4.04573989 W/m
2
C
f = (1 + 0.089 h
w
0.1166 h
w
.
p
)(1 + 0,07866N) = 0.66942376
A = Luas permukaan = 1 m
2
Penyelesaian:
Ua = a + b
Ua = 2.483357853 W/m
2
C + 0.010739635 W/m
2
C
Ua = 2.494097488 W/m
2
C
Ua=
*
(
(+
+
+
((
++0
0
*
(0
(+09
+
00
2.483357853
(
((
)
(((3
(+09+0(09
0
0.010739635
61
Maka:
Q
3
= Ua. A. (T
p
-T
u
)
Q
3
= 2.494097488 W/m
2
C x 1m
2
x (80.42
o
C - 32.48
o
C )
Q
3
=119.566701 Watt
Ketidakpastian Pengukuran
3
(
-
= (
= 2.494097488 watt
-
= (
= - 2.494097488 watt
Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q pada alas :
wQ = (
wQ = 0.716787 watt
maka kehilangan panas Q
3
pada sisi bagian atas adalah
3
.
62
4.3.5 Menghitung Kehilangan Panas Radiasi
Rumus:
)(
)
Dimana:
T
p
= Temperatur plat = 353.419
o
K
T
k
= Temperatur kaca = 335.29
o
K
A = Luas penampang Kolektor = 1 m
2
Maka:
(33
33
09
0
)(
0
)
68.86878164 Watt
Ketidakpastian Pengukuran
)(
)
-
=
(
)(
)
(
=
(
)(
)
(
= 4.1031 watt
63
-
=
(
)(
=
(
)(
= - 3.50347 watt
Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q
radiasi
:
wQ = (
wQ = 0.16186 watt
maka kehilangan panas Q
radiasi
adalah
.
4.3.6 Menghitung Kehilangan Panas Total Kolektor ( Q
total
)
Rumus:
Q
total
= Q
dinding
+ Q
alas
+ Q
atas
+ Q
radiasi
Q
t
= Q
1
+ Q
2
+ Q
3
+ Q
4
235.93627 Watt
Total kehilangan panas dari kolektor pada pengering surya adalah
235.93627 Watt.
4.4 Efisiensi Kolektor Surya
Pada perhitungan efisiensi kolektor surya, nilai dari faktor efisiensi
kolektor (F) diasumsikan adalah 90%. Nilai absorbsifitas dari plat yang dicat
hitam di asumsikan 0.97.
64
Rumus:
Dimana:
F' = Faktor Efisiensi Kolektor = 90%
I = Intensitas Radiasi Matahari (Hobo) = 887.04 W/m
2
A = Luas penampang Kolektor = 1 m
2
= Transmisivitas kaca = 0.85
= Absorbsivitas Plat = 0.97
Qloss = Total kehilangan panas kolektor = 235.93627 Watt
Q
in kolektor
= Total panas yang masuk kolektor (Watt)
Q
u
= Total panas yang digunakan (Watt)
Penyelesaian:
- Menghitung energi panas (kalor) masuk (Q
in kolektor
):
Q
in kolektor
=
Q
in kolektor
= (
( (
Q
in kolektor
= 731.3644 Watt
Ketidakpastian Pengukuran
Q
in kolektor
=
= (
( (
65
= ( ( (
= 0.8245
Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q
in
:
wQ = (
wQ = 8.245 watt
maka energi panas (kalor) masuk adalah
.
- Menghitung energi panas (kalor) yang digunakan (Q
u
):
Q
u
=
(
Q
u
= ( ( 731.3644 Watt - 235.93627 Watt)
Q
u
= 445.8853 Watt
- Menghitung efisiensi kolektor:
3
(
)(
50.26%
66
Selanjutnya perhitungan kehilangan panas dan efisiensi pada kolektor
surya dilakukan setiap 15 menit. Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi
matahari dan grafik waktu vs temperatur pada sampel pertama, pada tanggal 01
Maret 2013 (hari pertama) pukul 10:16-13:42 WIB.
Grafik 4.6 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal
01 Maret 2013
Grafik 4.7 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 01 Maret 2013
67
Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 1 Maret 2013
pada pukul 10:16 WIB sampai dengan pukul 13:42 WIB diperoleh effisiensi
kolektor rata-rata pada sampel pertama (hari pertama) adalah = 45.29 %.
Dimana :
T1 : Temperatur Permukaan Kayu (
C)
T2 : Temperatur Dalam Kolektor (
C)
T3 : Temperatur Permukaan Kaca (
C)
T4 : Temperatur Lingkungan (
C)
T5 : Temperatur Permukaan Pelat (
C)
I : Intensitas Radiasi Matahari (W/m
2
)
Qloss : Total kehilangan panas kolektor (Watt)
Q
in
: Total panas yang masuk kolektor (Watt)
: Efisiensi (%)
Tabel 4.3 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 01
Maret 2013
No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I Qloss Qin
1 10:16-10:30 36.29 35.41 31.88 30.91 39.46 666.87 48.77 549.83 67.62
2 10:31-10:45 38.53 40.38 34.68 30.97 44.83 415.87 75.56 342.88 57.85
3 10:46-11:00 44.57 48.12 40.21 30.18 52.08 373.97 111.36 308.33 47.40
4 11:01-11:15 45.07 53.53 42.75 31.14 54.60 653.45 117.19 538.76 58.06
5 11:16-11:30 47.14 55.99 46.13 31.64 59.95 480.04 142.25 395.79 47.53
6 11:31-11:45 52.67 60.25 52.80 31.47 69.71 498.47 191.98 410.99 39.54
7 11:46-12:00 54.73 62.05 57.49 31.57 75.24 709.79 217.03 585.22 46.63
8 12:01-12:15 55.39 62.01 62.29 32.48 80.42 887.04 235.94 731.36 50.26
9 12:16-12:30 53.44 59.66 62.89 32.57 80.66 746.71 235.46 615.65 45.82
10 12:31-12:45 49.24 64.95 63.69 32.55 84.21 493.29 259.59 406.72 26.84
11 12:46-13:00 41.01 62.35 60.42 32.15 74.17 293.37 196.44 241.88 13.94
12 13:01-13:15 39.07 58.19 55.77 31.84 63.79 304.62 137.97 251.15 33.44
13 13:16-13:30 37.96 46.93 42.97 31.27 47.10 245.38 65.50 202.31 50.17
14 13:31-13:42 36.37 41.79 39.53 31.23 43.27 181.35 50.94 149.52 48.92
Rata-Rata 45.11 53.69 49.54 31.57 62.11 496.44 149.00 409.31 45.29
68
Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel
pertama, pada tanggal 01 Maret 2013 (hari pertama) pukul 10:16-13:42 WIB.
Grafik 4.8 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada
Tanggal 01 Maret 2013
Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi matahari dan grafik waktu vs
temperatur pada sampel pertama, pada tanggal 02 Maret 2013 (hari kedua) pukul
08:42-16:16 WIB.
Grafik 4.9 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal
02 Maret 2013
69
Grafik 4.10 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 02 Maret 2013
Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 02 Maret 2013
pada pukul 08:42 WIB sampai dengan pukul 16:16 WIB diperoleh effisiensi
kolektor rata-rata pada sampel pertama (hari kedua) adalah = 40.88 %.
Tabel 4.4 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 02
Maret 2013
No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I Qloss Qin
1 08:42-08:56 36.29 30.95 31.88 27.65 39.46 202.72 60.90 167.14 47.16
2 08:57-09:11 38.53 37.03 34.68 27.77 44.83 270.95 87.82 223.40 45.03
3 09:12-09:26 44.57 41.29 40.21 29.04 52.07 354.62 115.81 292.38 44.81
4 09:27-09:41 45.07 43.67 42.75 29.44 54.60 348.21 124.13 287.09 42.12
5 09:42-09:56 47.14 46.87 46.13 30.05 59.95 452.79 148.75 373.32 44.63
6 09:57-10:11 52.67 52.43 52.80 30.72 69.70 588.21 195.04 484.98 44.36
7 10:12-10:26 54.73 55.55 57.49 31.46 75.25 651.13 217.56 536.85 44.13
8 10:27-10:41 55.39 59.47 62.29 32.88 80.43 759.87 234.38 626.51 46.44
9 10:42-10:56 53.44 61.29 62.89 32.47 80.67 670.64 235.74 552.94 42.56
10 10:57-11:11 50.47 62.72 63.69 32.26 84.20 759.37 260.87 626.10 43.28
11 11:12-11:26 42.24 58.65 60.42 32.60 76.00 618.70 208.33 510.11 43.90
12 11:27-11:41 41.49 63.77 66.55 33.62 88.82 833.12 280.89 686.90 43.86
13 11:42-11:56 41.76 64.75 69.03 33.73 88.93 892.54 272.13 735.89 46.76
14 11:57-12:11 42.23 61.59 58.56 33.17 71.32 363.79 177.70 299.94 30.24
15 12:12-12:26 40.18 51.66 50.49 32.73 58.38 240.22 113.63 198.06 31.63
16 12:27-12:41 39.13 50.18 52.04 32.29 63.88 580.05 149.03 478.24 51.08
17 12:42-12:56 40.25 56.29 57.90 32.91 76.69 547.29 220.74 451.24 37.90
18 12:57-13:11 37.75 50.45 45.40 31.64 54.49 176.63 106.74 145.63 19.81
70
19 13:12-13:26 36.85 44.84 41.48 31.67 47.28 127.71 69.84 105.29 24.99
20 13:27-13:41 35.63 41.20 39.05 31.29 42.97 115.71 50.13 95.40 35.21
21 13:42-13:56 35.74 41.39 40.45 31.57 51.09 368.36 98.61 303.71 50.11
22 13:57-14:11 35.39 37.55 44.17 32.36 63.85 547.88 172.79 451.72 45.82
23 14:12-14:26 35.28 34.31 49.84 31.89 63.61 410.37 155.69 338.34 40.06
24 14:27-14:41 37.28 35.11 53.28 31.95 69.87 555.22 189.59 457.77 43.47
25 14:42-14:56 36.29 35.07 50.81 31.78 62.11 397.55 142.55 327.78 41.93
26 14:57-15:11 35.65 34.33 48.55 31.71 57.85 292.13 120.07 240.84 37.21
27 15:12-15:26 36.12 35.34 49.50 31.85 60.51 445.19 135.13 367.06 46.88
28 15:27-15:41 36.48 35.23 51.34 31.95 63.87 433.05 152.59 357.04 42.49
29 15:42-15:56 35.25 33.84 46.51 31.12 55.48 301.21 112.31 248.35 40.64
30 15:57-16:11 32.23 34.14 45.91 31.29 55.02 302.38 110.09 249.31 41.43
31 16:12-16:16 31.64 33.70 45.24 31.16 53.38 194.36 101.29 160.24 27.30
Rata 40.75 45.96 50.37 31.55 63.44 445.22 155.51 367.08 40.88
Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel
pertama, pada tanggal 02 Maret 2013 (hari kedua) pukul 08:42-16:16 WIB.
Grafik 4.11 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada
Tanggal 02 Maret 2013
71
Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi matahari dan grafik waktu vs
temperatur pada sampel kedua, pada tanggal 05 Maret 2013 (hari pertama) pukul
08:48-14:05 WIB.
Grafik 4.12 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal
05 Maret 2013
Grafik 4.13 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 05 Maret 2013
Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 05 Maret 2013
pada pukul 08:48 WIB sampai dengan pukul 14:05 WIB diperoleh effisiensi
kolektor rata-rata pada sampel kedua (hari pertama) adalah = 36.12 %.
72
Tabel 4.5 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 05
Maret 2013
No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I
Qloss
Qin
1 08:48 - 09:02 37.01 41.02 44.46 28.10 49.46 385.87 89.46 318.15 53.33
2 09:03 - 09:17 31.15 47.45 47.36 28.31 56.31 416.39 126.32 343.31 46.90
3 09:18 - 09:32 31.27 50.11 49.07 28.83 59.66 432.03 142.20 356.21 44.58
4 09:33 - 09:47 31.61 53.75 48.67 29.01 64.05 471.88 173.66 389.06 41.08
5 09:48 - 10:02 32.93 55.71 48.87 29.49 66.39 486.70 187.93 401.28 39.45
6 10:03 - 10:17 33.37 56.34 48.15 29.83 68.51 525.95 204.12 433.64 39.27
7 10:18 - 10:32 34.28 58.25 47.89 30.73 70.15 570.80 213.22 470.62 40.58
8 10:33 - 10:47 34.99 59.28 45.89 31.29 72.23 562.54 232.31 463.81 37.03
9 10:48 - 11:02 34.20 55.05 40.29 30.82 63.71 444.21 189.01 366.25 35.91
10 11:03 - 11:17 37.20 60.59 41.83 31.56 76.37 689.11 274.01 568.17 38.41
11 11:18 - 11:32 37.17 60.89 41.92 32.14 75.57 643.05 265.38 530.19 37.06
12 11:33 - 11:47 36.96 61.84 41.36 31.73 74.00 590.71 257.02 487.03 35.04
13 11:48 - 12:02 36.36 60.05 41.27 32.26 72.00 527.29 240.32 434.75 33.18
14 12:03 - 12:17 35.53 55.91 39.75 31.87 63.70 401.71 186.30 331.20 32.46
15 12:18- 12:32 37.01 56.98 40.81 33.04 68.99 521.71 216.62 430.15 36.83
16 12:33 - 12:47 34.74 52.03 38.89 32.18 56.73 214.96 138.81 177.23 16.08
17 12:48 - 13:02 35.42 47.25 38.41 31.99 54.76 355.13 127.52 292.80 41.88
18 13:03 - 13:17 34.79 47.68 38.35 32.25 52.09 247.54 108.53 204.09 34.74
19 13:18 - 13:32 34.63 48.48 37.05 31.91 54.01 287.96 126.47 237.42 34.67
20 13:33 - 13:47 34.39 47.69 36.78 31.61 54.01 267.13 128.40 220.25 30.94
21 13:48 - 14:02 34.21 47.77 36.05 31.39 54.48 387.96 128.40 220.25 30.94
22 14:03 - 14:05 34.07 50.70 36.63 32.08 60.03 253.13 168.35 208.70 14.34
Rata-Rata 34.70 53.40 42.26 31.02 63.06 440.17 178.38 358.39 36.12
73
Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel
kedua, pada tanggal 05 Maret 2013 (hari pertama) pukul 08:48-14:05 WIB.
Grafik 4.14 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada
Tanggal 05 Maret 2013
Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi matahari dan grafik waktu vs
temperatur pada sampel kedua, pada tanggal 06 Maret 2013 (hari kedua) pukul
08:58-15:34 WIB.
Grafik 4.15 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal
06 Maret 2013
74
Grafik 4.16 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 06 Maret 2013
Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 06 Maret 2013
pada pukul 08:58 WIB sampai dengan pukul 15:34 WIB diperoleh effisiensi
kolektor rata-rata pada sampel kedua (hari kedua) adalah = 38.25 %.
Tabel 4.6 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 06
Maret 2013
No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I
Qloss
Qin
1 08:58 - 09:12 37.66 39.91 37.29 28.40 46.67 310.97 90.33 256.39 48.06
2 09:13- 09:27 38.76 40.27 34.10 28.64 45.81 226.78 92.40 186.98 37.53
3 09:28 - 09:42 39.79 41.02 34.01 28.92 46.33 281.54 94.98 232.12 43.84
4 09:43 - 09:57 34.97 50.50 42.09 30.83 61.69 582.87 169.56 480.57 48.02
5 09:58 - 10:12 34.84 50.15 41.88 30.53 62.01 512.71 173.64 422.72 43.72
6 10:13 - 10:27 35.40 54.37 42.83 30.41 67.14 595.45 207.96 490.94 42.77
7 10:28 - 10:42 36.71 56.38 42.45 31.34 70.43 668.37 229.21 551.06 43.34
8 10:43 - 10:57 36.37 56.55 39.94 30.69 71.55 681.13 247.20 561.59 42.52
9 10:58 - 11:12 35.87 55.54 37.34 31.31 68.45 642.05 229.40 529.36 42.04
10 11:13 - 11:27 36.19 57.43 36.66 31.62 73.19 767.79 264.73 633.04 43.17
11 11:28 - 11:42 38.45 59.95 38.60 31.90 74.56 717.20 268.44 591.33 40.51
12 11:43 - 11:57 38.30 60.67 38.27 32.46 76.43 786.21 281.04 648.23 42.03
13 11:58 - 12:12 37.58 56.29 37.43 32.31 68.63 676.79 226.56 558.01 44.07
14 12:13 - 12:27 39.29 58.08 38.97 32.36 72.39 663.96 249.48 547.43 40.38
15 12:28 - 12:42 38.85 47.99 36.40 31.78 53.09 246.45 122.61 203.20 29.42
16 12:43 - 12:57 34.80 44.24 34.87 31.49 48.08 171.38 94.31 141.30 24.67
17 12:58 - 13:12 34.38 42.39 35.01 31.07 45.99 183.13 81.76 150.99 34.02
75
18 13:13 - 13:27 34.16 42.56 35.55 31.05 47.26 216.79 88.74 178.74 37.36
19 13:28 - 13:42 33.61 43.18 34.62 30.62 47.20 204.21 92.45 168.37 33.46
20 13:43 - 13:57 32.80 40.74 33.57 30.22 44.63 200.62 79.92 165.41 38.35
21 13:58 - 14:12 32.37 40.54 33.31 29.78 46.48 218.88 94.46 180.46 35.36
22 14:13 - 14:27 33.58 39.93 32.63 29.27 46.17 235.20 96.19 193.92 37.39
23 14:28 - 14:42 33.53 42.92 33.35 29.72 51.31 345.37 126.83 284.76 41.15
24 14:43 - 14:57 34.54 45.56 33.82 29.86 54.08 351.30 143.83 289.64 37.35
25 14:58 - 15:12 34.24 53.73 36.05 30.98 66.41 524.95 219.55 432.82 36.56
26 15:13 - 15:27 33.90 51.05 35.81 30.80 60.30 367.05 177.61 302.62 30.65
27 15:28 - 15:34 33.24 47.71 34.60 30.80 54.66 215.44 141.85 177.63 14.94
Rata-Rata 35.71 48.88 36.72 30.71 58.18 429.43 162.41 354.06 38.25
Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel
kedua, pada tanggal 06 Maret 2013 (hari kedua) pukul 08:58-15:34 WIB.
Grafik 4.17 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada
Tanggal 06 Maret 2013
Hasil analisis selama empat hari pada cuaca cerah diperoleh panas radiasi
rata-rata yang dapat diserap kolektor adalah 372.21 watt. Kehilangan panas rata-
rata pada kolektor adalah 161.32 watt. Efisiensi teoritis rata-rata dari kolektor
surya 40.13%.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari pengujian ini adalah :
1. Telah dirancangbangun sebuah ruang pengering berukuran 0.5m x 0.5m x
0.7m yang menggunakan kolektor surya pelat datar sebagai sumber
panasnya dengan ukuran 2m x 0.5m dan menggunakan panas matahari
sebagai sumber energinya serta menggunakan ubi (cassava) sebagai
sampelnya.
2. Dari perhitungan diperoleh panas radiasi rata-rata yang dapat diserap
kolektor adalah 372.21 watt. Kehilangan panas rata-rata pada kolektor
adalah 161.32 watt.
3. Efisiensi teoritis rata-rata dari kolektor surya 40.13%.
4. Adanya bias intensitas matahari antara pengukuran Hobo dan pengukuran
di BMKG diakibatkan karena adanya perbedaan letak dan tempat
pengukuran.
5.2 Saran
Adapun saran untuk perbaikan skripsi ini adalah:
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui besar nilai
absorbsifitas pada jenis cat yang digunakan pada pelat absorber pada
kolektor.
2. Diperlukan penelitian terhadap jenis kaca, jumlah kaca dan jarak antara
kaca yang baik digunakan pada kolektor.
3. Menambah roda pada kaki-kaki mesin pengering agar mempermudah
dalam proses pemindahan.
4. Menambahkan lapisan isolasi pada bagian ruang box pengering untuk
mengurangi panas yang hilang.
77
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ambarita, Himsar. 2011. Perpindahan Panas Konveksi dan Pengantar
Alat Penukar Kalor. Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU.
[2] Bostan, Ion. et al. 2012. Resilent Energy System: Renewables: Wind,
Solar, Hydro. Springer Dordrecht Heidelberg: New York.
[3] Camacho, F Eduardo. 2012. Control of Solar Energy Systems. Springer
London Dordrecht Heidelberg: New York.
[4] Chen, Julian C. 2011. Physics of Solar Energy. John Wiley and Sons,
Inc: Canada.
[5] Duffie A. John, Beckman A. William.1980. Solar Of Thermal
Processes, Second Editions. John Wiley & Sons, Inc: New York.
[6] Holman, J.P. 1986. Heat Transfer, Sixth Edition. Mc Graw-Hill, Book
Company, Inc : Singapore.
[7] Incropera, Frank P., David P. Dewitt. 1985. Fundamentals of Heat and
Mass Transfer, Second Edition. John Wiley & Sons Inc. : New York.
[8] Jansen, J. Ted. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Alih bahasa,
Arismunandar, Wiranto, Prof. Cetakan Pertama.Jakarta: Pradnya
Paramita.
[9] Pahl, G. Beitz. 1998. Engineering Design A Systematic Approach
(English Edition). Springer-Verlag: London.
[10] Reddy, T.A., Bouix, Ph. 1985. Solar thermal component and system
testing. Division of Energy Technology Asian Institute of Technology
Bangkok : Thailand.
[11] S.V. Jangam, Law Lim Chung, Mujumdar S. Arun. 2009. Drying Of
Foods, Vegetables And Fruits. ISBN- 978-981-08-6759-1, Published in
Singapore.
[12] T.Y. Tunde-Akintunde and A.A. Afon. 2009. Modelling of Hot-Air
Drying of Pretreated Cassava Chips. Agricultural Engineering
International: the CIGR Ejournal. Manuscript 1493 Vol. August, 2009.
78
[13] Tambunan, H. Armansyah, dkk. 2001. Panduan praktis mujumdar untuk
pengeringan industrial. Seri Pustaka IPB Press 2001: Bogor.
[14] Thaib, Gumbira Said dan Suteja Wiraatmadja. S. 1988. Operasi
Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediatama Sarana
Perkasa: Jakarta
[15] Treybal, E. Robert. 1980. Mass-Transfer Operations. Mc Graw-Hill,
Book Company, Inc: Singapore.
[16] Weiss, Werner and Josef Buchinger. 2010. Esthablishment Of A
Production, Sales And Consulting Infrastructure For Solar Thermal
Plants In Zimbabwe. AEEINTEC: Austria.
[17] Yunus, A. Cengel. 2002. HeatTransfer A Practical Approach, Second
Edition. Mc Graw-Hill, Book Company, Inc: Singapore.